BERDEBAR-DEBAR
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami
kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu membuat laporan ini
serta kepada tutor yang telah membimbing kami selama proses tutorial berlangsung.
Semoga laporan hasil tutorial ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah
membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Semoga setelah
membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai
cardiovascular.
Kelompok 13
SKENARIO
2. Bising holosistolik imbul sebagai akibat aliran yang melalui bagian jantung
yang masih terbuka (seharusnya dalam keadaan tertutup pada kontraksi
jantung) dan mengisi seluruh fase sistolik.
(Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC)
C. Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan irama palpitasi regular dan irregular?
2. Riwayat penyakit yang berkaitan dengan scenario dan riwayat keluarga yang
sesuai dengan scenario!
3. Bagaimana Pemeriksaan Fisik sesuai scenario?
4. Jelaskan Patomekanisme atrium fibrilasi?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan tatalaksana awal sesuai scenario?
6. Bagaimana temuan pada pemeriksaan EKG berdasarkan scenario?
7. Bagaimana temuan pada pemeriksaan ECHO berdasarkan scenario?
8. Bagaimana temuan pada pemeriksaan Aortografi berdasarkan scenario?
9. Komplikasi yang sesuai dengan scenario?
D. Pembahasan
Referensi: Kusmana, D., & Hanafi, M. (2003). Pemeriksaan Fisik Jantung. Dalam:
Ismudiati L editor. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI
3. Pemeriksaan Fisik
Pulsasi vena dapat terlihat terutama pada vena jugularis eksterna dan
interna. Karena tekanannya yang rendah, pulsasi ini tak teraba namun dapat
terlihat pada bagian atas dari kolom darah yang mengisinya. Seperti juga
pulsus atrium, terdapat tiga komponen dari pulsus vena yaitu gelombang a
disebabkan karena aktivitas atrium, gelombang c karena menutupnya katup
trikuspid, serta gelombang v yang merupakan desakan katup waktu akhir
sistol ventrikel.
2. PEMERIKSAAN JANTUNG
elevasi kepala 30o ventrikel kanan dan kiri, iktus kordis (diameter,
lokasi, amplitudo, durasi).
Berbaring miring ke kiri (left Palpasi iktus kordis. Auskultasi dengan bagian bel
lateral decubitus) dari stetostop.
3. INSPEKSI
4. PALPASI
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada
inspeksi) dan mengkonfirmasi karakteristik iktus kordis. Palpasi dilakukan
dengan cara : meletakkan permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3
distal jari II, II dan IV atau dengan meletakkan sisi medial tangan, terutama
pada palpasi untuk meraba thrill. Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus
kordis dilakukan dengan memberikan tekanan ringan pada iktus.
Bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah pasien untuk
berbaring sedikit miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan kembali
lakukan palpasi. Jika iktus tetap belum teraba, mintalah pasien untuk
inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian menahan nafas sebentar.
Impuls apeks/
iktus kordis
Linea Linea
midsternalis midklavikularis
Gambar 7. Lokasi Impuls Apeks (Iktus kordis)
- Diameter : pada posisi supinasi, diameter impuls apeks kurang dari 2.5
cm dan tidak melebihi 1 sela iga, sedikit lebih lebar pada posisi left
lateral decubitus. Pelebaran iktus menunjukkan adanya pelebaran
ventrikel kiri.
- Amplitudo : amplitudo iktus normal pada palpasi terasa lembut dan
cepat. Peningkatan amplitudo terjadi pada dewasa muda, terutama saat
tereksitasi atau setelah aktifitas fisik berat, tapi durasi impuls tidak
memanjang. Peningkatan amplitudo impuls terjadi pada hipertiroidisme,
anemia berat, peningkatan tekanan ventrikel kiri (misal pada stenosis
aorta) atau peningkatan volume ventrikel kiri (misal pada regurgitasi
mitral). Impuls hipokinetik terjadi pada kardiomiopati.
5. PERKUSI
Cara askultasi :
-
Gambar 8.Teknik Auskultasi pada Posisi Left Lateral Decubitus
7. EKG
Ritme (memastikan AF)Hipertrofi ventrikel kiri
Durasi dan morfologi gelombang P
Aritmia atrial lainnya
Mengukur interval R-R, QRS dan QT sebagai evaluasi
terhadap terapi antiaritmia
Irregularly Iregular Rhytm atau irama yang irreguler dan sama sekali tidak
mempunyai pola
8. EKOKARDIOGRAFI
Referensi: Bickley, L., & Szilagyi, P. G. (2013). Bates' guide to physical examination and
history-taking. Lippincott Williams & Wilkins.
EVALUASI KLINIS
Baru-baru ini dikenalkan skor simptom yang disebut skor EHRA (European Heart
Rhythm Association). Skor EHRA adalah alat klinis sederhana yang dapat
digunakan untuk menilai perkembangan gejala selama penanganan fibrilasi
atrium. Skor klinis ini hanya memperhitungkan derajat gejala yang benar-benar
disebabkan oleh fibrilasi atrium, skor diharapkan dapat berkurang seiring dengan
konversi ke irama sinus atau dengan kendali laju yang efektif.
Klasifikasi simptom terkait fibrilasi atrium (Skor EHRA)
EHRA III
Gejala berat, aktivitas harian terganggu
EHRA IV
Gejala melumpuhkan, aktivitas harian terhenti
Referensi :
Referensi: Setianto B, Malik MS, Supari SF. Studi aritmia pada survei dasar
MONICA-Jakarta di Jakarta Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI 1998.
Perkapuran atrium kiri terutama terjadi dari perkapuran trombus yang terlihat
di daerah appendiks atrium kiri (pinggang jantung), di daerah posterior atau di
daerah septum atrium.
Referensi
Beberapa komplikasi lain dapat terjadi pada atrial flutter dengan laju irama
ventrikel yang cepat. Laju ventrikel yang cepat ini bila tidak dapat terkontrol dapat
menyebabkan kardiomiopati akibat takikardi persisten. Diantara komplikasi yang
paling sering muncul dan membahayakan adalah tromboemboli, terutama stroke.
Pasien dengan FA yang berlangsung kurang 48 jam dan tanpa risiko stroke
dapat diberikan low molecular weight heparin, namun apabila FA berlangsung lebih
dari 48 jam atau diragukan durasi terjadinya aritmia, dan dapat digunakan
Transoesofageal Echochardiography untuk melihat adanya thrombus di dalam
jantung terutama Left Atrial Appendages (LAA). Pasien dengan FA paroksimal yang
memiliki faktor resiko, memiliki kemungkinan yang sama dengan pasien dengan
persisten dan permanen untuk mengalami stroke
Referensi: Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., & Syam, A.
F. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Internapublishing.Halaman
1371-1372