Anda di halaman 1dari 10

Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia

ENDANG SULISTYANINGSIH

Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau,


Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/Fax (0761) 63277

Abstract: Conflict is often seen as a destructive event (destruktitif) and harm the public. In fact the conflict
is a normal process in society other than the process of competition and consensus or harmony. In this case
the conflict is defined as “differences of opinion between two or more parties (groups)”. Conflicts can be
accompanied by violence (physical, war) or non-violence (“war of words”, “conflict law”). In this case the
conflict can also be a purpose to destroy or defeat the opponent or as a way to reach the goal.

Keywords: Birokrasi, Konflik, Kekerasan, Ekspoitasi, Manajemen Konflik

Negeri Indonesia yang serba beragam dengan merupakan pemberi bentuk dari kebijakan
13.699 pulau dan total luas kurang lebih dua pemerintah negara.
juta km persegi, bermukim lebih dari 200 juta Karena sebagai pemberi bentuk peme-
penduduk. Jumlah sebesar ini masih terpilah rintahan negara dan sekaligus sebagai pelak-
pula berdasarkan bahasa dalam 495 kelompok sana kebijakan maka birokrasi harus mampu
suku bangsa. Dari sisi agama, minimal terbagi mengaplikasikan kebijakan publik dan tugas-
dalam lima macam agama yang dianut disam- tugas pemerintah dalam pembangunan yang
ping puluhan dan bahkan ratusan kepercayaan. secara interaktif mampu meujudkan pelayanan
Dari segi ekonomipun sangat beragam, masyarakat secara efisien dan efektif, mampu
terdapat wilayah-wilayah yang bermandikan mendorong pertumbuhan ekonomi, mening-
madu oleh karena hasil alamnya yang melim- katkan daya saing, dan yang lebih penting dari
pah ruah. Keragaman ini menimbulkan banyak segalanya adalah mampu menjaga kestabilan
konsekuensi, salah satunya kesiapan untuk dan keamanan negara, sehingga akhirnya me-
menghadapi konflik, salah satu jenis konflik ningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
yaitu konflik sosial yang merupakan konflik birokrasi.
yang mudah menyebar dan paling keras. Di Indonesia saat ini birokrasi yang meli-
Disamping hal tersebut konflik sosialpun se- puti kelembagaan, ketatalaksanaan dan sum-
ringkali berujud kekerasan, baik kekerasan ber daya manusia masih dihadapkan pada
struktural maupun kekerasan fisik. Akibatnya berbagai permasalahan antara lain organisasi
secara fisik korban yang ditimbulkan pun tidak dan tatalaksana yang masih belum efisien
dapat disepelekan lagi, mengingat ribuan jiwa bahkan cenderung sentralistik serta diperparah
musnah dalam waktu yang singat. oleh sumber daya manusia yang belum pro-
Dalam hal ini peranan birokrasi pe- fessional ditandai dengan masih adanya
merintah sangatlah menentukan. Birokrasi penyalahgunaan kewenangan dan penyele-
mempunyai peran penting dalam penyeleng- wenggan seperti Korupsi, Kolusi dan Nepo-
garaan pemerintahan negara. Birokrasi ber- tisme (KKN) dan ironisnya pada beberapa
peran sebagai piranti pemerintahan negara, wilayah di Indonesia kita dapat menjumpai
dalam hal ini birokrasi mempunyai peran da- para jutawan dengan penghasilan jutaan
lam menyebarkan keputusan politik, sekaligus rupiah perhari dan dilain sisi kalangan papa
sebagai pelaksana kebijakan. Oleh sebab itu yang dalam seharipun tidak dapat memenuhi
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa birokrasi kebutuhan perutnya jelas hal tersebut telah

