Anda di halaman 1dari 98

ASFIKSIA

& RESUSITASI

dalam rangka penurunan


angka kematian bayi

Dr SUPRIYANTO SpA
SMF ANAK RSMS PURWOKERTO
© WHO
ASFIKSIA NEONATORUM
= kegagalan bayi utk bernafas scr spontan & teratur
beberapa saat setelah lahir
Penyebab :
1. Depresi pusat pernafasan :
a. hipoksia intra uterin:
-peny.ibu: eklamsi,HT,paru-jt, infeksi, dsb
-solusio plasenta, jepitan tl.pusat, ruptur uteri,dsb
b. obat yg dikonsumsi ibu
c. trauma persalinan: perdarahan / edema serebri
2. Kelainan / peny.organ pernafasan :
a. trauma pd dd toraks / diafragma
b. obstrks jalan nafas : mekonium / kongenital
c. CHD, prematur, anemia, dsb
3. Tidak diketahui
Faktor risiko
F. ante partum :
- umur ibu > 35 th - post term
- hamil kurang bulan - ibu DM, HT,
- gemelli - perdarahan TM 2-3
- dismatur - oligo/poli hidramnion
- riwayat IUFD - infeksi ibu, dsb
F. intra partum:
- SC darurat - malpresentasi
- dg GA - DJJ abnormal
- KPD > 24 jam - kontraksi hipertonik
- partus lama - p.presipitatus
- plasenta previa - solusio plasenta
- prolaps.tali pst - dsb
Patofisioligi
Hipoksia (intra uterin) : Pa O2 <
a.  hipercapnea (Pa CO2 >)
b.  metab sel anaerob 
asidosis metabolik (pH <)
c.  perubh kardiovaskuler : HR> - <,sp berhenti
 iskemik / syok jar otak : ok O2<, glukosa<,
sisa metab >  depresi SSP
 iskemik > 5 mnt : tjd sumbatan kapiler yg
sulit diperbaiki meski aliran membaik
d.  pd tgi : tjd rangsang peristaltik & sfinter ani
terbuka  keluar mekonium
Gejala klinis hipoksia intra uterin
 normal DJJ 120 - 160 x/mnt
Pd tahap awal hipoksia :
- gerakan bayi >
- DJJ > (>160x/mnt)
- pd CTG : deselerasi dini
Pd fase lanjut :
- gerakan bayi melemah sp berhenti/hilang
- DJJ menurun (<60x/mnt sp 0)
- CTG : deselerasi lambat
adanya mekonium dlm air ketuban  menunjukkan
janin pernah / sedang mengalami hipoksia
lamanya tjd tahap lanjut, tgt penyebab hipoksia,
biasanya dlm hitungan menit
Apnea primer:
- hipoksia  nafas cepat pd periode pendek
- bila berlanjut  nafas terhenti, denyut jt <, tonus
otot <  = apnea primer
 dg rangsang + O2,  dpt tjd pernafasan
Apnea sekunder :
- bila hipoksia berlanjut  nafas megap2 & dlm,
DJJ <, tek darah < & tonus otot lemah.
- nafas makin lemah  apnea = apnea sekunder
-  tak dpt bereaksi thd rangsang
Apnea primer & sekunder dpt tjd intra uterin
 semua apnea dianggap sekunder
RAPID BREATHING
APNEU PRIMER
HEART RATE 
BLOOD PRESSURE

PATOFISIOLOGI
• Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika
BBL kekurangan oksigen.
• Pada periode awal BBL mengalami napas cepat (rapid
breathing) yang disebut dengan gasping primer
• Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi
tidak bernapas (apnu) yang disebut ”apnu primer”. Frekuensi
jantung mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap
bertahan
GASPING SECONDAIRE
APNEU SECONDAIRE
HEART RATE 
BLOOD PRESSURE 

