Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
ABSTRAK
Kekeringan berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan tanaman dan menyebabkan beberapa masalah pada
tanaman diantaranya penurunan aliran air, penutupan stomata, dan penurunan fiksasi CO2 oleh daun, sehingga menghambat
proses fotosintesis. Iklim ekstrim ini berdampak pada tanaman karet, seperti daunnya berguguran dan produksti mata tunas
untuk okulasi akan menurun; pertumbuhan tanaman terhambat dan rentan terhadap kebakaran; periode penyadapan menjadi
mundur; dan menurunnya produksi lateks. Upaya untuk mengantisipasi kekeringan pada tanaman karet akibat kemarau panjang
adalah dengan menggunakan teknologi rekayasa, pembuatan rorak diantara tanaman karet, suplai pupuk hijau dan mulsa,
pemupukan, menggunakan bibit tahan kekeringan, pengaturan waktu tanam, penanaman legume cover crop (LCC),
pemberantasan gulma, mengurangi bahaya kebakaran, pembuatan kolam, pembuatan irigasi, dan konservasi air.
ABSTRACT
Prolonged drought would affect plant and generate a number of adversities such as decreasing water flow, stomatal closure
and reduction in CO2 fixation by the leaves, thus inhibiting photosynthesis. This extreme climate affect plant growth both
food crops and plantation crops including rubber plants. Among them: the leaves are falling and production of buds for grafting
will be decreased; stunted plant growth and fire susceptible; delayed tapping period; and decrease in latex production, 10%
lower than average normal production. A number of methods to anticipate drought can be taken, such as using ditch between
the rubber plant, green manure and mulch, fertilization, drought resistant seeds, suitable planting schedule, planting legume
cover crop (LCC), weeds eradication, reducing fire hazard, making pond, build irrigation and water conservation.
83
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 83
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi Kondisi iklim yang ekstrim sangat
seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan berpengaruh terhadap tanaman karet, terutama
oleh sumber daya lainnya. Bertambahnya produktivitas. Beberapa hasil studi pada
jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya tanaman karet menunjukkan perlakuan cekaman
tekanan penggunaan lahan dan air serta kekeringan menyebabkan peningkatan
menurunnya daya dukung lingkungan. Hal ini kandungan prolin dan malondialdehyde pada
berakibat pada kekeringan yang semakin sering tanaman karet. Selain itu aktivitas enzim
terjadi dan meluas. Kekeringan dapat menjadi peroksidase dan superoxide dismutase (SOD)
bencana alam, menyebabkan suatu wilayah juga mengalami peningkatan (Li-Feng, 2014).
kehilangan sumber pendapatan serta gangguan Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dampak
pada pertanian dan ekosistem. Kekeringan kekeringan pada tanaman karet serta upaya-
mengakibatkan menurunnya produksi berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
komoditi pertanian termasuk tanaman karet. mengantisifasinya.
Kekurangan air pada tanaman disebabkan
karena kurangnya pasokan air didaerah DAMPAK KEKERINGAN PADA
perakaran, sedangkan kebutuhan air untuk KARET
evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh
akar tanaman (Bray, 1997). Meskipun air di Dampak, kekeringan pada tanaman karet
dalam tanah cukup tersedia, tetapi tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi
dapat mengalami kekurangan air apabila lingkungan (tanah, ketinggian tempat dan
kecepatan absorpsi air oleh akar tanaman lebih iklim). Kekeringan yang berkepanjangan akan
rendah dibandingkan dengan kehilangan air menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan
melalui transpirasi (Islami & Utomo, 1995). tanaman karet antara lain sebagai berikut:
Secara umum kondisi kekurangan air 1) Dampak pada tanaman di pembibitan. Pohon
merupakan faktor pembatas utama untuk di bedeng pembibitan akan berguguran daunnya
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. dan selanjutnya produksi mata tunas untuk
Kondisi kekeringan yang berkepanjangan akan okulasi akan menurun. Kekeringan akan
menyebabkan beberapa masalah pada tanaman menghambat pertumbuhan bibit karet
diantaranya penurunan aliran air, penutupan bebedengan pembibitan akibat daun yang
stomata, dan penurunan fiksasi CO 2 oleh daun. berguguran karena kekurangan air. Selain itu
Jika hal tersebut terjadi maka yang paling proses pembentukan mata yang dapat dijadikan
terganggu adalah proses fotosintesis yang entres di kebun entres juga akan terhambat. 2)
merupakan kegiatan penting dan utama pada Dampak pada tanaman belum menghasilkan.
