Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN FIELD LAB

KEDOKTERAN KELUARGA DAN KOMUNITAS


EVALUASI PROGRAM …..
PUSKESMAS SOMAGEDE
PERIODE 2019

Evaluasi……

Disusun Oleh :

Nama NIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


PROGRAM SARJANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat Tahun 2020 sebagai Visi
pembangunan saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
setinggi-tingginya.
B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi
beberapa isu atau problematika yang ditemukan dalam melaksanakan
tugas sebagai dokter di instansi tempat bekerja, yaitu di Puskesmas
Somagede. Sumber isu yang diangkat dapat berasal dari individu, unit
kerja, maupun organisasi.
Telah dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
a) Belum optimalnya penanganan kasus bumil KEK di wilayah kerja
Puskesmas Somagede
b) Rendahnya jumlah anak usia sekolah (SMP sederajat dan SMA
sederajat) dalam mendapatkan konseling UBM dan NAPZA di wilayah
kerja Puskesmas Somagede
c) Belum optimalnya skrining penduduk usia produktif 15-59 tahun di
wilayah kerja Puskesmas Somagede
d) Rendahnya tingkat penemuan kasus TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Somagede
2
e) Belum optimalnya penanganan penderita hipertensi terstandar di
wilayah kerja Puskesmas Somagede
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan pada program-program upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas Somagede.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui permasalahan 2 prioritas utama dari program-program uapya
kesehatan di Puskesmas Somagede.
b. Menganalisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman yang dimiliki
dalam 2 prioritas program upaya kesehatan di Puskesmas Somagede.
c. Mencari pemecahanan masalah melalui berbagai strategi yang dapat
diterapkan di Puskesmas Somagede.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai program-program upaya
kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai salah satu pertimbangan pemecahan masalah dari 2 prioritas
program upaya kesehatan di Puskesmas Somagede.
b. Manfaat bagi Mahasiswa
Mengetahui permasalahan yang terjadi pada program upaya kesehatan di
Puskemas Somagede

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Visi Puskesmas
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun
2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten
Banyumas Tahun 2002-2006, bahwa pembangunan di bidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial diarahkan pada masih rendahnya derajat kesehatan dan
kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Banyumas.
Visi Kabupaten Banyumas yang tertera dalam Instruksi Bupati
Banyumas Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja
Instansi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas yaitu
“KABUPATEN BANYUMAS MAMPU MEWUJUDKAN MASYARAKAT
YANG SEJAHTERA, TERPENUHI PELAYANAN DASAR SECARA
ADIL DAN TRANSPARAN YANG DIDUKUNG DENGAN
PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN APARAT YANG BERSIH
DENGAN TETAP MEMPERTAHANKAN BUDAYA BANYUMAS”.
Sedangkan VISI dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas adalah
“BANYUMAS SEHAT 2010”.
Visi Puskesmas Patikraja yang ditetapkan sejak tahun 2002 adalah
“PELAYANAN KESEHATAN DASAR PARIPURNA MENUJU
MASYARAKAT SEHAT MANDIRI”.
B. Misi Puskesmas
Untuk mewujudkan VISI tersebut, maka ditetapkan MISI yang
diharapkan mampu mempercepat cita-cita tersebut. Adapun MISI yang
dimaksud adalah:
1. MENDORONG KEMANDIRIAN MASYARAKAT UNTUK HIDUP SEHAT
2. MENINGKATKAN KINERJA DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
3. MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA

4
4. MENINGKATKAN KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS
SEKTORAL
5. MENINGKATKAN TERTIB ADMINISTRASI DAN KEUANGAN.

