Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Adsorpsi ion Nikel (II) oleh Daun Johar

Proses adsorpsi daun johar dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pencucian
mengunakan akuadest, penggeringan, penghancuran, pengayakan (menggunakan
ayakan 80 mess), kemudian pemanasan (oven pada suhu 70 oC), penentuan
waktu optimum dan pH optimum, setelah itu di lakukan pengujian
(menggunakan SSA dan FTIR).

4.2 Variasi Waktu Kontak

Pada umumnya, kekuatan efesiensi adsorpsi bergantung pada waktu dari


penjerap ( Gaya et al.,2015). Oleh karena itu, pengaruh waktu dalam proses
adsorpsi nikel diteliti. Dalam penelitian ini, variasi waktu kontak yang di
gunakan pada adsorpsi logam nikel dari serbuk daun johar adalah 40, 50, 60, dan
70 menit. Perbedaan variasi waktu dilakukan untuk mengetahui waktu optimum
dari adsorpsi ion nikel oleh serbuk daun johar.

Grafik Waktu Kontak


46
45.5 45.449
45
% Adsorpsi

44.5
44
43.794
43.5 43.38
43 42.967
42.5
42
41.5
40 50 60 70
Waktu ( Menit)
Gambar 4.1Grafik Pengaruh waktu optimum biosorpsi ion logam Ni2+ oleh daun johar

26
Berdasarkan gambar grafik4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah ion nikel yang
terserap pada menit 40 yaitu 45,449%, jumlah terus menurun sampai pada menit ke
60 dengan jumlah 42.967%. Dapat disimpulkan batas optimum dengan jumlah ion
teradsorpsi sebesar 45,449%. Kemampuan adsorpsi logam Ni menjadi turun
mendekati titik jenuh setelah melewati 40 menit. Kondisi ini sesuai teori bahwa
semakin lama waktu kontak antara adsorben dengan zat terlarut maka semakin
banyak zat terlarut yang teradsorpsi, sampai mencapai batas optimum. Batas optimum
tercapai karena sisi aktif dari permukaan adsorben telah jenuh, sehingga terjadi
penurunan kapasitas adsorpsi. Penurunan kapasitas adsorpsi dapat juga terjadi oleh
proses desorpsi. (Ekmekyapar et al., 2006).

Beberapa penelitian mengenai adsorpsi logam nikel dengan variasi waktu kontak
telah di lakukan (Malimongan, 2015) melaporkan bahwa waktu optimum biosorpsi
ion nikel oleh kulit buah coklat (Theobroma cacao) adalah 10 menit. (Amaliah et al.,,
2012) dalam penelitian pemanfaatan karang sebagai biosorben ion logam Ni(II)
memperoleh waktu optimum 90 menit. (Serly tandigau et al., 2018) dalam penelitian
Biosorpsi ion logam Ni(II) kulit buah kopi arabika (Coffea Arabica) waktu optimum
yaitu 50 menit. (Abbasi et al., 2013) memperoleh waktu kontak optimum 30 menit
dalam penelitian penyerapan logam Co2+ dan Ni2+ dari perairan dengan menggunakan
kulit pisang. Waktu kontak optimum biosorpsi logam Ni(II) pada beberapa penelitian
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, bergantung pada jenis biosorben yang
digunakan. Berdasarkan uji statistiknya menggunakan metode Way Anova,
menunjukkan bahwa nilai F table lebih besar dari F hitung waktu daun johar terhadap
kapasitas absorbansi sebesar 4.611, hal ini menunjukan adnya perbedaan nyata.
Dilanjutkan dengan uji duncan didapatkan nilai subset adsorpsi sebesar 45,55900.

4.3 Variasi pH Optimum

Menurut (Syauqiah et al., 2011) pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam,


aktivitas gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses

26
adsorpsi. Oleh karna itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pH optimum penjerapan ion nikel oleh serbuk daun johar. Variasi pH yang
digunakanyaitu 4, 5, 6, dan 7.

Grafik pH Optimum
70
64.228
60 60.287
50
% Adsorpsi

40
30 27.454
20 20.201
10
0
4 5 6 7
pH

Gambar 4.2. Pengaruh pH terhadap kapasitas adsorpsi ion Ni2+ oleh adsorben daun johar.

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada pH rendah jumlah ion Ni(II) yang teradsorpsi
oleh serbuk daun johar sangat kecil 22,201%. Hal ini disebabkan karena pada pH
rendah ion H+ berkompetisi dengan kation logam Ni2+ untuk berikatan dengan gugus
aktif pada adsorben (Ahmad et al., 2009). Jumlah ini terus meningkat hingga
mencapai batas optimum dengan jumlah ion teradsorpsi sebesar 64,228%. pada pH 6
terjadinya peningkatan ini disebabkan karena semakin besar pH, maka gugus-gugus
aktif adsorben mengalami deprotonasi dan memiliki muatan negatif yaitu ion OH-
yang sangat reaktif terhadap logam sehingga logam yang teradsorpsi semakin besar.

Pada pH 7 konsentrasi Ni yang teradsorpsi menurun. Hal ini kemungkinan


disebabkan karena pada keadaan ini terjadi kesetimbangan situs aktif biomassa
dengan ion logam dan pada kondisi ini kemungkinan disebabkan terjadi endapan. Ion

26
Ni(II) membentuk endapan dengan ion OH- dalam bentuk ikatan Ni(OH)2. Akibat
adanya pengendapan ini, ion Ni(II) yang ada dalam larutan berkurang sehingga
jumlah yang diadsorpsi juga berkurang. Hal yang sama dilaporkan oleh
Amaliah,(2012) dalam penelitian pemanfaatan karang sebagai biosorben ion logam
Ni(II) dengan kapasitas adsorpsi maksimum pada pH 6. Penggunaan arang aktif dari
kulit biji kopi untuk mengadsopri zat warna Methylene blue juga optimal pada pH 6
(Purnomo, 2010).( Serly tandigau et al., 2018) dalam penelitian Biosorpsi in logam
Ni(II) kulit buah kopi arabika (Coffea Arabica) dengan kapasitas adsorpsi optimum
pH 6. (Malimongan, 2015) melaporkan pemanfaatan kulit buah coklat sebagai
biosorben ion logam Ni(II) dengan kapasitas adsorpsi optimum pada pH 5. Hal ini
sesuai dengan yang dilaporkan oleh (Shofiyani dan Gusrizal 2006) bahwa adsorpsi
Ni(II) terjadi secara optimum pada rentang media keasaman yang cukup luas yakni
pada pH 5-9. Oleh karena jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi oleh kulit serbuk daun
johar maksimum pada pH 6. Berdasarkan uji statistiknya menggunakan metode Way
Anova, menunjukkan bahwa nilai F table lebih besar dari F hitung waktu daun johar
terhadap kapasitas absorbansi sebesar 1422.5545,hal ini menunjukan adnya
perbedaan nyata. Dilanjutkan dengan uji duncan didapatkan nilai subset adsorpsi
sebesar 64.22800.

4.4 Penentuan Gugus Fungsi yang Terlibat dalam Biosorpsi Ion Ni(II) oleh Daun
johar

Penentuan gugus fungsi yang berperan aktif daun johar ditentukan dengan
menggunakan FTIR. Serbuk daun johar sebelum dan setelah adsorpsi dianalisis
dengan mengunakan FTIR. Interaksi antara ion Ni(II) dengan daun johar dapat
telihat pada spektrum hasil pembacaan spektroskopi IR. Menurut (Pavasant et al.,
2005), dalam membandingkan antara sampel sebelum dan sesudah adsorpsi,
dapat dilihat dari adanya pergeseran yang >10 cm-1. Pergeseran ini
memperlihatkan adanya proses pengikatan logam pada permukaan sampel yang
digunakan.

26
Gambar 4.3 Data Spektrum FTIR (Sebelum Menggunakan Nikel)

26
Gambar 4.4 Data Spektrum FTIR (Setelah ditambahkan Nikel)

Tabel 4.1: Karakteristik Spektra FT-IR Pada Adsorben daun johar sebelum dan
sesudah adsorpsi.

Puncak Adsorpsi cm-1

Puncak Sebelum Adsorpsi Sesudah Adsorpsi Keterangan


FTIR

1 3865,35 3873,06 Ikatan N-H

2 3425,58 3433,29 IKatan Gugus O-H

3 2924,09 2924,09 CH3 ulur Asimetrik

4 2854,65 2854,65 CH2 ulur simetrik

5 1635,64 1635,64 C=C ulur

6 1381,03 1381,03 CH3 Tekuk Simetrik

7 1249,87 1249,87 C-O (Eser) ulur

8 1064,71 1064,71 C-O (Eser) ulur

Dari Spektra FTIR biomassa daun johar setelah diinteraksikan dengan Ni(II) seperti
pada Gambar di atas, terlihat bahwa beberapa serapan mengalami pergeseran
bilangan gelombang. Hal ini terlihat pada pergeseran bilangan gelombang dari
3865,35cm-1 dan 3425,58 cm-1. Pada serapan tersebut mengalami selisih pergeseran
cm-8 bilangan gelombang yang lebih besar dibandingkan serapan yang lain.
Pergeseran bilangan gelombang dari 3865,35 menjadi 3873,06 cm-1 dan 3425.58 cm-

26
1
menjadi 3433,29 cm-1 (ulur-OH). Hal ini menunjukkan adanya interaksi ion Ni(II)
dengan gugus fungsi NH dan Hidroksil (-OH) yang terdapat dalam daun johar.
Bilangan gelombang pada daerah 2924,09 cm -1
menunjukkan adanya vibrasi –CH
dari gugus alkil dari selulosa. Bilangan gelombang 2854,62 cm-1 menunjukkan
formasi dari CH2 pada struktur monomer selulosa. Diperkuat pula oleh perubahan
formasi gugus CH pada bilangan gelombang 1381,03 cm-1. Berdasarkan Gambar di
atas, spektrum FTIR puncak (-OH) tidak hilang tetapi hanya bergeser saja, dapat
disimpulkankan bahwa ikatan yang terjadi merupakan ikatan kovalen koordinasi.
Kemudian pergeseran bilangan gelombang menjadi lebih besar, menunjukkan makin
kuat ikatan yang terjadi (Tannasal, 2015).

26

Anda mungkin juga menyukai