Anda di halaman 1dari 31

1

KONSEP K3 DAN KESELAMATAN PERAWATAN


MATERNITAS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV :
1. ZULFIA (P201701076)
2. DWI SUGI PRATIWI (P201701060)
3. WAODE NAJWA IZZATI W. (P201701071)
4. UKIANI (P201701064)
5. ARLIANI LA RAJAKU (P201802052)
6. WD. ANGGI ANALESTARI (P201701057)
7. FITNI TRI ARTIKA (P201701063)
8. ALFHANY EKA LEOS S. (P201701059)
9. WD. FITRI NAITA (P201701089)
10. REY FONDA (P201701083)
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat

dan karunia-Nya dengan disertai do’a dan restu, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan K3 Dalam Kep.

mengenai “ Konsep K3 dan Perawatan Maternitas “. Penyusun mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini serta dari referensi buku-buku sumber dan media internet

yang berkaitan dengan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para mahasiswa. Penyusun menyadari bahwa

makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dalam penyusunannya maupun dalam

tata bahasa yang dipergunakan serta isinya, mengingat terbatasnya pengetahuan

yang penyusun miliki. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran

yang membangun dari pembaca.

Kendari, 01 November 2018

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 2

C. Tujuan ……………………………………………………………………. 2

D. Manfaat …………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep K3………………………………………………………………… 3

B. Konsep Perawatan Maternitas…………………………………………….. 4

C. Keselamatan Dalam Keperawatan Maternitas……………………………. 7

D. Kasus ……………………………………………………………………. 23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 27

B. Saran …………………………………………………………………….. 27

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan dan

keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan,

karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang

negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh

penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3),

seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki

ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai

pekerjaanya. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu

maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku,

dan pelayanan kesehatan.


5

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan

profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur

(WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,

antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta

keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi

secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Upaya mempertahankan

kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari

keluarganya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu konsep k3 ?

2. Bagaimana konsep keperawatan maternitas ?

3. Bagaiamana K3 dalam keperawatan maternitas ?

4. Kasus keperawatan Maternitas ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang konsep K3.

2. Untuk memahami tentang konsep keperawatan maternitas.

3. Untuk mengetahui teentang K3 dalam perawatan maternitas.

D. MANFAAT
6

Agar mengetahui tentang konsep K3 dan keperawatan maternitas yang

sesuai standar kesehatan dengan baik dan benar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP K3

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan

karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait

dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari

lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran

listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy

(2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan

faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu

yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan

fisik.

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan

iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik

kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus

dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh


7

Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari

dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk

mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit

akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) adalah:

1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan

perusahaan

2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan

3. Menghemat biaya premi asuransi

4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial

perusahaan kepada karyawannya

B. KONSEP KEPERAWATAN MATERNITAS

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan

kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk

membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa

interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990).

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan

profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur

(WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,

antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta

keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi


8

secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu

menyakini bahwa peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang

normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan

keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai

pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan

kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari

keluarganya. Tujuan keperawatan maternitas :

1. Membantu klien dalam mengatasi masalah reproduksi dalam

mempersiapkan diri untuk kehamilan.

2. Memberi dukungan agar ibu hamiln memandang kehamilan sebagai

pengalaman yang positif dan menyenangkan.

3. Membantu memberikan informasi yang adekuat untuk calon orang

tua.

4. Memahami social budaya klien.

5. Membantu mendeteksi secara dini penyimpangan abnormal pada

klien.

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):

1. Pelaksana
9

Perawat yang memberi asuhan keperawatan di tempat pelayanan

kesehatan, diantaranya :

a. Meningkatkan kesehatan : Mengidentifikasi dan

memaksimalkan kemampuan klien yang spesifik dan unik untuk

mencapai hasil maksimal dan hidup yang berkualitas atau

kematian yang tenang.

b. Mencegah penyakit : Sasaran objeknya mengurangi resiko

sakit, meningkatkan kebiasaan gaya hidup sehat

mempertahankan keadaan optimal.

c. Memulihkan kesehatan/rehabilitasi : fokusnya pada tingkat

kesakitan individu darideteksi dini perawat, rehabilitasi dan

bimbingan saat pemulihan.

d. Memfasilitasi koping : Perawat lebih aktif dalam

mempersiapkan kematian dankehidupan yang nyaman sebisa

mungkin

2. Pendidik

Bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu

keperawatan dan tenagakesehatan lainnya, bagi klien yang dalam keadaan

tidak tahu menjadi tahu, tidak maumenjadi mau dan tidak mampu menjadi

mampu.

