Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL PADA Ny. I


DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA GAMELI RIWAYAT PEB
DI RUANG OBSTETRI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. YOSIANA MUFTIANINGRUM (P1337420919061)
2. OVI ANDINI (P1337420919040)
3. SRI JATI PERMATA PUTRI (P1337420615053)
4. NADIA PUTRI NABILA (P1337420919028)
5. DEVI NPVITASARI (P1337420919078)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL PADA Ny. I


DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA GAMELI RIWAYAT PEB
DI RUANG OBSTETRI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Yosiana Muftianingrum
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Semarang
Koresponden: Yosianamuftianingrum@gmail.com

Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. (Afriani et al, 2013). Persalinan
section caesarea terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara
berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang utama (Torloni, et al, 2014). Tujuan: untuk memberikan
gambaran penatalaksanaan pada pasien post SC Gameli degan Rowayat PEB.
Metode yang digunakan dengan pendekatan studi kasus pada pasien post SC
Gameli degan Rowayat PEB. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
pada pasien post SC Gameli degan Rowayat PEB dengan tindakan manajemen
nyeri, manajemen resiko infeksi, dan manajemen resiko perdarahan. Kesimpulan
dari asuhan keperawatan pada pasien dengan post SC gameli riwayat PEB adalah
Pada diagnsa Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dan Resiko Infeksi
berhubungan dengan luka insisi bedah post SC masalah teratasi sebagian.
Sedangkan untuk diagnosa resiko perdarahan berhubungan dengan involusio uteri
masalah teratasi.
Keyword : post SC, Gameli, PEB
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK……………...................................................……………………...... 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…......3

BAB 1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………….……………………....…… 4

B. WEB OF CAUSATION…………………………….…………...…….. 5

BAB II. LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. PENGKAJIAN…………………………...…………..………...………6

B. ANALISIS DATA…………………………………………………….12

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN………..…………………….………13

D. INTERVENSI…………………………………………...…………….14

E. IMPLEMENTASI……………………………………………………..16

F. EVALUASI……………………………………….…………………..19

BAB III. PEMBAHASAN

A. ANALISA

KASUS…………….………………………….……………………..21

B. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN………………………22

BAB IV. PENUTUP

A. SIMPULAN.....…………………………………….…………………….26

B. SARAN…………………………………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA………………………………...…..……………………..28
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh dan berat janin lebih dari 500 gram. (Afriani et al,
2013). Persalinan section caesarea terus meningkat di seluruh dunia,
khususnya di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta
telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama (Torloni, et al,
2014). Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea pada tahun 2011
jumlah bersalin dengan section caesarea 22,8%, tahun 2012 sebesar 25%,
serta mengalami penurunan pada tahun 2013 yakni menjadi 9,8%.
(RISKESDAS, 2013). Gambaran adanya faktor risiko ibu saat melahirkan
atau di operasi caesarea adalah 13,4 % karena ketuban pecah dini, 5,49%
karena Preeklampsia, 5,14% karena Perdarahan, 4,40% Kelainan letak
Janin, 4,25% karena jalan lahir tertutup, 2,3% karena ruptur uterus
(RISKESDAS, 2013).
Ny. I dilakukan operasi SC karena memiliki PEB dan Gameli. Ny,
I mengeluh kencang-kencang di usia kehamilannya yang baru 33 minggu.
Karena beresiko tinggi, akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan
operasi SC pada hari itu juga yaitu hari jumat 28 Desember 2019. Kedua
bayi Ny. I lahir dengan sempurna dan keduanya di pindah ke ruang PBRT
karena berat kedua bayi tersebut rendah. Tekanan darah Ny. I tinggi
sehingga di pindahkan ke ruang VK untuk dilakukan pengawasan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
kegawatan muskuloskeletal sebagai sebuah laporan dengan judul “Laporan
Kasus Asuhan Keperawatan Post Natal Pada Ny. I Dengan Post Op Sectio
Caesaria Gameli Riwayat PEB Di Ruang Obstetri RSUP Dr. Kariadi
Semarang”
B. WEB OF CAUSATION
Terlampir
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL PADA Ny. I
DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA GAMELI RIWAYAT
PEB
DI RUANG OBSTETRI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Nama Mahasiswa : Yosiana Muftianingrum


NIM : P1337420919061
Tanggal Pengkajian : 30 Desember 2019 jam 11.00 WIB
Ruang / RS : Ostetri / RSUP Dr. Kariadi Semarang
A. DATA UMUM PASIEN
1. Initial Pasien : Ny. I
2. Usia : 32 tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT
5. Pend. terakhir : SMP
6. Alamat : Kendal
7. No Register : C794869
8. Diagnosa Medis : P3A2 Post Op Sectio Caesaria + IUD, PEB
Gamemeli

