Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang disertai oleh peranan berbagai sel khususnya sel mast, eusinofil, limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel. Definisi ini yang paling banyak diterima secara luas dan merupakan hasil panel National Institute of Health (NIH)-National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dalam program Global Initiative for Asthma (GINA) 2009. Pengertian ahli tentang asma mengalami kemajuan dalam 20 tahun terakhir yang dulunya asma dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh spasme otot polos, saat ini asma dipandang sebagai suatu proses inflamasi komplek yang mengendalikan perubahan klinis dan fisiologi. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% dari seluruh penduduk dunia (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Data dari Global Initiative for Asthma menunjukkan sekitar 3% anak Indonesia mengidap asma (GINA, 2009). Asma bronkial telah lama dikenal sebagai penyakit namun baru menjadi problem kesehatan sekitar 35 tahun terakhir. Prevalensi asma meningkat tajam dan saat ini asma diketahui sebagai penyebab kecacatan (disability) yang paling sering, dan membutuhkan biaya yang banyak. World Health Organization (WHO) memperkirakan 250.000 kematian di dunia saat ini disebabkan oleh asma. Banyak pasien anak datang ke pelayanan kesehatan pada saat sudah muncul serangan berat sehingga diagnosis beserta penanganannya cenderung terlambat. (Boushey HA et al, 2005). Pengobatan asma mengalami perubahan seiring dengan pemahaman tentang patogenesis penyakit terbukti dengan banyaknya publikasi pedoman pentalaksanaan asma. Fokus terapi farmakologi telah mengalami pergeseran dari pengendalian otot saluran nafas hanya dengan bronkodilator ke faktor-faktor yang menyebabkan dan mempertahankan keradangan saluran nafas (Wenzel SE, 2000). Asma merupakan penyakit penyebab kematian yang dapat dicegah sehingga perlunya memahami mengenai diagnosis dan penatalaksanaan asma dapat menunjang keberhasilan terapi pada pasien.