3. Konselor
10

Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam

memberikan konseling kepada klien,konselor bertanggung jawab

memberikan layanan dan konseling.

4. Role Model bagi para ibu

Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan keperawatan

maternitas.

5. Role model bagi teman sejawat

Panutan sesame perawat atau saling bekerja sama antar perawat.

6. Perumus masalah

Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan

masalah tersebut.

7. Pembela / advocator

Suatu proses menjaga, melindungi, hadir di samping klien saat klien

membutuhkan bantuan, bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam

pelayanan kesehatan melalui kemitraan partner ship dan memperlakukan

pasien sama sebagai mana ia ingin diperlakukan (Gates, 1994).

C. KESELAMATAN DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS

1. Penerapan Pasien Safety Pada Keperawatan Maternitas

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

Pada ibu hamil maka perlu dilakukan pengkajian dimana

menyangkut tentang identitas ibu, baik nama,usia, riwayat


11

kesehatan, riwayat kehamilan dan kelahiran, obstetri serta kesiapan

ibu menerima kehamilan. Pengkajian data yang akurat perlu

dilakukan untuk menghidari kesalahan dalam pendiagnosaan, salah

identifikasi maupun pemberian tindakan. Selain dilakukannya

pengkajian data maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik, untuk

menentukan status kesehatan ibu dalam menerima kehamilan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu hamil pemeriksaan fisik

yang dilakukan seperti, pemeriksaan TTV, pemeriksaan tubuh head

to toe, pemeriksaan leopold, Tinggi fundus urteri (TFU), dan juga

pemeriksaan laboratorium. Yang dimana seluruh data ini

dikumpulkan dalam satu format pengkajian. Format pengkajian

inilah yang digunakan untuk identifikasi pasien, dimana dalam

tujuan SKP1. Yaitu meningkatkan ketelitian dalam identifikasi

pasien.

Maksud dan tujuan dari identifikasi klien adalah dilakukannya

pengecekan dua kali supaya tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan

dan pemberian pengobatan maupun terciptanya kesesuaian

penerimaan pengobatan kepada pasien dalam hal ini ibu hamil. Pada

ibu hamil dengan HIV/AIDS Identifikasi klien sangat penting

digunakan dalam prosedur pengambilan darah untuk pemeriksaan

lab. Apabila tidak dilakukan identifikasi dan penandaan secara

akurat maka dapat mengakibatkan tertukarnya spesimen darah ibu


12

hamil tersebut dengan darah pasien lain, yang mengakibatkan

terjadinya kesalahan diagnosis pasien.

Salah satu program dalam meminimalisir terjadinya kesalahan

identifikasi adalah dengan menggunakan gelang identitas pasien

yang dilengkapi dengan bar code, nama, nomor rekam medis dan

tanggal lahir. Pada ibu hami yang dirawat menggunakan gelang

identitas warna pink, dan dapat ditambahkan dengan gelang warna

merah jika ibu memiliki alergi obat tertentu, warna kuning untuk

resiko jatuh. Gelang identitas digunakan untuk menghindari kesalah

dalam pemberian obat, salah pasien, pemberian produk darah, dan

pengambilan spesimen.

b. Peningkatan Komunikasi Efektif

Penggunaan komunikasi yang tepat dalam maternitas

membantu kefektifan dalam dunia keperawatan maternitas.

Komunikasi efektif dapat dilakukan antara perawat ke dokter,

perawat ke perawat, perawat ke pasien maupun dokter ke pasien. Di

dalam komunikasi efektif ini perawat dapat menjelaskan tentang

keadaan kesehatan si ibu dan janinnya kepada suami dan ibu hamil.

