Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER MIGAS NON-KONVENSIONAL

“Tight Sand Gas Reservoir”


Ananda Putri Ardini- 101216051

Hidrokarbon secara umum diproduksi secara konvensional pada reservoir batupasir


maupun karbonat dengan porositas dan permeabilitas yang tinggi sehingga tidak memerlukan
teknologi khusus dan treatment spesial dalam produksinya. Namun permintaan terhadap energi
fosil yang semakin tinggi dan cadangan hidrokarbon konvensional yang semakin menipis
menyebabkan perlu dilakukannya teknik pengambilan hidrokarbon secara non-konvensional
yang memerlukan teknik pengambilan secara khusus dengan teknologi yang lebih berkembang.
Berdasarkan resource triangle hidrokarbon oleh Stephen Holditch (2010), migas non-
konvensional memiliki volume yang lebih besar dibanding migas konvensional namun lebih
sulit untuk dikembangkan, dengan migas konvensional yang berbanding terbalik. Berdasarkan
teori tersebut diharapkan kebutuhan akan energi migas dapat terpenuhi dengan melakukan
pengembangan migas non konvensional. Terdapat beberapa jenis hidrokarbon non-
konvensional yang telah dilakukan antara lain CBM (Coal Bed Methane, shale gas, serta tight
sand reservoir.

Gambar 1 Resource triangle gas alam (Holditch, 2010 )

Tight sand gas reservoir merupakan gas alam yang diproduksi dari reservoir dengan
permeabilitas <0,1 mD pada berbagai jenis lingkungan pengendapan. Tight gas sand reservoir
dapat terbentuk pada lingkungan aluvial fan, delta fan, shelf margin, dan berbagai jenis
lingkungan pengendapan yang lain. Secara umum penyebab dari terbentuknya tight sand gas
reservoir diakibatkan oleh faktor lingkungan pengendapan, sebagai contoh endapan bawah laut
serta endapan floodplain pada daerah fluvial cenderung mengendapkan litologi dengan ukuran
butir pasir sangat halus hingga lempung yang memiliki porositas yang kurang baik, selain itu
faktor post depositional diagenetic event juga berpengaruh dalam pembentukan tight sand gas
reservoir seperti adanya sementasi yang menyebabkan rongga antar batuan semakin sedikit
dan formasi tight sand terbentuk.
Terdapat dua teori mengenai tipe tight sand gas reservoir berdasarkan pengontrol
geologinya antara lain, BCGA’s atau continous Basin-Centered Gas Accumulation (Law 2002;
Schmoker, 2005) dan Gas Accumulation in Low-permeability tight sandstone of conventional
trap (Shanley et al., 2004). Teori conventional trap lebih memungkinkan dan mudah dilakukan
produksi dikarenakan keberadaan struktur serta stratigrafi pada tipe reservoir tersebut
memudahkan gas untuk dapat terakumulasikan setelah mengalami migrasi. Namun disisi lain
teori BCGA’s menyatakan bahwa tipe reservoir tersebut memiliki pelamparan yang lebih luas
sehingga dapat memproduksi hidrokarbon lebih ekonomis.
Berdasarkan teori tersebut Law (2002) menyatakan bahwa BCGA’s harus memenuhi
lima kriteria berikut:
1) Memiliki pelamparan regional yang luas (±10 mil atau km)
2) Memiliki permeabilitas yang rendah (<0,1 mD)
3) Terdapat abnormal pressure (underpressure maupun overpressure)
4) Jenuh akan gas
5) Tidak terdapat kontak dengan air

Gambar 2 Model cross section model BCGA's dan conventional trap (Schenk & Pollastro, 2005 dimodifikasi oleh Zee, et.al,
2016)

Pada Tight Sand Gas Reservoir dengan tipe BCGA’s cebakan (trap) yang terbentuk
bukan merupakan trap konvensional berupa struktur maupun stratigrafi melainkan dengan
mekanisme berupa difused capillary pressure trap. Namun secara umum tight sand gas
reservoir dengn tipe conventional trap lebih banyak ditemui dibandingkan tipe BCGA’s.
Meskipun terdapat dua teori yang berbeda mengenai jenis trap dan geometri pengendapannya,
tight sand gas reservoir memiliki karakteristik fisik yang relatif sama.

Batuan induk (source rock) merupakan salah satu properti yang wajib ada pada sistem
petroleum. Batuan induk berperan sebagai “dapur” dalam menghasilkan hidrokarbon. Pada
tight gas sand reservoir batuan induk harus berada dekat dengan reservoir sehingga
hidrokarbon dapat terekspulsi secara langsung kedalam sistem tight sand gas reservoir, selain
itu kandungan TOC (Total Organic Carbon) pada batuan induk harus cukup besar sehingga
dapat menghasilkan hidrokarbon secara signifikan.

Setelah gas terekspulsi pada tight sand reservoir, dan reservoir tersaturasi oleh gas
maka tekanan pada reservoir tersebut akan mencapai tahap abnormal pressure. Secara umum
tekanan dapat berupa overpressure maupun underpressure (Meckel& Thomasson, 2008).
Ketika batuan induk mengeluarkan gas dalam jumlah yang banyak dan masuk kedalam formasi
tight sand maka akan terjadi overpressure dikarenakan gas terperangkap dan sulit untuk
termigrasi ke tempat lain. Namun ketika gas dapat keluar melalui celah undip margin pada
batas antara formasi dengan permeabilitas rendah dan formasi yang memiliki permeabilitas
normal maka underpressure akan terjadi (Gambar 3).

Gambar 3 Keadaan abnormal pressure pada tight sand gas reservoir (Zee, et. al, 2016)

Berdasarkan geometri reservoirnya dua tipe tight sand gas reservoir dapat dibedakan
menjadi stacked sandstones dan blanket sandstone yang dikontrol oleh lingkungan
pengendapannya. Endapan turbidit, lingkungan delta, maupun sungai braided merupakan
penciri dari tipe reservoir stacked sandstones. Sedangkan blanket sandstone umumnya
merupakan endapan shallow marine yang melampar dengan luas. Dalam alam kombinasi dari
kedua tipe reservoir dapat ditemui, bersamaan dengan reservoir konvensional sebagai
intervalnya. Dalam eksplorasi maupun eksploitasi pengeboran pada reservoir dengan tipe
stacked sandstone secara umum menggunakan metode vertical drilling untuk mengetahui
kontak antar lapisan batupasir sebanyak mungkin, sedangkan pada tipe blanket sandstone
metode horizontal drilling lebih baik untuk dilakukan.
Secara mineralogi batupasir yang merupakan litologi dominan pada tight sand gas
reservoir memiliki komposisi yang berbeda-beda berupa kuarsa, feldspar, mineral lempung,
mineral karbonat, pirit, dan beberapa contoh lainnya. Umumnya dalam menentukan kualitas
reservoir maka nilai porositas dapat dihitung berdasarkan nilai matriks dari penyusun batuan.
Nilai tersebut dapat berupa intepretasi matriks yang dominan maupun, nilai dari keseluruhan
matriks pada batupasir. Nilai rata-rata porositas pada tight sand gas reservoir berkisar antara
7- 10%, sedangkan permeabilitas memiliki nilai rata-rata 0,01 mD.
Terdapat dua faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tight sand reservoir,
faktor primer berupa batuan asal (provenance), mineralogi, ukuran butir, pemilahan,
lingkungan pengendapan, dan litifikasi. Yang kedua faktor sekunder berupa diagenesis batuan
(sementasi, kompaksi, dan pelarutan), serta tektonik yang mempengaruhi. Hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat melakukan eksplorasi tight sand gas reservoir antara lain struktur
pori serta properti dari reservoir yang akan dieksplorasi. Untuk dapat mengetahui karakteristik
reservoir tersebut teknik eksplorasi konvensional dapat dilakukan seperti antara lain
pengambilan sampel coring, dan analisis petrografi untuk mengetahui properti batuan
sandstone resevoir.
Dalam melakukan pengeboran, tight sand gas reservoir membutuhkan sumur
pemboran yang lebih banyak dibanding dengan pengeboran migas konvensional, hal tersebut
dikarenakan tight sand reservoir memiliki porositas dan permeabilitas yang kurang baik
sehingga diperlukan beberapa sumur pemboran untuk dapat menghasilkan hidrokarbon dengan
volume yang siginifikan. Dalam melakukan produksi tight sand gas reservoir penting untuk
mengetahui persebaran spasial dari tubuh reservoirnya (ukuran butir & geometri reservoir).
Masalah yang mungkin muncul dalam melakukan pengeboran tight sand reservoir antara lain
adanya lost circulation yang diakibatkan oleh adanya rekahan alami pada reservoir tersebut,
underpressure, kerusakan formasi, dan beberapa masalah pengeboran lainnya. Masalah
pengeboran tersebut dapat dihindari dengan melakukan pemilihan jenis pengeboran yang tepat
diantaranya pengeboran konvensional, pengeboran cassing, pengeboran coiled tubing,
underbalanced/overbalanced drilling¸dengan memperhatikan parameter-parameter reservoir
dibawah ini (Pilisi et al, 2010):
 Jumlah lapisan pada reservoir
 Kedalaman tiap lapisan
 Net pay thickness
 Porositas efektif reservoir
 Saturasi air
 Sistem drainase lapisan
 Tekanan dan temperatur lapisan
 Gravitasi kandungan gas
REFERENSI
Holditch, S. A. 2013. Unconventional oil and gas resource development–Let’s do it
right. Journal of Unconventional Oil and Gas Resources, 1, 2-8.
Jiang, Z. X., Li, Z., Li, F., Pang, X. Q., Yang, W., Liu, L. F., & Jiang, F. J. 2015. Tight
sandstone gas accumulation mechanism and development models. Petroleum
Science, 12(4), 587-605.
Ma, Y. Z., Moore, W. R., Gomez, E., Clark, W. J., & Zhang, Y. 2016. Tight gas sandstone
reservoirs, Part 1: Overview and lithofacies. In Unconventional Oil and Gas Resources
Handbook (pp. 405-427). Gulf Professional Publishing.
Moore, W. R., Ma, Y. Z., Pirie, I., & Zhang, Y. 2016. Tight Gas Sandstone Reservoirs, Part 2:
Petrophysical Analysis and Reservoir Modeling. In Unconventional Oil and Gas
Resources Handbook (pp. 429-448). Gulf Professional Publishing.
Naik, G. C. 2003. Tight gas reservoirs–an unconventional natural energy source for the
future. Accessado em, 1(07), 2008.

Anda mungkin juga menyukai