PATOFISIOLOGI
• Bila berlangsung lama dan tidak dilakukan
pertolongan, BBL akan melakukan usaha napas
megap-megap yang disebut ”gasping sekunder”
kemudian masuk ke periode ”apnu sekunder”.
Frekuensi jantung dan tekanan darah makin
menurun dan bisa menyebabkan kematian.
• Setiap kasus dengan apnu, harus dianggap sebagai
apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi
Tanda klinis asfiksia

Dengan penilaian menurut APGAR :


- Appearance = warna kulit
- Pulse rate = frekuensi denyut jantung
- Grimace = refleks bersin
- Activity = gerakan/tonus otot
- Respiration = pernafasan
Skor 0 - 3 = asfiksia berat
4 - 6 = -”- sedang
7 -10 = bayi sehat
dinilai pada menit ke 1, 5 dan 10
menit 1 = proses persalinan / ante natal
5 = prognosis / keberhasilan resusitasi
Komplikasi asfiksia :
Asfiksia  Sbg penyebab penting tjdnya morbiditas
& mortalitas neonatus
Asfiksia dpt menyebabkan kegagalan fungsi organ :
-Otak : HIE (hypoxic ischemic encephalopati)  CP
-Paru : -sindroma aspirasi mekonium
-ARDS -hipertensi pulmonal
-pnemonia -perdarahan paru, dsb
-Ginjal : gagal ginjal (ok iskemik)
-Kardiovaskuler : syok, gagal jt / disfungsi miokard
-Sal.cerna : EKN
-Metabolisme :asidosis, ggn elektrolit
-Hematologis : ikterus, perdarahan, hemolisis, dsb
Tatalaksana asfiksia
1. Resusitasi : mengembalikan fungsi2 organ vital
t.u pernafasan & peredaran darah
2. Suportif : menunjang proses resusitasi & memper
mudah proses kerja organ2: misal : O2,
termoregulasi, cairan iv, dsb
3. Medikamentosa : utk mencegah & mengatasi kom-
plikasi yg mungkin tjd, misal :
-antibiotik profilaksis, bic-nat, dsb
Hal yg lebih penting : mencegah tjdnya asfiksia & anti
sipasi semua kelahiran yg berfaktor risiko & tidak .
Persiapan : - tenaga trampil
- alat2 resusitasi
- obat2an emergensi
Alat2 & obat resusitasi :
Alat utama/yg berhub.dg proses :
- balon resusitasi (lengkap)
- sumber oksigen + pengatur+konektor
- pengisap lendir (manual/kompresor)
- laringoskop + ETT
Alat penunjang yg harus ada :
- meja resusitasi
- pemancar panas
- stetoskop, jam
- sarung tangan, linen
- alat perawatan tali pusat + pemasangan kateter
- alat + obat suntik
Obat2an :
- adrenalin/epinefrin
- Na bicarbonat
- cairan infus
RESUSITASI
= tindakan utk memulihkan fungsi pernafasan &
sirkulasi pd bayi shg mengurangi tjdnya hipoksia
pd jaringan / organ2 vital
Prinsip dasar : A B C D (urutan), E (diantara):
A= airway management =memastikan jln nafas terbuka
B= breathing = memberi bantuan pernafasan aktif
C= circulation = memertahankan/menjaga sirkulasi
darah tetap lancar
D= drug = obat2an utk penunjang B&C, + koreksi
asidosis metabolik
E= evaluation = menilai sebelum/stlh dilakukan tindakan
Airway management
= tindakan umum pertamakali untuk semua bayi baru
lahir, sebelum menilai skor Apgar menit I
Tindakan ini meliputi :
1.Cegah hipotermia :
- hangatkan / dibawah pemancar panas
- keringkan dr air ketuban
2.Bebaskan jalan nafas :
- posisi datar, telentang, kepala sedikit ekstensi
- isap lendir dr mulut, kmdn dr hidung (k/p)
- bila diketh air ketuban bercampur mekonium, isap
lendir dilakukan segera stlh bayi lahir
3.Rangsang taktil
Urutan langkah A