Komunikasi efektif antara perawat ataupun dokter ke pasien dalam

hal ini ibu hamil dapat membantu ibu sejak pra konsepsi untuk

mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan

memelihara kehamilannya. Di dalam SKP2. Komunikasi efektif


13

terdapat pula komunikasi antara tim kesehatan melalui komunikasi

SBAR. Komunikasi SBAR dapat digunakan secara efektif untuk

meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah

klinis yang sama atau berbeda, melibatkan semua anggota tim

kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien

termasuk memberikan rekomendasi.

Pada komunikasi SBAR perawat di harapkan dapat

berkomunikasi efektif tentang analisa keadaan pasien dan diagnosa

keperawatan kepada tim kesehatan lain. Salah satu contoh

komunikasi SBAR misalnya pada ibu hamil dengan preklamsia yang

perlu mendapatkan perawatan. Di sana perawat membuat suatu

bentuk pendokumentasian yang berisi:

S (Situation) : merupakan situasi pasien yang dilaporkan seperti:

1) Data dari pasien/ ibu hamil, baik nama, usia, tanggal

masuk dan lama perawatan. Lalu nama dokter yang

menangani serta nama perawat.

2) Diagnosa medis pasien

3) Apa yang terjadi dengan pasien, menyangkut diagnosa/

masalah keperawatan.

B (Background) : latar belakang klinis yang berhubungan

dengan situasi pasien, seperti : TTV, obat saat ini dan alergi,

hasil lab sebelumnya untuk perbandingan, riwayat medis, dan


14

temuan klinis. Misalnya pada TD ibu hamil dengan preklamsia

> 160/110 mmhg, terjadinya penambahan berat badan serta

edema pada kaki, jari dan muka. Hal seperti ini perlu dilaporkan

dan di dokumentasikan dalam SBAR.

A (Assassment) : berisi hasil penilalian klinis klie, temuan klinis

dari perawat serta analisa dan pertimbangan perawat.

Contohnya : hasil laboratorium terbaru, keadaan klien saat ini

serta keluhannya.

R (recomendation) : berisi rekomendasi yang diperlukan untuk

memperbaiki masalah, solusi yang ditawarkan perawat serta apa

yang perawat perlukan dari dokter untuk memperbaiki kondisi

klien. Seperti rekomendasi pemberian obat serta infus dekstrosa

untuk menstabilkan tekanan darah.

Komunikasi efektif dapat digunakan dalam semua tahap

keperawatan maternitas, mulai dari tahap kehamilan,

melahirkan, dan nifas. Paa tahap kehamilan komunikasi efektif

dilakukukan pada saat kunjungan kehamilan (trimester I,II, dan

III, dimana perawat ataupun dokter memberikan penjelasan

mengenai perkembangan kehamilan ibu dan pendidikan

kesehatan mengenai perawatannya kehamilannya.

Sebelum memasuki masa intranatal, rumah sakit maupun

petugas kesehatan melakukan komunikasi efektif baik pada


15

pasien maupun keluarga mengenai bagaimana proses persalinan

yang akan dilakukan,apakah pasien bisa melahirkan secara

normal ataupun secara secsio ceasaria, itu semua beradasarkan

hasil dari identifikasi perawat ataupun dokter selama proses

kehamilan klien.

Pada masa intranatal perawat melakukan komunikasi

kepada ibu hamil untuk melakukan instruksi cara mengedan

dengan benar apabila si ibu melahirkan normal. Pada postnatal

komunikasi efektif dilakukan ketika masa perawatan setelah

melahirkan, perawat dapat mengkomunikasikan kepada ibu

hamil tentang bagaimana car teknik menyusui an perawatan

terhadap alat reproduksi ibu pasca melahirkan.

c. Peningkatan keamanan obat

Peningkatan keamanan obat diperlukan pada selama masa

konsepsi hingga nifas, saat masa prenatal apabila seorang ibu

terindikasi mengalami suatu penyakit misalnya demam tifus,

yang memerlukan obat – obatan tertentu seperti antibiotik

maka pihak petugas kesehatan harus melakukan identifikasi

seksama terhadap obat – obatan yang di berikan, dengan

memahami prinsip 6 benar khususnya pada obat – obatan

LASA (Look Alike Sound Alike), karena pada ibu hamil

sensitiv terhadap obat – obatan karena dapat mengganggu


16

janinnya. Misalkan saja penggunaan obat – obatan yang

diberikan kepada ibu hamil dengan demam tifus contohnya

Ampisilin dan Amoxcisilin. Kedua obat ini memliki nama

yang terdengar sama dan digunakan untuk kasus yang sama

tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan dosis dan efeknya.

