Anda di halaman 1dari 22

0

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


STROKE ACUTE

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis II

Disusun Oleh :
Deni Wahyudi 220120120048

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
KONSENTRASI KEPERAWATAN KRITIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2013
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan pada kegawat daruratan Stroke
Acute”.

Makalah ini berisikan tentang informasi permasalahan yang terjadi


pada penyakit stroke secara umum maupun stroke acute dan konsep asuhan
keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan stroke acute tersebut.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, Oktober 2013

Penulis
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan
gaya hidup dan tingkat stress yang dialami secara individual, mendorong
munculnya penyakit degeneratif berkembang di masyarakat.
Perkembangan tersebut dibuktikan dengan meningkatnya penyakit dari
system cardiovaskuler maupun system persyarafan, tidak terkecuali
penyakit jantung dan penyakit stroke. Stroke menempati peringkat ke tiga
penyebab kematian dengan laju mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama,
dan 62% untuk stroke lanjutan yang bertahan hidup dengan cacat, serta
40% memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam International Journal of Therapy & Rehabilitation tahun 2013
tentang “physical inactivity, depression and anxiety in acute stroke” oleh
Kroeders dkk dari Maastricht University Medical Centre, Netherlands
dan Stroke Division. Jurnal ini dilatar belakangi adanya pengaruh aktivitas
fisik, depresi dan kecemasan terhadap stroke akut. Pengukuran aktivitas
fisik dengan menggunakan Posisi Activity Logger (PAL2), kesejahteraan
psikologis menggunakan iritabilitas, dan depresi dengan skala kecemasan
(IDA) dalam waktu 14 hari dari stroke. Hasil yang didapat dimana pasien
yang menderita stroke akut akan menghabiskan waktunya rata-rata 96%
tiap hari dengan duduk atau berbaring. Dimana rata-rata mempunyai
gejala depresi 74%, dan gejala kecemasan 53% pasien.
Kemudian jurnal lain berkaitan dengan persepsi perawat terhadap
stroke dari British Journal of Neuroscience Nursing Inggris tahun 2013 tentang
Nurses' perspectives on their specialist stroke roles in London. Penelitian
tersebut menghasilkan penerimaan pasien stroke oleh perawat mendapat
dukungan dari sesama perawat melalui komunikasi yang baik, tapi masih
minimal adanya keterlibatan dengan tim multidisiplin lainnya. Walaupun
3

demikian respon perawat masih menunjukkan ketertarikannya dengan


tetap bersemangat dan peduli. Perawat menyatakan minatnya untuk tetap
menjaga untuk lebih terlibat dengan proses pengambilan keputusan dalam
tim multidisiplin.
Pasien dengan stroke acute perlu penangganan secara tepat, cepat,
dan sistematik sesuai tingkat kegawat daruratan. Yang didalamnya terjadi
proses asuhan keperawatan bersinergis dengan tindakan medis, sehingga
dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi dikemudian hari.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk
mengangkat tema pada makalah ini tentang konsep pelaksanaan asuhan
keperawatan kegawat daruratan pada pasien stroke acute.

B. Tujuan
Mengetahui tentang konsep pelaksanaan asuhan keperawatan
kegawat daruratan pada pasien dengan stroke acute, melalui pendekatan
konsep dasar penyakit stroke acute dan proses asuhan keperawatan
kegawat daruratan pada pasien stroke acute.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini meliputi penjelasan tentang
konsep dasar penyakit stroke acute dari mulai pengertian stroke, penyebab
stroke, tanda dan gejala stroke, faktor resiko stroke, manifestasi klinik,
klasifikasi stroke, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang diagnostik, dan
penatalaksanaan stroke acute. Juga uraikan tentang proses keperawatan
kegawat daruratan pasien stroke acute terdiri dari pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan pada pasien stroke
acute.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR STROKE