C. Deskripsi Situasi, Kondisi Puskesmas, dan Wilayah Kerja

1. Keadaan Geografis
Kecamatan Patikraja terdiri atas 13 Desa dengan luas wilayah kurang
lebih 43,2 km2. Dari 13 desa yang ada di wilayah Kecamatan Patikraja.
Letak gografis Kecamatan Patikraja berbatasan dengan wilayah beberapa
Kecamatan yaitu ;
1. Sebelah Utara : Kecamatan Karanglewas

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Kebasen, Rawalo

3. Sebelah Timur : Kecamatan Purwokerto Selatan, Kalibagor

4. Sebelah Barat : Kecamatan Purwojati

Gambar 2.1. Denah Wilayah Puskesmas Patikraja

5
Puskesmas Patikraja merupakan puskesmas yang ada di Kecamatan Patikraja.

Wilayah kerjanya meliputi 13 desa yaitu:

1. Desa Sawangan 8. Desa Kedungrandu

2. Desa Karangendep 9. Desa Kedungwuluh Kidul

3. Desa Notog 10. Desa Kedungwuluh Lor

4. Desa Patikraja 11. Desa Karanganyar

5. Desa Pegalongan 12. Desa Sidabowa

6. Desa Sokawera 13. Desa Kedungwringin

7. Desa Wlahar

2. Keadaan Demografi
a. Jumlah dan kepadatan Penduduk Kecamatan Patikraja
Berdasarkan data dari Kecamatan Patikraja, registrasi penduduk tahun
2018 yaitu 59.999 jiwa terdiri dari laki-laki 29.992 jiwa dan perempuan
30.007 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi Desa Kedungwringin 7.772 jiwa
dan terendah di Desa Karanganyar dengan 1.892 jiwa. Kepadatan
penduduk di masing-masing Desa di wilayah kecamatan Patikraja
digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

6
KEDUNGWRIN SAWANGAN
GIN WETAN
KARANGENDEP
13% 6%
7%

SIDABOWA NOTOG
13% 11%

KARANGANYAR
3% PATIKRAJA
KEDUNGWULU 10%
H LOR
8% PEGALONGAN
4%
KEDUNGWULU KEDUNGRAND WLAHAR
H KIDUL U KULON SOKAWERA
4% 12% 4% 5%

Gambar 2.2. Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Wilayah Kecamatan Patikraja

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur


Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di
wilayah puskesmas Patikraja tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut:

3000

2500

2000

JUMLAH PENDUDUK
1500
LAKI-LAKI
JUMLAH PENDUDUK
1000 PEREMPUAN

500

0
75+
70 - 74
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
0-4
5-9

Gambar 2.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di wilayah
kecamatan Patikraja

7
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kabupaten Banyumas
diinformasikan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan usia 10
tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah
sebagai berikut :

DIPLOMA
I/DIPLOMA II
UNIVERSITAS/DIP
AKADEMI/DIPLO
SEKOLAH LOMA IV S2/S3
MA III
MENENGAH (MASTER/DOKTO
KEJURUAN R)
SMA/ MA TIDAK MEMILIKI
IJAZAH SD
SMP/ MTs

SD/MI

Gambar 4. Jumlah Usia 10 Tahun ke atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan grafik di atas tingkat pendidikan dengan jumlah penduduk

terbanyak adalah Tamat SD 24.911 jiwa dan terdapat 17.169 jiwa penduduk

yang tidak/belum sekolah.

D. Situasi Sumber Daya Kesehatan

1. Sumber Daya Sarana Kesehatan


Puskesmas Patikraja sebagai sarana kesehatan di kecamatan Patikraja
beralamat di jalan Raya Notog no 81, Notog. Gedung Puskesmas Patikraja
terakhir direnovasi tahun 2000. Gedung tersebut memiliki luas 348 m2 dan
di bangun di atas tanah seluas 9.224,5 km2 . Tanah bangunan Puskesmas
Patikraja berasal dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dengan
status tanah Hak Pakai.
8
2. Sumber Daya Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan sumber daya kesehatan yang sangat
penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Patikrajapada tahun 2018 menurut
jabatannya adalah sebagai berikut ;
a. Dokter Umum …………………………………...… 2 orang