B. DATA PENANGGUNG JAWAB


1. Initial Penanggug jawab : Tn. E
2. Usia : 35 tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Pend. terakhir : SMA
5. Alamat : Kendal
6. Hubungan dengan Pasien : Suami
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi.
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien mengatakan semenjak mengetahui bahwa dia hamil kembar
Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4x kali di bidan desa
dan 4x ke dokter spesialis. Pasien mengatakan pada masa awal kehamilan
Pasien merasakan mual muntah dan tidak nafsu makan. Pasien menderita
hipertensi selama kehamilan, pada usia 7 bulan atau 28 minggu pasien
mulai mengalami hipertensi dengan tensi 170/100 mmHg.
3. Riwayat Obstetri
Status Obstetri : P3 A2
Masalah
Anak Jenis Jenis Ket Hidup
Tahun Penolong Kehamilan
ke Persalinan Kelamin atau Mati

1 2007 Normal Perempuan Bidan Hidup Tidak ada


Abortus
2 2018 - - - usia 4 -
minggu
Abortus
usia
3 2019 Kuretase - Dokter -
kandungan
8 minggu
4 2019 SC Laki-laki Dokter Hidup PEB
5 2019 SC Laki-laki Dokter Hidup PEB

4. Riwayat Keperawatan Sekarang :


Pada tanggal 28 Desember 2019 pukul 03.52 WIB dengan keluhan
sudah kencang-kencang dan dengan riwayat tensi tinggi sejak usia
kandungan 7 bulan atau 28 minggu, janin kembar, selain itu pasien telah
mengalami 2x keguguran, dan riwayat kuretase 1x pada tahun 2019.
kemudian di programkan operasi SC cito dikarenakan PEB dan janin
kembar. Pasien dioperasi tanggal 28 Desember 2019 pukul 17.30 WIB
dan selesai pada pukul 18.40 WIB, bayi lahir kembar laki-laki dengan
berat bayi yang pertama 1180 gram dengan nilai APGAR skor 3-7-9, bayi
yang kedua 1000 gram dengan nilai APGAR skor 6-7-9. Kemudian
Pasien dan bayi dipindahkan ke ruang obstetri untuk dilakukan perawatan
lebih lanjut. Keluhan Pasien saat ini yaitu nyeri pada luka post operasi
dan riwayat tensi tinggi.
5. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah keguguran 2x pada tahun 2018 dan
2019. Pasien pernah dirawat di RSUP dr. Kariadi pada tanggal 21
Desember 2019 dengen keluhan kencang-kencang namun kehamilan
masih bisa di pertahankan karena belum cukup bulan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Obstetri : P3A2
2. Indikasi SC : Gameli, PEB.
3. Riwayat ginekologi :
Menarche : 12 Tahun
Lama haid : 6-7 hari
Siklus haid : 28 hari
HPHT : 6 Mei 2019
HPL : 13 Februari 2020
Riwayat KB : KB suntik
4. Keadaan umum
Kesadaran : GCS (Glasgow Coma Scale)
E4 –M6 –V5 = 15 (normal, termasuk kesadaran
compos mentis)
5. Tanda – tanda vital :
TD : 140 / 90 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
6. Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 155 cm
7. Kepala
a. Kepala : ukuran kepala mesochepal, semetris kanan kiri, tidak ada
nyeri tekan dan massa/ benjolan
b. Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada lesi
c. Mata : sklera tidak ikterik, mata simetris, konjungtiva anemis,
tidak terdapat kantung mata, kornea berwarna bening,
warna iris berwarna hitam.
d. Hidung : simetris, tidah ada polip, tidak ada sekret, penciuman baik
e. Mulut : tidak terdapat sianosis maupun stomatitis, lidah bersih,
terdapat karies gigi.
f. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi dan tidak menggunakan alat bantu dengar,
fungsi pendengaran baik
8. Dada
a. Jantung : ictus cordis tidak tampak, teraba pada IC 4-5, perkusi
redup, auskultasi S1 dan S2
b. Paru : pergerakan simetris, tactil fremitus sama kuat, perkusi
sonor, bunyi vesikuler
c. Payudara
Kebersihan : payudara bersih, areola berwarna hitam, putting
susu bersih
Kesimetrisan : payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
Lesi
Putting susu : putting susu keluar, pengeluaran ASI sedikit dan ibu
belum menyusui bayi karena di PBRT dan Ibu post SC.
9. Abdomen
a. Involusio Uterus : keras
Fundus Uteri : 3 jari dibawah umbilicus
Kontraksi : kuat
Posisi : tengah
b. Kandung kemih : Tidak ada distensi kandung kemih
c. Diastasis rektus abdominis: 10cm x 3cm
d. Fungsi pencernaan : Pasien belum BAB sejak post operasi,
peristaltic usus terdengan 5 kali/menit
e. Masalah khusus : Tampak luka bekas operasi pada bagian abdomen
Pasien sepanjang 10 cm melintang diarea perut bawah tidak rembes,
tidak berbau. Pasien mengatakan nyeri bagian luka operasi.
Pengkajian Nyeri (Numeric Rating Scale) :
P : luka jahitan bekas operasi dirasakan saat bergerak
Q : seperti tersayat-sayat
R : bagian abdomen
S : skala 4
T : hilang timbul
10. Perineum dan Genetalia :
Tampak utuh dan bersih, terpasang kateter, terdapat lokhea rubra warna
merah segar, bau amis darah, PPV : ± 50 cc/ 24 jam, tidak ada luka
perineum, tidak ada hemoroid
11. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak nampak tanda-tanda edema
Ekstremitas bawah : edema nampak pada area kaki bawah, tidak ada
tanda- tanda varises.
Rentang gerak :
Kanan Kiri