100
Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia 101

merugikan bangsa dan negara Indonesia. agama yang terjadi di beberapa wilayah di
Sebagai akibat dari hal tersebut aparatur yang Indonesia hingga saat ini menegaskan kuatnya
melaksanakan birokrasi cenderung kurang identitas agama dan diartikulasikan sebagai
peka mengantisipasi perkembangan ekonomi, symbol penegasan terhadap kelompok lawan.
politik dan sosial, serta sulit untuk memper- Kekerasan yang ditimbulkan oleh menguatnya
baiki kinerjanya. Hal tersebut menimbulkan diskriminasi antar pemeluk agama ini men-
citra buruk dan ketidakpercayaan masyarakat ciptakan gelombang pengungsi mencari wila-
terhadap birokrasi dan yang lebih membahaya- yah aman. Disamping konflik antarpemeluk
kan adalah terjadinya konflik yang disfung- agama, konflik antar etnik turut juga menjadi
sional dalam masyarakat sehingga dikha- pertimbangan serius, misalnya konflik yang
watirkan terjadinya disintegrasi bangsa. terjadi diwilayah Kalimantan Barat, antara
Apa yang terjadi di negara ini, tampaknya etnik Madura berhadapan dengan etnik Me-
tidak terlepas dari persoalan citra buruk dan layu dan Dayak, serta beberapa contoh lainnya
ketidakpercayaan masyarakat terhadap birok- di Indonesia.
rasi pemerintah, meliputi didalamnya pe- Pada kenyataannya, persoalan kesuku-
negakan hukum, perlindungan hak azasi bangsaan tidak hanya terjadi dalam struktur
manusia, pemanfaatan sumber-sumber eko- pertikaian bersifat horizontal. Upaya-upaya
nomi, belakangan ini hal tersebut berujud pada pemisahan diri yang dilakukan menunjukkan
terjadinya konflik sosial. Sebut saja, baik me- berkembangnya konsep etnisitas dalam relasi-
nyangkut konflik yang bersifat horizontal nya dengan kekuasaan negara. Kegaduhan
seperti konflik antar etnik, antar pemeluk aga- regional juga bersumber pada penerapan
ma, antar wilayah, antar penduduk asli dengan membabi buta tentang konsep negara kesa-
pendatang antar pendukung tokoh politik, tuan. Negara kesatuan yang menggaungkan
antar warga pemukiman, antar anak sekolah, integrasi justru menyimpan bom waktu dis-
maupun konflik vertical seperti antara pengu- integrasi. Semangat menjunjung persatuan
saha dengan buruh atau dengan penduduk diatas keragaman (E Pluribus Unum)
setempat, warga masyarakat dengan pemerintah. tergelincir dalam budaya penyeragaman.
Di mata masyarakat konflik yang terjadi Konflik dan pergolakan didaerah bermuara
sudah pada tahap yang sangat mengkha- pada cara pandang rezim Orde Baru yang me-
watirkan, pandangan masyarat ini tentulah nganggap masalah integrasi sudah selesai.
beralasan. Kita menyadari selama dalam se- Tidak pernah dipersoalkan, dengan cara apa
buah masyarakat ada perbedaan kepentingan, integrasi wilayah dalam rangka pembangunan
dan pada setiap masyarakat pasti ada per- negara dicapai, siapa yang dikorbankan dan
bedaan kepentingan, maka sepanjang itu pula pihak mana saja yang mengutip keuntungan.
konflik akan hadir dan takkan terelakkan. Bila Kebijakan politik dan ekonomi Orde Baru
dikaji menurut Bambang Setiawan dan Bes- bukan hanya menafikkan keanaka ragaman
tian Nainggolan (Litbang Kompas, 20 daerah, juga desain seragam, militeristik
Desember 2000), konflik yang bersifat hori- sentralistik dan top-down.
zontal maupun vertical turut menjadi kekha- Dari beberapa kasus yang terjadi di Indo-
watiran, dari sisi konflik horizontal, paling nesia dapat disimpulkan akar penyebab konflik
tidak tiga persoalan yang dinilai sudah pada kekerasan antara lain Eksploitasi Sumberdaya
taraf yang mengkhawatirkan. Ketiganya Alam Kehutanan. UU Pokok Agraria 1960,
menyangkut konflik agama, antarsuku,antar UU Pokok Kehutanan 1967 & UU Peme-
wilayah. rintahan Desa 1979 telah memperlancar inves-
Diantara ketiga macam konflik hori- tasi pengusaha perkebunan, kehutanan, per-
zontal, konflik antar pemeluk agama yang tambangan di lahan yang secara tradisional di
dinilai paling parah. Konflik antar pemeluk masa Orde Baru. UU ini juga memperlancar
102 Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia

program transmigrasi di lokasi hutan adat. antara Melayu dan Madura terutama di sektor
Dimana hutan adat dikonversi menjadi daerah informal dan bisnis ilegal.
transmigrasi. Sungguhpun perkawinan antar etnik
UU tersebut membawa pengaruh luar sudah sering terjadi namun segregasi pemu-
biasa terhadap kondisi sosial, ekonomi dan kiman dan pekerjaan tetap menonjol. Kedua
politik masyarakat lokal. Disamping semakin bentuk segregasi ini telah melahirkan stereo-
mempersulit masyarakat lokal memperoleh type etnik yang melemahkan kualitas kohesi
akses ekonomi, UU tersebut telah mengakibat- sosial.
kan disfungsi tata pemerintahan adat. UU yang
bersifat eksklusif ini telah mendorong ke- METODE
munculan gerakan sosial dengan tuntutan
pemberlakuan hukum adat dalam pengelolaan Penelitian ini tergolong kedalam analisis
sumberdaya alam. deskriptif yang menjelaskan tentang birokrasi
dan potensi konflik pada lembaga publik di
Nelayan taradisioanal tersingkir akibat Indonesia. Pembahasan diarahkan kepada
masuknya pengusaha besar dengan teknologi bagaimana birokrasi di negara Indonesia mam-
penangkapan ikan yang modern. Petani jeruk pu mengatasi konflik. Sementara itu informasi
tersingkir akibat diberlakukannya monopoli penelitian adalah tokoh masyarakat yang
komoditi ini. Pola pengelolaan sumber alam paham dalam mengatasi konflik dan informasi
di masa order telah mengakibatkan proses lainnya yang dapat mendukung penjelasan.
marjinalisasi ekonomi dan politik masyarakat.
In-migration dalam jumlah cukup besar
misalnya yang dialami oleh Propinsi Kalimantan HASIL
Barat (Achwan, 2005). Dari tahun 1989 Konflik dapat merupakan masalah yang
hingga 2002, jumlah transmigran yang di- serius dalam organisasi. Konflik itu mungkin
tempatkan di provinsi ini adalah 97.793 KK tidak menibulkan kematian, tetapi pasti justru
atau 407.047 jiwa (1989-2002). Transmigran merugikan kinerja suatu organisasi maupun
Madura cenderung meninggalkan pemukiman mendorong kerugian bagi banyak orang, se-
transmigrasi dan mengelola lahan atau bekerja mua konflik tidaklah buruk. Konflik mem-
di sektor yang sama dengan etnik Dayak. punyai sisi-sisi yang positif maupun yang
Etnik Madura membuka lahan sendiri dan negatif.
membangun komuniti sendiri di jalan yang
dibangun perusahaan penebangan kayu. Etnik Suatu Defenisi Konflik
Dayak merasa bahwa kebijakan pemerintah Menutut Stephen P. Robbin (1998) ada
mengenai manajemen hutan dan kegiatan begitu banyak defenisi dari konflik. Tetapi
ekonomi menguntungkan etnik Madura dan meskipun ada makna-makna yang saling
merugikan mereka. menyimpang, istilah ini telah memperoleh
Disamping program transmigrasi pe- beberapa tema bersama yang mendasari
merintah, Kalimantan Barat juga menjadi kebanyakan defenisi. Konflik harus dipahami
tempat yang atraktif bagi transmigran spontan. oleh pihak-pihak yang bersangkutan; apakah
Mereka bekerja di perusahaan penebangan konflik ada atau tidak merupakan masalah
kayu, perkebunan jeruk dan sektor informal persepsi. Jika tidak seorangpun sadar akan
kota. Kabupaten Sambas misalnya (1996- adanya suatu konflik, maka umunya disepakati
1998) menampung kedatangan transmigran bahwa tidak ada konflik. Kebersamaan
spontan asal Madura sebesar 10.000 jiwa tambahan dalam defenisi-defenisi adalah opo-
dalam tempo 2 tahun, dari 1996 hingga 1998 sisi atau ketidakcocokan (inkompatibilitas)
(Alqadri, 1999). Perkembangan in-migration dalam suatu bentuk interaksi. Faktor-faktor
yang pesat ini memacu kompetisi yang keras ini menentukan kondisi-kondisi yang menetap-
Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia 103