b. Dokter gigi ……………………………………….... 1 orang

c. Perawat ................…………………………………. 5 orang

d. Perawat Gigi ……………………………………..… 1 orang

e. Bidan ………………………………………….….. 23 orang

f. Tenaga Gizi ………………………......................... 1 orang

g. Tenaga Kefarmasian .................................................1 orang

h. Tenaga Sanitasi ........................................................1 orang

i. Tenaga Bendahara ……………………………….... 3 orang

j. Tenaga Tata Usaha ……………………………...…. 1 orang

k. Tenaga lain-lain ………………………………..…. 6 orang

9
3. Sumber Daya Keuangan
Sumber daya keuangan Puskesmas Patikraja berasal dari dana APBN
dan sumber pemerintahan lain (BLUD). Berikut ini adalah rincian
besarnya anggaran kesehatan di Puskesmas Patikraja tahun 2018 :
Alokasi Realisasi
No. Uraian
Rp Rp %

1 BLUD 2.624.556.845 2.624.556.845


100%
2 Dana BOK 128.884.000 128.884.000

JUMLAH 2.753.440.845 2.753.440.845

Tabel 2.1. Sumber Daya Keuangan

10
BAB III
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

A. Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik criteria matriks :


Tabel Martikulasi Masalah

N Daftar Masalah I T R Jumlah


o IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1 Kurangnya petugas 5 4 4 4 5 4 4 728
RM
2 Nomor rekam medik 4 2 2 4 3 1 2 192
sering dobel
3 Terbatasnya waktu 3 3 3 2 2 2 3 126
dalam mencari RM
kunjungan
sebelumnya
6 Kurangnya kerja sama 3 3 3 1 3 2 1 54
lintas bagian
Puskesmas
7 Isi data RM kurang 4 3 3 2 3 2 1 84
lengkap

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalance (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB :Social Benefit (keuntungan social karena selesainya masalah)

T :Technology (teknologi yang tersedia)

R :Resource (sumber daya yang tersedia)

11
Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (Sarana yang tersedia)

Ma : Material (Ketersediaan sarana)

Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas


1. Definisi
a. Simpus adalah Aplikasi Manajemen Puskesmas yang dimana fungsi
utamanya adalah memanage semua data pasien mulai dari pendaftaran,
registrasi, pemeriksaan (Diagnosis) serta pengobatan Pasien tersebut,
kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam sebuah
database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter
untuk kebutuhan laporan seperti Laporan kunjungan harian, cara
pembayaran, jenis penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana
dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas. Simpus sendiri sudah
bridging dengan Layanan Pcare BPJS sehingga untuk pengentrian data
jadi satu.
b. Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan
(fakta), dapat berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus, atau
gabungan dari ketiganya
c. Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan
yang diolah menjadi berita.
d. Sistem informasi didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung informasi yang bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasi, dan menyediakan pihak luar tertentu
dengan laporan-laporan yang diperlukan.
e. Pengolahan Data adalah manipulasi data agar menjadi bentuk yang
lebih berguna.
2. Fungsi utama sistem informasi

