Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

RAHMANUDDIN. 2014. Pengelolaan Rawa Pasang Surut untuk Budidaya


Perikanan dalam Perspektif Otonomi Daerah di Kabupaten Barito Kuala
Provinsi Kalimantan Selatan. Promotor : Prof. Dr. Ir. Soemarno, MS.; Ko-
Promotor : Prof. Ir. Marsoedi, PhD.; Ko-Promotor : Dr. Ir. Bambang Joko
Priatmadi, MP. 247 hal-xvii.

Luas rawa pasang surut di atas 90% dari wilayah Kabupaten Barito Kuala
itu sendiri. Namun demikian sektor perikanan belum memberikan kontribusi yang
cukup signifikan bagi perekonomian Kabupaten Barito Kuala. Tujuan penelitian
ini adalah 1) mengkaji potensi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan rawa
pasang surut; 2) mengkaji kontribusi sumberdaya perikanan rawa pasang surut
terhadap perekonomian daerah; 3) mengkaji keberlanjutan sumberdaya
perikanan rawa pasang surut; dan 4) menyusun strategi pengelolaan
sumberdaya perikanan rawa pasang surut.
Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitik. Jenis data yang
dipergunakan meliputi data sekunder dan data primer. Untuk data sekunder
dilakukan dengan observasi, sedangkan data primer kuisioner. Analisis dilakukan
secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif untuk memberikan
gambaran tentang data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sedangkan
untuk analisis kuantitatif digunakan beberapa metode analisis yaitu; (i) untuk
menganalisis potensi lahan sumberdaya rawa pasang surut digunakan
pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG); (ii) untuk menganalisis kontribusi
sumberdaya dan distribusi pendapatan digunakan Gini Coefficient (GC) dan nilai
tambah bersih (NTB); (iii) untuk menilai kondisi dan status keberlanjutan
sumberdaya rawa pasang surut digunakan analisis Multidimensional Scaling
(MDS); dan (iv) untuk menetapkan strategi pengembangan rawa pasang surut
dipergunakan analisis SWOT.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rawa pasang surut Tipe A di
Kecamatan Cerbon sesuai untuk budidaya ikan air tawar dengan menggunakan
teknik keramba dan kolam, Rawa Tipe B menggunakan teknik beje dan kolam,
dan rawa Tipe C dengan teknik kolam dan beje. Selanjutnya untuk rawa Tipe C
di Kecamatan Kuripan sangat berpotensi untuk dikembangkan dengan teknik
beje. Sementara itu, rawa Tipe A, Tipe B, dan Tipe C di Kecamatan Marabahan
lebih memungkinkan jika dilakukan dengan sistem keramba.
Terkait Ketimpangan distribusi pendapatan antar rumah tangga di
Kabupaten Barito Kuala termasuk dalam kategori rendah, baik diukur
berdasarkan Gini Coefficient (GC), Kurva Lorenz maupun dengan kriteria Bank
Dunia. Sementara itu, kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten
Barito Kuala dari tahun 2003 sampai dengan 2011 baik berdasarkan harga
konstan maupun harga berlaku secara umum kurang memberikan kontribusi
yang signifikan (kurang dari 6%). Namun demikian dari tahun ke tahun kontribusi
tersebut menunjukkan kenaikan, dimana hal ini mengindikasikan bahwa sektor
perikanan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover)
perekonomian Kabupaten Barito.
Selanjutnya, secara multidimensi Kabupaten Barito Kuala memiliki status
cukup berkelanjutan keberlanjutan, sehingga perlu strategi yang tepat dalam
pengelolaannya. Sementara itu, apabila dilihat dari masing-masing dimensi,
yakni ekologi, sosial budaya, teknologi, dan hukum/kelembagaan ketiga lokasi
rawa pasang surut di tiga kecamatan (Kec. Cerbon, Kec. Kuripan, dan Kec.
Marabahan) memiliki status cukup berkelanjutan, sedangkan untuk dimensi
ekonomi ketiga wilayah ini menunjukkan status kurang berkelanjutan.
Oleh karena itu pengelolaan rawa pasang surut berkelanjutan di Kabupaten
Barito Kuala dapat dilakukan dengan strategi-strategi yaitu: 1) Penetapan
kebijakan pengelolaan usaha budidaya perikanan rawa pasang surut dengan
pendekatan 5 (lima) dimensi pembangunan berkelanjutan; 2) Diversifikasi lahan
rawa untuk peningkatan dan pengembangan budidaya perikanan rawa pasang
surut; 3) Penjalinan kemitraan dengan pihak lain (swasta, akademisi, LSM)
terkait permodalan, pendampingan manajemen, dan pemasaran hasil budidaya
perikanan rawa pasang surut; 4) Penerapan teknologi tepat guna untuk
pengembangan budidaya perikanan rawa pasang surut; 5) Pelaksanaan
penelitian terkait budidaya perikanan rawa pasang surut dengan melibatkan
berbagai pihak, seperti pemerintah, akademisi, dan masyarakat; 6) Pembuatan
Peraturan Daerah (Perda) terkait pemanfaatan dan pengelolaan rawa pasang
surut untuk usaha budidaya perikanan; 7) Tindakan konservasi sebagai greenbelt
budidaya perikanan sekaligus perbaikan komponen ekosistem rawa pasang
surut; 8) Penentuan zona untuk budidaya perikanan dan konservasi lahan rawa
pasang surut; 9) Reklamasi rawa; 10) Penyediaan sarana/prasarana pendukung
aktivitas budidaya perikanan rawa pasang surut; 11) Penentuan prioritas strategi
pengembangan budidaya perikanan rawa pasang surut; dan 12) Penataan dan
pemeliharaan jaringan irigasi secara berkala.

Kata Kunci : Pembangunan berkelanjutan, rawa pasang surut, SIG, Gini


Coefficient (GC), PDRB, multidimensi, strategi.

ii

Anda mungkin juga menyukai