A. Pengertian
Lanny Sustrani, Syamsir Alam, dan Iwan Hadibroto (2004)
mengatakan bahwa berdasarkan istilah awam stroke adalah serangan otak
yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan
sebelah bagian tubuh. Secara sederhana stroke terjadi jika aliran darah ke
otak terputus. Otak kita tergantung pada pasokan darah yang
berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Jika
pasokan darah berhenti, akibat pembekuan darah atau pecahnya
pembuluh darah, sedikit atau banyak akan terjadi kerusakan pada otak
yang tidak dapat diperbaiki (infark otak).
Pengertian lain dari Stroke didefinisikan kondisi dimana terjadinya
kerusakan pada sebagian otak disebabkan karena pembuluh darah yang
tersumbat sehingga oksigen tidak terpenuhi dengan baik. Penyakit stroke
merupakan penyebab kematian utama didunia dan dapat menyebabkan
kematian, kelumpuhan, gangguan bicara, menurunkan kesadaran dan
banyak akibat lainnya. Penyakit stroke ini dapat terjadi karena gangguan
penyakit seperti jantung, diabetes mellitus dan hipertensi (Sarafino, 2006).
Menurut Alfred Sutrisno (2007) seorang dokter saraf dan staf
senior di University of Auckland mengatakan bahwa stroke merupakan
gangguan saraf yang menetap, yang diakibatkan oleh kerusakan
pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih.
Dampaknya adalah fungsi kontrol bagian tubuh oleh daerah otak
yang terkena stroke itu akan hilang atau mengalami gangguan dan dapat
mengakibatkan kematian. Berat atau ringannya dampak serangan stroke
tersebut sangat bervariasi, tergantung pada lokasi dan luas daerah otak
yang rusak Bila aliran darah terputus hanya pada area yang kecil atau
5

terjadi pada daerah otak yang tidak rawan, efeknya ringandan


berlangsung sementara. Sebaliknya, bila aliran darah terputus pada
daerah yang luas atau bagian otak vital, terjadi kelumpuhan yang parah
sampai pada kematian.
Shimberg (1998) menyatakan bahwa stroke merupakan penyakit
serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral), hal tersebut terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak atau keadaan di mana sel-sel otak
mengalami kerusakan, karena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi
yang cukup.
Penyakit serebrovaskuler atau stroke yang menyerang kelompok usia
di atas 40 tahun adalah akibat patologi pada sistem pembuluh darah otak,
proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh
trombus (pecahan bekuan darah/plak) atau emboli (udara, lemak), dan
pecahnya pembuluh darah otak.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya
dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif,
ataupun bersifat sekunder akibat proses lain seperti peradangan,
arteriosklerosis, hipertensi, dan diabetes melitus, oleh karena itu penyebab
stroke sangat kompleks (Misbach, 1997).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stroke
adalah gangguan saraf yang diakibatkan oleh kerusakan pembuluh darah
di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih yang mengakibatkan aliran
darah ke otak mengalami gangguan sehingga nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan tidak terpenuhi dengan baik.
6

B. Penyebab Stroke

1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).


Penyebabnya aterosklerosis dan pelambatan aliran darah ke otak
ditandai sakit kepala, pusing, perubahan kognitif, kejang, kehilangan
bicara sementara, hemiplegi, parestesi, dan hal tersebut tidak terjadi
secara tiba-tiba.
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau materi lain yang dibawa ke
otak).
Penyebabnya abnormalitas jantung kiri (endokarditis, jantung reumatik,
infark miokard, fibrilasi atrium, kegagalan pacu jantung) serta infeksi
pulmonal.
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak). Penyebabnya kontriksi ateroma
pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah dan terjadi perdarahan di
sekitar otak) terjadi di lapisan meningen atau intra serebral yang
disebabkan trauma atau hipertensi, sehingga terjadi penghentian
suplai darah ke otak akibatnya kehilangan gerakan, berpikir, memori,
bicara atau sensasi.

C. Tanda dan Gejala Stroke

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya
daerah otak yang terkena.

1. Pengaruh terhadap status mental meliputi gejala :


· Tidak sadar : 30% – 40%.
· Confuse : 45% dari pasien biasanya sadar.
· Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%).
· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%).
· Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant (30%).
7

· Hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-


80%).
· Inkontinensia urin.
· Nyeri spontan pada kepala.
· Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak.
· Hemiplegia alternans atau tetraplegia.
· Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan
menelan, emosi labil).