13
a. Mengambil sebagai input atau merupakan data capturing, artinya
perekaman data dari suatu peristiwa atau kejadian di dalam beberapa
formulir seperti bukti tindakan medis dan bukti pelayanan penunjang
(radiologi dan laboratorium).
b. Mengolah, mentransformasi, dan mengkonversi data menjadi
informasi.
c. Mendistribusikan informasi (reporting / disseminating) kepada para
pemakai.
3. Sumber daya Informasi
Sumber daya informasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu perangkat
keras komputer, perangkat lunak komputer, spesialis informasi, pemakai,
fasilitas, database, dan informasi. Ketika para manajer suatu organisasi
memutuskan untuk menggunakan informasi untuk mencapai keunggulan
kompetitif, mereka harus menyadari tiap elemen tersebut sebagai sumber
daya informasi.
4. Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah sistem informasi yang
dapat secara selektif menjaring data dari tingkat paling bawah dan
mengelolanya untuk mendukung pengambilan keputusan ditingkat atas
pada bidang kesehatan (Depkes RI, 2001). S rangkaian kegiatan pokok,
yaitu pengumpulan dan pengolahan informasi, analisa, penyajian dan
pelaporan informasi kesehatan, dan pemanfaatan/penggunaan informasi
kesehatan.
a. Pengumpulan dan pengolahan informasi
Pengumpulan data ditingkat Kabupaten/Kotamadya
biasanya diorganisir sebagai bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), yang dibanyak negara merupakan
satu upaya penyediaan data yang komprehensif. Para pelaksana
program dapat juga menjadi salah satu sumber informasi di tingkat
14
kabupaten/kotamadya. Mereka biasanya melakukan pengumpulan
data sendiri secara terpisah dan sering kali lebih action sistem rutin
yang berjalan. Pendekatan informasi kesehatan yang resmi adalah
survey sederhana yang baku, pendekatan lainny metode yang
dikembangkan oleh pada sosial sains untuk mengumpulkan
informasi kualitatif tentang berbagai faktor kepercayaan, perilaku,
kepuasan, dan persepsi masyarakat. Sumber informasi kesehatan
lainnya dapat diperoleh umum, laboratorium, dan penyelidikan
KLB. Pengetahuan yang memadai dari pengelola kesehatan di
tingkat kabupaten/kotamadya untuk melakukan interpretasi
informasi yang tersedia untuk pengambilan keputusan manajerial.
Penggunaan komputer biasanya dipandang sebagai suatu
komponen yang essensial dalam pengembangan SIK dibidang
informasi dan manajemen dan pengolahan data dalam jumlah
mampu dikelola. Walaupun komputer dapat mempercepat
pengolahan, tetapi tidak menjamin teratasinya kelemahan dari
sistem informasi. Selain itu ada pendapat yang menyatakan ada 5
jenis pengumpulan data yang masingsignifikan, yaitu :
1) Surveilans
2) Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT
kabupaten/kotamadya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya.
3) Pencatatan dan pelaporan program pemberantasan
malaria, dll d. Pencatatan dan pelaporan sumber daya
serta administrasi kesehatan yang sudah berjalan seperti
ketenagaan kesehatan. E
4) Survey dan penelitian untuk melengkapi data dan
informasi dari pengumpulan data rutin yang meliputi baik
yang berskala nasional maupun provinsi dan kabupaten
15
b. Analisa, penyajian, dan pelaporan informasi kesehatan
Kabupaten/kotamadya seharusnya mempunyai peranan yang lebih
besar dalam dikumpulkan secara rutin, akan tetapi yang terjadi
seringkali indikator-indikator yang sangat bermanfaat untuk
mengarahkan keputusan tingkat kabupaten/kotamadya untuk
melengkapi dasar pengamatan antara situasi yang diinginkan
dengan situasi yang sebenarnya terjadi. Perbandingan
perbandingan tersebuta dapat membantu peng prioritas program
dan langkah-langkah manajemen yang perlu diambil untuk
melaksanakan program yang sedang berjalan, termasuk
menentukan target untuk tahun berikutnya. Hal penting lain
pemanfaatan informasi kesehatan akan lebih luas jika disajikan
dengan jelas dan komprehensif. Misalnya, penyajian data dengan
menggunakan histogram, grafik, charts, akan lebih mudah
dimengerti daripada dalam bentuk tabel. Teknik mikrokomputer
seperti EPI-INFO. Setelah dianalisa dan disajikan, maka informasi
kesehatan haru dikomunikasikan kepada para pengambil
keputusan, masyarakat umu untuk memperluas pemanfaatan
informasi tersebut. Informasi yang terlambat dipakai kurang
memberikan manfaat. Hal lain yang perlu diingat adalah bentuk
form laporan dan jalur pelaporan perlu mendapat perhatian dalam
suatu Sistem Informasi Kesehatan.
c. Pemanfaatan/penggunaan informasi
Pemanfaatan informasi di tingkat kabupaten sering dapat
dikatakan rendah. Oleh karena itu perlu dikembangkan cara-cara
baru untuk mendorong penggunaan informasi tersebut. Informasi
kesehatan tersebut dimanfaatkan dalam hal perencanaan dan
pemantauan kegiatan program di tingkat kabupaten. Ada beberapa

