BAHASA INDONESIA
PUISI
OLEH :
JERRIYAN. S
119159
XI IPS_3
ii
KATA PENGANTAR
Penulis ,
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL………..................................................................................... i
MOTTO…………................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iii
DAFTAR ISI……................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................ 1
1.2. Tujuan Penulisan......................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah....................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 2
2.1. Pengertian Puisi.......................................................... 2
2.2. Unsur-unsur Puisi........................................................ 3
2.3. Ragam dan Jenis Puisi................................................ 6
2.4. Teknik Pembuatan Puisi.............................................. 12
2.5. Teknik Pembacaan Puisi............................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata mata
sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya
sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang
pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu
para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi. Selain tentang pengertian dan unsur –
unsur puisi, makalah ini juga memuat catatan tentang ragam dan teknik membaca puisi
serta dilengkapi juga dengan panduan untuk membuat puisi agar menarik untuk dibaca.
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah
poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam
Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti
membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang
yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa
atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan
tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya
dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu
unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti
musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol
adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan
mempergunakan orkestra bunyi.
2
(misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan
bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi
kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling
indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat
mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian
orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling
indah untuk direkam.
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu
kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi
keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)
yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain.
Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah
biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait
biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-
bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan
irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi.
3
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan
bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah
misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua
struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-
hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap
kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan
latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi,
adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat
puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima
mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang
memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi
(aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo,
187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
1) Berdasarkan Zaman
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari
pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Seloka adalah pantun berkait.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
6
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10
baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar,
dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
a. Puisi Narataif
7
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi
naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi
naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
b. Puisi Lirik
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal,
sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang
dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat
Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus.
c. Puisi Deskriptif.
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku
kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga
8
puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua
pendengar saja di dalam kamar.
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang
dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat
spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta Platonis' yang
berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius,
ungkapan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya dapat
dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik.
9
puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian
pula puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada pembaca.
5. Puisi Konkret
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya
mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat muda dihayati
maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar
menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu
mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan makna.
10
sebagai puisi pernasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri
yang sarat dengan pertimbangan keilmuan.
8. Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan
Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza berbeda
dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris. Aturan pembarisan
dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan dalam setanza seluruh puisi
itu hanya terdiri atas 8 baris.
10. Alegori
11
2.4. Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang
dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap
mengendap di tangan penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai
dari kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang
banyak sekali ditemukan, khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan
dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus
dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan
tersirat dari untaian kata yang tersurat.
1. Vocal Artikulasi Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap
hurufnya.
2. Diksi Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
3. Tempo Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita
harus menyambung atau mencuri nafas.
12
4. Dinamika Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton,
terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang
prima dengan mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras
lembutnya diksi, dan yang penting menjaga harmoni di saat naik turunnya
nada suara.
10. Gerak Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari
puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
11. Komunikasi Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan,
bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
12. Ekspresi Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas
dengan ekspresi yang pas dan wajar.
13. Konsentrasi Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.1
1
http://www.ziddu.com/download/18497828/makalah-puisi-b.doc.html/bahasa_indonesia
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
- Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah
poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam
Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta.
3.2 Saran
Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar para
penuis puisi akan lebih kompetitif.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://definisi.net/story.php?title=puisi
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-
unsurnya/
http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm
http://www.kapasitor.net/community/post/2920
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembacaan%20puisi.htm
15