Atas terpasang infus Bebas

Bawah Bebas Bebas

Kekuatan otot :
Kanan Kiri

Atas 5 5

Bawah 5 5

D. POLA FUNSIONAL GORDON


1. Manajemen Kesehatan
Pasien selalu berusaha untuk menjaga kesehatannya. Hal ini terbukti
jika pasien atau ada keluarga yang sakit maka segera diperiksakan ke
tempat pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mengatasi. Setelah
diberikan penjelasan oleh petugas kesehatan mengenai penyakitnya,
pasien mengerti dan paham mengenai sakitnya.
2. Eliminasi
a. BAB
Kebiasaan BAB : 1 kali / hari
Konstipasi : tidak
Konsistensi : lunak
Warna : coklat
Terakhir BAB : 30 Desember 2019
b. BAK
Kebiasaan BAK : terpasang kateter, jumlah urine 750 cc/8jam
Warna : jernih
3. Oksigenasi
Pasien tidak merasa sesak napas sehingga tidak terpasang nasal kanul.
4. Nutrisi dan cairan
Asupan Nutrisi : 3x / hari
Asupan Cairan : jumlah : 1000 cc
Nafsu makan : baik, porsi sedang
Jenis : karbohidrat, lemak, dan protein
BB : 65 kg
TB : 155 cm
IMT : 27,05 kg/m2 (overweight)
5. Istirahat dan tidur
a. Pola tidur
Kebiasaan tidur malam : 8 jam / hari
Kebiasaan tidur siang : 1-2 jam / hari
6. Mobilisasi dan latihan
a. Tingkat mobilisasi : Baik
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
1. Makan/minum 
2. Mandi 
3. Toilet 
4. Berpakaian 
5. Mobilitas ditempat tidur 
6. Berpindah ambulasi 
(ROM)
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu dengan alat
2 : Dibantu orang lain/keluarga/perawat
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung sepenuhnya
7. Persepsi sensori dan kognitif
Pasien mampu berkomunikasi dengan kesadaran penuh. Persepsi sensori
pasien baik karena mampu merasakan nyeri dan mengerti apa yang
disampaiakan oleh perawat.
Keluhan ketidaknyamanan
Nyeri : Ya, skala 4
Lokasi : Abdomen
Sifat : Hilang timbul
Kesanggupan dan pengetahuan tentang perawatan penyakitnya :
Kognitif : Pasien sudah mengetahui penyakitnya. Baik pasien maupun
keluarga sudah mengerti program yang harus dilakukan
untuk pengobatan pasien.
Persepsi : Pasien dapat berorientasi dengan benar tentang waktu, tempat,
dan orang-orang yang disekitarnya. Pasien meyakini bahwa Ia
akan sembuh dan dapat berkumpul dengan keluarganya.
Sensori : Pasien masih bisa melihat dengan jelas, mendengar dengan
jelas, pasien masih dapat membedakan bau yang berbeda.
Post Op Sectio Caesaria
P : luka jahitan bekas operasi dirasakan saat bergerak
Q : seperti tersayat-sayat
R : bagian abdomen
S : skala 4
T : hilang timbul

8. Pola seksual dan reproduksi :


Pasien adalah seorang perempuan yang telah menikah dan barusaja
dikaruniai sepasang bayi kembar laki-laki. Sebelum sakit pasien tidak
mengalami gangguan aktivitas seksualnya. Selama sakit pasien tidak
melakukan aktivitas seksual karena dirawat inap dan mengingat sekarang
sedang menjalani masa nifas.
9. Hubungan dan peran :
Ny. I merupakan ibu rumah tangga di dalam keluarganya. Namun
setelah operasi, perannya sebagai ibu tidak dapat dilakukan.
10. Konsep Diri :
Body image : pasien tetap percaya diri dengan kondisinya saat ini
Identitas diri : pasien mengetahui siapa dan apa yang terjadi
dengannya.
Harga diri : pasien mampu berinteraksi dengan keluarga
Peran diri : pasien bekerja sebagai seorang istri sekaligus
menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga
Ideal diri : pasien percaya bahwa kondisinya akan membaik dan
sehat kembali.
11. Mekanisme koping dan stress
Penerimaan terhadap penyakitnya :
Pasien menerima keadaannya sekarang ini, Pasien tidak merasa terganggu
dengan lingkungan sekitar RS, namun Pasien cemas dengan kondisinya.
Koping yang digunakan :
Untuk mengurangi strees tersebut, keluarga selalu memberi support dan
mendoakan kesembuhan pasien.
12. Spiritual / Keyakinan
Ny. I adalah seseorang yang beragama Islam dan tekun dalam beribadah.
Namun meskipun Ny. I sakit dan dirawat di Rumah Sakit, Ny.I tetap
berusaha untuk menjalankan sholat 5 waktu dengan cara duduk atau
tiduran.

E. OBAT – OBATAN
Tanggal : 30 Desember 2019
Infus RL 20 tpm IV
Ketorolac 30 mg/ 12 jam IV
Furosemid 1 ampul/12 jam IV
Ampicilin Sulbactan 1,5 gr 8 jam IV
Parasetamol 500 mg/ 8 jam PO
Vitamin B complex 1 tab/12 jam PO
Vitamin C 1 tab/ 12 jam PO
Sulfat ferosus 1 tab/ 12 jam PO
Dopamet 500 mg/ 12 jam PO
Nifidipine 10 mg PO jika TD> 160/100 mmHg

F. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 28 Desember 2019
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
PAKET
Hemoglobin 12,9 g/dL 11,7– 15.5
Hematokrit 38,7 % 32 – 62
Eritrosit 4.17 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 30,9 pg 27.0 – 32.0
MCV 92,8 fL 76 – 96
MCHC 33,3 g/dL 29.0 – 36.0
Trombosit 216 10^3/uL 150 – 400
RDW 14,4 % 11.60 – 14.80
MPV 10,5 fL 4.00 – 11.00
Lekosit 11,9 10^3/uL 3,6-11 H

KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 59 mg/dL 80-160
SGOT 33 U/L 15-34
SGPT 18 U/L 15-60
LDH 831 U/L 120-246 H
Ureum 39 mg/dL 15-39
Kreatinin 1,1 mg/dL 0,6-1,3
Asam Urat 8,1 mg/dL 2,6-6 H
Elektrolit
Natrium 139 mmol/L 136-145
Kalium 4,9 mmol/L 3,5-5
Chlorida 107 mmol/L 95-105 H
KOAGULASI
Plasma Prothombin
Time (PPT)
Waktu protombin 9 detik 9,4-11,3 L
Ppt kontrol 11 detik

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


Albumin 2,1 g/dL 2,4-5 L

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


SEKRESI-EKRESI
Urine lengkap
Kristal 10,92 /uL 0.00-0,5 H

Tanggal : 29 Desember 2019


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
PAKET
Hemoglobin 10,7 g/dL 11,7– 15.5 L
Hematokrit 32,1 % 32 – 62
Eritrosit 3,41 10^6/uL 4.4 – 5.9 L
MCH 31,4 pg 27.0 – 32.0
MCV 94,1 fL 76 – 96
MCHC 33,3 g/dL 29.0 – 36.0
Trombosit 197 10^3/uL 150 – 400
RDW 14,7 % 11.60 – 14.80
MPV 10,2 fL 4.00 – 11.00
Lekosit 16,6 10^3/uL 3,6-11 H

KIMIA KLINIK
Albumin 2,2 g/dL 3,5-5.0 L

G. ANALISIS DAN SINTESIS DATA


NO. TGL / JAM DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. 30 Desember DS : Agen cidera fisik Nyeri akut
2018 - Pasien mengatakan nyeri
11.30 WIB pada perut
Nyeri =
P : luka jahitan bekas operasi
dirasakan saat bergerak
Q : seperti tersayat-sayat
R : bagian abdomen
S : skala 4
T : hilang timbul
DO :
. - Wajah pasien terlihat
meringis menahan nyeri
- TTV =
TD : 140 / 90 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
- Terdapat luka operasi
sepanjang 10 cm melintang
diarea perut bawah tidak
rembes, tidak berbau.

2. 30 Desember DS : Involusi uterus Risiko


2019 - Pasien mengatakan keluar perdarahan
11.30 WIB darah pada area
pervaginamnya
DO :
- Involusio Uterus : keras
Fundus Uteri : 3 jaridibawah
umbilicus (9 cm dari simpisis
pubis)
Kontraksi : kuat
Posisi : tengah
- terdapat lokhea rubra warna
merah segar, bau amis darah,
- PPV : ± 50 cc/ 24 jam
3. 30 Desember DS : Kelemahan Intoleransi
2019 Pasien mengatakan tidak bisa aktifitas
11.30 WIB melakukan aktifitas sehari-hari
sendirian harus dibantu orang
lain
DO :
- Klien terpasang DC
- Indeks bartel : klien dibantu
orang lain dalam ADL nya
setiap hari

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan denga agen cidera fisik
2. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka insisi bedah
post SC
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan involusio uterus