semua tumbuhan. (TBM). Pertumbuhan tanaman belum
Kekeringan akan menghambat proses menghasilkan menjadi terhambat dan kritis
fotosintesis dan terjadi pemborosan energi terhadap kebakaran. Kekeringan juga
akibat dari perubahan stabilitas suhu pada berdampak pada terganggunya proses
fotosistem dan aliran transport elektron. Pada fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman
tanaman tahan kekeringan memiliki keunikan belum menghasilkan menjadi terhambat.
karakter tersendiri seperti koefisiensi transpirasi Kondisi tersebut juga dapat berakibat pada
yang rendah dan pengaturan tekanan osmotik di periode penyadapan menjadi mundur. 3)
dalam sel. Tekanan osmotik diatur dengan cara Dampak pada tanaman menghasilkan (TM).
mengakumulasikan zat organik seperti prolin, Pada TM produksi lateks akan mengalami
manitol, sorbitol, dan sukrosa. Semua hal tersebut penurunan dari produksi normal. Bahkan jika
diregulasikan pada tingkat DNA (deoxyribose kemarau semakin panjang, pohon karet tidak
nucleic acid) dan terjadi pada semua tumbuhan dapat disadap sebagai akibat terhambatnya
namun dengan tingkat ekspresi yang berbeda- aliran lateks karena kurangnya kadar air
beda. (Gambar 1).
84
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 84
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
85
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 85
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
86
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 86
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
tidak dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga
kelembaban tanah, setelah mulsa membusuk akan
berguna sebagai pupuk organik yang memperbaiki
struktur dan tekstur tanah.
Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan
mudah terkena erosi bila terkena air hujan maupun
pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan.
Seperti diketahui bahwa erosi akan memperburuk
kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta tanaman menjadi
mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah yang
pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada
perakaran tanaman berupa putusnya akar. Dengan
adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap
ke bawah sehingga tidak terjadi aliran permukaan.
Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air
tanah tetap tersedia bagi tanaman. Karena mulsa
berguna untuk mengurangi penguapan, mencegah
erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai
sumber penambah hara setelah menjadi pupuk
hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa
akan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Penggunaan mulsa pada tanaman karet belum
menghasilkan dilaporkan dapat mengurangi
dampak kekeringan (Samarappuli, 1992). Mulsa
yang berasal dari sisa tanaman dapat
memperbaiki status air tanaman serta
meningkatkan pertumbuhan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) sehingga lebih cepat
mencapai matang sadap.
Gambar 4. Leguminoceae.
Sumber : Rusli (2015)
87
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 87
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
88
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 88
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
4. Penggunaan bahan tanaman unggul kekeringan yang serius. Cara lain yang sering
Jenis bibit juga menentukan ketahanan digunakan adalah dengan menghitung curah
tanaman karet terhadap kekeringan. Bibit hujan dengan peluang 75% atau curah hujan yang
karet dalam polibeg dengan dua payung minimal akan diperoleh selama 3 tahun dalam
lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan kurun waktu 4 tahun (Thomas et al.,
dengan stump mata tidur (Krisanap & Dolkit, 1994). Penggunaan curah hujan dengan
1989). peluang tertentu lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan rata-rata curah hujan
Klon Anjuran 2006-2010 karena variasi curah hujan dari tahun ke tahun
diperhitungkan.
Klon Anjuran Komersial
· Klon penghasil lateks ; 6. Penanaman Legume Cover Crop (LCC).
BPM 24, BPM 107, 109, IRR 104, PB 217 Sebagai tanaman penutup tanah (Legum
dan PB 260. Cover Crop / LCC), berguna untuk mencegah
· Klon penghasil lateks dan kayu ; erosi dan mempercepat matang sadap (Gambar
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 5). Ada tiga kelompok tanaman yang dapat
2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR digunakan, yaitu tanaman merayap, semak-
112 dan IRR 118. semak, dan pohon. Tanaman merayap yang baik
· Klon penghasil kayu ; digunakan adalah jenis Calopogonium caeroleum
IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78. Kelompok semak-semak yang bisa digunakan
antara lain Crotalaria usaramoensis, Crotalaria
Klon Harapan juncea, dan Tephosia candida. Sementara itu,
IRR 42, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR dari jenis pepohonan yang sering dimanfaatkan
105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, adalah petai cina (Leucaena glauca).
