Di susun oleh
Yuni Sunarni
1710913420033
BANJARBARU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan dapat diartikan dengan memutuskan terlebih dahulu apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan mengerjakan, bagaimana, kapan, dan dimana sesuatu
itu akan dilakukan (Marquis & Huston, 2000).
Tujuan perencanaan
Berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan No. 262 Tahun 1979, kebutuhan
tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing-masing.
Misalnya rumah sakit kelas D, tempat tidur: tenaga keperawatan = 2:1.
a) Dinas pagi 47 %
b) Dinas sore 36 %
c) Dinas malam 17 %
BAB III
KASUS PEMICU DAN PEMBAHASAN
Ilsturasi Anda adalah seorang kepala ruang rawat Penyakit Dalam dengan 24TT
dan BOR 80%. Perawat 17 orang anda terdiri dari 1 tenaga administrasi , 2 cleaning
service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya
ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan
internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan
diatas?
Pembahasan
Proses Perencanaan
Hierarki perencanaan, meliputi:
RSUD Damanhuri Barabai
Visi
Pelayanan kesehatan berkualitas
Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat
2. Meningkatkan SDM Rumah Sakit
3. Meningkatkan Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan kerja sama dalam hal pelayanan kesehatan
Motto
Sopan Profesional Amanah
Hierarki perencanaan ruang Penyakit Dalam, meliputi:
1. Visi
Menurunkan angka kematian dan meningkatkan derajat kesehatan pasien PTM
2. Misi
Memberikan pertolongan cepat dan tanggap terjadinya Penyakit komplikasi,
berserta meningkatkan pengetahuan Pasien n Keluarga dalam merawat Pasien
Penyakit Dalam.
3.Filosofi
Melayani dengan sepenuh hati dan merawat dengan profesional
4.Tujuan
a.Tujuan Jangka Panjang
Memberikan pelayanan optimal secara holistik berbasis evidence based practice
b.Tujuan Jangka Pendek
1. Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan dengan Asuhan
Keperawata Penyakit Dalam secara Holistik
2. Mencegah infeksi nosokomial diruang penyakit dalam
3. Menciptkan kepuasaan pasien terhadap pelayanan keperawatan di ruang
penyakit dalam
4. Meningkatkan kualitas perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
di ruang penyakit dalam dengan penddikan berkelanjutan bidang
keperawatan penyakit dalam
5. Menciptakan kenyamanan dan kepuasaan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan di ruang penyakit dalam
6. Meningkatkan kerjasama dengan seluruh tim kesehatan , bagian yang terkait
lainya secara efektif dan 5kontinyu
5.Kebijakan
6.Prosedur
Pasien di jemput diruang ugd di jemput lengkap dengan Status RM dan rujukan
puskesmas yang datang langsung ke poli / ruang penyakit dalam akan di tangani
sesuai dengan kegawat daruratan pasien dan dirawat di ruang penyakit dalam .
bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut
dengan rincian:
1. informasi kelas yang akan dipilih atau kelas jaminan kesehatan
2. informasi pola tarif
3. informasi persyaratan tanda tangan perjanjian
4. pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register
Baru.kemudian kepala ruang memeriksa status RM dan melengakapi status
dan surat pengantar rawat inap dari poli/ ugd, memperhatikan instruksi yg
tertera dari ugd dan mengecek ulang kelengkapan data pasien dg set KDM.
Setelah administrasi lengkap,kemudian memindahkan ke tempat tidur yang
disiapkan dengan mengatur kenyaman, memberi info mengenai fasilitas
layanan dan kegawatan yang terdapat diruangan. Kemudian memulai proses
keperawatan.
Tahap/Langkah Perencanaan
1. Pengumpulan data
2. Analisis lingkungan Analisa SWOT
a. Strength (kekuatan) :
Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal penyakit dalam untuk
tenaga kesehatan
Kapasitas TT di ruang rawat penyakit dalam adalah 24 buah
Bed Occupied Rate (BOR) di ruang penyakit dalam adalah 80 % (24 x 80 % =
19 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah
60-85%.
Perawat bersertifikasi 2orang dari 17 orang (12%)
Jumlah perawat yang berusia 31-40 keatas tahun adalah 9 orang (53 %) dan
berpengalaman.
Ruangan:
- Terdapat 11 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri
dari 2 TT non AC dengan 5 kamar infeksius dan 6 kamar non infeksius
- Terdapat 4 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri
dari 2 TT non AC
- Teradapat 4 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri
dari 2 TT AC
- Terdapat 1 kamar isolasi non AC, dengan masing-masing kamar terdiri dari
1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
b. Weakness (kelemahan):
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
eksternal sebesar 75%.
Dalam satu tahun terakhir terdapat 5 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh
keluarga pasien.
Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang
tidak ramah.