2. Apabila dilihat dari bagian hemisfer yang terkena, gejala dapat berupa :

· Mengalami hemiparese sebelah bagian tubuh.


· Penilaian buruk.
· Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai
kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan.
· Perilaku lambat dan sangat berhati-hati.
· Kelainan bidang pandang sebelah kanan.
· Disfagia global.
· Afasia.
· Mudah frustasi.

D. Patofisiologi Stroke

Terhentinya suplai darah otak akibat oklusi atau hipoperfusi pembuluh


darah serebral, mengakibatkan terjadinya kematian sel neuronal pada area
core infark dalam beberapa menit. Daerah disekeliling core, yang disebut
penumbra iskemik berisi jaringan otak yang masih hidup tetapi
mengalami penurunan fungi, dan mendapat suplai darah dari pembuluh
darah kolateral. Daerah ini mengalami transformasi ke infark disebabkan
kerusakan neuronal sekunder dipicu oleh kerusakan yang disebabkan
kaskade biokimia yang mengakibatkan efek sitotoksik dan eksitotoksik.
8

Sjahrir mengemukakan bahwa terjadi perubahan sel neuron otak secara


bertahap yang disebabkan oleh iskemik otak melalui tahapan sebagai
berikut :
Tahap I : a. Penurunan alirah darah,
b. Pengurangan O2,
c. Kegagalan energi,
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostatis ion.
Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion,
b. Spreading depression.
Tahap 3 : Inflamasi.
Tahap 4 : Apoptosis.
Proses patofisiologi pada cedera susunan saraf pusat akut sangat
kompleks dan melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak,
kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan
kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh
radikal bebas.
Juga penyebab dari iskemia jaringan otak bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial yang menurut Guyton(1997)disebut
dengan reaksi cushing. Dimana reaksi cushing merupakan suatu jenis
respon iskemik SSP khusus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan
intra kranial. Jika tekanan intrakranial meningkat sampai setinggi tekanan
arteri maka akan menekan arteri dalam otak sehingga memutuskan aliran
darah ke otak. Ini akan mengawali suatu respon iskemik SSP yang
menyebabkan peningkatan tekanan arteri lebih tinggi dari tekanan
intrakranial sehingga aliran darah akan kembali ke otak untuk mengatasi
iskemia. Reaksi ini melindungi pusat pusat vital dalam otak.
Jika iskemia serebral berlangsung begitu parah sehingga kenaikan
arteri rata rata maksimumpun tetap tidak dapat mengurangi keadaan
iskemi, maka secara metabolik neuron mulai menderita. Dalam waktu 3-10
menit neuron mengalami ini maka dia menjadi tidak aktif dan akan
9

mengalami kematian jika berlangsung 20-60 menit. Tekanan arteri akan


menurun 40-50 mmHg bila pusat vasomotor kehilangan seluruh aktivitas
vaso-konstriktor toniknya.
Lebih lanjut stroke iskemik akut menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial, Hudak & Gallo (2010) menjelaskan bahwa peningkatan
tekanan intrakranial adalah komplikasi serius yang mengakibatkan
herniasi dengan gagal pernafasan dan gagal jantung serta kematian. Nilai
TIK lebih dari 15 mmHg dipertimbangkan sebagai hipertensi intrakranial.
Pemantauan tekanan intrakranial memberikan informasi yang
memudahkan intervensi yang mencegah iskemia serebral dan distorsi
batang otak.

E. Faktor Resiko Stroke

1. Hipertensi faktor utama.


2. Penyakit kardiovaskular (embolisme, penyakit arteri koronaria, gagal
jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, fibrilasi atrium).
3. Kolesterol tinggi.
4. Obesitas.
5. Peningkatan hematokrit.
6. Diabetes : aterogenesis terakselerasi.
7. Kontrasepsi oral disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen
tinggi.
8. Merokok.
9. Penyalahgunaan obat khususnya kokain.
10. Konsumsi alkohol
10

Bagan Patofisiologi

Faktor resiko : Hipertensi,


penyakit kardiovaskuler,
obesitas, diabetes, merokok,
alkoholisme, dan kokain.

Aterosklerosis Abnormalitas Kontriksi Trauma/


& perlambatan jantung kiri ateroma hipertensi TTIK
aliran darah ke
otak

Embolisme Hemoragi
Thrombosis serebral Iskemia serebral

Penghentian
suplai darah ke
otak

STROKE
ISKEMIK STROKE
HEMORAGIK

Manifestasi klinik : Muntah


- Kehilangan motorik, Proyektil Hipoksia/
sensorik, dan komunikasi. Embolisme
- Gangguan persepsi-visual serebri
Perubahan
dan verbal. pola nafas
- Kerusakan fungsi kognitif
dan efek psikologik.
- Disfungsi kandung Nyeri
kemih. Kepala

Perubahan ukuran
dan reflek pupil

Penurunan
kesadaran

Gangguan fungsi
Penurunan
vasomotor :
tekanan arteri : kehilangan tonus
Hipotensi
vaskular
11

F. Klasifikasi Stroke

Menurut S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI


(2001) menyatakan bahwa secara umum stroke dapat terbagi atas dua
bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke dapat
diklasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian besar stroke
tersebut yaitu :
a. Stroke Iskemik
Menurut S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas
kedokteran UI (2001), stroke iskemik secara patofisiologis adalah
kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak mencukupi.
Stroke iskemik disebabkan penggumpalan darah. Penyebab utamanya
adalah aterosklerosis pembuluh darah dileher dan kepala.
Stroke iskemik terdiri dari :
1) Stroke Iskemik Trombotik : Stroke jenis ini terjadi karena adanya
penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit ateroklerosis.
2) Stroke Iskemik Embolik : terjadi tidak dipembuluh darah otak,
melainkan ditempat lain, seperti jantung. Penggumpalan darah
terjadi dijantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen dan
nutrisi ke otak.
3) TIA (Transient Ischemic Attack) : serangan iskemik sementara.
Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit.
Tidak sampai berjam-jam. Gejalanya antara lain : wajah pucat,
tangan atau kaki – kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakit kepala)
juga menjadi salah satu gejala, juga disfagia (sulit menelan),
lemahnya kedua kaki, mual, dan ataksia (jalan sempoyongan). Lalu
pasien juga tak bisa berbicara atau memahami omongan orang,
kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, serta hilangnya
keseimbangan dan koordinasi.
12

b. Stroke Hemoragik
Ini jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
diotak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan
darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh darah.
Stroke hemoragik terdiri dari :
1) Stroke Hemoragik Intraserebral: Pada kasus ini, sebagian besar orang
yang mengalaminya bisa menderita lumpuh dan susah diobati. Pada
stroke jenis ini pendarahan terjadi didalam otak. Biasanya mengenai
basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar. Jika yang
terkena didaerah talamus, sering penderitanya sulit dapat ditolong
meskipun dilakukan tindakan operatif untuk mengevakuasi
perdarahannya.
2) Stroke Hemoragik Subaraknoid: Memiliki kesamaan dengan stroke
hemoragik intraserebral. Yang membedakannya, stroke ini dipembuluh
darah diluar otak, tapi masih didaerah kepala, seperti di selaput otak
bagian bawah otak. Maski tidak didalam otak, perdarahan itu bisa
menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya aneurisma yang pecah
atau AVM (arteriovenous malformation)

G. Manifestasi klinik

1. Kehilangan motorik.
2. Kehilangan komunikasi.
3. Gangguan persepsi-visual.
4. Gangguan verbal.
5. Kehilangan sensori.
6. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.
7. Disfungsi kandung kemih.
13

H. Komplikasi Stroke

1. Hipoksia serebral, penanggulangannya dengan meminimalkan hipoksia


mengunakan oksigen.
2. Penurunan aliran darah serebral tergantung tekanan darah, curah
jantung, integritas pembuluh darah serebral. Penanggulangannya
dengan meminimalkan hidrasi adekuat untuk menurunkan viskositas
dan memperbaiki aliran darah, hindari hipertensi atau hipotensi
ekstrim.
3. Embolisme serebral setelah infark miokard, fibrilasi atrium, aktup
jantung prostetik.

I. Penunjang Diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,


kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau
infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan
bergesernya struktur otak
4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu

J. Penatalaksanaan Stroke Akut

Fase akut berakhir 48-72 jam :


- Prioritas tindakan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat.
- Posisi lateral/semi telungkup dengan kepala ditinggikan sampai
tekanan vena serebral berkurang.
- Intubasi endotracheal dan ventilasi mekanik.
14

- Pantau komplikasi pulmonal karena kehilangan refleks jalan napas,


imobilisasi, hipoventilasi yang mengakibatkan aspirasi, atelektasis,
pneumonia.
- Periksa jantung untuk abnormalitas ukuran, irama serta tanda gagal
jantung kongestif.
- Tindakan medis diuretik untuk edema serebral 3-5 hari setelah infark.
- Antikoagulan untuk mencegah terjadinya trombosis atau emboli
ditempat lain.
- Anti trombosis

K. Proses Keperawatan Stroke


Pengkajian
a) Keadaan umum
(1) Kesadaran : mengalami penurunan kesadaran
(2) Suara bicara : rero/gangguan bicara yaitu sukar dimengerti, atau
tidak bisa bicara.
(3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi.
b) Pemeriksaan integumen
(1) Kulit : jika kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu.
(2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, dan cyanosis.
(3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
c) Pemeriksaan kepala dan leher
(1) Kepala : bentuk normocephalik, lihat apakah ada bekas trauma
kepala.
(2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
(3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi.
15

d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur
akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan refleks patologis.
16

Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan

Dx. I : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


gangguan oklusif, haemorrhagic, vasospasme serebral, edema
serebral. Ditandai dengan : perubahan tingkat kesadaran,
kehilangan memori, perubahan dalam respon motorik/sensorik,
gelisah defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi, perubahan
tanda-tanda vital.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal.
Kriteria hasil : - Dapat mempertahankan tingkat kesadaran,
fungsi kognitif dan motorik/
sensorik membaik.
- Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
- Tidak ada kekambuhan defisit ( sensori,
bahasa, intelektual dan emosi ).

Intervensi Rasional
- Pantau/ catat status - Mengetahui kecenderungan tingkat
neurologist sesering kesadaran dan potensial
mungkin dan bandingkan peningkatan TIK dan mengetahui
dengan keadaan normalnya lokasi, luas dan kemajuan/ resolusi
- kerusakan SPP.
Pantau tanda-tanda vital - Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/ trauma serebral pada daerah
vasomotor otak.
- Evaluasi pupil, catat - Reaksi pupil diatur oleh saraf
ukuran, bentuk, kesamaan, kranial okulomotor (III) dan
dan reaksinya terhadap berguna dalam menentukan apakah
cahaya. batang otak tersebut masih baik.
- Kaji fungsi-fungsi yang lebih - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
tinggi, seperti fengsi bicara jika merupakan indikator dari gangguan
pasien sadar. serebral.
- Letakkan kepala dengan - Menurunkan tekanan arteri dan
posisi agak ditinggikan dan peningkatan drainase dan perfusi
dalam posisi anatomis. serebral.
- Berikan oksigen sesuai - Menurunkan hipoksia yang dapat
indikasi. menyebabkan vasodilatasi serebral.
17

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan,


parestesia, kerusakan perceptual/kognitif. Ditandai dengan :
ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi, keterbatasan
rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal
Kriteria hasil : - Dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi
tubuh yang terkena.
- Klien dapat menunjukkan teknik/prilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas.
- Dapat mempertahankan integritas kulit.

Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan secara - Mengedentifikasi kekuatan/
fungsional melalui skala kelemahan dan dapat memberikan
aktivitas ( 0-4 ). informasi mengenai pemulihan.
- -
Ubah posisi minimal setiap 2 Menurunkan resiko terjadinya trauma/
jam. iskemia jaringan ( dekubitus ).
- -
Lakukan latihan gerak Meminimalkan atrofi otot,
aktif dan pasif pada semua meningkatkan sirkulasi, membantu
ekstremitas. mencegah kontraktur.
-
Tinggikan tangan dan kepala. Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
merupakan indikator dari gangguan
serebral.
- -
Alasi kursi duduk atau Meningkatkan aliran balik vena dan
tempat tidur dengan busa membantu mencegah edema.
atau balon air.
-
Berikan tempat tidur dengan - Mencegah / menurunkan tekanan
matras bulat. koksigeal / kerusakan kulit.
18

Dx III : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan


berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi
informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber
informasi. Ditandai dengan meminta informasi, pernyataan
kesalahan informasi.
Tujuan : Klien memiliki pengetahuan kondisi dan
pengobatan.
Kriteria hasil : - Klien tidak tampak meminta informasi lagi
mengenai kondisi penyakit dan
pengobatan.
- Tampak dari pernyataan klien bahwa ia
memiliki informasi yang benar.

Intervensi Rasional
- Diskusi keadaan patologis - Membantu dalam membangun
yang khusus dan kekuatan harapan yang realistis dan
pad individu. mengingatkan pemahaman
terhadap keadaan dan kebutuhan
saat ini.

- Tinjau ulang keterbatasan saat - Meningkatkan pemahaman, meberikan


ini dan diskusikan rencana harapan pada masa datang dan
melakukan aktivitas kembali. menimbulkan harapan dari keterbatasan
hidup secara normal.

- Tinjau ulang pengobatan - Merupakan suatu hal yang penting


yang diberikan. pada kemajuan pemulihan
komplikasi.

- Diskusikan rencana untuk - Berbagai tingkat bantuan mungkin


memenuhi kebutuhan diperlukan berdasarkan pada kebutuhan
perawatan diri. secara individual.

- Berikan instruksi dan jadwal - Memberikan pengetahuan visual


mengenai aktivitas, dan sumber rujukan setelah
pengobatan dan faktor- sembuh.
faktor penting lainnya.

( Marilynn E. Doenges ect,2000 )


19

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Stroke menempati peringkat ke tiga penyebab kematian dengan laju
mortalitas 18%-37% untuk stroke pertama, dan 62% untuk stroke lanjutan
yang bertahan hidup dengan cacat, serta 40% memerlukan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari. Stroke merupakan gangguan saraf yang diakibatkan
oleh kerusakan pembuluh darah di otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau
lebih yang mengakibatkan aliran darah ke otak mengalami gangguan
sehingga nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan tidak terpenuhi dengan
baik.
Diagnosa keperawatan pada stroke akut meliputi perubahan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan gangguan oklusif, haemorrhagic,
vasospasme serebral, edema serebral yang ditandai dengan : perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan dalam respon
motorik/sensorik, gelisah defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi,
perubahan tanda-tanda vital. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan, parestesia, kerusakan perceptual/kognitif yang
ditandai dengan : ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
Juga perlu ditegakkan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber
informasi yang ditandai dengan meminta informasi, pernyataan kesalahan
informasi.
20

B. SARAN
Sehubungan semakin meningkatnya angka kejadian stroke akut
diharapkan pendidikan bisa lebih meningkatkan EBP sebagai bahan
pembelajaran dan panduan untuk peningkata pengetahuan. Sedangkan
pelayanan diharapkan dapat meningkatkan proses asuhan keperawatan
pasien dengan stroke acute dilihat secara menyeluruh tidak hanya sistem
saraf saja, tetapi harus melihat dan melakukan pengkajian sesuai keluhan
dan pemeriksaan fisik pasien.
21

DAFTAR PUSTAKA

Brooke, J., & Walia, S. (2013). Nurses' perspectives on their specialist stroke
roles in London. British Journal Of Neuroscience Nursing, 9(3), 125-130.

Doengoes M. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk


perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Kroeders, R., Bernhardt, J., & Cumming, T. (2013). Physical inactivity,


depression and anxiety in acute stroke. International Journal Of Therapy &
Rehabilitation, 20(6), 289-293.

Linda Juall Carpenito, 1995, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.

Made Kariasa 1997. Patofisiologi Beberapa Gangguan Neurologi,


Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai