Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

IMPLEMENTASI KEADILAN PADA SILA KELIMA DI INDONESIA

OLEH:
HAZWINA SARI NADEAK (4163341029)
MONICA ASTARI MANURUNG (4163341036)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Implementasi Keadilan Pada

Sila Kelima di Indonesia” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tujuan kami menulis makalah ini agar kita dapat mengetahui implementasi dari sila

kelima dari pancasila. Implementasi tersebut baik dalam bidang hukum, ekonomi, pendidikan

dan kesehatan. Makalah ini adalah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan,19 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Permasalahan............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Butir – butir Pengalaman Pancasila Sila Kelima..................................................... 2

2.2 Ketidakadilan Hukum di Indonesia......................................................................... 5

2.3 Ketidakadilan Perekonomian di indonesia.............................................................. 7

2.4 Ketidakadilan Pendidikan di Indonesia................................................................... 8

2.5 Ketidakadilan Kesehatan di Indonesia.................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sumber energi untuk menimbulkan
semangat dalam perjuangan menjalani hidup-kehidupan dan untuk beraktivitas mencapai
segala sesuatu kebutuhan mutlak untuk beraktifitas mencapai segala sesuatu kebutuhan
mutlak untuk melaksanakan perintah agama dan kewajiban dalam sistem berbangsa dan
bernegara yang lebih baik. Itulah suatu manfaat terbentuknya pemerintahan di negeri tercinta
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berimplikasi jiwa bersih.
Jiwa yang didukung oleh segala kebaikan, menerima segala kebaikan dan menebar segala
kebaikan. Di Indonesia, keadilan dibutuhkan di dalam segala aspek. Antara lain hukum,
sosial, budaya, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Jika keadilan tercapai dalam
segala aspek maka terciptalah rakyat Indonesia yang sejahtera. Hal inilah yang
melatarbelakangi penulisan makalah ini. Sila kelima diharapkan mampu menjadi batu
loncatan untuk keadilan di Indonesia.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui butir-butir pancasila pada sila kelima


2. Mengetahui nilai-nilai keadilan yang terkandung pada sila kelima
3. Melihat contoh kasus mengenai praktik penyimpangan keadilan di Indonesia

1.3 Manfaat

Melalui makalah ini pembaca akan mengetahui isi butir-butir pancasila dan nilai-nilai
keadilan yang terkandung dalam sila kelima. Pembaca akan mengetahui contoh keadilan
dalam bidang hukum, sosial, pendidikan dan kesehatan. Pada makalah ini juga
ditampilkan praktek ketidakadilan yang dapat menambah wawasan pembaca serta solusi
dari permasalahan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Butir – Butir Pengamalan Pancasila Sila Kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalimat tersebut memiliki makna yang
sangat luas. Makna dari sila ke lima Pancasila yang disarikan isi dan naskah tersebut kedalam
45 butir P-4 diantaranya :

a. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotong – royong

b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

d. Menghormati hak orang lain

e. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri

f. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain

g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.

h. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan
kepentingan umum.

i. Suka bekerja keras

j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama

k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata


dan berkeadilan sosial.

Sila ke lima Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat indonesia
diliputi, didasari, dijiwai oleh sila ke 1,2,3,4. Dengan demikian makna yang terkandung
dalam sila ke lima Pancasila merupakan gambaran terlengkap 5 dari makna keseluruhan
Pancasila. Namun nilai yang terkandung dalam Pancasila selain sila ke 5 juga memiliki
keterkaitan dengan sila lainnya.Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima
Pancasila terkadang tidak sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini
akan berakibat pada berubahnya sikap masyarat Indonesia. Jika masyarakat Indonesia
bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa dikatakan bangsa tersebut
kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa, mudah bangsa lain
untuk menjajah bangsa Indonesia. Perilaku yang dipedomankan sebagai pengamalan
Pancasila beserta pengamalan di masyarakat Indonesia diantaranya :

1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan


dan kegotong – royong.

2. Kita hidup dilingkungan yang masih berada di wilayah Indonesia. Sudah menjadi
kodrat manusia sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap tolong menolong antar
sesama, gotong- royong, tenggang rasa sesama manusia tanpa membedakan ras, suku, jenis
kelamin dan agama. Namun, dimasa sekarang nampaknya sikap tersebut sudah meluntur.
Banyak orang yang bekerja sehari suntuk hingga ia tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya. Hingga timbul sikap acuh tak acuh dan individualis, sikap yang bertentangan
dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita sebagai rakyat Indonesia yang memiliki pandangan
hidup Pancasila lebih mementingkan kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara :

A. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama

Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra
antar manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang
sama dimata hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan yang
lain tanpa membedakan suku, ras, agama,jenis kelamin.

B. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela negaranya.
Rakyat indonesia juga memiliki jaminan hak asasi manusia yang tertuang dalam UUD 1945.
Hak asasi manusia tersebut mencakup hak atas kwdudukan yang sama dalam hukum, hak atas
penghidupan yang layak, hak atas kehidupan berserikat dan , berkumpul, hak atas kebebasan
mengeluarkan pendapat, hak atas kemerdekaan memeluk agama, hak untuk mendapatkan
pengajaran, dsb. Dengan dirumuskannya hak asasi dalam UUD 1945, mengandung
pengertian bahwa UUD mewajibkan pemerintah dan lain – lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur yang bersifat universal serta memegang
teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.

C. Menghormati hak orang lain

Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir
yaitu hak asasi manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir dibumi tanpa perbedaan
atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.

D. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri

Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan
manusia lain dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan
yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain
di masyarakat.

E. Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain

Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang.
Bukan hanya badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai
pungli, suap, sogokan. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat
dirugikan karena melakukan pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah
ditetapkan dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan
dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan negara menderita kerugian dikarenakan
sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal penerimaan pegawai negri,
pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada banyaknya suap bukan
karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan penggunaan hak milik
usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.

F. Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.

Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan,
perkebunan, pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya
akan hasil bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat
Indonesia tidak diperbolehkan menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan
dan gaya hidup mewah. Karena diantara sumber daya alam tersebut ada sebagian yang tidak
dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita yang memiliki kehidupan yang tak layak.
Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang seharusnya turut di nikmati seluruh
rakyat Indonesia.

G. Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan atau
kepentingan umum.

Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi
dapat jadi karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk berlebih-
lebihan, sehingga merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih
memprioritaskan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut
hendaknya tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

H. Suka bekerja keras

Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi
terwujud. Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan
hukum. Namun, banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut
dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya
kita sebagai bangsa Indonesia yang berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan sesuatu
yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukanmencari jalan pintas guna keinginannya terwujud.
I. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama

Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya
anak Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil
karya mereka sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia lainnya untuk
tetap terus berkarya.

J. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini perlu


dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan
peerekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan
daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakan pemerataan penduduk,
pemerataan perekonomian dengan program pinjaman modal dll. Langkah pemerintah tersebut
berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
sebagai kepribadian bangsa mengandung nilai yang menuntun rakyat Indonesia untuk
berperilaku selaras dengan ajaran Pancasila yang begitu banyak dan memiliki kemanfaatan
bagi negara Indonesia guna mewujudkan cita- cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
perdamaian dunia.

2.2 Ketidakadilan hukum di Indonesia

Hukum merupakan suatu kebutuhan yang melekat pada kehidupan sosial dalam suatu
masyarakat, yaitu bahwa hukum akan melayani anggota-anggota masyarakat, baik berupa
pengalokasian kekuasaan, pendistribusian sumber-sumber daya, serta melindungi
kepentingan anggota masyarakat itu sendiri oleh karenanya hukum menjadi semakin penting
peranannya sebagai sarana untuk mewujudkan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.
Kesadaran yang menyebabkan bahwa hukum merupakan instrumen penting untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tertentu, menjadikan hukum sebagai sarana yang secara sadar dan
aktif digunakan untuk mengatur masyarakat, melalui penggunaan peraturan hukum yang
dibuat dengan sengaja.