A. tempatkan dibawah pemancar panas


B. posisikan
C. isap lendir dr mulut  hidung (k/p)
D. keringkan, singkirkan kain basah
E. posisikan lagi
F. rangsang taktil (bila blm menangis)
G.oksigen dg nasal kateter (k/p)

dilakukan dlm 30 detik


 EVALUASI I
MEMBUKA JALAN NAPAS:
Posisi agak tengadah

• Bayi diletakkan telentang atau miring


dengan leher sedikit tengadah (posisi
menghidu)
• Posisi farings, larings, trakea dalam
satu garis lurus
MEMBUKA
JALAN NAPAS
LANGKAH AWAL:
Bila ada mekonium

Bila bayi tidak bugar: hisap dahulu dari trakea


sebelum ke langkah berikutnya.

Bayi bugar: hisap hanya dari mulut dan


hidung, kemudian dengan resusitasi yang
diperlukan
TERDAPAT MEKONIUM &
BAYI BUGAR

Bila:
 usaha napas baik
 tonus otot baik
 FJ > 100 X/menit
 Gunakan balon penghisap atau kateter
penghisap 12F/14F untuk membersihkan
mulut dan hidung
TERDAPAT MEKONIUM DAN
BAYI TIDAK BUGAR

 Berikan O2 dan pantau FJ


 Pasang laringoskop, hisap dgn kateter
penghisap no.12F/14F
 Masukkan pipa ET
 Sambung pipa ET ke alat penghisap
 Lakukan penghisapan sambil menarik keluar
pipa ET
 Ulangi bila perlu atau bila FJ ↓ menunjukkan
resusitasi harus segera dilanjutkan
Meletakkan pada posisi yang benar
Bayi diletakkan terlentang/miring dengan leher agak extensi (tengadah)

Benar

Leher agak extensi (tengadah))


Punggung diganjal + 3 cm

Salah

Extensi leher berlebihan Extensi leher kurang


Breathing
= usaha pemberian bantuan pernafasan aktif
- dg ventilasi takanan positif (VTP)
- dg balon resusitasi & sungkup utk bayi,
- dg O2 ~ 100%  dg kecepatan aliran + 5 l/mnt,
- dg frekuensi 40 - 60 x/mnt (~resp fisiologis bayi)
- diberikan bila : - respirasi tak adekuat,
dan atau : - denyut jt < 100 x/mnt
tanda keberhasilan VTP :
1. Pengembangan paru ~ pompaan balon
2. Perubahan warna kulit  merah
3. Peningkatan HR/frek denyut jt

JENIS PERALATAN VTP

Balon Tidak
Mengembang Sendiri
(BTMS)

Balon Mengembang
Sendiri (BMS)
T-piece resuscitator
PENGAMAN T-PIECE
RESUSCITATOR
Kecepatan Melakukan Ventilasi
40-60 kali/menit

remas lepas remas lepas


(pompa) (dua…tiga) (pompa) (dua…tiga)
Circulation
= menjaga agar sirkulasi darah tetap lancar
Penilaian : frekuensi denyut jt + warna kulit
denyut jt :- > 100x/mnt : sirkulasi baik  obsrv.
- < 100 : ada hipoksia sedang 
perlu bantuan VTP
- < 60x/mnt : hipoksia berat  perlu
pijat dada + VTP
Pijat dada / kompresi jantung luar :
- dg ibu jari / 2 jari, pd 1/3 bawah sternum
- kedalaman pijatan + 1,5 cm
- frekuensi + 120 x/mnt (~denyut jt fisiologis)
- harus disertai VTP
Frekuensi

90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit 


Rasio 3 : 1
1½ detik 3 kompresi dada, ½ detik 1 ventilasi
 2 detik (1 siklus)

“Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”


remas lepas remas lepas
(pompa) (dua…tiga) (pompa) (dua…tiga)

“Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”