kan titik awal dari proses konflik itu. rasionalan demi memperkuat konotasi ne-
Maka kita dapat mendefenisikan konflik gatifnya. Konflik menurut defenisi ini
sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak adalah merugikan dan harus dihindarkan.
merasa bahwa suatu pihak lain telah mempe- Pandangan tradisional ini konsisten dengan
ngaruhi secara negatif, atau akan segera sikap-sikap yang dominan mengenai
mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang prilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-
diperhatikan pihak pertama. Defenisi ini an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai
memberikan bahwa titik dalam setiap kegiatan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi
yang terus berlangsung bila suatu interaksi yang buruk, kurangnya keterbukaan dan
berpindah menjadi suatu konflik antar pihak. kepercayaan antara orang-orang, dan
Defenisi ini mencakup tentang rentang yang kegagalan pemimpin untuk tanggap ter-
luas dari konflik yang dialami orang dalam hadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan.
organisasi, ketidak cocokan tujuan, perbedaan Pandangan bahwa semua konflik buruk
dalam penafsiran fakta, ketidaksepakatan tentu mengemukakan suatu pendekatan
didasarkan pada penghargaan prilaku, se- sederhana terhadap pandangan pada peri-
macamnya. Akhirnya, defenisi kita cukup laku orang yang menciptakan konflik.
luwes untuk meliputi semua tentang tingkat Karena semua konflik harus dihindari, kita
konflik, dari tindakan yang terbuka dan penuh sekedar perlu mengarahkan perhatian kita
kekerasan sampai keragam-ragam halus (subtil) pa-da penyebab konflik dan mengkoreksi
dari ketidaksepakatan. salah-fungsi ini untuk memperbaiki kinerja
kelompok dan organisasi. Meskipun telaah
Transisi dalam Pikiran Konflik riset sekarang memberikan bukti yang kuat
untuk mempersoalkan bahwa pendekatan
Tepat sekali kalau dikatakan bahwa sudah terhadap pengurangan konflik ini meng-
ada “konflik” mengenai peran konflik dalam hasilkan kinerja kelompok yang tinggi,
kelompok dan organisasi. Satu aliran pemi- banyak dari kita masih mengevaluasi situasi
kiran telah beragumen bahwa konflik harus konflik dengan menggunakan standar usang
dihindari, bahwa konflik menendakan salah ini. Demikian pula oleh banyak birokrat.
satu fungsi di dalam kelompok. Kita menye-
butnya yakni tradisional. Suatu aliran pemi-
kiran lain, pandangan hubungan manusia, 2. Pandangan Hubungan Manusia
mengemukakan bahwa konflik adalah hasil Posisi hungan manusia beragumen bahwa
yang wajar dan tidak terelakkan dalam setiap konflik merupakan peristiwa yang wajar
kelompok dan bahwa itu tidak perlu dianggap dalam semua kelompok dan organisasi.
buruk, melaikan sebaliknya berpotensi untuk Karena konflik itu ketidakterelakkan, aliran
menjadi kekuatan positif dalam kelompok hubungan manusia membela penerimaan-
tetapi juga secara eksplisit beragumentasi baik konflik, mereka merasionalkan eksis-
bahwa sesuatu konflik mutlak perlu untuk tensinya: konflik tidak disingkirkan, dan
suatu kelompok agar berkinerja efektif. Kita bahkan adakalanya konflik dapat ber-
cap aliran ketiga ini sebagi pendekatan manfaat pada kinerja kelompok. Panda-
interaksionis ngan hubungan manusia ini mendominasi
1. Pandangan Tradisonal teori konflik dari akhir dasawarsa 1940-
Pendekatan dini terhadap konflik mengen- an sampai pertenga-han 1970-an.
dalikan bahwa semua konflik itu buruk.
Konflik dipandang secara negatif, dan di- 3. Pandangan Interaksionis
sinonimkan dengan istilah seperti keke- Sementara pendekatan hubungan manusia
rasan (violence), destruksi dan ketidak- menerima baik konflik, pendekatan interak-
104 Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia

sionis mendorong konflik atas dasar bahwa maka dampak konflik pada kelompok itu, dan
kelompok yang kooperatif, tenang, damai bukannya pada setiap anggota individual, yang
dan serasi cenderung menjadi statis, apatis menentukan kefungsionalan. Tentu saja, dam-
dan tidak tanggap terhadap kebutuhan pak dari konflik pada individu dan dampak
akan perubahan dan inovasi. Oleh karena pada kelompok jarang bersifat saling me-
itu sumbangan utama dari pendekatan ngucilkan. Jadi cara individu mempersepsikan
interaksionis mendorong pemimpin kelom- suatu konflik dapat mempunyai suatu penga-
pok untuk mempertahankan suatu tingkat ruh yang penting pada efeknya terhadap ke-
minimum berkelanjutan dari konflik-cukup lompok itu. Tetapi, ini tidak perlu demikian,
untuk membuat kelompok itu hidup, kritis- dan bila tidak, perhatian akan terpusat pada
diri dan kreatif. Dengan adanya pandangan kelompok itu. Jadi apakah seseorang anggota
interksionis, menjadi jelas bahawa untuk kelompok individu merasa suatu konflik tertentu
mengatakan konflik itu seluruhnya baik sebagai secara pribadi mengganggu atau po-
atau buruk tidaklah tepat atau naif. Apakah sitif tidaklah relevan.
suatu konflik itu baik seluruhnya atau
buruk bergantung pada tipe konflik. Secara Proses Konflik
khusus, perlu untuk memperbedakan antara
konflik fungsinal dan disfungsional. Proses konflik dapat dilihat sebagai terdiri
atas lima tahap:
Tahap I: Oposisi atau Ketidakcocokan
Konflik Fungsional Lawan Disfungsional Potensial
Pandangan interaksionis tidak berpen- Langkah pertama dalam proses konflik
dapat bahwa semua konflik adalah baik. Lebih adalah adanya kondisi yang menciptakan
tepat beberapa konflik mendukung tujuan ke- kesempatan untuk memunculkan konflik itu.
lompok dan memperbaiki kinerjanya, inilah Kondisi itu tidak perlu langsung mengarah ke
ragam konflik yang konstruktif, fungsional. konflik, tetapi salah satu konflik itu perlu jika
Disamping itu, ada konflik yang merintangi konflik itu harus muncul. Demi sederhananya
kinerja kelompok; ini adalah ragam konflik kondisi ini (yang juga dapat dipandang sebagai
yang disfungsional atau destruktif. kasus atau sumber konflik) telah dimampat-
Tentu saja berpendapat bahwa konflik kan dalam tiga kategori umum: komunikasi,
dapat berharga untuk kelompok adalah suatu struktur dan variabel pribadi.
hal dan suatu hal lain adalah mampu mengata- a) Komunikasi
kan apakah suatu konflik itu fungsional atau
disfungsional. Demarkasi antara fungsional Salah satu mitos utama yang kebanyakan
dan dis-fungsional atau tidak jelas atau tidak kita sandang adalah bahwa komunikasi
te-gas. Tidak ada satu tingkat konflik dapat yang buruk merupakan alasan utama dari
disetujui sebagai dapat diterima-baik atau konflik-konflik: “seandainya saja kita dapat
tidak dapat diterima-baik dalam semua berkomunikasi satu sama lain, kita dapat
kondisi. Jenis dan tingkat konflik yang seka- menghapuskan perbedaan pendapat kita”.
rang ini menciptakan keterlibatan yang sehat Kesimpulan semacam itu bukan tidak masuk
dan positif mendukung tujuan satu kelompok akal, bila masing-masing dari kita diberi
mungkin, dalam suatu kelompok lain atau ke- waktu untuk berkomunikasi. Tetapi, tentu
lompok yang sama tetapi waktu yang lain, saja, komunikasi yang buruk bukanlah
sangat disfungsional. sumber dari konflik, meskipun ada cukup
banyak bukti yang memberikan kesan
Kriteria yang memperbedakan konflik bahwa masalah-masalah dalam proses
fungsional dari disfungsional adalah kinerja komunikasi berperan dalam menghalangi
kelompok. Karena kelompok-kelompok itu kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman.
eksis untuk mecapai suatu tujuan atau lebih,
Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia 105

