MAKALAH
Disusun Oleh:
2018
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH yang maha pengasih lagi Maha penyayang dengan. memanjatkan puji
syukur atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahmat, dan hidayatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Begitu pula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman .
Dalam penyusunan makalah tentang “Pasar uang syariah” ini penulis sedikit mengalami
kesulitan dan rintangan. Namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga
kesulitan-kesulitan tersebut bisa teratasi dengan lancar dan baik. Dengan demikian penulis lewat
lembaran ini hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
mereka, teriring doa agar segenap bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga
bernilai ibadah disisi Allah SWT.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari
segalanya. Melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi. Olehnya itu kritik dan
saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .........................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pasar uang dalam teori ekonomi bukanlah suatu tempat secara fisik orang
berjualan dan menjajakan barang dagangannya. Pasar di artikan lebih luas dan abstrak, namun
tetap mencakup pasar dalam pengertian sehari-hari, yaitu pertemuan antara permintaan dan
penawaran.
Pasar uang syari’ah merupakan mekanisme yang memungkinkan lembaga keuangan syari’ah
untuk menggunakan instrumen pasar dengan mekanisme yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syari’ah baik untuk mengatasi persoalan kekurangan likuiditas maupun kelebihan
likuiditas. Hanya saja harus diakui saaat ini masih sangat dibutuhkan pengembangan pasar uang
berbasis syari’ah. Pengembangan pasar uang syari’ah sangat penting karena mekanisme pasar
uang syari’ah hanya aka efektif apabila :[1]
1. Cukup banyak instrumen pasar uang syari’ah yang dapat di perdagangkan. Instrumen
perdagangan syari’ah di samping harus memenuhi pinsipprinsip syari’ah juga harus marketable
yaitu mengandung pendapatan yang baik, resiko yang rendah, mudah di cairkan, sederhana dan
fleksibel.
2. Ada lembaga yang bersedia menjadi pembuat transaksi (transaction maker) yang
melakukan verifikasi atas kesempatan investasi, mengatasi kesulitan dan untuk
memastikan adanya kemungkinan bagi investor guna mencairkan kembali investasi
mereka jika sewaktu-waktu mereka butuhkan tanpa memengaruhi pendapatan efektif
yang mereka harapkan. Lembaga ini mendukung adanya perjanjian perdagangan
skuritas, program penebusan, dan bertindak sebagai kustodian. Selama ini di pasar uang
Indonesia, fungsi pembuat transaksi di jalankan oleh Ficorinvest yang sering di sebut
security house.
4. Informasi keuangan yang dapat dipercaya, yaitu data keuangan perusahaan yang
mengeluarkan SBPU, agar setiap peminat dapat membuat penelitian mengenai keadaan
perusahaan.
Pasar uang syari’ah merupakan pasar tempat bank-bank syari’ah menjual dan membeli
instrumet keuangan. Keberadaan pasar uang syariah diakui secara Internasioanl dengan
lahirnya Bahrain Monetery Agency (BMA) dan bank Negara Malaysia. Pada dasarnya, pasar
uang syari’ah dan konvensional memiliki fungsi yang sama, yaitu mengatur likuiditas, maksudnya
jika bank syari’ah memiliki kelebihan dana maka dapat menggunakan instrumen pasar uang
untuk menginvestasikan dananya. Jika mengalami kesulitan likuiditas, maka dapat menerbitkan
instrumen yang dapat dijual untuk mendapatkan dana tunai.[2]
Kebijakan mengenai pasar uang syari’ah di Indonesia di dasarkan pada peraturan Bank
Indonesia Nomor : 10/ 36/ PBI/ 2008 tanggal 10 Desember 2008 tentang operasi moneter
syari’ah yag merupakan pengejawantahan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syari’ah
dalam rangka mendukung tugas Bank Indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter. Pencapaian target operasional tersebut dilakukan dengan cara memengaruhi
likuiditas perbankan syari’ah melalui kontraksi moneter atau ekspansi moneter.
Pasar uang pada prinsipnya merupakan sarana alternatif bagi lembaga-lembaga keuangan,
perusahaan-perusahaan non keungan dan peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan
dana jangka pendeknya maupun dalam rangka melakukan penempatan dana atas kelebihan
likuiditasnya.