Drug = obat2an
= Obat2an yg diberikan utk mensuport pernafasan,
sirkulasi & mengatasi komplikasi
Terdiri :
1. Adrenalin / epinefrin :
- diberikan bila HR tetap < 60x/mnt stl VTP + PJL
30-60 dtk
- dosis : 0,1 ml/kgBB dlm lar 1:10.000.
- rute : iv, sc, ith, dpt diulang tiap 3-5 mnt
2.Na bicarbonat (bic-nat):
- utk mengatasi asidosis metabolik, misal pd asfiksi
yg lebih dr 10 mnt
- dosis : 1-2 mEq/kgBB, lewat vena sentral/umbl.
3.Cairan infus :
- utk atasi syok, vol.ekspander : RL, NaCl
- glukosa utk cegah / atasi hipoglikemi
TINDAKAN PASCA RESUSITASI
Pemantauan pasca resusitasi
Bukan dirawat secara Rawat Gabung
Pantau tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan urine
Jaga bayi agar senantiasa hangat
Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
Dekontaminasi, cuci dan sterilisasi/Desinfeksi Tingkat
Tinggi alat
Melengkapi catatan medik
Konseling dengan keluarga
• Perhatian kusus bayi prematur :
• -.awasi kemungkinan hipotermia
• -.timbulnya RDS ok imaturitas paru
• -.tanda perdarahan intra kranial, ok matrix rapuh
• -.kemungkinan hipoglikemia
• -.oksigen injury
KAPAN MENGHENTIKAN
RESUSITASI?
• Bayi tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif selama
15 menit
• Bayi telah menangis / bernafas adekuat,
denyut jantung > 100x/mnt, tak sianosis
R
E
S
A U

L S
I
G T
A
O S

R I

I N
E
T O

M N
A
A T
U
S
BEBERAPA PENYAKIT NEONATUS
(lanjt)
 Asfiksia Neonatorum
 Infeksi Neonatus/sepsis
 Distres Respirasi
 Ikterus Neonatorum
 Prematuritas
 Kejang
 Kelainan kongenital
 dsb
Dr Supriyanto SpA
SMF Kes Anak RSMS Pwt
1.INFEKSI NEONATORUM / SEPSIS
= Sindrom klinik dari peny sistemik akibat infeksi
(bakteri, virus, dsb) pd bl I.
Dapat terjadi :
- ante natal /inutero (transplasental)
- intra natal (asp cairan amnion)
- paska natal (faktor lingkungan)
Tanda awal sepsis tak spesifik  FR
FR : - ibu demam - asfiksia
- KPD, amnionitis - dg tindakan
- Prematur/BBLR - dsb
Angka kematian akibat sepsis : 13-50 %
LANGKAH PROMOTIF & PREVENTIF
- ANC baik, persalinan bersih & aman
- cegah persalinan prematur
- cegah asfiksia & resusitasi adekuat
- tx ibu demam curiga infeksi
- tx ibu dg KPD, ketuban keruh
TANDA UMUM
Bayi malas minum, cepat memberat
Tampak lunglai, mengantuk, iritabel/rewel,
demam/hipotermi, ggn nafas, ikterus,
sklerema, kejang.
Muntah, diare, kembung, hepatomegali.
Kulit: perfusi<, sianosis, pucat, ptekie,
ruam, skerema, ikterus.
CV : takipneu, ggn nafas, takikardi,
hipotensi
Neuro : iritabel, kesadaran<, kejang, uub>,
kaku kuduk
Tanda kusus
Kel A Kel B
Ggn nafas Tremor
Kejang Letargis/lunglai
Kesadrn < Mengantuk/akt <
Suhu >/< *) Iritabel/rewel
Persal tak higienis *) Muntah *)
Kondisi cpt memburuk*) Kembung *)
Ketuban dg meko
*) menyokong sepsis Malas minum *)

