Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan. Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan
dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses
berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara
umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang mempunyai
keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar, mencari informasi,
menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan transformasi pengetahuan.
Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir,
yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi,
berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance. Menurut Wilkinson (1992),
karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya merupakan suatu
kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing).
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh
tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para
ahli.
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir
kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan
penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan
sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan
sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan
berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah
menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas

1
dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi,
memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih
tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi
tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang
menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan
untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan
ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan,
tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak
sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan
di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian
menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih
tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah
terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah
pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan
berikutnya untuk meluruskan a danya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang
belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada
program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal
hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih
dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004)\
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana definisi berpikir kritis ?
2. Bagaimana definisi berpikir kritis dalam keperawatan ?
3. Bagaimana berpikir kritis dalam asuhan keperawatan ?
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi berpikir kritis.
2. Untuk mengetahui berpikir kritis dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui berpikir kritis dalam asuhan keperawatan.

2
C. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa Stikes Mandala Waluya untuk
mengetahui bagaimana berpikir kritis dan asuhan yang berpusat pada pasien/klien.
2. Menambah pengetahuan perawat dalam memahami bagaimana itu berpikir kritis,
karakteristiknya serta asuhannya dalam keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BERPIKIR KRITIS
Istilah berpikir kritis ( critical thinking ) berasal dari Bahasa Yunani Kuno. Paul, Elder,
dan Bartell berpendapat bahwa kata critical berasal dari dua kata, yaitu : “kriticos” yang
berarti penilaian perbedaan dan “ kriterion” berarti standar. Secara etimologi kedua kata
menyiratkan makna perkembangan penilaian perbedaan pada standar-standar ( Chabeli,
2007 ).
Definisi berpikir kritis cukup bervariasi, beberapa ahli seperti Paul, Bandman, Stander
mempunyai rumusan berpikir kritis masing–masing. Menurut Paul (2005) berpikir kritis
adalah suatu seni berpikir yang berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi
orang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai
kemampuan intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang mempunyai
kemampuan berpikir yang rendah. Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah
pengujian secara rasional terhadap ide–ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,
masalah, kepercayaan dan tindakan. Stander (1992) berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta
yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau pandangan
baru.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana
seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengefaluasi informasi
untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan
ilmu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu
proses, sedangkan tujuannya adalah membuat keputusan yang masuk akal tentang apa
yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, karena pada saat mengambil keputusan atau menarik kesimpulan merupakan
control aktif yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking.
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu
juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya
dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis,
pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.poyhu

4
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir untuk
menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil
pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah
proses statis; berpikir dapat berubah setiap hari hari atau bahkan setiap jam. Karna
berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan
memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk
memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang
membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.
B. DEFINISI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan
tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas.
Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam
keperawatan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan
kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional
tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan. Berpikir kritis merupakan
jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan
merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau keterampilan
tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan. Proses berpikir kritis meliputi
memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan
yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dngan
kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat
mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen
penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan.

5
Berfikir kritis perlu bagi perawat untuk :
1. Penerapan profesionalisme.
2. Pengetahuan keterampilan tehnis dalam memberikan askep.
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan perawat, karena :
a. Perawat setiap hari mengambil keputusan.
b Perawat menggunakan keterampilan berfikir.
1. Menggunakan pengetahuan berbagai subjek dan lingkungannya.
2. Menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
3. penting membuat keputusan
C. Berfikir kritis dalam asuhan Keperawatan pada pasien/klien
Penggunaan berpikir kritis dalam mengembangkan perencanaan asuhan keperawatan
membutuhkan pertimbangan faktor-faktor kemanusiaan yang dapat mempengaruhi
rencana perawatan sebagai hasil interaksi dengan pasien dan keluarga dalam memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai serta spesifik untuk masing-masing pasien.
Budaya, perilaku dan proses berpikir pasien, perawat dan orang-orang lainnya
mempengaruhi proses berpikir kritis yang terjadi melalui interaksi perawat-klien.
(Wikinson, 2001 ).
Perawat harus menggunakan keterampilan berpikirnya pada seluruh lahan praktik.
Walaupun pada setiap lahan praktik, memiliki karakteristik pasien yang juga berbeda.
Keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya,
dikembangkan dalam suatu rencana tindakan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Pendekatan Berpikir Kritis Untuk Pengkajian
Dalam lingkungan perawatan kesehatan yang kompleks sekarang ini, perawat harus
mampu memecahkan masalah secara akurat, menyeluruh, dan cepat. Hal ini berarti
bahwa perawat harus mampu menelaah informasi dalam jumlah yang sangat banyak
untuk membuat penilaian kritis.
Penting artinya bagi perawat untuk belajar berpikir secara kritis tentang apa yang
harus dikaji. Penilaian mandiri tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan
adalah dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).
b. Berpikir Kritis dan Proses Diagnostik Keperawatan
Berpikir kritis adalah pemeriksaan data, pengumpulan informasi dari literatur,
pengorganisasian pengamatan, dan penelitian atas pengalaman masa lalu (Bandman &
Bandman, 1995). Penggunaannya dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah

6
penting. Pada saat asuhan keperawatan meluas ke dalam berbagai lingkungan perawatan
kesehatan, makin banyak aspek berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan
penilaian diagnostic (Gordon, 1994).
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah-langkah
pembuatan keputusan yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan
diagnostik (Carnevali, 1984; Carnevali & Thomas, 1993). Proses ini mencakup analisis
dan interpretasi data pengkajian, identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosa
keperawatan.
c. Berpikir Kritis dan Merancang Intervensi Keperawatan
Memilih intervensi keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan keputusan
(Bulechek & McCloskey, 1990). Perawat secara kritis mengevaluasi data pengkajian,
prioritas, pengetahuan, dan pengalaman untuk memilih tindakan yang akan secara
berhasil memenuhi tujuan dan hasil yang diperkirakan yang telah ditetapkan (Gordon,
1994; Gordon et al, 1994).
d. Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengimplementasian Intervensi Keperawatan
Perawat membuat dua jenis keputusan yang besar dalam proses keperawatan. Proses
diagnostik menentukan kekuatan dan masalah klien saat pembuatan konklusi pengkajian
dan sepanjang fase diagnostic (Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc Farlane,
1989). Perawat kemudian menggunakan pendekatan metodis, sistematis, yang didasarkan
pada riset untuk merencanakan dan memilih intervensi yang sesuai (Bulechek &
McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994).
Peserta didik harus cermat memilih intervensi yang dirancang untuk mencapai hasil
yang diharapkan dan mengetahui perbedaan antara intervensi perawat dan intervensi
dokter.
e. Revisi Rencana Perawatan dan Berpikir Kritis
Sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan
dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan baik, bagian dari
rencana asuhan tersebut dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang
sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk mengaktifkan kembali urutan dari
proses keperawatan. Setelah perawat mengkaji klien kembali, diagnosa keperawatan
dapat dimodifikasi atau ditambahkan dengan tujuan, hasil yang diharapkan sesuai, dan
intervensi ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas. Hal ini merupakan
langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui bagaimana klien mengalami kemajuan

7
dan bagaimana masalah dapat teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat memantau
dan deteksi dini terhadap masalah adalah pertahankan garis depan klien (Benner, 1984).

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan
disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis untuk
menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap berada dalam jalur
yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu, tugas dan peran perawat juga
harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain, misalnya dengan tugas dan wewenang
dokter.
Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan kepada pasien
tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut dapat dituntut pidana
karena melanggar undang-undang. Di zaman yang serba canggih ini, perintah penanganan
atau penginjeksian pasien tidak harus dilakukan dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi,
dapat melalui telepon. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan tenaga
yang dibutuhkan
B. Saran
Mahasiswa keperawatan harus belajar berpikir kritis dari saat ini, agar ketika terjun
kemasyarakat mereka mampu mengambil suatu keputusan dan menylesaikan suatu
masalah. Kami mengharapkan agar mahasiswa mengerti tentang berpikir kritis terutama
dalam keperawatan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami
secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran
secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan
merumuskan masalah keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Aprisunadi , 2011. Hubungan antara Berpikir Kritis Perawat dengan Kualitas Asuhan
Keperawatan di Unit Perawatan Ortopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta ,
Fakultas Ilmu Keperawatan : Universitas Indonesia
Mawaddahmuhayyinah.blogspot.co.id/2012#/01/berpikir-kritis-dalam-keperawatan.html

10

Anda mungkin juga menyukai