IRR 144, IRR 208, IRR 211, dan IRR 220. Dari ketiga kelompok tanaman tersebut,
yang paling sering digunakan adalah kacang-
Tidak semua klon cocok untuk ditanam pada kacangan karena sosok tanamannya rendah dan
semua tempat. Klon yang cocok untuk daerah kecil, sehingga perakaran tidak terlalu
kering, seperti : GT 1 dan BPM 24 (Siagian & mengganggu perakaran tanaman utama.
Suhendry, 2006). Tanaman kacang-kacangan juga memiliki bintil
Pada kondisi kering penyiapan bahan akar yang bisa menambah kesuburan tanaman.
tanam untuk di lapangan harus mengikuti Penanaman tanaman penutup tanah ini bisa
musim tanam, dan teknis budidaya harus dilakukan dengan cara menyebarkan benih secara
diperhatikan agar tanaman karet dapat tumbuh merata di antara larikan-larikan tanaman karet
dengan baik. Pada saat ada hujan merupakan sebagai tanaman utama atau ditugal dengan
waktu yang tepat, sehingga bibit dan persiapan jarak 40-50 cm di antara larikan tanaman
penanaman harus dilakukan sebelum waktu karet (Damanik, Syakir, Tasma, & Siswanto,
tanam tiba (Indraty, 2004). Penyiapan tanaman 2010).
dua payung dilakukan, pada tanaman-tanaman Hasil pengukuran evapotranspirasi
dengan internode pendek atau terhambat gawangan karet di Kebun Percobaan Balai
pertumbuhannya. Menurut Siagian & Suhendry Penelitian Sembawa pada periode Mei-Agustus
(2006), bibit dikatakan prima apabila memiliki 1994 menunjukkan bahwa LCC
internode sekurang-kurangnya 10 cm dengan mengekstraksi air paling tinggi
diameter internode sekitar 1cm dibandingkan dengan tanaman lainnya.
Dengan demikian pemangkasan LCC selama
5. Pengaturan waktu tanam musim kemarau perlu dilakukan terutama pada
Penanaman baru hendaknya zona dimana akar karet dan LCC berkompetisi
memperhatikan perkiraan mulai dan dalam penyerapan air tanah (Thomas, et al,
berakhirnya musim kemarau untuk menghindari
89
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 89
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
1994). LCC yang lebih banyak dikembangkan merupakan gulma yang mudah terbakar
di perkebunanan karet adalah Mucuna sehingga perlu penanganan yang serius. Gulma
bracteata. Tanaman ini mempunyai keunggulan ini dapat terbakar kalau tidak ada hujan selama
dibandingkan dengan LCC konvensional, antara satu minggu, sedangkan semak
lain : laju pertumbuhan cepat, produksi biomasa Eupatorium/Chromolaena memerlukan waktu
tinggi, tahan terhadap naungan, tidak disukai yang lebih lama untuk bisa terbakar (Wibowo,
ternak, toleran terhadap serangan hama dan Suharti, Sagala, Hibani & Noordwijk, 1997).
penyakit, dapat berkompetisi dengan gulma dan Pencegahan : (1) Masyarakat disekitar
pengendali erosi tanah yang baik (Siagian, kebun agar berhati-hati pembakaran semak
2012). belukar dan tidak bermain api didalam atau
sekitar kebun terutama pada musim kemarau,
(2) Dilakukan pengawasan secara ketat di
sekeliling kebun pada musim kemarau, (3)
alang-alang dan semak belukar di dalam kebun
atau 20 m di sekeliling kebun harus dibersihkan
(Tim penulis PS, 2011) ( Gambar 6).
7. Pengendalian gulma
Pada areal pertanaman karet TBM dan TM
harus bebas dari gulma seperti alang-alang,
Mikania eupatorium, sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Pemberantasan gulma dapat Gambar 6. Pohon karet kebakaran
dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara Sumber : Handi Supriadi (2013)
manual dilakukan 2-3 kali setahun, sedangkan
secara kimia, gulma dapat diberantas dengan 9. Pembuatan kolam
herbisida. Pemberantasan gulma sebaiknya Sebagai sarana untuk penampungan air dan
dilaksanakan sebelum kekeringan tiba untuk sekaligus untuk distribusi air. Kolam dapat dibuat
meminimalkan kompetisi penggunaan air, unsur secara permanen maupun temporer. Kolam
hara, dan cahaya antara karet dengan permanen, kolam yang dibangun dengan
gulma/rumput-rumputan. menggunakan bahan beton dan bahan kedap air
lainnya. Kolam jenis ini umumnya mampu
8. Pencegahan kebakaran menyerap dan menahan air sekitar 65% dari
Kebakaran kebun pada musim kemarau volume hujan di daerah tangkapan air hujan,
panjang mudah terjadi karena adanya serasah sehingga cocok dibangun di daerah dengan tipe
kering di kebun. Kewaspadaan perlu tanah dengan permeabilitas tinggi. Kolam
ditingkatkan dengan larangan menyulut api di temporer, dibangun dari formasi timbunan
sembarang tempat. Kebakaran bisa juga terjadi tanah, dengan kemampuan menyerap dan
karena sumber api yang menjalar ke kebun menahan air sekitar 30-50% dari volume hujan
berasal dari kegiatan penyiapan lahan dengan di daerah tangkapan air hujan. Kolam semi
metode tebas, tebang, bakar. permanen cocok dibangun di daerah dengan
Kebun karet yang ditumbuhi alang-alang tanah yang mempunyai permeabilitas lebih
atau dekat hutan sering mengalami kebakaran rendah ( Rahayu, 2011).
pada musim kemarau. Alang-alang dilaporkan
90
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 90
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
10. Pembuatan irigasi dan Embung air pada musim kemarau. Konservasi air dapat
Irigasi pada perkebunan karet hanya dilakukan dengan (a) meningkatkan pemanfa-
dilakukan pada lahan pembibitan dengan skala atan dua komponen hidrologi, yaitu air
tidak luas yaitu mencapai puluhan hektar saja. permukaan, dan air tanah dan (b) meningkatkan
Ketersediaan sumber air menjadi faktor efisiensi pemakaian air irigasi (Gambar 7).
pembatas untuk aplikasi irigasi pada areal TBM
maupun TM yang luas. Lokasi pembibitan
karet hendaknya dekat dengan sumber air
seperti sungai, sehingga pada waktu kemarau
dapat dilakukan penyiraman. Alternatif lain
adalah memanfaatkan air limpasan (surface run
off) pada lahan yang miring pada musim hujan
dimana air ini ditampung pada suatu bendungan
kecil atau embung.
Embung merupakan kolam penampungan
air pada musim hujan dan akan digunakan pada
musim kemarau. Embung dibangun ditengah Gambar 7. Konservasi air. Sumber:Rusli (2015)
areal dengan jumlah yang dapat disesuaikan
dengan keperluan. Embung lebih luas dan Pengelolaan air permukaan (surface water
dalam dibandingkan dengan rorak, kapasitas management) meliputi (1) pengendalian aliran
embung juga lebih banyak, dapat menampung permukaan, (2) pemanenan air (water
puluhan meter kubik air. Untuk menggunakan air harvesting), (3) meningkatkan kapasitas
dari dalam embung dapat menggunakan mesin infiltrasi tanah, (4) pengolahan tanah, (5)
pompa air, dapat juga dilengkapi dengan sarana penggunaan bahan penyumbat tanah dan
tower agar penyiraman dapat dilakukan dengan penolak air, dan (6) melapisi saluran air.
gaya grafitasi. Pengelolaan air bawah permukaan tanah (sub-
Irigasi dilakukan dengan cara menghitung surface water management) dapat dilakukan
neraca air dimana irigasi diperlukan apabila dengan (1) perbaikan drainase, (2) pengendalian
curah hujan kurang dari 60% dari perkolasi (deep percolation) dan aliran bawah
evapotranspirasi potensial atau evaporasi yang permukaan (sub-surface flow), dan (3)
diukur dengan panci klas A dan kandungan air perubahan struktur tanah lapisan bawah.
tanah dipertahankan di atas 50% air tersedia Perbaikan drainase akan meningkatkan efisiensi
karena pada umumnya pada level kandungan pemakaian air oleh tanaman, karena hilangnya air
air tersebut tanaman tidak mengalami yang berlebih (excess water) akan
stres air (Thomas, 1995); Thomas & memungkinkan akar tanaman berkembang lebih
Tambunan, 1996). Cara irigasi yang paling luas ke lapisan tanah yang lebih dalam daripada
murah adalah dengan membuat alur irigasi pada hanya terbatas di lapisan atas yang dangkal
waktu persiapan lahan atau sebelum tanam. yang akan cepat kering jika permukaan air
Untuk kemudian irigasi dilakukan dengan tanah menurun.
memompa air dari embung yang kemudian
dialirkan melalui alur irigasi.
