Disusun Oleh :
Deni Wahyudi 220120120048
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan
gaya hidup dan tingkat stress yang dialami secara individual, mendorong
munculnya penyakit degeneratif berkembang di masyarakat.
Perkembangan tersebut dibuktikan dengan meningkatnya penyakit dari
system cardiovaskuler maupun system persyarafan, tidak terkecuali
penyakit jantung dan penyakit stroke. Stroke menempati peringkat ke tiga
penyebab kematian dengan laju mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama,
dan 62% untuk stroke lanjutan yang bertahan hidup dengan cacat, serta
40% memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam International Journal of Therapy & Rehabilitation tahun 2013
tentang “physical inactivity, depression and anxiety in acute stroke” oleh
Kroeders dkk dari Maastricht University Medical Centre, Netherlands
dan Stroke Division. Jurnal ini dilatar belakangi adanya pengaruh aktivitas
fisik, depresi dan kecemasan terhadap stroke akut. Pengukuran aktivitas
fisik dengan menggunakan Posisi Activity Logger (PAL2), kesejahteraan
psikologis menggunakan iritabilitas, dan depresi dengan skala kecemasan
(IDA) dalam waktu 14 hari dari stroke. Hasil yang didapat dimana pasien
yang menderita stroke akut akan menghabiskan waktunya rata-rata 96%
tiap hari dengan duduk atau berbaring. Dimana rata-rata mempunyai
gejala depresi 74%, dan gejala kecemasan 53% pasien.
Kemudian jurnal lain berkaitan dengan persepsi perawat terhadap
stroke dari British Journal of Neuroscience Nursing Inggris tahun 2013 tentang
Nurses' perspectives on their specialist stroke roles in London. Penelitian
tersebut menghasilkan penerimaan pasien stroke oleh perawat mendapat
dukungan dari sesama perawat melalui komunikasi yang baik, tapi masih
minimal adanya keterlibatan dengan tim multidisiplin lainnya. Walaupun
3
B. Tujuan
Mengetahui tentang konsep pelaksanaan asuhan keperawatan
kegawat daruratan pada pasien dengan stroke acute, melalui pendekatan
konsep dasar penyakit stroke acute dan proses asuhan keperawatan
kegawat daruratan pada pasien stroke acute.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini meliputi penjelasan tentang
konsep dasar penyakit stroke acute dari mulai pengertian stroke, penyebab
stroke, tanda dan gejala stroke, faktor resiko stroke, manifestasi klinik,
klasifikasi stroke, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang diagnostik, dan
penatalaksanaan stroke acute. Juga uraikan tentang proses keperawatan
kegawat daruratan pasien stroke acute terdiri dari pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan pada pasien stroke
acute.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Penyebab Stroke
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya
daerah otak yang terkena.
2. Apabila dilihat dari bagian hemisfer yang terkena, gejala dapat berupa :
D. Patofisiologi Stroke
Bagan Patofisiologi
Embolisme Hemoragi
Thrombosis serebral Iskemia serebral
Penghentian
suplai darah ke
otak
STROKE
ISKEMIK STROKE
HEMORAGIK
Perubahan ukuran
dan reflek pupil
Penurunan
kesadaran
Gangguan fungsi
Penurunan
vasomotor :
tekanan arteri : kehilangan tonus
Hipotensi
vaskular
11
F. Klasifikasi Stroke
b. Stroke Hemoragik
Ini jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
diotak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan
darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh darah.
Stroke hemoragik terdiri dari :
1) Stroke Hemoragik Intraserebral: Pada kasus ini, sebagian besar orang
yang mengalaminya bisa menderita lumpuh dan susah diobati. Pada
stroke jenis ini pendarahan terjadi didalam otak. Biasanya mengenai
basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar. Jika yang
terkena didaerah talamus, sering penderitanya sulit dapat ditolong
meskipun dilakukan tindakan operatif untuk mengevakuasi
perdarahannya.
2) Stroke Hemoragik Subaraknoid: Memiliki kesamaan dengan stroke
hemoragik intraserebral. Yang membedakannya, stroke ini dipembuluh
darah diluar otak, tapi masih didaerah kepala, seperti di selaput otak
bagian bawah otak. Maski tidak didalam otak, perdarahan itu bisa
menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya aneurisma yang pecah
atau AVM (arteriovenous malformation)
G. Manifestasi klinik
1. Kehilangan motorik.
2. Kehilangan komunikasi.
3. Gangguan persepsi-visual.
4. Gangguan verbal.
5. Kehilangan sensori.
6. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.