Pada Ampicilin digunakan 1gr/oral untuk 4xsehari. Dan

Amoxicilin 1gr/oral untuk 3x sehari selama 14 hari. Dimana

apabila terjadi kesalahan pemberian dosis atau tertukarnya

dosis kedua obat ini dapat memberika efek negativ pada janin

dan ibunya.

Pada proses kelahiran memerlukan pemberian injeksi

(untuk meningkatkan konstraksi uterus), disini perawat juag

harus meningkatkan kewaspadaan 6 benar. Pada masa

postnatal diberikan obat – obatan pengontrol nyeri pasca bedah

contohnya Paracetamol 500mg/oral sesuai yang dibutuhkan.

d. Kepastian Tempat Lokasi, Tepat Prosedur, dan Pasien

lebih ditekankan pada masa intranatal khususnya pada

prosedur sectio ceasaria. Pada prosedur ini perawat dan tim

kesehatan yang bertuagas harus memastikan pasien yang akan

di operasi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Hal – hal

yang perlu dilakukan sebelum operasi sectio ceasaria :

1) Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;


17

2) Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),

hasil pemeriksaan sepert USG yang relevan tersedia,

diberi label dengan baik, dan dipampang;

3) Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan

khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan.

Pada keperawatan Maternitas :

1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan

dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan

melibatkan pasien di dalam proses penandaan.

2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain

untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat

prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta

peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.

3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat

prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum

dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.

4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung

keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat

prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis.

Langkah dan Prosedur :


18

Dalam Penerapannya Pada Keperawatan Maternitas

Khususnya Pada Sectio Ceasaria Sesuai dengan sepuluh

sasaran dalam safety surgery (WHO 2008). Yaitu:

1) Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan posisi

janin di dalam perut ibu.

2) Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal

untuk mencegah bahaya dari pengaruh anastesi, pada saat

melindungi pasien dari rasa nyeri.

3) Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan

bantuan hidup dari adanya bahaya kehilangan atau

gangguan pernafasan pada saat proses kelahiran maupun

sesudah proses kelahiran.

4) Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan

adanya resiko kehilangan darah.

5) Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan

mengetahui adanya resiko alergi obat pada pasien.

6) Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang

sudah dikenal untuk meminimalkan adanya resiko infeksi

pada lokasi operasi.

7) Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa

dan instrument pada luka pembedahan.


19

8) Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat,

specimen (contoh bahan) pembedahan.

9) Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar

informasi tentang hal-hal penting mengenai pasien untuk

melaksanakan pembedahan yang aman.

10) Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan

menetapkan pengawasan yang rutin dari kapasitas , jumlah

dan hasil pembedahan.

e. Pengurangan resiko infeksi

Pada masa pranatal, perawat memberikan pendidikan

kesehatan untuk menjaga kesehatan selama hamil, dengan

mengonsumsi makanan yang bersih dan memenuhi pola diet

sehat berimbang, serta minum air dalam jumlah yang cukup.

Pada masa intranatal, petugas kesehatan harus

memperhatikan universal precaution dan alat-alat persalinan

dan ruang bersalin terjaga kesterilannya.

Pada masa postnatal, dengan menjaga kebersihan daerah

sekitar vagina dan luka bekas episiotomi (prosedur bedah

untuk melebarkan jalan lahir ) karena dapat menjadi pintu

masuk kuman dan menimbulkan infeksi, terutama setelah

buang air kecil dan buang air besar. Cuci tangan dengan bersih
20

sebelum menyentuh area genital dan anus, basuhlah dengan

gerakan dari arah depan ke belakang.

f. Pengurangan resiko pasien jatuh

Pada masa prenatal, perawat memberikan pendidikan

kesehatan kepada klien untuk menggunakan alas kaki yang

nyaman dan tidak berhak tinggi, hindari menggunakan tangga,

jaga kebersihan lantai, berikan penerangan yang memadai,

serta hubungi keluarga jika perlu bantuan.