Suatu tinjauan riset mengemukakan bahwa organisasi mempunyai tujuan yang ber-
kesulitan semantic, pertukaran informasi aneka.
yang tidak cukup, dan bisingan dalam salu- Ada suatu indikasi bahwa suatu gaya ke-
ran komunikasi semuanya merupakan pemimpinan yang tertutup-pengamatan
penghalang terhadap komunikasi dan kon- ketat dan terus-menerus dan control umum
disi anteseden yang potensial bagi konflik. terhadap perilaku orang lain-meningkatkan
Secara khusus, bukti menunjukkan bahwa potensial konflik, tetapi bukti itu tidak
kesulitan semantik timbul sebagai akibat terlalu kuat. Terlalu banyak mengandalkan
perbedaan dalam pelatihan, persepsi selektif, partisipasi dapat juga merangsang konflik.
dan informasi tidak memadai mengenai Riset cenderung membenarkan bahwa
orang-orang lain. Riset memperlihatkan partisipasi dan konflik sangat berkaitan,
lebih lanjut suatu penemuan yang menge- tampaknya, karena partisipasi mendorong
jutkan: Potensial untuk konflik meningkat digalakkanya perbedaan. Sisitem imbalan
bila atau terlalu sedikit atau terlalu banyak juga ditemukan sebagi menciptakan konflik
terjadi komunikasi. Rupanya, suatu pening- bila perolehan satu anggota mengor-
katan komunikasi bersifat fungsional sam- bankan seorang lain. Akhirnya, jika suatu
pai suat titik, setelah itu mungkin terjadi kelompok bergantung pada suatu kelompok
komunikasi berlebihan, dengan kenaikan lain (lawannya jika keduanya saling tidak
suatu resultan dari potensial konflik itu. tergantung) atau jika kesalingtergantungan
Jadi terlalu banyak atau terlalu sedikit memungkinkan satu kelompok mempe-
informasi dapat meletakkan fundasi untuk roleh sesuatu atas pengorbanan yang lain,
konflik. Selanjutnya, saluran yang dipilih maka kekuatan-kekuatan yang berlawanan
untuk komunikasi dapat berpengaruh me- akan dirangsang.
rangsang oposisi. Proses penyaringan yang c) Variabel pribadi
terjadi ketika informasi dilewatkan diantara
anggota-anggota dan penyimpangan (diver- Bukti menandakan bahawa tipe kepribadian
gan) komunikasi dari saluran formal atau tertentu-misalnya, individu yang sangat
yang sudah ditetapkan sebelumnya, me- otoriter dan dogmatic dan yang menun-
nawarkan kesempatan yang potensial bagi jukkan penghargaan yang rendah-mendorong
timbulnya konflik. ke konflik potensial. Paling penting, dan
agaknya variable yang paling terabaikan
b) Struktur dalam talaah konflik sosial, adalah system
Riset menunjukkan bahwa ukuran dan nilai yang berbeda. Perbedaan nilai misal-
spesialisasi bertindak sebagai kekuatan nya, merupakan penjelasan yang terbaik
untuk merangsang konflik. Makin besar dari isyu-isyu yang beraneka seperti
kelompok dan makin terspesialisasi ke- prasangka, ketidak sepakatan mengenai
giatannya, makin besar kemungkinan ter- sumbangan seorang kepada kelompok dan
jadinya konflik. Masa kerja dan konflik imbalan yang layak diterimanya.
telah ditemukan sebagai perbandingan ter-
balik.
Tahap II: Kognisi dan Personalisasi
Makin besar kedwiartian dalam men-
defenisikan dengan cermat dimana letak Jika kondisi-kondisi yang disebut dalam
tanggung jawab untuk tindakan, makin tahap I mempengaruhi secara negatif sesuatu
besar potensial timbulnya konflik. Kedwi- yang diperhatikan oleh satu pihak, maka
artian yurisdiksional semacam itu mening- potensial untuk oposisi atau ketidakcocokan
katkan percecokkan antar kelompok untuk menjadi teraktualkan dalam tahap kedua.
mendapatkan kendali sumber daya dan Kondisi anteseden hanya dapat mendorong ke
teritori. Kelompok-kelompok ini dalam konflik bila satu pihak atau lebih dipengaruhi
106 Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia

oleh, dan sadar akan adanya konflik itu. Tabel 1.