I. RENCANA KEPERAWATAN
TGL/
NO. DP TUJUAN INTERVENSI TTD
JAM
1 30 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab nyeri
Desember agen cidera keperawatan selama 3 x 24 2. Gali pengetahuan
2019 fisik jam, Pasien mampu Pasien tentang nyeri
12.00 mentoleransi nyeri, dengan 3. Gali pengetahuan
WIB kriteria hasil : Pasien bagaimana
1. Pasien mampu cara untuk mengatasi
melakukan teknik non nyeri
farmakologis untuk 4. Ukur tanda – tanda
mengatasi nyeri yaitu vital Pasien
relaksasi otot progresif 5. Jelaskan pada Pasien
2. Nyeri turun menjadi teknik
skala 1 nonfarmakologi untuk
3. Tanda – tanda vital mengatasi nyeri
pasien baik 6. Ajarkan pada Pasien
TD : 120/80 mmHg manajemen nyeri
N : 80 x / menit yaitu relaksasi otot
S : 36,5o C progresif
RR : 18 x / menit 7. Anjurkan pasien
4. Nyeri : turun menjadi untuk melakukan
skala 1 mobilisasi dini
5. Pasien merasa nyaman 8. Libatkan keluarga
terhadap kondisi pasien dalam pengajaran
setelah nyeri berkurang manajemen nyeri
2. 30 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
Desember aktifitas keperawatan selama 3 x 24 kemampuan klien
2019 berhubungan jam, Pasien tidak dalam beraktifitas
12.00 dengan mengalami infeksi dengan 2. Bantu klien dalam
WIB kelemahan kriteria hasil: melakukan aktifitas
1. Klien mampu melakukan sehari-hari
aktifitasnya secara 3. Bantu klien untuk
mandiri melakukan tindakan
sesuai dengan
kemampuan/kondisi
klien
4. Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
dalam beraktifitas
3 30 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor Keadaan
Desember perdarahan b.d keperawatan selama 3 x 24 Umum dan TTV
2019 involusio uterus jam, Pasien tidak Pasien
12.10 mengalami perdarahan 2. Monitor PPV
WIB dengan criteria hasil : (Pengeluaran per
vaginam) Pasien
1. Tanda – tanda vital
3. Lakukan pemeriksaan
pasien baik
TD : 120/80 mmHg TFU dan kontraksi
N : 80 x / menit rahim
S : 36,5o C 4. Ajarkan pasien untuk
RR : 18 x / menit sering massage uterus
2. Tidak terjadi perdarahan 5. Ajarkan dan berikan
dengan keluarnya darah
edukasi pada Pasien
secara terus menerus
seperti mengalir untuk mengenali
3. Involusio uterus baik
terjadinya perdarahan
ditandai dengan uterus
keras dan kontraksi kuat

J. CATATAN KEPERAWATAN
NO. TGL/JAM DP IMPLEMENTASI RESPON TTD
1. 30 Desember Nyeri akut b/d 1. Mengkaji penyebab S: Pasien mengatakan
2019 agen cidera fisik nyeri masih nyeri
13.00 WIB 2. Mengukur TTV Pengkajian P,Q,R,S,T
pasien P : saat melakukan
3. Mengajarkan kepada aktivitas
pasien teknik Q : tersayat-sayat
relaksasi napas R : perut
dalam jika nyeri S : skala 4
dengan teknik otot T : hilang timbul
progresif untuk
mengurangi nyeri O : wajah Pasien
4. Menganjurkan pasien tampak meringis
untuk berlatih
mobilisasi S:-
O:
- TTV
TD : 140 /
90 mmHg
Suhu : 36,5
0
C
Nadi : 88
x/menit
Pernafasan : 18
x/menit
S : Pasien mengatakan
nyeri berkurang
menjadi skala 3 setelah
diajarkan teknik
relaksasi otot
progressif dan nafas
dalam
O : Pasien terlihat
merasa nyaman,
dan mampu
mengikuti saat
diajarkan teknik
non farmakologis
2. 30 Desember Intoleransi 1. Megkaji tingkat S:
2019 aktifitas kemampuan klien - Klien mengatakan
12.15 WIB berhubungan dalam beraktifitas sulit untuk
dengan 2. Membantu klien melakukan
kelemahan dalam melakukan aktivitas
aktifitas sehari-hari O:
3. Membantu klien - Keadaan umum
untuk melakukan Pasien baik
tindakan sesuai - Klien tampak
dengan kesulitan untuk
kemampuan/kondis bergerak
i klien - Klien tampak tidak
4. Mengevaluasi bisa ke kamar
perkembangan mandi
kemampuan klien - Klien tampak
dalam beraktifitas kesulitan untuk
duduk
3 30 Desember Resiko 1. Memonitor PPV S: pasien mengatakan
2019 perdarahan b/d (Pengeluaran per masih
14.00 WIB involusio uteri vaginam) Pasien mengeluarkan
2. Melakukan darah berwarna
pemeriksaan TFU dan merah dan tidak
kontraksi Rahim terlalu banyak
3. mengedukasi pasien O: - perdarahan rubra
untuk sering massage berwarna merah ±
uterus 50 cc/ 24 jam
S: pasien mengatakan
perutnya masih
membesar
O: - TFU 3 jari
dibawah umbilikal
S: pasien mengatakan
jika perutnya
masih sakit pada
luka jahitan
sehingga tidak
berani untuk
memijat-mijat
O: pasien meringis saat
perut di tekan
1. 31 Desember Nyeri akut b/d 1. Mengkaji penyebab S: Pasien mengatakan
nyeri
2019 agen cidera fisik masih nyeri
2. Mengukur TTV
10.00 WIB pasien Pengkajian P,Q,R,S,T
3. Mengevaluasi
P : saat melakukan
pasien teknik
relaksasi napas aktivitas
dalam jika nyeri
Q : tersayat-sayat
dengan teknik otot
progresif untuk diperut, seperti di
mengurangi nyeri
tusuk-tusuk di kepala
4. Menganjurkan
pasien untuk R : perut, kepala
berlatih mobilisasi
S : skala 3
5. Melakukan
kolaborasi dengan T : hilang timbul
dokter dalam
memberikan obat
penurun tensi jika O : wajah Pasien
perlu
tampak meringis