Pada masa intranatal, perlu ditingkatkan keamanan tempat

tidur serta posisi ibu saat melahirkan dengan tujuan supaya

menurunkan resiko jatuh, dan perlu diperhatikan posisi ibu dan

bayi setelah proses melahirkan agar bayi tidak jatuh. Pada bayi

yang lahir prematur perlu diperhatikan pemakaian tabung

inkubator, petugas kesehatan perlu meningkatkan keamanan

seperti memperhatikan jarak antara bayi dan lampu serta

berapa lama anak berada dalam inkubator. Pada masa

postnatal, ajarkan keluarga untuk membantu klien dalam

melakukan aktivitas karena klien dalam keadaan lemah serta

istirahat yang cukup.


21

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Keperawatan Maternitas

Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah memastikan

prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI ) yang dianjurkan, termasuk

mencuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan

pribadi.

a. Sarung Tangan

Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus

selalu dipakai selama melakukan periksa dalam, membantu

kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi, dan asuhan

segera bayi baru lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi

atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan untuk

menolong persalinan ( partus set ) dan prosedur penjahitan (

suturing atau heckting set ). Sarung tangan harus diganti

apabila terkontaminasi, robek atau bocor.

b. Perlengkapan Perlindungan Diri

Perlindungan diri merupakan penghalang atau barier antara

penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk

menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalian harus

memakai celemek yang besih dan penutup kepala atau ikat

rambut pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker

penutup mulut dan perlindungan mata ( kacamata ) yang bersih

dan nyaman. Kenakan semua perlengkapan perlindungan


22

pribadi selama membantu kelahiran bayi dan placenta serta

saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

c. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses

persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki

pencahyaan atau penerangan yang cukup (baik melalui

jendela,lampu di langit-langit kamar ataupun sumber cahaya

lainnya). Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur dengan

kasur yang di lapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan

berlapis anti bocor (plastik) apabila beralaskan kayu atau di

atas kasur yang di letakkan di atas lantai (lapisi dengan plastik

dan kain bersih). Ruangan harus hangat(tetapi jangan panas)

dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Selain itu,

harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah di

jangkau untuk meletakkan peralatan yang di perlukan.

Pastikan bahwa semua perlengkpan dan bahan-bahan

tersedia berfugsi dengan baik, termasuk perlengkpan untuk

menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi

dan resusitasi bayi baru lahir. Semua perlengkapan dan bahan-

bahan dalam set tersebut harus dalam keadaan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkapuntuk bahan-

bahan, perlengkapan dan obat-obatan esensial yang di


23

butuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan

bayi baru lahir.

d. Menyiapkan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilngan panas

tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus di mulai

sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang

sesuai bagi proses kelahiran bayi atau bayi baru lahir dengan

memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal

250 C), pencahayaannya cukup, an bebas dari tiupan

angin(mematikan kipas angin atau pendingin udara bila sedang

terpasang). Bila ibu bermukim di daerah pegunungan atau

beriklim dingin, sebaiknya di sediakan minimal 2 selimut, kain

atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan

menjaga kehangatan tubuh bayi.

e. Persiapan ibu dan keluarga

Asuhan sayang ibu :

1) Anjurkan agar ibu selalu di dampingi oleh keluarganya

selam proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan

dari suami, orang tua, dan kerabat yang di sukai ibu sangat

diperlukan dalam menjalani proses persalinan.

2) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, di antarnya

membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan


24

rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman,

teman bicara, dan memberikan dukungan serta semangat

selama persalinan dan melahirkan bayinya.

3) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan

semangat kepada ibu dan anggota kelurganya dengan

menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau

kelahiran bayi kepada mereka.

4) Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani

kala II persalinan. Lakuakan bimbingan dan tawaran

bantuan jika di perlukan.

5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

meneran.

6) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran

apabila ada dorongan kuat dan sepontan untuk menera.

Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan

menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara

kontraksi.

7) Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala 2.

8) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalni kala 2

persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta

tentramkan hatinya selama proses berlangsung. Dukungan

dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,


25

membantu proses pelancaran proses persalinan dan

kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan di

setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukanya,

jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu, jelaskan apa

yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan

yang dilakukan(misalnya tekanan darah, denyut jantung

janin , priksa dalam)

f. Membersihakan Perineum Ibu

Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala

dua diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan

perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakann

gulungan kapas atau kasa yang bersih, brsihkan mulut dari

baggian atas kearah bawah ( dari bagian anterior vulva kearah

rectum ) untuk mencegah kontaminasi kontaminasi tinja.