Length of Stay (LOS) di ruang penyakit dalam adalah 10-12 hari, dengan ALOS
adalah 11 hari. Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/
jumlah klien.
Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
internal sebesar 68%.
Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 60% perawat dan staf lainnya
tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura
kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan
D3 dan masih ada yang SPK.
Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi penyakit dalam,
padahal mereka bekerja di ruang rawat dalam.
Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan penyakit dalam.
Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan
proporsi
Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 24
TT seharusnya tersedia 24 perawat. Sehingga perlu penambahan 7 perawat
c. Opportunity (kesempatan) :
Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
2 orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan
S1 Keperawatan
Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
- Usia 20-25 tahun : 2 orang (12 %)
- Usia 26-30 tahun : 6 orang (36 %)
- Usia > 30 -40 tahun keatas 9 orang (53%)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
d. Threat (ancaman) :
RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas
yang merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru
belum dilaksanakan sesuai pedoman).
Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki
fasilitas lengkap.
Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak
mendapatkan informasi yang jelas.
Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa
perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.
3. Pengorganisasian data
a. Data Penunjang Data Penghambat Masalah
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
eksternal sebesar 75%.
Dalam satu tahun terakhir terdapat 5 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh
keluarga pasien.
Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang
tidak ramah.
Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
Banyaknya keluarga klien yang mengatakan kepada kepala perawat bahwa
perawat kurang ramah dan jarang senyum
Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/
jumlah klien.
Belum ada kebijakan rumah sakit untuk menambah jumlah perawat.
Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
Ketidakpuasan pelanggan eksternal 75%
b. Data Penunjang Data Penghambat Masalah
Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah adalah 10-12 hari, dengan ALOS
adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 60% perawat dan staf lainnya
tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang & figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
Perawat mengeluhkan sulit mendapatkan fasilitas untuk melanjutkan Pendidikan
sementara TUBEL Kemenkes terbuka link. Sec online.
Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 24 TT
seharusnya tersedia 24 perawat.
Buku Pedoman Dischat planing belum dilaksanakan sesuai pedoman.
Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah 7 perawat dari ideal 24
perawat dengan stok 17 perawat.
RENCANA KEGIATAN BULANAN KEPALA RUANGAN
K
e
p
a
l
a
R
u
a
n
g
,
(
Y
u
n
i
S
u
n
a
r
n
i
.
S
k
e
p
N
s
)
RENCANA KEGIATAN BULANAN KETUA TIM
K
e
t
u
a
T
i
m
,
(
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
…
)
RENCANA OPERASIONAL RUANG RAWAT
1. Unit Rawat : Penyakit dalam
2. JumlahTempatTidur : 17
3. BOR : 80
4. Jenis Pelayanan Kep : Total care unit
TUJUAN :
1. Perawat dengan masa kerja di Ruang penyakit dalam kurang dari 1 tahun dapat
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan karakteristik tindakan ruang
penyakit dalam
2. Ruang penyakit dalam memiliki rencana kegiatan berupa rencana tahunan
3. Mencukupi jumlah tempat tidur pada RS Tipe B
4. Ruangan penyakit dalam mempunyai rencana tahunan
5. Terpenuhinya indicator SPO RSUD Damanhuri Barabai.
6. Timbang terima rutin dilakukan dengan mendatangi pasien dan melakukan validasi
pasien
7. Memaksimalkan proses timbang terima di setiap perpindahan shift
8. Pecatatan yang sistematis dalam perhitungan BOR, ALOS dan BTO ruangan
Penyakit dalam
9. Adanya tuntutan dilakukan kegiatan supervisi sesuai dengan standar
10. Ruang penyakit dalam memiliki rencana kegiatan berupa rencana tahunan atau pun
5 tahunan
14
NO KEGIATAN WAKTU : 2019
15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses yang penting dan sangat dibutuhkan oleh manajer
untuk menentukan atau meramal hasil dari suatu kegiatan yang akan dilakukan.
Perencanaan yang dibentuk sebaiknya didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia
seperti: SDM, waktu, keuangan dan sumber lainnya yang mendukung pembentukan
perencanaan tersebut. Perencanaan yang dibentuk pada suatu rumah sakit atau ruang
rawat sangat diperlukan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan atau
menentukan intervensi keperawatan yang sesuai standar professional. Oleh karena itu,
dalam membuat suatu perencanaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau
sumber-sumber yang telah tersedia, sehingga memperoleh suatu keputusan hasil yang
berguna bagi pengembangan rumah sakit selanjutnya.
B. Saran
16
Daftar Pustaka
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: A systems approach. 3rd ed. USA: W.B
Saunders Company.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory
and aplication. 3rd ed.Philadelphia: Lippincott.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory
and aplication. 4th ed.Philadelphia: Lippincott.
17