7. Disfungsi kandung kemih.
13
H. Komplikasi Stroke
I. Penunjang Diagnostik
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan refleks patologis.
16
Intervensi Rasional
- Pantau/ catat status - Mengetahui kecenderungan tingkat
neurologist sesering kesadaran dan potensial
mungkin dan bandingkan peningkatan TIK dan mengetahui
dengan keadaan normalnya lokasi, luas dan kemajuan/ resolusi
- kerusakan SPP.
Pantau tanda-tanda vital - Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/ trauma serebral pada daerah
vasomotor otak.
- Evaluasi pupil, catat - Reaksi pupil diatur oleh saraf
ukuran, bentuk, kesamaan, kranial okulomotor (III) dan
dan reaksinya terhadap berguna dalam menentukan apakah
cahaya. batang otak tersebut masih baik.
- Kaji fungsi-fungsi yang lebih - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
tinggi, seperti fengsi bicara jika merupakan indikator dari gangguan
pasien sadar. serebral.
- Letakkan kepala dengan - Menurunkan tekanan arteri dan
posisi agak ditinggikan dan peningkatan drainase dan perfusi
dalam posisi anatomis. serebral.
- Berikan oksigen sesuai - Menurunkan hipoksia yang dapat
indikasi. menyebabkan vasodilatasi serebral.
17
Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan secara - Mengedentifikasi kekuatan/
fungsional melalui skala kelemahan dan dapat memberikan
aktivitas ( 0-4 ). informasi mengenai pemulihan.
- -
Ubah posisi minimal setiap 2 Menurunkan resiko terjadinya trauma/
jam. iskemia jaringan ( dekubitus ).
- -
Lakukan latihan gerak Meminimalkan atrofi otot,
aktif dan pasif pada semua meningkatkan sirkulasi, membantu
ekstremitas. mencegah kontraktur.
-
Tinggikan tangan dan kepala. Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari gangguan
serebral.
- -
Alasi kursi duduk atau Meningkatkan aliran balik vena dan
tempat tidur dengan busa membantu mencegah edema.
atau balon air.
-
Berikan tempat tidur dengan - Mencegah / menurunkan tekanan
matras bulat. koksigeal / kerusakan kulit.
18
Intervensi Rasional
- Diskusi keadaan patologis - Membantu dalam membangun
yang khusus dan kekuatan harapan yang realistis dan
pad individu. mengingatkan pemahaman
terhadap keadaan dan kebutuhan
saat ini.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Stroke menempati peringkat ke tiga penyebab kematian dengan laju
mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama, dan 62% untuk stroke lanjutan
yang bertahan hidup dengan cacat, serta 40% memerlukan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari. Stroke merupakan gangguan saraf yang diakibatkan
oleh kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau
lebih yang mengakibatkan aliran darah ke otak mengalami gangguan
sehingga nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan tidak terpenuhi dengan
baik.
Diagnosa keperawatan pada stroke akut meliputi perubahan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan gangguan oklusif, haemorrhagic,
vasospasme serebral, edema serebral yang ditandai dengan : perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan dalam respon
motorik/sensorik, gelisah defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi,
perubahan tanda-tanda vital. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan, parestesia, kerusakan perceptual/kognitif yang
ditandai dengan : ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
Juga perlu ditegakkan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber
informasi yang ditandai dengan meminta informasi, pernyataan kesalahan
informasi.
20
B. SARAN
Sehubungan semakin meningkatnya angka kejadian stroke akut
diharapkan pendidikan bisa lebih meningkatkan EBP sebagai bahan
pembelajaran dan panduan untuk peningkata pengetahuan. Sedangkan
pelayanan diharapkan dapat meningkatkan proses asuhan keperawatan
pasien dengan stroke acute dilihat secara menyeluruh tidak hanya sistem
saraf saja, tetapi harus melihat dan melakukan pengkajian sesuai keluhan
dan pemeriksaan fisik pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Brooke, J., & Walia, S. (2013). Nurses' perspectives on their specialist stroke
roles in London. British Journal Of Neuroscience Nursing, 9(3), 125-130.