Hal ini juga harus dibarengi dengan perhatian terhadap perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Pemberlakuan hukum adalah sebagai sarana untuk mencapai
tujuan kehidupan bernegara yang diharapkan. Hukum dalam konteks kehidupan
bermasyarakat memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Hukum sebagai alat penertib (ordering) yang berarti hukum menciptakan
suatu kerangka bagi pengambilan keputusan politik dan pemecahan
perselisihan yang mungkin timbul melalui suatu hukum acara yang baik;
2) Hukum sebagai alat penjaga keseimbangan (balancing) yang berarti hukum
berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan harmonisasi antara
kepentingan umum dan kepentingan individu;
3) Hukum sebagai katalisator yang berarti hukum berfungsi untuk
memudahkan terjadinya proses perubahan melalui pembaharuan hukum
dengan bantuan tenaga kreatif di bidang profesi hukum

Ketidak adilan hukum di Indonesia merupakan fenomena yang mengkhawatirkan,


sebab terdapat perbedaan proses peradilan antara individu dari strata atas dan individu dari
strata bawah. Keadaan ini mendapatkan protes dari kalangan masyarakat. Hukum tidak
pernah berpihak pada rakyat yang lemah. Ada pemberian hukuman yang tidak sesuai, dan ada
pula pelnaggaran hukum yang tidak pernah selesai diproses sehingga terus terjadi dan
mendatangkan banyak kerugian bagi masyarakat maupun negara. Sebagai contohnya adalah
kasus Bank Century dan BLBI. Indonesia sebagai negara Pancasila seharusnya menjunjung
tinggi keadilan yang merata tanpa memandang golongan dan kedudukan. Keadilan dalam
pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Keadilan yang tidak bersyarat materi
juga pangkat. Semakin tingginya tingkat ketidak adilan di Indonesia membuat masyarakat
gerah dan mulai tidak mempercayai pemerintah bahkan juga tidak mempercayai dan
menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Masyarakat mulai tidak mempercayai pemerintah
dan aparat hukum, karena dari kalangan peradilan itu sendiri banyak bermunculan kasus-
kasus hukum. Mafia peradilan tumbuh subur dalam hukum Indonesia, para hakim ada yang
memanfaatkan perannya juga sebagai mafia hukum bagi rekannya sendiri dalam lingkup
pemerintahan. Hal ini, praktis membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan hukum
yang berlaku.

Terlebih masyarakat dari golongan bawah, namun masyarakat golongan atas semakin
di atas angin. Tanpa merasa khawatir akan melanggar hukum, karena mereka punya banyak
rupiah untuk membebaskannya dari jerat hukum. Dengan uang mereka bisa membeli hukum
yang mereka inginkan. Hal ini merupakan realita kenegaraan yang harus mendapatkan
perhatian khusus, sebab permasalahan peradilan yang tidak berkeadilan telah menjadi
masalah bersama yang harus diselesaikan pemerintah dan terus dikontrol oleh masyarakat.
Jika hal ini tidak menjadi agenda penting pemerintah yang berkuasa dalam menciptakan
pembangunan yang mereta, kesejahteraan dan keadilan sosial, maka Indonesia selamanya
akan berada dalam kabut hitam peradilan juga pelanggaran HAM besar-besaran.

Kaitannya adalah apabila diamati secara mendalam, bisa jadi pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh masyarakat dari kalangan bawah, seperti pencurian, penculikan dan
perampokan yang disertai pembunuhan, merupakan aksi dari rekasi masyarakat atas peradilan
hukum yang ada di Indonesia. Ketidakadilan hukumlah yang membuat mereka melakukan
kejahatan yang berujung pada pelanggaran hukum, karena bagi mereka hanya ada dua akibat
atas aksinya, berhasil atau berakhir di penjara dan mereka telah siap untuk hasil apapun. Lalu
inikah yang manjadi amanah Pancasila. Ketika rakyat tidak mendapatkan keadilan kemudian
mereka menjadi tidak berketuhanan yang nyata dalam aplikasi dengan melakukan tindakan-
tindakan yang tidak hanya melanggar hukum tetapi juga melanggar norma agama.

2.3 Ketidakadilan Perekomian di Indonesia

Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diuraikan secara singkat
sebagai suatu tata masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahiriah batiniah, yang setiap warga
mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan hakekat manusia adil
dan beradab. Perwujudan dari sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan
pengamalannya, setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajibanya serta menghormati hak-hak orang lain. Demikian
pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan agar
dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian ia tidak menggunakan hak miliknya
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan.Hal ini perlu


dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan
perekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan
daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakkan pemerataan penduduk,
pemerataan perekonomian dengan program pinjaman modal dan lain-lain. Langkah
pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat
Indonesia..

Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan.Hal ini perlu


dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan
perekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah dengan
daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakkan pemerataan penduduk,
pemerataan perekonomian dengan program pinjaman modal dan lain-lain. Langkah
pemerintah tersebut berguna untuk mewujudkan pemerintahan yang adil bagi seluruh rakyat
Indonesia..

Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menunjukkan betapa
seluruh upaya pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan pada asas kekeluargaan. Keadilan dalam bidang ekonomi di
negara kita belum bisa terwujud sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang ekonomi yaitu masalah
kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang tidak sempurna
padahal dalam konstisusi telah ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara, tapi pada kenyataannya malah menyimpang dari apa yang telah
ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan keliaran dijalan-
jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah kolong jembatan hanya dengan
beralaskan kardus bekas.
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang ekonomi
adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja selama berjam-jam
tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga dari eksploitasi tersebut perusahaan
memperoleh keuntungan yang sangat besar, karena perusahaan bisa mempekerjakan buruh
yang murah dan yang mau bekerja keras untuk kemajuan perusahaanya. Itulah sedikit potret
mengenai bukti dari implementasi dari sila ke-5 yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini.

2.4 Ketidakadilan Dalam Bidang Pendidikan


Pendidikan adalah suatu proses mencapai tujuan tertentu hingga pada akhirnya
pendidikan menciptakan orang-orang yang berkemampuan khusus, berintelektual. Pendidikan
juga sangat diwajibkan bagi seluruh warga masyarakat Indonesia, karena pendidikan sangat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Seperti kita ketahui
bersama pendidikan di Indonesia sangatlah tidak merata dalam hal otonomi daerah.
Pendidikan yang memiliki kualitas baik hanyalah di kota-kota besar saja sedangkan mereka
yang ada di daerah terpencil, bahkan daerah yang terisolir sangat sulit untuk mencapai
pendidikan yang layak. Mereka yang berada di daerah yang sulit di jangkau membutuhkan
perjuangan yang sangat besar untuk mencapai sekolah, dan untuk menerima pendidikan.
Perjuangan mereka melewati derasnya sungai, perjuangan mereka menggunakan perahu
untuk mencapai sekolah, perjuangan mereka melewati hutan-hutan untuk mencapai sekolah
dan menerima pendidikan yang layak sangatlah butuh perjuangan yang sangat besar. Hal ini
berbanding terbalik dengan kota-kota besar, mereka mudah untuk mencapai sekolah dan tidak
dengan melalui tantangan yang bisa saja nyawa mereka menjadi taruhanya. Sedangkan
mereka yang ada disana, mereka mengaorbankan nyawanya untuk mencapai sekolah.

Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia pendidikan yaitu


ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh pendidikan yang layak, sehingga banyak
anak-anak Indonesia yang tidak mampu untuk sekolah karena biaya sekolah yang dirasa
memberatkan. Oleh sebab itu pemerintah seharusnya memprioritaskan warga miskin
Indonesia dengan memberikan pendidikan. Sehingga anak-anak yang kurang mampu tersebut
dapat mengenyam dan melanjutkan pendidikan yang layak dibangku sekolah seperti anak-
anak pada umumnya.

Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain yang harus diperhatikan
oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan untuk anak-anak di daerah pedalaman atau
di daerah perbatasan, pemerintah dinilai hanya memprioritaskan pendidikan untuk daerah-
daerah yang sudah maju saja, sementara untuk pendidikan di daerah-daerah pedalaman
cenderung diabaikan. Banyak anak-anak di daerah pedalaman yang membutuhkan pendidikan
formal, bahkan hanya untuk sampai kesekolahan saja mereka sampai harus rela berjalan atau
menyeberangi sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Sebaiknya pemerintah memperhatikan warga negaranya yang berada di daerah-daerah


terpencil, karena meraka juga merupakan dari warga Negara Indonesia. Lalu dalam hal
pendidikan pemerintah pun harus turun langsung dalam memperhatikan bagaimana buruknya
system pendidikan di Indonesia.

2.5 Ketidakadilan Dalam Bidang Kesehatan

Kesehatan itu mutlak diperlukan bagi semua manusia, sudah banyak penelitian
membuktikan bahwa warga Negara yang sehat akan menjadi pondasi bagi pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan bersama yang lebih baik. Para pejabat negeri ini belum
sepenuhnya memperhatikan pelayanan kesehatan bagi seluruhrakyat Indonesia.
Pembangunan fisik mendominasi benak para pengambil kebijakan. Padahal, sudah banyak
penelitian membuktikan bahwa warga negara yang sehat akan menjadi fondasi bagi
pertumbuhanekonomi dan kesejahteraan bersama yang lebih baik. Sampai kini, untuk
melayani kesehatan dasar (untuk menyembuhkan warga sakit) pun belumtertangani semua.
Ini menandakan bahwa harapan untuk memiliki rakyat yang sehat dan berkualitas
jauh panggang dari api. Target mengurangi kematian bayi dan kematian ibu serta
meningkatkan umur harapanhidup bisa terancam gagal jika pemerintah tidak bekerja lebih
keras lagi untuk mencapai hasil maksimal. Untuk memecahkan persoalan tersebut, Menteri
Kesehatan Siti Fadilah Supari sudah mencobasejumlah terobosan. Di antaranya lewat
kebijakan program Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin(Askeskin) atau kini diganti
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program ini memberikanharapan bahwa akses
untuk masyarakat bawah mulai terbuka. Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan
dikalangan masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari
berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus syarat-syarat
administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari berbagai rumah sakit.
Hingga pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.

Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret bahwa
keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya atau orang yang
mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan yang istimewa. Padahal
dalam UUD 1945 pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa
“setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”. Tetapi pada
kenyataannya rakyat miskin masih banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak
rumahsakit.

Pemerintah Indonesia telah memulai proses reformasi jaminan sosial dengan


mengeluarkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Undang-undang SJSN) dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Undang-undang BPJS) yang meliputi lima program. BPJS
Kesehatan harus terbentuk pada awal 2014, sementara BPJS ketenagakerjaan harus terbentuk
pada pertengahan 2015. Implementasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang baru ini
memerlukan konsolidasi semua program kesehatan yang disediakan oleh PT. ASKES dan PT.
JAMSOSTEK serta 300 program lokal yang didanai oleh pemerintah daerah ke dalam BPJS
Kesehatan.
Sistem pembayaran yang tepat dapat mendorong efi siensi alokasi dan efi siensi teknis yang
lebih besar. Memang, Indonesia memerlukan seperangkat sistem pembayaran yang baik
untuk membantu menciptakan sistem pembiayaan yang efi sien. Dalam Peraturan Presiden
(Perpres) No. 12/2013 terdapat mandat yang menyatakan bahwa pembayaran BPJS
Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dilakukan secara pra-upaya berupa
kapitasi, dan bukan pembayaran secara tunai (fee for service).

Dalam sistem pembiayaan di BPJS Kesehatan masi terdapat ketidakadilan (in equity) di
antaranya ialah :

 Distribusi fasilitas kesehatan belum merat

FKTP (Fasilitas kesehatan tingkat pertama) di kota besar memiliki sarana pelayanan lebih
baik dan lebih banyak dari pada di pelosok, dimana Dalam perjalanan BPJS yang sudah
hampir dua tahun Namun Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan bertambah akan tetapi penyebarannya belum merata.