91
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 91
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
Tabel 3. Pertambahan biomasa, konsumsi air dan efisiensi penggunaan air pada perlakuan periodik
stress
Pertambahan Konsumsi air Efisiensi penggunaan air
Perlakuan
biomasa (g) (kg) (g/kg)
Kontrol 32.6a 7.84a 4.15a
5 gram soil conditioner 66.4b 8.69b 7.64b
10 gram soil conditioner 50.3ab 8.87b 5.67ab
Sumber : Wijaya (2006).
92
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 92
Dampak dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli
Dampak& Heryana)
dan Antisipasi Kekeringan pada Tanaman Karet (Rusli & Heryana)
Damanik, S., Syakir, M., Tasma, M., & Balai Penelitian Sungei Putih. Warta
Siswanto. 2010. Penanaman Tanaman Perkebunan, 31(1):21-34.
Penutup Tanah Budidaya dan Pasca Panen
Subagyono, K., Vadari, T., Watung, R.L.,
Karet. hal 37-38. Sukristiyonubowo, and Agus, F. 2004.
Darojat, M. R. 2014. Hevea Transgenik: Managing Soil Control in Babon Catchment,
Kekeringan Dan Solusi. Peneliti bidang Central Java, Indonesia: Toward
Fisiologi Tanaman, Balai Penelitian community based soil Conservation
Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet. Organization (ISCO 2004) Brisbane,
Australia, 4-8-July 2004.
Islami, T. & Utomo. W.H. 1995. Hubungan
tanah, air, dan tanaman. IKIP Semarang Thomas & Tambunan D. 1986. Pengaruh
Press. Semarang : 211-240. mulsa dan periode pemberian air terhadap
pertumbuhan bibit karet klon AVROS
Indraty, I. S. 2004. Pertumbuhan berbagai
2037. Buletin Perkebunan Rakyat,
bahan tanam Karet pada Daerah Beriklim
3(1):33-36.
Kering di Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Penelitian Karet, 22(1):15-26. Thomas, Lasminingsih, M., Junaidi, U.,
Wibawa, G., Amypalupy, K & Sihombing,
Krisanap, S. & Dolkit, P. 1989. Rubber New
H. 1994. Pengaruh kekeringan dan usaha
Planting in the semi arid zone Thailand.
mengatasinya pada tanaman karet. Warta
Rubber Growers Conference. Rubber
Perkaretan. 13 (2): 1-7.
Research Institute of Malaysia
Thomas. 1995. Perhitungan kebutuhan air
Li-Feng, W. 2014. Physiological and molecular
irigasi pada pembibitan karet. Warta
responses to drought stress in rubber tree
Pusat penelitian karet, 13(3):186-190.
(Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Plant
Physiology and Biochemistry: 1-7. Thomas & Tambunan, D. 1996.
Pengaruh irigasi dan pemupukan
terhadap pertumbuhan, intersepsi cahaya,
Munthe, H. dan Istianto. 2006. Studi dinamika dan efisiensi penggunaan cahaya pada
hara diperkebunan karet menghasilkan. semaian karet. Jurnal Penelitian Karet,
Pros. Lok. Nas. Budidaya Tanaman Karet 14(1):16-26.
2006 ; 446-456
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Bandung :
Rahayu, S.P. 2011. Mitigasi Dampak ITB. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Perubahan Iklim pada Karet. Tanaman. PT. Bumi Aksara.
http://Cybex.Pertanian.Go.Id/Materipenyul
Tim Penulis PS. Panduan Lengkap Karet. 2011.
uhan/Detail/3694
Penebar Swadaya, anggota Ikapi. Cetakan
Samarappuli, L. 1992. Some agronomic 11:167-168.
practises to overcome moisture stress in
Wibowo, A., Suharti, M., Sagala, A.P.S.,
Hevea brasiliensis. Indian Journal of
Hibani, H. & Noordwijk, M. V. 1997.
Natural Rubber Research, 5(1&2), 127-
Fire management on Imperata grasslands
132.
as a part of agroforestry development in
Siagian, N. & Suhendry, I. 2006. Teknologi Indonesia. Agroforestry systems, 36:203-
Terkini Pengadaan Bahan Tanam Karet 217.
Unggul. Balai Penelitian Sungei Putih. Seri
Wijaya, T. 2006. Pengaruh Soil Conditioner
Buku Saku (1):7-8.
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Klon PB
Siagian, N. 2012. Perbanyakan tanaman 260 Pada Kondisi Kekeringann. Balai
kacangan penutup tanah Mucuna bracteata Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian
melalui benih, stek batang, dan penyusuan. Karet.
93
SIRINOV, Vol. 3, No. 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) SIRINOV, Vol 3, No 2, Agustus 2015 (Hal : 83 – 92) 93