S : pasien mengatakan
semalem tidak bisa
tidur karena perutnya
sakit dan kencang-
kencang
O:
- TTV
TD : 170 /
90 mmHg
Suhu : 36,5
0
C
Nadi : 89
x/menit
Pernafasan : 20
x/menit

S : Pasien mengatakan
nyeri berkurang saat
melakukan relaksasi
pernapasan
O : Pasien terlihat
merasa nyaman,
dan mampu
mengikuti saat
diajarkan teknik
non farmakologis
S: -
O: pasien meminum
obat nifidipine 10
mg
2. 31 Desember Intoleransi 1. Mengkaji tingkat S:
2019 aktifitas kemampuan klien - Klien mengatakan
12.30 WIB berhubungan dalam beraktifitas sulit untuk
dengan 2. Membantu klien melakukan
kelemahan dalam melakukan aktivitas
aktifitas sehari-hari O:
3. Membantu klien - Keadaan umum
untuk melakukan Pasien baik
tindakan sesuai - Klien tampak
dengan kesulitan untuk
kemampuan/kondis bergerak
i klien - Klien tampak tidak
4. Mengevaluasi bisa ke kamar
perkembangan mandi
kemampuan klien - Klien tampak
dalam beraktifitas kesulitan untuk
duduk

3 31 Desember Resiko 1. Memonitor PPV S: pasien mengatakan


(Pengeluaran per
2019 perdarahan b/d hariini tidak
vaginam) Pasien
13.30 WIB involusio uteri 2. Melakukan memakai
pemeriksaan TFU dan
pembalut karena
kontraksi Rahim
memakai alas
(underpad)
O: - perdarahan rubra
berwarna merah ±
50 cc/ 24 jam
S: pasien mengatakan
perutnya masih
membesar
O: - TFU 3 jari
dibawah umbilikal
1 1 januari 2020 Nyeri akut b/d 1. Mengkaji penyebab S: Pasien mengatakan
nyeri
agen cidera fisik masih nyeri
2. Mengukur TTV
15.00 WIB
pasien Pengkajian P,Q,R,S,T
3. Mengevaluasi
P : saat melakukan
pasien teknik
relaksasi napas aktivitas, bergerak
dalam jika nyeri
Q : tersayat-sayat
dengan teknik otot
progresif untuk R : perut
mengurangi nyeri
S : skala 2
4. Menganjurkan
pasien untuk T : hilang timbul
berlatih mobilisasi
5. Melakukan
kolaborasi dengan O : wajah Pasien
dokter dalam
tampak meringis
memberikan obat
analgesik
S : pasien mengatakan
semalem dapat tidur
dengan nyaman karena
nyeri berkurang
O:
- TTV
TD : 110 /
80 mmHg
Suhu : 36,5
0
C
Nadi : 82x/
menit
Pernafasan : 20
x/menit

S : Pasien mengatakan
terkadang lupa
melakukan teknik
relaksasi
O : pasien dapat
melakukan teknik
relaksasi sesuai
dengan arahan
perawat
S: pasien mengatakan
sudah berlatih
jalan hariini
O: pasien nampak
berjalan kekamar
mandi secara
mandiri
S: pasien mengatakan
telah meminum
obat paracetamol
500 mg tablet
O: pasien nampak
nyaman dan tidak
merasakan nyeri
2 1 Januari Intoleransi 1. Mengkaji tingkat S:
2020 aktifitas kemampuan klien - Klien mengatakan
berhubungan dalam beraktifitas sulit untuk
15.30 WIB dengan 2. Membantu klien melakukan
kelemahan dalam melakukan aktivitas
aktifitas sehari-hari O:
3. Membantu klien - Keadaan umum
untuk melakukan Pasien baik
tindakan sesuai - Klien tampak
dengan kesulitan untuk
kemampuan/kondis bergerak
i klien - Klien tampak tidak
4. Mengevaluasi bisa ke kamar
perkembangan
mandi
kemampuan klien
dalam beraktifitas - Klien tampak
kesulitan untuk
duduk
3 1 Januari Resiko 1. Memonitor PPV S: pasien mengatakan
(Pengeluaran per
2020 perdarahan b/d hariini selang
vaginam) Pasien
involusio uteri 2. Melakukan urine telah dilepas
16.50 WIB pemeriksaan TFU dan
dan memakai
kontraksi Rahim
pampers, darah
yang keluar tidak
begitu banyak.
Pasien belum
mengganti
pampersnya
hariini.
O:

- Pasien post
operasi SC hari
ke 4
- perdarahan
sangunolenta
berwarna merah
kekuningan ±
20 cc/ 24 jam

S: pasien mengatakan
perutnya masih
membesar
O: - TFU 4 jari
dibawah umbilikal

K. EVALUASI

TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD

1 Januari 2019 Nyeri akut b/d S : Pasien mengatakan masih nyeri sedikit P :
agen cidera saat beergerak dan beraktivitas Q : tersayat-
17.00 WIB fisik
sayat R : perut S : skala 2 T : hilang timbul
O:
- Pasien tampak meringis dan
memegang perutnya saat berjalan
- Keadaan umum Pasien baik
- TTV
TD : 110 / 80 mmHg
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P:

- Hentikan intervensi, pasien boleh pulang


-
1 Januari 2019 Intoleransi S:

17.00 WIB aktifitas - pasien mengatakan kesulitan untuk


berhubungan bergerak
dengan -
kelemahan O:
- Keadaan umum Pasien baik
- Klien tampak kesulitan untuk bergerak
- Klien tampak tidak bisa ke kamar mandi
- Klien tampak kesulitan untuk duduk
A: Masalah Teratasi sebagian

P: Hentikan intervensi, pasien boleh pulang

1 Januari 2019 Resiko S:


perdarahan b/d
17.00 WIB involusio uteri - pasien mengatakan hariini selang urine
telah dilepas dan memakai pampers,
darah yang keluar tidak begitu banyak.
Pasien belum mengganti pampersnya
hariini.
- pasien mengatakan perutnya masih
membesar

O:

- Pasien post operasi SC hari ke 4


- perdarahan sangunolenta berwarna
merah kekuningan ± 20 cc/ 24 jam
- TFU 4 jari dibawah umbilical

A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi, pasien boleh pulang
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISA KASUS
Ny. I datang ke IGD RSUP dr. Kariadi pada tanggal 28 Desember 2019
03.52 WIBdengan keluhan kencang-kencang. Ny. I memiliki riwayat PEB
dan Gameli. Ny I menjalani operasi Sectio Caesarea (SC) pada tanggal 28
Desember 2019 pukul 17.30 WIB. Bayi-bayi Ny. I berjenis kelamin laki-laki
dengan berat badan bayi pertama 1180 grr dan bayi kedua 1000 gr. Setelah
menjalani operasi, Ny. I dipindahkan ke ruang VK untuk dilakukan observasi
karena riwayat PEB.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 Desember 2019, Ny. I
mengeluh nyeri pada luka operasi. saat dilakukan pengkajian nyeri P : saat
melakukan aktivitas Q : tersayat-sayat R : perut S : skala 4 T : hilang timbul,
wajah nyonya I nampak meringis saat nyeri datang. Sehingga diagnosa
keperawatan yang diangkat adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (Herdman, T. H., & Kamitsuru, S, 2018).
Selain nyeri dari hasil pengkajian diperut Ny. I terdapat luka Terdapat
balutan luka pada perutnya sepanjang 10 cm, Luka dibalut kassa dan plester
anti air , Tekanan darah 140 / 90 mmHg, Suhu 36,5 0C, Nadi 88 x/menit,
Pernafasan 18 x/menit , Leukosit 16,6 10^3/uL, Albumin 2,2 g/dL. Nilai
leukosit Ny. I lebih dari normal berdasarkan nilai rujukan yang di gunakan di
RSUP dr. Kariadi dengan nilai normal 3,6-1110^3/uL, dan nilai albumin ny. I
masuk dalam kategori rendah berdasarkan nilai rujukan RSUP dr. Kariadi
dengan kisaran nilai normal 2,4-5 g/dL. Kadar albumin yang rendah dapat
menyebabkan proses penyembuhan luka terhambat, hal ini terjadi karena
darah terjadi pengenceran darah (hemodilusi) sehingga berkurangnya
sirkulasi oksigen yang terjadi di dalam darah (Marjiyanto, Dkk, 2013).
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah resiko infeksi berhubungan
dengan luka insisi bedah post SC (Herdman, T. H., & Kamitsuru, S, 2018).
Ny. I mengalami perdarahan per vagina setelah menjanai operasi. hasil
pengkajian Involusio Uterus keras, Fundus Uteri 3 jari dibawah umbilicus (9
cm dari simpisis pubis), Kontraksi kuat, Posisi tengah, terdapat lokhea rubra
warna merah segar, bau amis darah,PPV : ± 50 cc/ 24 jam. Pada kondisi ini
menggambarkan terjadinya proses pengembalian uterus ke bentuk semula
setelah placenta lahir. Apabila masih terdapat sisa-sisa placenta dapat
menyebabkan perdarahan. Sehingga diagnosa keperawatan yang diangkat
adalah Resiko perdarahan berhubungan dengan involusio uteri (Herdman, T.
H., & Kamitsuru, S, 2018).
Pada hari kedua Ny. I sempat mengalami tekanan darah yang tinggi yaitu
170/90 mmHg. Pasien terus dipantau dan diberikan obat nifedipine 10 mg.
Obat nifedipine sendiri memiliki fungsi sebagai obat yang digunakan untuk
mengobati tekanan darah yang tinggi pada saat kehamilan dan persalinan
premature.
B. ANALISA INTERVENSI

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik salah satu
intervensi yang diangkat adalah relaksasi otot progresif. Intervensi dilakukan
selama 3 hari dan dilakukan sebanyak 2x. Setelah dilakukan interensi pasien
langsung dilakukan evaluasi. Menurut Rihiantoro dkk (2018), bahwa relaksasi
progresif dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan maupun nyeri,
karena dapat menekan saraf simpatis di mana dapat menekan rasa tegang
yang dialami oleh individu secara timbal balik, sehingga timbul counter
conditioning (penghilangan). Hasil evaluasi didapat bahwa setelah dilakukan
relaksasi otot progresif pada hari ke 3 nyeri pasien berkurang dari skala nyeri 3
menjadi 2. Selain itu pasien juga mendapatkan obat anti nyeri ketorolac 30 mg
IV dan paracetamol 100 mg tablet. Pada asuhan hari ke 2 ketorolac pasien
dihentikan, namun paracetamol 100 mg tab masih diberikan kepada pasien.
ketorolac 30 mg adalah obat anti inflamasi nonsteroid injeksi yang memiliki
sifat sebagai analgesik.
Ketorolak merupakan analgetik poten yang termasuk golongan anti
inflamasi nonsteroid yang mempunyai efek anti inflamasi sedang yang bekerja
dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase (COX) non selektif. Namun
pada sistem hematologi, ketorolak dapat menghambat agregasi tombosit dan
dapat memperpanjang waktu perdarahan karena ketorolak lebih banyak
menghambat COX-1 dibanding COX-2. Pada sistem pencernaan ketorolak
dapat menyebabkan iritasi lambung dan perdarahan gastrointestinal ( Hidayat,
Dkk. 2017). Sedangkan Paracetamol termasuk golongan obat analgesik non-
opioid yang digunakan dalam penanganan nyeri ringan (Muttaqin,2008).
Diagnosa yang diangkat selanjutnya adalah resiko infeksi berhubungan
dengan luka insisi bedah post SC. Salah satu intervensi yang dilakukan adalah
mengobservasi luka post SC, berdasarkan hasil pengkajian luka post SC pasien
melintang diarea diatas VU sepanjang 10 cm. Luka bersih, tidak rembes dan
tidak ada tanda-tanda infeksi ataupun perdarahan. Observasi luka dilakukan
setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien. untuk mencegah
infeksi intervensi lain yang dilakukan adalah pemberian antibiotik, Ny. I
mendapatkan antibiotik Ampicilin Sulbactan 1,5 gr 8 jam IV. Ampicilin adalah
golongan penicilin, sedangkan sulbactam adalah obat yang bekerja dengan cara
menghambat enzime betalaktamase yang di produksi bakteri. Obat ini bekerja
dengan menghambat secara irreversibel aktivitas enzime transpeptidase yang
dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri
Diagnosa terakhir adalah Resiko perdarahan berhubungan dengan
involusio uteri. Intervensi yang dilakukan adalah observasi PPV, memantau
TFU dan tinggi fundus uteri, serta mengajarkan massage uterus. Perdarahan
pada ibu post partum biasanya disebut dengan lochea. Ny. I saat dilakukan
pengkajian jenis lochea yang keluar adalah lochea rubra, darah yang keluar
masih hitam dan banyak kurang lebih 50 cc. Lochea rubra biasanya didapati
pada ibu post partum hari ke 1 dan ke 2 ( Wagiyo dan Putrono, 2016). Pada ny.
I TFU pada hari ketiga setelah post partum SC adalah 3 jari dibawah
umbilikus, dan kontraksi kuat. Saat uterus kontaksi pembuluh darah yang
keluar lewat celah otot uterus akan terjepit dan menyebabkan perdarahan
berhenti (Wagiyo dan Putrono, 2016), sehingga kontraksi uterus harus selalu di
evaluasi. Massage uterus dapat diajarkan kepada ibu untuk mengeluarkan sisa-
sisa placenta yang masih ada di uterus.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Selama melakukan pengkajian terhadap Ny. I dapat di tegakkan 3
diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, Resiko Infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah post SC, dan
diagnosa yang ketiga adalah Resiko perdarahan berhubungan dengan
involusio uteri . Pada Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
dan Resiko Infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah post SC masalah
teratasi sebagian. Sedangkan untuk diagnosa resiko perdarahan
berhubungan dengan involusio uteri masalah teratasi

B. SARAN
Diharapkan tindakan implementasi yang diberikan dapat di
kombinasikan dengan teknik yang lain berlandaskan dengan jurnal yang
relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M. 2013. Nursing Intervention


Classification (NIC) sixth edition.United States of America. Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I (11th ed.). Jakarta: EGC.

Hidayat, Dkk. 2017. Perbedaan Antara Parasetamol Dan Ketorolak Terhadap


Kadar Substansi P Serum Tikus Wistar Sebagai Analgesik. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Volume IX, Nomor 1.

Marjiyanto, dkk. 2013. Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka


Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Di Ruang Mawar Rumah Sakit
Slamet Riyadi Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 1, No,
1.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Wagiyo dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan bayi
Baru Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta. ANDI.

Anda mungkin juga menyukai