Letakkann kain bersih dibawah bokong saat ibu mulai

meneran. Sediakan kain bersih cadangan didekatnya . Jika

keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwahal itu biasa

terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atau

tanggan yang sedang mengunakan sarung tangan . ganti kain

alas bokong dan sarung tanggan DTT. Jika tidak ada cukup

waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir

maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih


26

g. Mengosongkan kandung kemih

Anjurkan ibu dapat bverkemi setiap dua jam atau lebih

sering jika kandung kemih selalu tersa p[enuh. Jika di

perlukan, bantu ibu untuk kekamar mandi. Jika ibu tak dapat

ke kamar mandi , bantu ibu agar dapat duduk dan berkemi di

wadah penampung urin.

D. KASUS PERAWATAN MATERNITAS

Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke puskesmas untuk periksa

hamil. Anamnesis dan pemeriksaan : mual, muntah, susah tidur, dan merasa

cepat lelah serta buang air kecil berwarna coklat seperti air the sejak 2 minggu

yang lalu. TD: 100/70 mmHg, N: 80x/menit, P: 22x/menit, S: 37°c, muka

terlihat kuning, pucat, congjungtiva pucat, sclera ikterik, kuku terlihat kuning

dan pucat. Tfu 3 jari di atas pusat, Hb 10 gr%.

Penjelasan :

1. Data Subjektif

a. Ibu mengatakan bahwa usianya 24 tahun

b. Ibu mengatakan mual dan muntah

c. Ibu mengatakansusah tidur dan merasa cepat lelah

d. Ibu mengatakan air kencingnya berwarna coklat seperti air the

sejak 2 minggu yang lalu


27

e. Ibu mengatakan bahwa ini kehamilannya yang pertama.

2. Data Objektif

a. TTV :

TD : 100/70 mmHg

N: 80x/menit

S : 37°c

P : 22x/menit

KU ibu lemah

b. Inspeksi

1) Mata : conjungtiva pucat dan skllera iklerik

2) Muka : kuning dan pucat

3) Kuku : kuning dan pucat

c. Palpasi

Leopod :

1) LI : TFU 3 jari di atas pusat, pada bagian fundus uteri

teraba bagian lunak, besar dan tidak melenting.

2) LII : Pada bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian

kecil janin, pada bagian kiri terasa tahanan memanjang

dari atas ke bawah.

3) LIII : Pada bagian bawah peru ibu, teraba bagian

keras,bundar, dan melenting.

4) LIV : tidak dilakukan


28

d. Auskultasi

1) Frekuensi : 142 x/menit

2) Irama : teratur

3) Kekuatan : kuat

e. Perkusi

1) Dalam batas normal

f. Pemeriksaan Penunjang

1) Hb : 10 gr%.

2) Protein urine : (-)

3) Glukosa urine : (-)

3. Ibu hamil G1 Po Ao Ho usia kehamilan 28-29 minggu, janin hidup,

tunggal, intrauterine, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin

tidak baik dengan hepatitis.

4. Asuhan yang diberikan :

a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

b. Lakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga medis lainnya

c. Jelaskan kebutuhan istirahat total

d. Jelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan

e. Berikan kompres hangat

f. Sediakan ruangan khusus (isolasi) dan alat makan khusus

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Ig M+
29

b. Kadar serum bilirubin, gamma globulin, ALT dan AST

meningkat.

c. Kadar alkalin fosfate, gamma glutamil transferase dan total

bilirubin meningkat

6. Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya.


30

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga

kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk

menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan dan keamanan kerja

mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus

mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri

karyawan.

Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan

dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu

beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal.

(Auvenshine & Enriquez, 1990).

B. SARAN

Marilah kita bersama- sama belajar dengan sungguh- sungguh di dalam

dunia pendidikan tinggi keperawatan supaya menghasilkan tenaga keperawatan

professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu

pelayanan/asuhan keperawatan.
31

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta.

Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal,

2008, Jakarta : Bakti Husada

http://emayahadianika.blogspot.com/2011/12/persiapan-asuhan-persalinan.html

Anda mungkin juga menyukai