Diagnosis :1. 1A/2B  pantau ~ tanda


2. >2A/ 1A+2B/>3B  tx sbg sepsis (sd 3 hr)
+ riwayat ibu demam + KPD
3. usia > 3 hr : >2A/>3B
TATALAKSANA
Antibiotik : awal : Ampisilin + Gentamisin iv
>3 hr tetap : Ampi  Cefotaksim
diberikan min 7 hr
Pernafasan : O2, k/p VM
Kardiovask : ps jalur infus dg dosis rumat
pantau perfusi & cegah syok
Pem lab : AL (>/<), HJL, AT (<), cat gram
ggn metab : GDS, asidosis, bilrb
 SEBAIKNYA DIRUJUK
Komplikasi :
- ggn tbh-kbg, retardasi mtl, ggn penglihatan,
kesukaran belajar, kelainan tingkah laku, dsb
2. GANGGUAN PERNAFASAN
Batasan :
- RR > 60x/mnt atau < 30x/mnt
- apnea (henti nafas > 20 dtk)
- sianosis sentral (pd bibir & mulut)
 salah satu “ danger sign”
 dapat  kematian/cacat/sekuele
Penyebab :
Peny paru : pnemonia, PMH, aspirasi meko, TTN
Kasus bedah : pnemotoraks, fistel trakeo-esofagus,
hernia diafragma, dsb.
Kel jantung : CHD, disfungsi myokard, dsb
Kel syaraf pusat : HIE, perdarahan, dsb.

Prematur : PMH, pnemonia, asfiksi, kel bawaan


Cukup bulan : MAS, pnemoni, TTN, asidosis, kel
bawaan
Klasifikasi :
1. Berat : RR>60x + sianosis + retraksi / grunting
RR>90x + “ / “ / “
RR<30x +/- “ / “ / “
2. Sedang : RR 60-90 : + retraksi / grunting
(-) sianosis
RR>90 : (-) retr/grunting/sianosis
3. Ringan : RR 60-90 : (-) -”-
4. PJB : RR 60-90 + sianosis (-) retr/grunting
Tatalaksana umum
- pasang infus D5%, O2 nasal, monitor VS
- bila apnea : resusitasi – evaluasi
- bila kejang :  tatalaksana kejang umum
- pasang sonde : ASI tiap 2 jam – evaluasi
Pd ggn nafas berat :
- jangan diberi minum langsung
- bila curiga infeksi :+ antibiotik (ampi+genta
inj)
 sebaiknya rujuk ke RS
3. KEJANG
= perubahan fungsi neurologis secara tiba2, baik motorik
maupun autonom, ok kelebihan pancaran listrik pd otak
- dapat menyebabkan hipoksia otak
- penyebab : asfiksia, infeksi (sepsis/mening
itis), hipoglikemi, tetanus, dsb
- merupakan “danger sign” utk bayi
- dpt berupa : tonik, klonik, myoklonik, dan
“subtle seizure”
Pencegahan :
-cegah prematur & asfiksia
-persalinan aman & bersih (cegah infeksi)
-resusitasi adekuat
-antisipasi masalah dlm persalinan
-monitoring kadar glukosa drh ibu
-terapi rasional & efektif
-instruksi tertulis utk asuhan mandiri
dirumah
Pelacakan :
 cari faktor risiko & tanda klinis awal
Anamnesis :
-rwyt persalinan : prematur?, dg tindakan?, asfiksia?,
penolong? Dg potensial infeksi?
-rwyt imunisasi TT? perawtan talipusat dg obat tradisional?
- “ kejang, penurunan kesadaran?, gerakan abnormal pd
mata/mulut/lidah/ekstremitas?
-rwyt spasme pd ekstr, otot mulut & perut?
- “ kejang dipicu bising/tindakan?
- “ malas minum yg seblmnya normal?
- “ ibu minum obat2an narkoba? Ikterus?
-kapan saat timbul kejang & berapa lama?
Pelacakan :(lanjt)
 cari faktor risiko & tanda klinis awal
Pemeriksaan :
-gerakan abnormal pd wajah, mata, mulut, lidah & anggota
gerak?
-extremitas fleksi/ekstensi? Spt mengayuh spd? Mata
berkedip/berputar/juling?
-menangis melengking & sulit berhenti?
-kesadaran menurun? Apnea? Ikterus? Uub cembung?
Suhu >/<?
Spasme :
-bayi tetap sadar & menangis kesakitan ?
-trismus/kekakuan otot mulut, rahang & bibir mecucu?
-epistotonus, extr kaku, perut, kontraksi otot tak terhenti?
-infeksi talipusat?
Beberapa kondisi penyebab kejang :
1.Hipoglikemia:
FR : ibu DM, BB<2500 gr/> 4000 gr
UH < 37 mg, by dipuasakan
Klinis : kejang/tremor/gemetar s/d
letargi/penuruna kesadaran (usia 0-3 hr)
Lab : GDS < 45 mg%
Na (>/<), K (<), Ca (<), Mg (<)
2. Tetanus :
FR : ibu tanpa TT, lingk tak higienis
olesan bahan tak steril pd tl pst
Klinis : spasme/kejang spastik, sadar
infeksi tali pusat (timbul hr ke 3-14)
Beberapa kondisi penyebab kejang (lanjt)
3 Meningitis / sepsis
FR : dg potensial infeksi (KPD, ibu demam, ketuban
keruh, asfiksia, premaur, dg tindakan, dsb)
Klinis : timbul sth hr ke 2, kejang umum,
, kesadr menrn, letargi, uub menonjol
Lab : AL >25 rb /< 5 rb dan AT < 150 rb

4 Ensefalopati / HIE
FR : rwyt fetal distres/asfiksia
partus lama/dg tindakan (VE, forsep, dsb)
Klinis : kejang berulang, kesadr menurun
letargis, ggn nafas, aktifitas menurun
iritabel, hipotermi/febris
Beberapa kondisi penyebab kejang (lanjt)
5 PIV/ICH
FR : BBLR/prematur
Klinis : kejang – tak sadar (hr 1-7)
mendadak memburuk & pucat
ggn nafas berat

6. Kern ikterus  ok hemolisis


FR : bayi kuning/ikterus dg cepat
Klinis : kejang dg epistotonus (hr ke 3-7)
ikterus timbul hr ke1, & berat hr ke 2
Lab : Bilrb >, Coomb test (+)
.
Tatalaksana kejang
Fenobarbital 20 mg/kg (im/iv dlm 5 mnt)
 bila 30 mnt msh kejang : ulang dg dosis 10 mg/kg
(dpt sp 2x)
 bila tetap kejang : Fenitoin 20 mg/kg iv pelan2
Rumatan :
- Fenobarbital 3-5 mg/kg dlm 2 dosis s/d 7 hr bbs
kejang
- Fenitoin : 4-8 mg/kg dlm 2-3 dosis (iv/p os)
Curiga meningitis :
+ antibiotik : Ampisilin 100 mg/kg dalam 2 dosis iv
Gentamisin 4-5 mg/kg dlm 1 dosis iv
Tatalaksana kejang (lanjt)
Tetanus :
- diazepam drip 10 mg/kg/hr atau
bolus iv 0,5 mg/kg/x tiap 1 jam
- bila RR < 30 x/mnt  diazp stop
- perawatan tali pusat
- inj TT 5000 IU im  2 hr
- Penisilin G 100 rb U/kg/hr im  7 hr
-tx suportif : O2  cegah hipoksia, infus D1/4S
- diet ASI via NGT
- isolasi
4. BBLR
= BBL < 2500 gr (pd 1 jam I)
SKRT 2001  29% dr kematian neonatus
Penyulit : - hipotermi - hipoglikemia
- infeksi/sepsis - ikterus/hiperbil
- ggn minum
Prematur :  UH : 28 – 36 mg
KMK  IUGR = janin tumbuh lambat
FR : -ibu : umur, paritas, peny kehamilan, gizi <,
trauma, kelelahan, merokok, hml tak diinginkan.
-plasenta : peny vaskuler, gemelli
-janin : cacat bawaan, infeksi
Pelacakan :
Ax : - usia ibu - aktivitas
- rwyt persal sebl - peny seblm hamil
- paritas, interval - obat2an
- kenaikan BB
Px : - BB < 2500 gr
- tanda preterm (UH< 37 mg):
-.tl rawan, telinga -. reflek primitif
-.lanugo -.alat kelamin luar
- KMK :
-.tanda premaur (-)
-.kulit keriput
-.kuku panjang
Manajemen umum
Stabilisasi suhu / lingkungan hangat
Jaga patensi jalan nafas
Monitor tanda vital : RR, HR, suhu, akt, kulit
Bila ada ggn nafas  O2
kejang  anti konvulsan
dehidrasi  rehidrasi iv-rumatan
Kelola kondisi spesifik/penyulit/konplikasi
Pemberian minum :
- ASI : puas stlh netek, bak > 6x/hr
- timbang by tiap hr: <BB pd 4-5 hr I, <10 %.
- kenaikan BB > 20 gr/hr 3 hr berturut2 baik
Manajemen umum (lanj)
Bayi sehat :
- mi lebih sering, k/p tiap 2 jam
- bila reflek isap <, ASI perah, dg sdk/pipet/snde
Bayi sakit : (BB 1750-2500 gr):
- dg ggn minum, ggn nafas/kejang  dirujuk
- pemberian infus  hanya pd 24 jam I
-.hr ke 2 hrs dicoba mi p os, kp dg NS
-.coba beri mi tiap 3 jam (8x/hr), mulai 60ml/kg
naik bertahap s/d + 160ml/kg/hr)
-.evaluasi reflek isap-telan tiap hr, residu (NS)
-contoh pemberian cairan utk by dg BB+2 kg :
-
Pemberian cairan / hr ke 1 2 3 4 5 6 7

Infus (ml/jam = tts mikro) 5 4 3 2 0 0 0


ASI tiap 3 jam (ml) 0 6 14 22 30 35 38
Pemantauan :
1.BB : - by akan kehilangan BB pd 7-10 hr prwt
- pd BBL 1500 gr  tcp kembl pd 14 hr
- bila sakit/komplikasi  lebih lama
- stlh normal , kenaikan BB 20-30 gr/hr (BB<
1500 gr), dan 30-35 gr/hr (BB> 1500 gr)
2.ASI :  sedini mungkin, bila tidak netek:formula
- stlh 7 hr : kenaikan 10-20 ml/hr sd 180 ml/kg
- bila kenaikan BB tak adekuat, dpt sp 200 ml/kg
- tanda kecukupan ASI : by tertidur stl minum,
bak > 6x/hr, peningkatan BB stl 7 hr min 20 gr/hr
3. Pemulangan:
- suhu stabil, minum p os baik
- ibu sanggup merawat dirumah
5. Hipotermi
= suhu < 36,50 C (aksiler), sering pd BBLR
-ok : pengaturan suhu blm sempurna :LPB relatif luas,
kemampuan produksi & penyimpanan panas
terbatas.
-penyebab :- radiasi (suhu lingkungan rendah
- konduksi (kontak benda dingin)
- evaporasi (penguapan, kulit basah)
- konveksi (telanjang, tertiup angin)
-tanda bahaya :  ggn metabolisme tubuh 
kegagalan fungsi jantung-paru
Pencegahan & penanganan :
Pencegahan :
-lingkungan hangat, > 250 C, tanpa aliran angin
-hindari kontak dg benda dingin/basah
-selalu terbungkus kain hangat + selimut, kp dg topi
-bila perlu dg pemancar panas
Penanganan umum :
- kontak kulit : semua bayi, utk sementara
- metode kanguru : utk BBLR, ibu sehat, bayi tdk sakit
- pemancar panas : utk bayi sakit/BBLR, saat tindakan
- lampu penghangat + 60 watt, jarak 60 cm
- inkubator : utk bayi sakit, BBL < 1500 gr
- box penghangat, dg lampu 60 watt (dibwh TT)
- ruangan hangat : utk bayi 2000 – 2500 gr, tidak sakit
Klasifikasi hipotermi
1. hipotermi sedang :
- suhu 32 – 36,50 C - ggn nafas
- denyut jt < 100x/mnt - malas minum
- letargis
2. hipotermi berat :
- suhu < 320 C + tanda hipotermi sedang
- kulit teraba keras - nafas pelan & dalam
3 suhu tidak stabil :
- suhu 36 – 390 C  curiga sepsis
- fluktuasi sesudah periode suhu stabil
Manajemen hipotermi berat
- hangatkan dg pemancar panas, kp inkubator
- pakaian & selimut hangat
- hindari paparan panas berlebihan, ubah posisi
- bila ada ggn nafas  tx sesuai ggn nafas
- pasang infus dosis rumatan (D5%, D1/4S)
- evaluasi tanda bahaya & minum bayi tiap 4 jam s/d suhu
normal, px suhu by + alat tiap jam.
- bila curiga infeksi  tx antibiotik
- bila blm dpt netek  ps sonde stl suhu > 350 C
- stlh suhu normal :  prwt lanjut ~ by normal
- dpt dipulangkan : bila stlh stop ab 24 jam suhu tetap
stabil & minum baik, tak ada mslh lain
Manajemen hipotermi ringan - sedang
- ganti pakaian, selimut + topi hangat
- hangatkan dg kontak kulit (ibu/pengganti)
- kp hangatkan dg pemancar panas, inkubator –
ruang hangat
- kecukupan minum  cara sesuai kemampuan
- hindari paparan pans berlebihan & ubah posisi
- usahakan minum > sering, amati tanda bahaya
- px suhu tiap jam, bila berhasil  tiap 2-3 jam
 bila gagal: cari tanda sepsis
- setelah suhu normal  prwt lanjut ~ bayi norml
6. Hipoglikemia
- bila kadar GDS < 45 mg/dl (2,6 mMol/L)
-sering terjadi pd BBLR, bayi besar dg ibu DM
-dpt timbul kejang, hipoksia otak  kerusakan SSP 
kematian.
Pencegahan : kelola ibu DM, cegah BBLR, tangani asfiksia,
hipotermi, ggn nafas & penuhi nutrisi dini/ASI.
Gejala yg sering timbul :
- tremor - sianosis
- lemah/apatis/letargi - kejang
- keringat dingin - hipotermi
- nafas lambat/takteratur – malas minum
-tangis melengking/merintih
-gerakan involunter pd mata
Hipoglikemia (lanj)
Tatalaksana :
- beri glukosa 10% iv 2 ml/kg bolus pelan2
- bila iv sulit  pasang NGT : glukosa oral dosis sama
- infus D10% dosis rumat  rujuk
- netek ibu  bila tak mampu : ASI peras  sonde
7. IKTERUS / HIPERBILIRUBINEMIA
Kulit / konjungtiva kuning dg kadar bil > 5 mg/dl pd mgg I
Ikterus dapat normal (fisiologis) atau patologis
Dpt ok pembentukan berlebihan atau kesulitan
pengeluaran/pembuangan
Dpt sbg gejala penyakit berat lain pd neonatus
Dpt masuk sel otak  ensefalopati kecacatan/mati
FR : - obat2an pd ibu - BBLR
- infeksi maternal - asfiksia/trauma lahir
Preventif : cegah FR, pemberian ASI dini
Pemeriksaan :
- I muncul diwajah  menjalar kekaudal
- tentukan tk keparahan dg metoda Kremer K3/> lab
- tanda klinis lain : ggn minum, ggn nafas, suhu, dst
-evaluasi s/d hr ke 7, bila sp mg ke2  cek lab
Ikterus berat :
- timbul pd hari I
- hr ke 2 : K 3-4  segera rujuk / fototerapi
- hr ke 3 : K 4-5
Ikterus patologis ok :
- hemolitik / inkompatibilitas darah ibu-bayi
- infeksi berat/sepsis - pd bayi prematur
- obat2an - berkepanjangan/>2 mg
- Kern-ikterus/ ensefalopati bilirybin

Anda mungkin juga menyukai