 Distribusi SDM kesehatan yang belum merata

Penyebaran dokter spesialis sangat minim atau bahkan tidak ada yang memberi pelayanan
kesehatan di tingkat DTKP (. Sehingga penanganan yang di berikan pada pasien tidak
optimal. Terlebih pasien yang datang berobat dari kalangan tidak mampu dan tidak
mempunyai kemampuan finansial

 Equuity dalam pembiayaan

Kebijakan pelaksanaa JKN tahun 2014 telah berhasil memperbaiki pemerataan sosial
ekonomi. Sebagian besar masyarakat sudah dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan non-rumah sakit lainnya.
Dengan adanya program JKN mempunyai arah yang lebih positif menuju semakin
terlindunginya kaum miskin dan kaum rentan-miskin terhadap katastropik akibat pengeluaran
kesehatan.

 Mutu pelayanan belum mamadai

Ketidak adilan dalam hal ini adalah pada skema JKN dalam sistem pembiayaan seperti di
puskesmas dengan menggunakan sistem kapitasi yang berdampak pada moral hazard. Bukan
tidak mungkin puskesmas tersebut bukannya meningkatkan perannya dalam bidang
preventive dan gate keeper di PHC malahan mereka bisa menahan informasi BPJS untuk
menekan angka klaim, sebagai pelayanan kesehatan tingkat primer yang seharusnya kondisi
dan status pasien yang dapat ditangani di puskesmas tersebut malah langsung dirujuk tanpa
ada solusi penatalaksanaan dasar, sehingga hal tersebut tidak merepotkan petugas tersebut
tetapi dana kapitasi tetap masuk berdasarkan jumlah peserta.

 Pemanfaatan dana

Ketidak adilan disini adalah terdapat moral hazard type adver selection pekerja penerima
upah yang mana akan jauh lebih banyak menghabiskan dana pembiayaan daripada penerima
bantuan iuran (PBI) dan seharusnya yang terjadi disini adalah ketimpangan pemanfaatan dana
karena menurut konsep adalah PBI yang mendapat subsidi, dalam hal ini juga terjadi pada
kelompok usia pada kasus ini adalah pembiayaan kesehatan dengan subsidi silang yang muda
mensubsidi yang tua dikarenakan rentan dan berisiko untuk jatuh sakit dan membutuhkan
pelayanan kesehatan sehingga lebih banyak menerima benefit pembiayaan daripada di daerah
yang banyak terdapat usia produktif sehingga serapan dana akan lebih besar kedaerah –
daerah yang lebih banyak terdapat usia – usia non produktif.

 Beberapa contoh in equity dan in equality dalam JKN

1. Masih kurangnya produk-produk kedokteran, vaksin, dan teknologi (Medical products,


vaccines and technologies): Ketersediaan obat, vaksin dan alat kesehatan untuk
menunjang pelaksanaan JKN.
2. Pembiayaan (Financing): Sumber dana untuk pelaksanaan JKN baik untuk pelayanan
JKN, promotif maupun preventif, model pembayaran yang diberikan dari BPJS
Kesehatan kepada PPK belum sesuai dengan asas manfaatnya.
3. Belum meratanya sebaran tenaga kesehatan (Health workforce): Tenaga kesehatan yang
tersedia dan melayani peserta JKN.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keadilan digambarkan sebagai situasi sosial ketika norma-norma tentang hak dan
kelayakan dipenuhi. Pada masa ini, nilai – nilai yang terkandung dalam sila ke – 5 pancasila
sudah semakin terlupakan dan terabaikan oleh seluruh elemen baik itu masyarakat maupun
pemerintah. Tidak hanya sila kelima pancasila tetapi pelanggaran juga terjadi terhadap ke
empat sila lainnya. Sangat disayangkan nilai – nilai pancasila yang di ambil dari kepribadian
bangsa yang seharusnya sudah diterapkan tetapi pada kenyataannya hanya sebatas teori saja
tanpa pengalaman.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyarankan agar pembaca mengerti nilai-nilai yang


terkandung dalam sila ke-5 serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakadilan
yang terjadi adalah cerminan bangsa Indonesia yang belum mengerti nilai-nilai yang ada
dalam pancasila. Maka hal ini perlu diperbaiki agar tidak terjadi penyimpangan dikemudian
hari serta menciptakan masyarakat Indonesia yang aman dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai