Anda di halaman 1dari 25

Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan

A. Konsep Dasar
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba, dkk: 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (2005), perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.
Pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara
fluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan
jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen: 2005). Marah
merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang
tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat. Pada saat marah ada
perasaan ingin menyerang, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya
timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif
(Purba, dkk: 2008).
2. Rentang Respon Perilaku Kekerasan
Menurut Iyus Yosep (2007) bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang
adaptif maladaptif.

Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan

Respon adaptif Respons maladaptif


I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I
Asertif frustasi pasif agresif kekerasan
(Sumber Iyus Yosep, 2007)
1. Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada
individu
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan
marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan
nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik.
Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman,
melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu
mengendalikan diri.

3. Etiologi Perilaku Kekerasan


a. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/
pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

4. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit
adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering
menunjukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Data Obyektif:
- Muka merah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
- Merampas makanan, memukul jika tidak senang
b. Data Subyektif:
- Mengeluh perasaan terancam
- Mengungkapkan perasaan tidak berguna
- Mengungkapkan perasaan jengkel
- Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada
sesak, bingung.

5. Proses Terjadinya Masalah : Perilaku Kekerasan


Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada
individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan
perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara:

1. Mengungkapkan marah secara verbal


2. Menekan/ mengingkari rasa marah
3. Menentang perasaan marah
Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini
berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan
disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah tersebut. Respon
terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa perilaku
dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang
merusak diri. Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti orang
lain, serta memberikan perasaan lega.

6. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan


Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
1. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
2. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak
baik.
3. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan
melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
5. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada
objek yang berbahaya.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap
berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat
menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul
dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat
diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan yang
meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak pada
keselamatan dirinya dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga
yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi
perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien
sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga
tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

7. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan


Adapun penalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai berikut :

1. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan
badan, biasanya dilakukan dengan :
a. Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau
psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung
pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak.
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital
b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh
penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.
c. Somatoterapi yang lain
1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol
10% sehingga timbul konvulsi
2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien
menjadi koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan
dengan suntikan gluk
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap
suatu gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui
wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu misalnya :
relaksasi, bermain dan sebagainya. Dapat dilakukan secara individu atau
kelompok, tujuan utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental
penderita, mengembankan mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih
baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
3. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan
pasien, sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis
ini terutama diberikan atau diterapkan kepada lingkungan penderita,
khususnya keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan
situasi baru yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan
mengalihkan penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih
baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang
dilakukan.

8. Prinsip Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan


a) Strategi Preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan/ penkes dan latihan
asertif.

b) Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan


prilaku dan psikofarmakologi
c) Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
b. keluhan utama/ alasan masuk
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor tersebut dialami oleh individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasaan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
d. Faktor fisik
 Tanda vital : TD, N, S, RR
 Ukuran : TB & BB (naik/turun)
 Keluhan fisik (ya/tidak)
Jelaskan :
e. Faktor psikososial
1. Genogram :
Jelaskan
2. Konsep diri :
 Citra tubuh :
 Identitas Diri :
 Peran Diri :
 Ideal Diri :
 Harga Diri :
f. Hubungan social
 Orang yang berarti :
 Peran serta dalam kelompok/masyarakat :
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
g. Spiritual
 Nilai dan keyakinan
 Kegiatan ibadah
h. Status mental
 Penampilan (tidak rapi / penggunaan pakaian tidak sesuai / cara pakaian
tidak seperti biasanya)
Jelaskan :
 Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Apatis ( ) Kasar
( ) Lambat ( ) Gagap ( ) Membisu
( ) Inkoherensi ( ) Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
i. Kebutuhan persiapan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
 Makan : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Keamanan: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Tempat tinggal: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Perawatan kesehatan: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Berpakaian/berhias: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Transportasi: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Uang: ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
2. Kegiatan sehari-hari
 Perawatan diri : ( ) bantuan minimal ( ) bantuan total
 Nutrisi :
 Apakah anda puas dengan pola makan: ( ) ya ( ) tidak
 Apakah anda memisahkan diri: ( ) ya ( ) tidak
 Frekwensi makan perhari :
 Frekwensi kudapan perhari :
 Nafsu makan :
 BB :
 Diet khusus:
3. Tidur
 Apakah ada masalah? ( ) ya ( ) tidak
 Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur ? ( ) ya ( ) tidak
 Apakah ada kebiasaan tidur siang ? ( ) ya ( ) tidak
 Apa yang menolong anda untuk tidur ?
 Waktu tidur malam ? ( ) ya ( ) tidak
4. Kemampuan klien dalam
 Mengantisipasi kebutuhan sendiri? ( ) ya ( ) tidak
 Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ? ( ) ya ( )
tidak
 Mengatur penggunaan obat ? ( ) ya ( ) tidak
 Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)? ( ) ya ( ) tidak
5. System pendukung klien
 Keluarga: ( ) ya ( ) tidak
 Teman sejawat: ( ) ya ( ) tidak
 Professional/terapis: ( ) ya ( ) tidak
 Kelompok social: ( ) ya ( ) tidak
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan /
hobi?
( ) ya ( ) tidak
j. Mekanisme koping
Adaptif Maladaptif
( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum alcohol
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Relaksasi lambat berlebih
( ) Teknik relokasi ( ) Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruktif ( ) menghindar
( ) Olahraga ( ) mencederai diri
( ) Lainnya ( ) lainnya
Alasan :
k. Masalah psikososial
 Masalah dengan dukungan kelompok
 Masalah dengan lingkungan
 Masalah dengan pendidikan
 Masalah dengan pekerjaan
 Masalah dengan perumahan
 Masalah dengan ekonomi
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
 Masalah lainnya
l. Pengetahuan
( ) Penyakit Jiwa
( ) Faktor Presipitasi
( ) Koping
( ) Lainnya
( ) Sistem Pendukung
( ) penyakit fisik
( ) obat-obatan
m. Aspek medis
 Diagnosa medic :
 Diagnosa multiaxial :
2. Daftar masalah
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. perilaku kekerasan terhadap orang lain
4. Risiko tinggi mencederai orang lain
3. Pohon masalah

Resiko mencederai diri, orang


effect
lain dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan Core problem

Gangguan konsep diri causa


(Sumber : Keliat,B.A.,2009)
4. Kemungkinan diagnose keperawatan
 Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku kekerasan
 Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

5. Rencana keperawatan (NCP)


NO Diagnosis Perencanaan Implementasi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Resiko TUM:
mencederai diri Klien tidak 1.1 1.1 Klien mau membalas
1.1.1 1.1.1 Beri salam atau panggil nama
b.d perilaku mencederai diri sendiri salam 1.1.2 1.1.2 Sebutkan nama perawat
kekerasan TUK: 1.2 1.2 KLien mau menjabat sambil jabat tangan
1. 1. Klien dapat tangan 1.1.3 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan
membina hubungan1.3 1.3 Klien mau interaksi
saling percaya menyebutkan nama 1.1.4 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang
1.4 1.4 Klien mau tersenyum akan dibuat
1.5 1.5 Klien mau kontak mata
1.1.5 1.1.5 Beri rasa aman dan sikap
1.6 1.6 Klien mau mengetahui empati
nama perawat 1.1.6 1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi
sering
2. 2. Klien dapat 2.1 Klien 2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya
penyebab perilaku perasaannya 2.1.2 Bantu klien mengungkapkan
kekerasan 2.2 Klien dapat penyebab perasaan jengkel atau
mengungkapkan perasaan kesal
jengkel ataupun kesal

3. 3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien


mengidentifikasi tanda mengungkapkan perasaan mengungkapkan apa yang dialami
dan gejala perilaku saat marah atau jengkel dan dirasakannya saat jengkel atau
kekerasan 3.2 Klien dapat marah
menyimpulkan tanda dan 3.1.2 Observasi tanda dan gejala
gejala jengkel atau kesal perilaku kekerasan pada klien
yang dialaminya 3.2.1 Simpulkan bersama klien
yanda dan gejala jengkel atau kesal
yang dialami klien
4. 4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku kekeraan
perilaku kekerasan kekerasan yang biasa yang biasa dilakukan klien
yang biasa dilakukan dilakukan 4.2.1 Bantu klien bermain peran
4.2 Klien dapat bermain sesuai perilaku kekerasan yang
peran sesuai perilaku biasa dilakukan
kekerasan yang biasa 4.3.1 Bicarakan dengan klien
dilakukan apakah dengan cara klien lakukan
4.3 Klien dapat masalahnya selesai
menngetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
5. 5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan akibat atau
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari kerugian dari cara yang dilakukan
akibat perilaku cara yang digunakan klien: klien
kekerasan akibat pada klien sendiri, 5.1.2 bersama klien menyimpulkan
akibat pada orang lain, dan akibat dari cara yang dilakukan
akibat pada lingkungan klien
5.1.3 Tanyakan pada klien apakah
dia ingin mempelajari cara baru
yang sehat
6. 6. Klien dapat 6.1 klien dapat 6.1.1 diskusikan kegiatan fisik
mendemonstrasikan menyebutkan contoh yang biasa dilakukan klien
cara fisik untuk pencegahan perilaku 6.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik
mencegah perilaku kekerasan secara fisik: tarik yang biasa dilakukan klien
kekerasan napas dalam, pukul kasur, 6.1.3 diskusikan dua cara fisik yang
dan bantal paling mudah untuk mencegah
6.2 klien dapat perilaku kekerasan
mendemonstrasikan cara 6.2.1 Diskusikan cara melakukan
fisik untuk mencegah tarik napas dalam dengan klien
perilaku kekerasan 6.2.2 Beri contoh klien cara
6.3 Klien mempunyai menarik napas dalam
jadwak untuk melatih cara 6.2.3 Minta klien untuk mengikuti
pencegahan fisik yang telah contoh yang diberikan sebanyak 5
dipelajari sebelumnya kali
6.4 Klien mengevaluasi 6.2.4 Beri pujian positif atas
kemampuannya dalam kemampuan klien
melakukan cara fisik sesuai mendemonstrasikan cara menarik
jadwal yang disusun napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan klien
setelah selesai
6.3.1 diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi latihan yang
akan dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk
melatih cara yang dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
6.4.3 beikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan pada klien apakah
kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi
perasaan marah
7. 7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1. diskusikan cara bicara yang
mendemonstrasikan menyebutkan cara bicara baik dengan klien
cara social untuk yang baik dalam mencegah 7.1.2. Beri contoh cara bicara yang
mencegah perilaku perilaku kekerasan baik :
kekerasan · Meminta dengan baik · Meminta dengan baik
· Menolak dengan baik · Menolak dengan baik
· Mengungkapkan · Mengungkapkan perasaan
perasaan dengan baik dengan baik
7.2 Klien dapat 7.2.1. Minta klien mengikuti contoh
mendemonstrasikan cara cara bicara yang baik
verbal yang baik · Meminta dengan baik : “Saya
7.3 Klien mumpunyai minta uang untuk beli makanan”
jadwal untuk melatih cara · Menolak dengan baik : “ Maaf,
bicara yang baik saya tidak dapat melakukannya
7.4 Klien melakukan karena ada kegiatan lain.
evaluasi terhadap · Mengungkapkan perasaan
kemampuan cara bicara dengan baik : “Saya kesal karena
yang sesuai dengan jadwal permintaan saya tidak dikabulkan”
yang telah disusun disertai nada suara yang rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang
sendiri
7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan
klien
7.3.1. Diskusikan dengan klien
tentang waktu dan kondisi cara
bicara yang dapat dilatih di ruangan,
misalnya : meminta obat, baju, dll,
menolak ajakan merokok, tidur
tidak pada waktunya; menceritakan
kekesalan pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk
melatih cara yang telah dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan cara bicara yang
baik dengan mengisi dengan
kegiatan jadwal kegiatan ( self-
evaluation )
7.4.2. Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “
Bagaimana perasaan Budi setelah
latihan bicara yang baik? Apakah
keinginan marah berkurang?”
8. 8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan menyebutkan kegiatan yang kegiatan ibadah yang pernah
cara spiritual untuk biasa dilakukan dilakukan
mencegah perilaku 8.2 Klien dapat 8.2.1. Bantu klien menilai kegiatan
kekerasan mendemonstrasikan cara ibadah yang dapat dilakukan di
ibadah yang dipilih ruang rawat
8.3 Klien mempunyai 8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan
jadwal untuk melatih ibadah yang akan dilakukan
kegiatan ibadah 8.2.3. Minta klien
8.4 Klien melakukan mendemonstrasikan kegiatan ibadah
evaluasi terhadap yang dipilih
kemampuan melakukan 8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan
kegiatan ibadah klien
8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang
waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk
melatih kegiatan ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan ibadah dengan
mengisi jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
8.4.2. Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan latihan
8.4.3. Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan Budi setelah
teratur melakukan ibadah? Apakah
keinginan marah berkurang
9. 9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan menyebutkan jenis, dosis, tentang jenis obat yang diminumnya
kepatuhan minum obat dan waktu minum obat (nama, warna, besarnya); waktu
untuk mencegah serta manfaat dari obat itu minum obat (jika 3x : pukul 07.00,
perilaku kekerasan (prinsip 5 benar: benar 13.00, 19.00); cara minum obat.
orang, obat, dosis, waktu 9.1.2 Diskusikan dengan klien
dan cara pemberian) tentang manfaat minum obat secara
9.2 Klien teratur :
mendemonstrasikan · Beda perasaan sebelum minum
kepatuhan minum obat obat dan sesudah minum obat
sesuai jadwal yang · Jelaskan bahwa dosis hanya
ditetapkan boleh diubah oleh dokter
9.3 Klien mengevaluasi · Jelaskan mengenai akibat minum
kemampuannya dalam obat yang tidak teratur, misalnya,
mematuhi minum obat penyakit kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang proses
minum obat :
· Klien meminat obat kepada
perawat ( jika di rumah sakit),
kepada keluarga (jika di rumah)
· Klien memeriksa obat susuai
dosis
· Klien meminum obat pada waktu
yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum obat
bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat dengan
mengisi jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan minum
obat klien
9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan
klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaiman perasaan Budi setelah
minum obat secara teratur? Apakah
keinginan untuk marah berkurang?”
10. Klien dapat mengikuti 10.1 Klien mengikuti TAK 10.1.1 Anjurkan klien untuk
TAK : stimulasi : stimulasi persepsi mengikuti TAK : stimulasi persepsi
persepsi pencegahan pencegahan perilaku pencegahan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan kekerasan 10.1.2 Klien mengikuti TAK :
10.2 Klien mempunyai stimulasi persepsi pencegahan
jadwal TAK : stimulasi perilaku kekerasan (kegiatan
persepsi pencegahan tersendiri)
perilaku kekerasan 10.1.3 Diskusikan dengan klien
10.3 Klien melakukan tentang kegiatan selama TAK
evaluasi terhadap 10.1.4 Fasilitasi klien untuk
pelaksanaan TAK mempraktikan hasil kegiatan TAK
da beri pujian atas keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan klien
tentang jadwal TAK
10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke
dalam jadwal kegiatan harian (self-
evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan klien
dalam mengikuti TAK
10.3.3 Beri pujian atas kemampuan
mengikuti TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah
mengikuti TAK?”
11. Klien mendapatkan 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi kemampuan
dukungan keluarga mendemonstrasikan cara keluarga dalam merawat klien
dalam melakukan cara merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan
pencegahan perilaku keluarga terhadap klien selama ini
kekerasan 11.1.2 Jelaskan keuntungan peran
serta keluarga dalam merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara- cara merawat
klien :
· Terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
· Sikap dan cara bicara
· Membantu klien mengenal
penyebab marah dan pelaksanaan
cara pencegahan perilaku kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara merawat
klien
11.1.5 Bantu keluarga
mengngkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga
mempraktikannya pada klien
selama di rumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang ke
rumah.

6. Evaluasi
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
c. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik
d. Klien mampu dan berupaya untuk memenuhi personal hygiene
e. Klien dapat meningkatkan harga diri
f. Klien dapat menggunakan dukungan social
g. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya
h. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
i. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian
DAFTAR PUSTAKA

Anna, budi. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(basic course).jakarta:


EGC
Anna, budi.2009. ModelPraktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta : EGC
Purba, J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press.
Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. 2005. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Keliat, Budi Anna, d kk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Townsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Ana. 2001. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University press,
Surabaya.
Purba J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing. Fifth
edition. St. Louis: Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai