Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Reverse Osmosis


PEMBIMBING : Dian Ratna S, S.T, M.T

Praktikum : 12 November 2019


Penyerahan Laporan : 25 November 2019

Oleh :

Kelompok : VII (Tujuh)


Nama : 1. Sahrul Mulyadi NIM 171411025
2. Sherly Dea Y.L NIM 171411026
3. Teguh Fatwa P NIM 171411027
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air minum adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting. bagi
kelangsungan hidup dan kualitas hidup manusia. Namun tidak semua daerah
mempunyai sumberdaya air yang baik. Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau
kecil di tengah lautan lepas merupakan daerahdaerah yang sangat miskin akan
sumber air bersih, sehingga timbul masalah pemenuhan kebutuhan air minum.
Sumberdaya air yang terdapat di daerah tersebut umumnya berkualitas buruk,
misalnya air tanahnya yang payau atau asin. Sumber air yang secara kuantitas
tidak terbatas adalah air laut, walaupun kualitasnya sangat buruk karena
banyak air laut menjadi air tawar tersebut dikenal mengandung kadar garam
atau TDS (Total Dissolved Solid) sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah
tersebut salah satu cara adalah dengan penerapan teknologi pengolahan air
yang sesuai dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM (sumberdaya
manusia), selain kondisi sumber air bakunya sendiri. Proses pengolahan air
asin menjadi air tawar tersebut dikenal sebagai proses desalinasi. Dan salah
satu metode desalinasi yaitu dengan menggunakan proses osmosis balik
(reverse osmosis).

1.2 Tujuan
1. Memahami proses pemisahan kation dalam air baku dengan sistem reverse
osmosis.
2. Membuat kurva atau grafik hubungan antara kadar zat terlarut (solute) di
aliran permeat dan konsentrat terhadap waktu atau volume permeat.
3. Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% reject).
BAB II
LANDASAN TEORI

Pengolahan dengan menggunakan Reverse Osmosis merupakan


pengolahan proses fisika yang dilakukan dengan memberikan tekanan untuk
menahan semua ion dan melepaskan air murni dan membuang air kotor berupa
mineral-mineral garam yang tertahan. Pada prinsipnya, apabila dua buah larutan
dengan konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah dipisahkan oleh membran semi
permeabel, maka larutan dengan konsentrasi rendah akan terdifusi melalui
membran semi permeabel tersebut masuk kedalam larutan konsentrasi tinggi
sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi. Fenomena tersebut dikenal sebagai
proses osmosis. Apabila pada suatu sistem osmosis tersebut diberikan tekanan
yang lebih besar dari tekanan osmosisnya, maka aliran akan berbalik melalui
membran semi permeabel sedangkan ionnya tetap tertinggal dalam larutan
konsentrasi tinggi menjadi lebih pekat. Proses tersebut dinamakan osmosis balik.
Hasil proses reverse osmosis adalah air yang tidak mengandung ion (kation)
dengan kadar zat terlarut total (Total Dissolved Solid/ TDS) atau daya hantar
listrik (DHL) relatif sangat rendah (kecil).
Keuntungan menggunakan proses ini ialah zat organik, bakteri, pirogen
serta koloid dapat dihilangkan karena adanya struktur pori Reverse Osmosis yang
mampu menahan dan berfungsi sebagai penyaring zat-zat tersebut. Selain itu
berdasarkan kajian ekonomi menunjukkan osmosis balik mempunyai beberapa
keuntungan sebagai berikut ;
1. Untuk umpan padatan total terlarut di bawah 400 ppm, osmosis balik
merupakan perlakuan yang murah.
2. Untuk umpan padatan total terlarut di ats 400 ppm, dengan
penuruanan padatan total terlarut 10% semula, osmosis balik sangat
menguntungkan disbanding dengan deionisasi
3. Untuk umpan berapapun konsentrasi padatan total terlarut, disertai
kandungan organic lebih daripada 15 g/liter, osmosis balik sangat
baik untuk praperlakuan deionisasi.
4. Osmosis balik sedikit berhubungan dengan bahan kimia, sehingga
lebih praktis.
Beberapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri antara lain :
1. Desalinasi (desalination) air payau (brackish) atau air laut.
2. Demineralisasi untuk air umpan boiler (boiler feed water / BFW).
3. Pemisahan protein dari whey.
4. Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil, kertas dan
lainnya.
5. Pervaporasi (perpaporation), seperti pada pemisahan alkohol-air.

Untuk menentukan keberhasilan proses tersebut, tekanan operasi (P)


umunya antara 2-80 bar. Tekanan semakin besar, maka proses pemisahan akan
semakin baik, sehinga dihasilkan air (H2O) semakin murni (kadar garam atau zat
terlarut semakin kecil).
Untuk menentukan efisiensi pemisahan, amak dapat dilakukan dengan
cara menentukan koefisien rejection, R menyatakan hubungan antara konsentrasi
atau kadar garam di aliran influent dan effluent (permeat) ditulis sebagai berikut :
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
𝑅=
𝐶𝑚
atau
𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
%𝑅 = 𝑥 100%
𝐶𝑚
Dengan : Cm = konsentrasi zat terlarut di aliran influent
Cp = konsentrasi zat terlarut di aliran permeat
Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat
semakin murni.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Percobaan ini dilakukan dalam skala laboratorium dan dilaksanakan di


Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pada percobaan ini memerlukan seperangkat alat RO, gelas kimia,
gelas ukur, stopwatch, TDS-meter dan konduktometer.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air.
3.2 Prosedur Kerja

Mulai

Buka semua
valve aliran
influen dan
effluent.

Nyalakan alat
RO.

Ukur DHL dan


TDS aliran
umpan.

Nyalakan
stopwatch.

1
1

Ukur DHL,
TDS dan pH di
aliran permeat
dan konsentrat
setiap 10 menit.

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Umpan

 Laju alir = 10,1 ml/s


 TDS = 200,1 mg/L
 DHL = 407 µS/cm

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Praktikum

Konsentrasi Di Aliran
Permeat Konsentrat Tekanan
Waktu R
Operasi
(menit) TDS DHL TDS DHL (%)
pH pH (psi)
(mg/L) (µs/cm) (mg/L) (µs/cm)
0 11,82 24,47 6,3 302,8 614,5 6,7 104 94,09295

10 9,454 17,87 6,4 313,6 637,6 6,6 125 95,27536

20 8,337 16,02 7,35 314 633,9 6,76 123 95,83358

30 8,71 16,58 6,12 317,5 643,6 6,6 125 95,64718

40 8,809 18,43 6,12 319,3 652 6,56 130 95,5977

50 8,397 16,37 6,1 317 641 6,56 125 95,8036

60 8,645 16,85 6,24 296,3 602,5 6,75 105 95,67966

70 8,671 16,81 6,36 307 624,6 6,52 105 95,66667

80 8,83 16,92 6,29 307,5 624,3 6,73 105 95,58721

90 8,589 16,47 6,25 310 630,7 6,48 105 95,70765

100 8,623 16,46 6,99 308,8 627,4 7,06 105 95,69065

110 9,77 19,7 6,33 287,8 590 6,8 100 95,11744

120 8,732 16,68 6,16 307,3 624,7 6,63 100 95,63618

Rata-rata 9,03 17,66 6,4 308,38 626,68 6,68 112 95,49


14

12

10
TDS (mg/L)
8

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Gambar 1. Kurva hubungan antara TDS di aliran permeat terhadap waktu

330

320
TDS (mg/L)

310

300

290

280
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Gambar 2. Kurva hubungan antara TDS di aliran konsentrat terhadap waktu


30

25

DHL (µS/cm) 20

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Gambar 3. Kurva hubungan antara DHL di aliran permeat terhadap waktu

675

650
DHL (µS/cm)

625

600

575
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Gambar 4. Kurva hubungan antara DHL di aliran konsentrat terhadap waktu

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sahrul Mulyadi
Reverse Osmosis merupakan pengolahan proses fisika yang
dilakukan dengan memberikan tekanan untuk menahan semua ion
dan melepaskan air murni dan membuang air kotor berupa mineral-
mineral garam yang tertahan. Praktikum reverse osmosis yang
dilakukan bertujuan untuk menghitung persen zat terlarut yang
ditolak (% reject).
Air yang digunakan adalah air tanah, air tanah sendiri
biasanya banyak padatan terlarut didalamnya yaitu berupa mineral-
mineral dan garam terlarut. Pertama umpan di ukur terlebih dahulu
DHL, TDS dan laju alirnya. Dari hasil praktikum didapatkan laju
alir umpan 10,1 ml/s, TDS umpan 200,1 mg/L dan DHL umpan
407 µS/cm. Tetapi hasil tersebut tidak presisi karena umpan yang
diuji tidak sama dengan umpan yang dialirkan pada alat reverse
osmosis, tetapi bisa dilakukan pendekatan karena memiliki sumber
yang sama yaitu air tanah. Setelah operasi berjalan, setiap 5 menit
aliran permeat dan konsentrat diukur DHL, TDS dan pH-nya.
Dari hasil praktikum aliran permeat memiliki DHL rata-rata
17,66 µS/cm, TDS rata-rata 9,03 mg/L dan pH rata-rata 6,4.
Sedangkan aliran konsentrat memiliki DHL rata-rata 626,68
µS/cm, TDS rata-rata 308,38 mg/L dan pH rata-rata 6,68. Dari
hasil tersebut DHL aliran konsentrat lebih besar dari DHL aliran
permeat, hal ini menunjukkan bahwa aliran konsentrat mempunyai
ion-ion yang terlarut lebih banyak daripada aliran permeat. Begitu
pula rata-rata TDS aliran konsentrat lebih besar daripada aliran
permeat, hal ini menunjukkan bahwa jumlah padatan terlarut dalam
aliran konsentrat lebih banyak daripada aliran permeat. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa membran akan menahan sebagian
besar padatan terlarut dan ion-ion sehingga air yang melewati
membran yaitu aliran permeat memiliki padatan yang lebih sedikit
daripada air yang tidak melewati membran yaitu aliran konsentrat.
Sedangkan pH aliran konsentrat lebih tinggi dari aliran permeat
dikarenakan gas yang terlarut yang membuat asam seperti CO2
akan melewati membran sedangkan kandungan alkalinitas yang
membuat pH basa hampir hilang sehingga menyebabkan aliran
permeat lebih asam daripada aliran konsentrat. Untuk menentukan
efisiensi pemisahan, dilakukan perhitungan persen koefisien
rejection (%R). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai % rejection
rata-rata yaitu 95,49% yang artinya sebanyak 95,49% dari partikel
padatan terlarut yang terdapat didalam air umpan akan ditolak oleh
membran dan tertinggal didalam larutan konsentrat sedangkan
4,51% partikel padatan terlarut akan melewati membran dan
terbawa ke aliran permeat.
4.2.2 Sherly Dea Yolandita
Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air
menggunakan metode reverse osmosis yang bertujuan untuk
menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% reject). Metode ini
merupakan metode pengolahan air yang dilakukan dengan
memberikan tekanan untuk menahan semua ion dan melepaskan air
murni dan membuang air kotor berupa mineral-mineral garam yang
tertahan. Alat yang digunakan yaitu seperangkat alat reverse
osmosis yang terdiri dari beberapa tabung filter. Didalam tabung
filter etrsebut terdapat membran yang berfungsi untuk memisahkan
material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, menahan
komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari
pori-pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai
ukuran yang lebih kecil.
Umpan yang digunakan berupa air tanah yang dialirkan
secara kontinyu kedalam tabung filter. Umpan tersebut harus
diukur terlebih dahulu nilai konsentrasi TDS (Total Dissolved
Solid), DHL (Daya Hantar Listrik) dan laju alirnya. Dari hasil
pengukuran diperoleh nilai konsentrasi TDS umpan yaitu 200,1
mg/L, nilai DHL umpan sebesar 407 µS/cm dan laju alir umpan
yang digunakan sebesar 10,1 ml/s. Akan tetapi nilai laju alir yang
diperoleh tidak cukup akurat dikarenakan proses pengukuran tidak
dilakukan pada aliran yang sebenarnya, melainkan melalui proses
pendekatan pada aliran lain yang dianggap sama dengan aliran
yang sebenarnya.
Proses praktikum dilakukan selama 120 menit (2 jam)
menggunakan tekanan rata-rata sebesar 112,077 psi. Selama
praktikum berlangsung dilakukan pengambilan sampel setiap
periode tertentu (selang 10 menit) untuk dianalisis karakteristiknya
terhadap beberapa sifat penting seperti konsentrasi TDS (Total
Dissolved Solid), DHL (Daya Hantar Listrik) dan pH. Waktu
dimulai ketika tekanan yang digunakan sudah konstan dan aliran
sudah berjalan dengan baik.
Dari data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata DHL permeat
yaitu 17,66 µS/cm lebih kecil daripada nilai rata-rata DHL
konsentrat yaitu 626,68 µS/cm. Hal ini mengindikasikan bahwa
jumlah ion didalam konsentrat lebih banyak jika dibandingkan
dengan jumlah ion yang terdapat didalam permeat. Begitu pula
dengan nilai rata-rata TDS permeat yaitu 9,03 mg/L lebih kecil
daripada nilai rata-rata TDS konsentrat yaitu 308,8 mg/L. Hal ini
menunjukan bahwa jumlah padatan yang terdapat didalam permeat
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah padatan yang
terdapat didalam konsentrat. Untuk nilai pH dari permeat dan
konsentrat tidak jauh berbeda yaitu sekitar 6,1 – 7,5. Dari data juga
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata DHL permeat yaitu 17,66 µS/cm
lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai DHL umpan yaitu 407
µS/cm. Serta nilai DHL konsentrat yaitu 626,68 µS/cm lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai DHL umpan. Hal ini menunjukan
bahwa ion-ion yang terdapat didalam air umpan akan berada dalam
larutan konsentrat sedangkan air murni berada dalam larutan
permeat. Untuk menentukan efisiensi pemisahan, dilakukan persen
perhitungan koefisien rejection (% R). Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai % rejection yaitu 95,49 % yang artinya sebanyak
95,49 % dari partikel yang terdapat didalam air umpan akan ditolak
oleh membran dan tertinggal didalam larutan konsentrat sehingga
hanya ada 4,51 % dari partikel yang akan lolos melewati membran
dan terbawa ke aliran permeat.
4.2.3 Teguh Fatwa Panuntun
Reverse Osmosis (RO) merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan pengotor pada air yang prinsipnya memberikan
tekanan berlawanan terhadap sifat osmosis suatu larutan.
Komponen yang paling penting pada proses ini adalah membran
filternya yang memungkinkan pengotor dapat tertahan dan air lebih
murni dapat lolos dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan seberapa
kemampuan alat RO yang dipakai dapat menahan pengotor (Total
Dissolve Solid) yang ada pada air keran. Sebelum dimulai,
dilakukan kalibrasi laju alir umpan dan didapat nilai 10,1 ml/s. Ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa konsisten aliran yang akan
keluar sebagai permeat dan konsentrat. Parameter yang diukur
adalah TDS, dan DHL dengan masing – masing bernilai 200,1
mg/L , 407 µS/cm. Ini menunjukkan air memiliki pengotor yang
cukup walaupun kadar maksimum TDS yang diperbolehkan
menurut permenkes 2010 adalah 500 mg/L.
Percobaan dilakukan selama 2 jam proses dengan interval
waktu pengecekkan setiap 10 menit dan tekanan yang digunakan
secara rata – rata sebesar 112,077 psi. Parameter sampel yang
diukur antara lain ; pH, TDS, dan DHL.
1. Permeat
Pada menit ke-0 hingga 20, TDS berhasil dikurangi secara drastis
hingga 8,337 mg/L namun menit ke-30 dan 40, kembali bertambah.
Di menit selanjutnya hingga akhir, nilai TDS selalu berfluktuatif.
Hal ini dikarenakan tekanan yang berubah – ubah dengan
sendirinya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah membran alat.
Ketika membran sudah jenuh atau terlampau jenuh, tekanan yang
digunakan akan semakin tinggi karena banyaknya pengotor yang
tertahan di membran (mungkin ini juga penyebab tekanan tidak
stabil) sehingga beberapa TDS akan ikut menembus membran
karena dorongan tekanan yang ada.
Untuk DHL berkurang drastis dibanding sebelum diolah
yang jika dirata – rata mempunyai nilai 17,663 µS/cm. ini
mengindikasikan bahwa logam atau mineral – mineral yang terlarut
berhasil ditahan. pH awal menurun menjadi 6,16 pada akhir proses.
Hal ini ini karena dalam jangka waktu tertentu, bahan membran RO
yang terbuat dari selulosa triasetat akan mengalami hidrolisis
menjadi ion-ion asetil sehingga dapat menurunkan pH air (M.T.
Holtzapple : 2003 dan A.K Mukherjee, dkk., : 1981).
2. Konsentrat
Diperoleh nilai TDS rata – rata dari semua sampel selama 2
jam yaitu 308,3769 mg/L, jauh lebih besar dibanding di aliran
permeat yaitu 8,337 mg/L. Ini menunjukkan bahwa pengotor dapat
dibuang dengan baik melalui aliran konsentrat. Dengan TDS yang
begitu besar menyebabkan DHL juga ikut bertambah menjadi
626,6769 µS/cm (rata-rata).
Terakhir, dilakukan perhitungan % rejection ( % R) dan
didapat nilai sebesar 95,49 yang menunjukkan sebanyak 95,49%
pengotor dapat ditahan oleh alat RO. Nilai ini tergolong baik
dengan bukti hasil produk yang sudah memenuhi standar
permenkes tahun 2010 untuk air minum.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:


1. Proses reverse osmisis dilakukan dengan memberikan tekanan untuk
menahan semua ion dan melepaskan air murni dan membuang air kotor
berupa mineral-mineral garam yang tertahan.
2. Nilai rata-rata % rejection yang diperoleh yaitu 95,49 %.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti dkk.-.”Penggunaan Teknologi Membarn Pada Pengolahan Air
Limbah Industri Kelapa Sawit”.Workshop Teknologi Industri Kimia dan
Kemasan.
Dwijayani, Agista A.-.”Studi Kelayakan Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih
di Kawasan Wisata dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pantai
Prigi, Trenggalek”.Surabaya:ITS.
Ghozali,M.2008.”Reverse Osmosis”.Bandung:Politeknik Negeri Bandung.
Said, Nusa I.2003.”Aplikasi Teknologi Osmosis Balik Untuk Memenuhi
Kebutuhan Air Minum di Kawasan Pesisir atau Pulau Terpencil”.Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT.
LAMPIRAN

 Contoh perhitungan koefisien rejection (R)

𝐶𝑚 − 𝐶𝑝
𝑅= 𝑥 100%
𝐶𝑚

200,1 − 11,82
𝑅= 𝑥 100%
200,1

𝑅 = 94,09295 %

Anda mungkin juga menyukai