Pasar uang secara tidak lagsung berfungsi sebagai sarana pengendali moneter oleh
penguasa moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka. Pelaksanaan pasar terbuka oleh
bank indonesia dilakukan dengan menggunakan sertifikat bank indonesia atau sertifikat bank
indonesia syari’ah bagi tujuan kontraksi moneter dan surat berharga pasar uang atau surat
berharga pasar uang dengan prinsip syari’ah untuk bank syari’ah sebagai instrumen ekspansi
moneter.
OMS ditujukan untuk mencapai target opersional pengendalian moneter sari’ah yang dapat
berupa :
1. Kecukupan likuiditas perbankan syari’ah; dapat berupa target uang primer atau
komponennya yang terdiri dari uang kartal yang ada di bank dan masyarakat, dan saldo
giro bank dalam rupiah di bank indonesia.
2. Variabel lain yang ditetapkan oleh bank indonesia; yaitu berupa tingkat imbalan pasar
uang antar bank berdasarkan prinsip syari’ah dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran akhir kebijakan moneter bank Indonesia yang antara lain berupa tingkat imbalan
pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syari’ah.
Di samping itu, pasar uang juga dapat berfungsi informasi dimana pasar uang dapat
memberikan informasi bagi perusahaan, pemerintah, masyarakat, perorangan, sektor luar negri
dan peserta pasar uang lainnya mengenai kondisi moneter, preferensi dan tingkah laku pasar
uang, pengruh kebijakan moneter serta pengaruh dari interaksi kegiatan ekonomi dalam dan luar
negeri.
Para peserta dalam pasar uang syari’ah adalah lembaga keuangan, perusahaan besar,
lembaga pemerintah dan individu yang memerlukan dana jangka pendek dan biasanya
pembelian surat-surat berharga pasar uang hanya didasarkan kepada kepercayaan semata, hal
ini disebabkan surat-surat berharga pasar uang biasanya tanpa jaminan tertentu.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pasar uang adalah petama pihak yang
membutuhkan dana. Dan yang kedua pihak yang menanamkan dana atau pihak yang menjual
dana baik bank maupun non bank dengan tujuan investasi di pasar uang. Para pelaku pasar
uang terdiri dari bank komersial, perusahaan pemerintah, dan perusahaan swasta yang bergerak
di bidang keuangan yang terkait erat dengan pemerintah.
Investor di pasar uang terutama mencari keamanan dan likuiditas di samping peluang
untuk memperoleh pendapat bunga/ bagi hasil. Hal tersebut karena dana yang di investasikan di
pasar uang adalah kelebihan dana sementara dan biasanya dibutuhkan dalam waktu singkat
untuk membayar pajak, gaji, deviden dan sebagainya. Dengan alasan ini, maka investor pasar
uang sangat sensitif terhadap resiko. Adapun jenis-jenis resiko yang mungkin dihadapi adalah:
1. Resiko pasar, yaitu resiko yang berkaitan dengan turunnya harga surat berharga
dan tingkat bunga/ bagi hasil naik mengakibatkan investor mengalami capital
lose.
3. Resiko gagal bayar, yaitubresiko yang terjadi akibat peminjam tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
4. Resiko inflasi, yaitu adanya kenaikan harga-harga barang dan jasajasa yang
akan menurunkan daya beli atas pendapatan yang diterima.
5. Risiko valuta, yaitu adanya perubahan terhadap kurs mata uang asing apabila
mengalami perubahan yang merugikan.
7. Resiko likuiditas, apabila instrumen yang dimiliki sulit untuk dijual kembali
sebelum jatuh tempo.[3]
C. Kebijakan pengembangan pasar uang di
Indonesia
Pasar uang merupaka suatu institusi yang memiliki peranan penting bagi bank sentral
terutama dalam mengimplementasikan kebijakan moneter. Kebijakan moneter di ambil melalui
operasi pasar terbuka baik menggunakan target kuantutas (uang primer) maupun suku bunga
akan memengaruhi berbagai suku bunga di pasar uang dan selanjutnya akan memengaruhi
variabel makroekonomi lainnya seperti ; nilai tukar, konsumsi, investasi dan tingkat inflasi dan
output.
Bank indonesia sebagai bank sentral di indonesia telah mengambil beberapa kebijakan yang
bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang sehat, meningkatkan ketersediaan informasi
bagi pelaku pasar,serta meningkatkan efektivitas kebijakan moneter.
Salah satu ukuran keberhasilan pencapaian yang dimaksud adalah laju inflasi tahunan
yang terkendali yang ditetapkan sebagai sasaran akhir dari pelaksanaan tugas bank Indonesia di
bidang moneter. Dalam rangka mencapai sasaran akhir moneter, salah satu cara pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syari’ah adalah dengan pelaksanaan operasi moneter syari’ah
untuk memengaruhi kecukupan likuiditas perbankan syari’ah. Dalam pelaksanaannya bank
Indonesia dapat melakukan operasi moneter syari’ah yang bersifat kontraksi dan ekspansi.
2. OPT Syari’ah
OPT Syari’ah dilakukan melalui mekanisme lelang dan/ atau non lelang.
b. Jual beli surat berharga dalam rupiah yang memenuhi prinsip syari’ah yang
meliputi SBIS, SBIN, dan surat berharga lain yang berkualiatas tinggi dan
mudah dicairkan.
3. Standing facilities
(FASBIS)
1. Uang tidak apat mengasilkan apa-apa. Uang hanya akan berkembang apabila
diinvestasikan dalam kegiatan ekonomi riil.
invesment. Return ini hanya boleh diestimasikan tetapi tidak boleh ditentukan
terlebih dahulu di depan.
4. Peranti keuangan islami, seperti bagian saham dalam suatu kemitraan atau
perusahaan dapat dinegosiasiakan (di beli atau dujual) karena ia mewakili bagian
saham dalam jumlah aset dari bisnis yang nyata.
Adapun jenis-jenis instrumen pasar uang yang di tawarkan dalam pasar uang dengan sistem
syari’ah di Indonesia antara lain :[5]
Atau yang biasa disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syari’ah
berjangka waktu pendek dalam mata uang rpiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia.
b. BUS atau UUS dapat merepokan SBIS miliknya kepada bank Indonesia dengan
terlebih dahulu menandatangani perjanjian pengagungan SBIS dalam rangka
SBIS. Terhadap repo SBIS di kenakan biaya. Dll
Adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syari’ah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uan rupiah.
Repo SBSN adalah transaksi penjualan SBSN oleh bank kepada bank indonesia dengan
janji pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati dalam
rangka standing facilities syari’ah.
c. Terhadap penggunaan repo SBSN dikenakan biaya repoSBSN dengan rate sebesar
BI-rate+margin 50.
Adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar bank berdasarkan prinsip
syari’ah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Instrumen PUAS adaah instrumen bank
syari’ah atau UUS yang digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS.
Pada dasarnya, PUAS di maksudkan sebagai sarana investasi antar bank sari’ah
sehingga bank syari’ah tidak diperkenankan menambahkan dana kepada bank
konvensional untuk menghindari pemanfaatan dana yang akan menghasilkan bunga.
Peserta PUAS adalah bank syari’ah dan bank konvensioanl. Bank syari’ah dapat
melakukan penanaman dana dan / atau pengelolaan dana sedangka bank konvensional
hanya dapat menanamkan dananya.[6]
2. Terletak pada pasar tempat pelaksanaan transaksi. Pasar modal memiliki tempat transaksi
tertentu yang disebut bursa efek. Sedang pasar uang tempat transaksinya abstrak.
3. Terletak pada struktur organisasinya. Pasar modal adalah pasar yang terorganisasi
karena disamping memiliki tempat transaksi khusus, pelaksanaannya juga diatur dan
diawasi oleh otoritas pasar modal, yaitu Bapepam-LK, sedangkan pasar uang adalah
pasar yang tidak terorganisasi.
4. Terletak pada tujuan para penjual atau pihak yang mengeuarkan surat-surat berharga.
Dalam pasar uang tujuannya adalah memenuhi kebutuhan modl jangka pendek,
sedangkan pasar modal lebih ditekankan kepada tujuan investasi atau untuk ekspansi
perusahaan.
[1] Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta, Kencana : 2009) halm. 204
[2] Huda, nurul & mustafa edwid nasution, current issues Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta,
Prenada media: 2009) halm. 236
[3] Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta, Kencana : 2009) halm. 206
[4] Huda, nurul, & Mohammad heykal, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta, Prenada media group:
2010) halm. 121.
[5] Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta, Kencana : 2009) halm. 217
[6] Kutut silvanita magani ,Bank dan lembaga keuangan lain,(jakarta, PT glora aksara
peratama,2009) hlm.3