Seperti kita catat dalam defenisi kita me- Pendekatan Pembangunan Perdamian
ngenai konflik, diperlukan persepsi. Oleh REKONSTRUKTIF TRANSFORMATIF
karena itu, satu pihak atau lebih harus sadar Maksud Identifikasi & Merumuskan konsep
mendukung lembaga menyeluruh (proses,
akan eksistensi kondisi anti-seden. Tetapi yg dpt memperkuat pendekatan, tahap2)
karena suatu konflik dipersepsikan tidakalah perdamaian shg transformasi konflik
konflik kekerasan tdk menuju perdamaian
berarti itu dipribadikan (dipersonalkan). terluang yang sustainable
Dengan kata lain, “ A mungkin menyadari Aktor Elit politik, Rakyat biasa, LSM,
bahwa B dan A berada dalam ketidak- organisasi (multi) pemimpin komuniti
internasional
sepakatan yang serius. Tetapi itu tidak mem- Tujuan Kesepakatan dgn Transformasi konflik
bantu A tegang atau cemas dan itu mungkin strategi pengakhiran
konflik yang jelas
tidak mempunyai afek apapun terhadap efeksi Fokus Simptom konflik Akar penyebab
A terhadap B”. Adalah pada tingkat terasakan, konflik
Pemulihan Insfrastruktur Hubungan antar etnik
bila individu-individu menjadi terlibat secara ekopolsos
emosional, bahwa pihak-pihak mengalami Utilises Existing set of tools Local knowledges
kecemasan, ketegangan, frustasi atau permusuhan. (deductive) and conflict
resolution practices,
Hendakknya diingat dua pokok, Per- cultutal/conflict-
specific tools
tama, Tahap II penting karena disitulah isyu- (inductive)
isyu konflik cenderung didefenisikan. Inilah Sumber: International Development Center of
tempat dalam proses dimana pihak-pihak Japan (2005). Analysis of the Conflict
memutuskan mengenai apakah konflik itu. and Peacebuilding Potential in Maluku
Dan, pada gilirannya, “pembuatan pengertian” and North Maluku
ini penting kareana cara suatu konflik di-
defenisikan menempuh suatu jalan panjang pihak lain) dan ketegasan (sampai tingkat
menuju penetapan jenis hasil yang mungkin mana satu pihak berupaya untuk memenuhi
menyelesaikannya. Pokok kedua, bahwa e- kepntingannya sendiri) – dapat diidentifikasi-
mosi memainkan peran utama dalam mem- kan lima maksud penanganan – konflik:
bentuk persepsi. bersaing (tegas dan tidak kooperatif), ber-
kolaborasi (tegas dan kooperatif), meng-
Tahap III : Maksud hindari (tidak tegas dan tidak kooperatif),
Maksud (intensi) berada diantara per- mengakomodasi (tidak tegas dan kooperatif);
sepsi serta emosi orang dan perilaku terang- dan berkompromi (tengah-tengah dalam hal
terangan mereka. Maksud merupakan ke- ketegasan dan kekooperatifan).
putusan untuk bertindak dalam suatau cara BERSAING, bila seoarang berusaha me-
tertentu. Banyak sekali konflik ditingkatkan menuhi kepentingannya sendiri, tidak perduli
semata-mata karena satu pihak menghu- dampaknya terhadap pihak-pihak lain pada
bungkan maksud yang keliru pada pihak yang konflik itu, ia sedang bersaing. Contoh men-
lain. Disamping itu lazimnya ada banyak sekali capai tujuan atas pengorbanan tujuan orang
kemelesatan antara maksud dan prilaku, se- lain, berupaya meyakinkan seorang lain bahwa
hingga prilaku tidak selalu mencerminkan kesimpulan yang dibuat benar dan kesimpulan
dengan tepat (akurat) maksu-maksud seorang. pihak lain keliru, dan membuat orang lain me-
Tabel 1.1 mengambarkan upaya untuk nerima baik untuk disalahkan dalam suatu
mengidentifikasikan maksud-maksud pena- masalah.
nganan konflik primer. Dengan menggunakan BERKOLABORASI, bila pihak-pihak
dua dimensi – kekooperatifan (derajat sejauh dalam konflik masing-masing berhasrat untuk
mana satu pihak mengupayakan menjauhi memenuhi kepentingan dari semua pihak,
mempunyai kooperasi dan pencarian hasil
Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia 107

yang bermanfaat secara timbal-balik. Dalam menyelesaikan kekerasan etnik maupun poli-
berkolaborasi, maksud dari pihak-pihak adalah tik. Kedua pendekatan ini, seperti terlihat dalam
memecahkan masalah dengan memperjelas tabel berikut, berorientasi pada pembangunan
perbedaaan bukannya dengan mengakomo- perdamaian dengan tekanan yang berbeda.
dasikan berbagai sudut pandang. Contohnya Model rekonstruktif lebih menekankan pada
adalah berupaya mencari pemecahan menang- penghentian konflik kekerasan sedangkan
menang yang memungkinkan tujuan kedua model transformatif pada perubahan menye-
pihak sepenuhnya dicapai dan mengusakan luruh tata hubungan sosial dan politik. Dengan
suatu kesimpulan yang memasukkan wawasan- menggunakan kedua model tersebut, kita da-
wawasan yang sahih dari kedua belah pihak. pat menilai seberapa jauh kekuatan dan kele-
MENGHINDAR, suatu pihak mungkin mahan model perdamaian yang dijalankan
mengakui bahwa suatu konflik ada dan ingin untuk mengakhiri konflik.
menarik diri dari dalamnya atau menekannya.
Contoh menghindar adalah mencoba sekedar Ikrar Perdamaian
mengabaikan suatu konflik dan menghindari Ikrar Perdamaian merupakan model
orang-orang lain yang tidak sependapat. perdamaian yang telah lama dianut oleh para
MENGAKOMODASI, bila satu pihak pemimpin. Di zaman Orde Baru, ikrar per-
berusaha untuk memuaskan seseorang lawan, damaian ini dihadiri oleh para elit etnik dari
pihak tersebut mungkin bersedia menaruh pelbagai majelis atau dewan etnik, militer,
kepentingan lawan itu diatas kepentingannya Polri dan pemerintah daerah. Ikrar ini ber-
sendiri. Dengan kata lain, agar terpelihara tujuan menghentikan konflik kekerasan. Namun
hubungan itu, satu partai bersedia untuk ikrar perdamaian ini gagal mencapai tujuan
mengorbankan diri. Kita merujuk aksud ini karena beberapa sebab. Pertama, masyarakat
sebagai mengakomodasi. Contohnya adalah kurang mempercayai elit etnik tersebut karena
kesediaaan mengorbankan tujuan anda se- mereka sering bekerjasama dengan pengusaha
hingga tujuan pihak lain dapat dicapai. Men- perkebunan dan kayu melawan penduduk
dukung pendapat sesorang lain meskipun anda lokal (Davidson, 2002). Kedua, isi ikrar perda-
berkeberatan soal itu, dan memaafkan sese- maian sering sudah disiapkan oleh aparat
orang karena suatu pelanggaran dan mem- keamanan tanpa diskusi dengan tokoh etnik
biarkan pelanggaran-pelanggaran berikutnya. tersebut (Djuweng: 2004). Ketiga, isi ikrar
BERKOMPROMI, bila tiap pihak pada tersebut tidak membahas persoalan agenda
konflik itu berusaha melepaskan sesuatu, perdamaian.
terjadilah sharing, yang menghasilkan suatu Di zaman reformasi, peran pemerintah
hasil yang kompromis. Dalam berkompromi daerah bergeser dari penentu menjadi fasili-
tidak ada pemenang atau pecundang. Sebalik- tator. Perubahan peran ini membawa akibat
nya, ada kesediaaan untuk menjatah objek ganda. Di wilayah yang tidak memiliki tradisi
konflik itu dan menerima-baik suatu peme- menjalin kerjasama antar etnik, seperti di Sam-
cahan yang memberikan kepuasan tidak se- bas, perubahan peran pemda ini mengakibat-
penuhnya dari kepentingan kedua belak pihak.Oleh kan tidak terjadinya ikrar perdamaian antar
karena itu karakteristik yang khas pada suku Melayu dan Madura. Karena suku Me-
kompromi adalah bahwa tiap pihak bermaksud layu memandang bahwa tingkah laku suku
untuk melepaskan (menyerahkan) sesuatu. Madura tidak sesuai dengan norma budaya
lokal (Davidsons, 2002).
Manajemen Konflik Sebaliknya, di wilayah yang memiliki tra-
Ada dua model atau pendekatan manaje- disi kerjasama antar etnik, seperti di Kabu-
men konflik yang sering digunakan dalam paten Ketapang, ikrar perdamaian dapat
108 Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia

mengentikan dan malahan membebaskan wila- Kohesi Belum ada usaha Berkembangnya
yah tersebut dari konflik kekerasan. Di Keta- Sosial sistimatis pemda LSM multi-etnik
pang, hubungan antara elite etnik dengan dan NGOs
Persisitensi
mengembangkan
aparat keamanan telah terjadi cukup lama kerjasama antar
pro-gram
etnik di tingkat
sehingga insiden kejahatan etnik tidak berkem- memperkuat
komuniti
kohesi sosial
bang menjadi kekerasan etnik secara massal. Tuntutan politik
Ikrar perdamaian sebagai model pende- disalurkan via ja-
lur konstitusional
katan manajemen konflik hanya dapat ber-
manfaat dalam menghentikan kekerasan etnik Keamanan Persistensi insiden Reformasi Polri
masyarakat kejahatan etnik
di wilayah-wilayah yang memiliki mekanisme Sumbangan Polri
Pesatnya jml pe- dlm membangun
kerjasama antar etnik. Namun model ini tetap ngungsi yang pin- hub dgn dewan
tidak mampu membangun perdamaian secara dah ke dan berd- adat di tgkt
sustainable. omisili di kabupaten
Pontianak

Kendala dan Potensi Perdamaian SIMPULAN


Berbagai daerah di Indonesia kini sedang Sebagai piranti pemerintah negara, birok-
menghadapi proses rekonstruksi sosial yang rasi mempunyai peran dalam menyebarkan
kompleks. Dalam konteks regional otonomi keputusan politik sekaligus sebagai pelaksana
dan demokratisasi, proses rekonstruksi ini kebijakan negara. Pergolakan di Aceh, Riau,
ditandai oleh transformasi yang tidak mudah Kalimantan Barat, Papua dan aksi-aksi keke-
dari ethno-politics menuju civic politics. rasan yang terjadi secara horizontal dan vertikal
Lembaga-lembaga politik informal kesukuan merupakan konsekuensi salah urus negara
memainkan peran penting dalam menentukan yang menempatkan daerah sebagai sub-ordinasi
posisi-posisi politik strategis. Di sisi lain, kini pemerintah pusat. Pergolakan didaerah dipicu
juga mulai muncul lembaga-lembaga sosial akumulasi kekecewaan rakyat atas pola pem-
yang berusaha memperkuat civic-politics. bangunan yang memarjinalkan potensi lokal.
Lembaga semacam ini memiliki potensi besar Munculnya faktor-faktor yang memfa-
dalam membangun perdamaian antar etnik. silitasi sebuah konflik biasanya tidak lepas dari
Berikut berapa kendala dan potensi perda- peran penguasa. Hal demikian terjadi meng-
maian di Indonesia. inggat, akses terhadap pengelolaan sumber
daya tidak lepas dari wewenang penguasa.
Tabel 2.
Dengan demikian, sedikit saja sebuah kelom-
Kendala dan Potensi Perdamaian pok meng-gangap terjadi suatu ketidakadilan
DIMENSI KENDALA POTENSI
bagi kelompoknya, saat itu pula benih-benih
konflik sudah tersebar. Semakin lama benih
Politik Etno-politik dalam Berkembangnya
posisi pol strategis kelmpk penekan
konflik tersebut terakumulasi semakin besar
memperjuangkan penguatan identitas kelompok yang pada saat
Kurangnya
kebijakan publik nanti meledak menjadi konflik terbuka.
kebijakan publik
yang lebih sen-
untuk pengemba- Dalam banyak kasus konflik di Indonesia,
sitif terhadap
ngan kerjasama
persoalan lokal penguasa sebagai pemegang otoritas tidak
an-tar etnik
Penguatan gerakan
Public trust in mampu berbuat banyak dalam menciptakan
Bappeda
memperjuangkan keadilan. Pandanagn tersebut setidaknya tam-
hukum adat Pertemuan infor- pak dalam dua persoalan. Pertama, berkaitan
mal antar etnik
illegal logging dengan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Pemda menganu-
lir perda konsen- Kedua, menyangkut upaya pemerintah dalam
si hutan penegakan hukum. Adapun rekomendasi yang
dapat dilakukan antara lain:
Birokrasi dan Potensi Konflik di Indonesia 109

1) Memperkuat kelembagaan Kehutanan DAFTAR RUJUKAN


sosial. Penguatan kelembagaan ini meru- Camara Dom Helder, Spiral Kekerasan, Insist
pakan tahap awal dari proses pembaruan Press, Yogyakarta, 2000.
pengelolaan sumberdaya alam. Ide sentral-
nya adalah memberdayakan masyarakat Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik
lokal agar dapat memperoleh manfaat dari dan Modern, Gramedia, Jakarta, 1998.
pola pengelolaan ini. Dalam jangka pan-
jang, pemda tingkat provinsi dan kabupaten Fromm Erich, Akar Kekerasan Analisis Sosio-
dapat merumuskan perda kehutanan sosial Psikologis Atas Watak Manusia, Pustaka
yang menguntungkan semua pihak. Pe- Pelajar Yogyakarta, 2001.
nguatan kelembagaan ini terdiri dari dua
komponen kegiatan. Pertama, pengemba- Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi,
ngan kerangka kehutanan sosial yang da- Prilaku, Struktur, Proses, Binarupa
pat memfasilitasi terjadinya sinergi antara Aksara, Jakarta, 1997.
pemberdayaan masyarakat lokal dengan
pengembangan lembaga adat dan lembaga Handoko T. Hani, Manajemen, BPFE,
pemerintah yang lebih responsif. Kedua, Yogyakarta, 1999.
memperkuat kapasitas organisasi lokal agar
dapat memainkan peranan sebagai mediasi Robbin P. Stephent, Organizational Behavior,
antar belbagai kepentingan. Consepts, Controversies, Applications,
2) Kebijakan anggaran yang berorientasi pada Eight Edition, Prentice-Hall Interna-
perdamaian. Sejumlah langkah dapat di- sional, 1998.
ambil untuk melaksanakan kebijakan ini.
Pertama, memperkuat pengetahuan lem- Setiawan Bambang dan Bestian Nainggolan,
baga di tingkat komuniti dan LSM akan Litbang Kompas, Desember 2000.
pentingnya alokasi anggaran pemda untuk
pembangunan ekonomi antar etnik. Kedua, Simon A. Herbert, Adminisrative Behavior,
mengembangkan konsultasi publik antara Bumi Aksara, Jakarta, 1998.
lembaga-lembaga tersebut dengan DPRD
untuk membahas dimensi sensifitas konflik Stonner James A.F dan R. Edward Freeman
dalam penentuan anggaran tahunan. dan Daniel R.Gilbert Jr. Manajemen,
3) Membentuk majelis perdamaian di tingkat Prehallindo, Jakarta, 1996.
propinsi dan kabupaten. Majelis ini me-
rupakan transformasi majelis atau dewan adat Sujatmiko Iwan Gardono, Wacana Civil Society
yang telah ada sebelumnya. Majelis ini bertugas di Indonesia, Pendidikan Demokrasi,
mengkoordinasi seluruh LSM dan lembaga KPU Provinsi Riau, 2005.
lain yang dalam kegiatannya menekankan
pentingan perdamaian antar etnik. Sumardinata, J., Bhineka Dalam Konflik,
Kompas, 2000.
4) Mingkatkan kapasitas Polri. Peningkatan
kapasitas ini penting dalam usaha mence- Rochman Achwan, Penyebab dan Solusi
gah ekonomi ilegal dan kejahatan etnik Konflik Primordial Kasus Kalimantan
yang muncul di provinsi ini. Dengan pe- Barat, Manajemen Konflik, KPU Provinsi
ningkatan ini, Polri dapat mengembangkan Riau, 2006.
kerangka kerjasama yang inovatif melibat-
kan pemimpin komuniti, pemimpin agama, Thoha Miftah, Prilaku Organisasi, Rajagrafindo
LSM dan kelompok pengusaha untuk memba- Persada, Jakarta, 1999.
ngun hubungan antar etnik yang produktif.

Anda mungkin juga menyukai