16
faktor yang perlu mendapat perhatian untuk rendahnya
pemanfaatan informasi, sebagai berikut :
1) Kualitas data tidak memadai : data tidak lengkap, tidak
sesuai, tidak tepat waktu, tidak akurat
2) Desentralisasi autoritas : Penyerahan wewenang tidak
memadai kepada pengguna informasi.
3) Insiatif manajemen rendah : Manajer mempunyai waktu
yang pendek, merasa ragu untuk menggunakan informasi
yang ada. d. Kurang sumber daya : Manajer tidak yakin
bahwa mobilitas sumber daya dapat membuat sistem
informasi efektif bila sumber daya kesehatan terbatas,
tenaga kurang, peralatan tidak memadai, dan dukungan
dari pusat kurang.
Sistem informasi kesehatan pada hakikatnya harus dapat
mengupayakan dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan. Sesuai
dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-
tingkat Sistem Kesehatan dibagi menjadi:
1) Tingkat Kecamatan, dimana terdapat Puskesmas dan
pelayanan kesehatan dasar lain.
2) Tingkat Kabupaten/kotamadya, dimana terdapat Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit
Kabupaten/Kota, dan rujukan primer lain.
3) Tingkat Propinsi, dimana terdapat Dinas Kesehatan
Propinsi, Rumah Sakit propinsi, dan rujukan sekunder
lainnya. 4. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen
Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan pelayan kesehatan
rujukan tersier lain.

17
5. Alur SIMPUS di Puskesmas
Di bawah ini merupakan alur yang biasa dipakai pada manajemen
puskesmas ketika pasien datang melakukan kunjungan. Yaitu pasien masuk
ke ruangan pendaftaran kemudian ditanya identitas dan keluhannya,
kemudian ditulis dibuku pasien, selanjutnya pasien diberi selembar kertas
atau kartu yang kemudian dibawa ke ruangan pemeriksaan. Di ruangan
pemeriksaan terapi dituliskan kemudian ditandatangani oleh yang memberi
tindakan dan pasien di suruh ke ruaang obat untyuk mengambil obatnya
sambil menyerahkan kartunya. Setelah pasien pulang maka para perawat
mengumpulkan dan menghitung jumlah kartu dari pasien kemudian
diklasifikasikan mana yang penyakit menular, kesehatan ibu an anak dan
lain sebagainya untuk selanjutnya ditulis di buku buku laporan Puskesman.

B. Rekam Medis
1. Definisi
Dalam Permenkes 749 a tahun 1989 tentang Rekam Medis
disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatandan

18
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanankesehatan. Dijelaskan
lebih lanjut dalam Surat Keputusan Direktotar Jenderal Pelayanan medik
No. 78 tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah
Sakit, bahwa rekam medis dalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas,anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
pengobatan, tindakan danpelayanan lain yang diberikan kepada seorang
pasien selama dirawatdi rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat
jalan termasuk unitgawat darurat dan rawat inap.
Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidakhanya
sekedar kegiatan pencatatan, tetapi mempunyai pengertiansebagai satu
sistem penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraanrekam medis
adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai padasaat diterimanya
pasien, kegiatan pencatatan data medik pasienselama pasien mendapatkan
pelayanan, penanganan berkas rekammedis yang meliputi penyimpanan,
pengeluaran berkas untukmelayani permintaan untuk keperluan pasien dan
keperkuan lainnya,serta pengolahan rekam medis untuk keperluan
manajemen danpelaporan.

2. Tujuan Rekam Medis


Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya
tertibadministrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan.Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang
baik danbenar, mustahil tertib administrasi di tempat pelayanan
kesehatanakan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan
tertibadministrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di
dalamupaya pelayanan kesehatan.

19
3. Manfaat Rekam Medis
Kegunaan rekam medis secara umum adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnyayang


ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan,pengobatan,
perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yangharus diberikan kepada pasien.
c. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran
pelayananmedik pasien.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisis, penelitian danevaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepadapasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit
maupundokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan
pelayanan,perkembangan penyakit dan pengobatan selama
pasienberkunjung/ dirawat di rumah sakit.
g. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan
pertanggung jawaban dan laporan.
h. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan.
4. Sistem Kearsipan Rekam Medis
Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalampenyelenggaraan rekam
medis, yaitu :
a. Sentralisasi, diartikan menyimpan rekam medis seorang
pasiendalam satu kesatuan, baik rekam medis rawat jalan maupun
rawatinap.
b. Desentralisasi, yaitu penyimpanan rekam medis dengan
caradipisah antara rekam medis rawat jalan dengan rawat inap.

20
5. Sistem Pelayanan Rekam Medis
Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem
yangmengorganisanikan formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
yangdibutuhkan manajemen klinis dan administrasi guna
memudahkanpegelolaan dalam melayani pasien yang memandang
sebagaimanusia seutuhnya, sehingga semua hasil pelayanan kepada
pasiendapat dinilai dan dilihat pada formulir-formulir dalam DRM. Tujuan
sistem pelayanan rekam medis yaitu menyediakaninformasi guna
memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepadapasien dan
memudahkan pengambilan keputusan manajerial(perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,penilaian dan pengendalian)
oleh pemberi pelayanan klinis danadministrasi pada sarana pelayanan
kesehatan.Dalam pelayanan rekam medis, alat utamanya adalah
formulir,catatan dan laporan yang digunakan untuk mencatat,
merekamtransaksi pelayanan pasien di setiap tempat atau unit layanan.
Tempat atau unit layanan tersebut terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Unit pencatat data yang berada di luar unit rekam medis yaitu :
1) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di tempat
penerimaan pasien rawat jalan.
2) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di tempat
pelayanan rawat jalan.
3) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di tempat
pelayanan gawat darurat
4) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di tempat
penerimaan pasien rawat inap.
5) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di tempat
pelayanan rawat inap
21
6) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di instalasi
pemeriksaan penunjang.
b. Unit pengumpul dan pengolah data yang berada di dalam RM :
1) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di
assembling.
2) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di koding
dan indeksing.
3) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di filing
4) Sistem dan prosedur pelayanan rekam medis di analising

6. Jenis dan Isi Rekam Medik


a. Rekam medik kartu (manual)
Rekam medik dalam bentuk kartu sudah jauh dari memadai.
Lebih sering, kartu rekam medik tersebut terlalu tebal, compang-
camping, tidak terorganisasi secara rapi, bahkan tidak terbaca; catatan
kemajuan, laporan konsultan, hasil radiologi dan catatan perawat
bercampur-aduk. Kartu rekam medik tersebut justru lebih
membingungkan, bukan mempermudah pelayanan; merupakan
tantangan yang berat bagi siapa saja yang mencoba memahami apa
yang dialami oleh pasien”. (Bleich, H., MD, Computing, Vol 10 no 2,
p70, 1993). Dalam penggunaan rekam medik kartu banyak
mendapatkan kesulitan dalam proses penggunaannya. Ada beberapa
hal yang menyebabkan keterbatasan dari rekam medik, yaitu :
1) Isi: Sulit menemukan data
2) Fragmentasi: jika masing-masing unit atau instalasi menyimpan
rekam medik berbeda untuk orang yang sama
3) Untuk mengirimkan informasi: data perlu disalin
4) Tidak bisa mengintegrasikan sistem pendukung keputusan klinik
dengan informasi pasien yang telah dikumpulkan
22
Gambar . Rekam Medik Di Rak

b. Rekam medik elektronik


Pengertian secara jelas mengenai rekam medis elektronik atau
bahkan seperti perkembangan saat ini menjadi rekam kesehatan
elektronik tidak ditemukan.Rujukan yang lengkap mengenai hal
tersebut terdapat dalam berbagai publikasi Institute of Medicine
(IOM). Meskipun dari segi aplikasi, rekam pasien berbasis komputer
sudah diterapkan sejak sekitar 40 tahun yang lalu, namun konsepnya
pertama kali diungkap secara mendalam dalam salah satu publikasi
IOM pada tahun 1991. Laporan tersebut berjudul The Computer-Based
Patient Record: An Essential Technology for Health Care. Saat itu
istilah yang digunakan masih rekam medis/pasien berbasis
komputer.Semenjak itu, seiring dengan perkembangan teknologi serta
penerapannya dalam pelayanan kesehatan berbagai konsep
bermunculan.Pada akhir 1990an istilah tersebut berganti menjadi
rekam medis elektronik dan rekam kesehatan elektronik.Pada tahun
2008, National Alliance for Health Information Technology
mengusulkan definisi standar mengenai hal tersebut (tabel
1).Perkembangan istilah tersebut menunjukkan bahwa RMD tidak
hanya sekedar berubahnya kertas menjadi komputer.
23
Meyakini bahwa kita akan mampu mengingat dan memproses
semua variabel yang dibutuhkan di sisi tempat tidur pasien pada waktu
melakukan tindakan medis setelah seseorang menguasai kurikulum
ilmu kedokteran. Sekarang dipercaya bahwa dibutuhkan perpanjangan
elektronik atas ingatan dan kapasitas analitik sebagaimana X-ray yang
membantu penglihatan mata manusia.Para dokter harus mengandalkan
sarana-sarana tersebut, sebagaimana pengembara yang mengandalkan
peta dan tidak sekadar mengingat jalan-jalan yang harus dilalui melalui
kursus geografi.Di samping itu, para dosen dan peneliti harus
menjamin bahwa sarana pengetahuan itu selalu up to date.

Tabel 1. Pengertian dasar rekam medis elektronik, rekam kesehatan


elektronik dan rekam kesehatan personal:

Rekam kesehatan
Rekam medis elektronik Rekam kesehatan elektronik
personal
Rekaman/catatan elektronik
Rekaman/catatan elektronik
tentang informasi terkait Rekaman/catatan
informasi terkait kesehatan
kesehatan (health-related elektronik informasi terkait
(health-related information)
information) seseorang kesehatan (health-related
seseorang yang mengikuti
yang yang dibuat, information) yang
standar interoperabilitas nasional
dikumpulkan, dikelola, mengikuti standar
dan dapat dibuat, dikumpulkan,
digunakan dan dirujuk oleh interoperabilitas nasional
dikelola, digunakan dan dirujuk
dokter atau tenaga dan dapat ditarik dari
oleh dokter atau tenaga
kesehatan yang berhak berbagai sumber namun
kesehatan yang berhak
(authorized) di satu dikelola, dibagi serta
(authorized) pada lebih dari satu
organisasi pelayanan dikendalikan oleh individu.
organisasi pelayanan kesehatan
kesehatan

24
` Manfaat rekam medik elektronik
a. Kemudahan penelusuran dan pengiriman informasi
b. Bisa dikaitkan dengan informasi lain yang berasal dari luar rekam
medik
c. Penyimpanan lebih ringkas
d. Data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan
e. Abstraksi, pelaporan lebih mudah bahkan otomatis
f. Kualitas data dan standar dapat dikendalikan
g. Dapat diintegrasikan dengan perangkat lunak pendukung keputusan

Selain lebih baik dalam proses penggunaannya jika dibandingkan


dengan rekam medik kartu, rekaman medik elektronik/digital tidaklah
sempurna,juga terdapat hambatan dalam proses penggunaannya, yaitu:
a. Kepercayaan terhadap komputer: keterandalan, privasi, keamanan
b. Pemanfaatan untuk keperluan klinik sehari-hari (perlu waktu untuk
analisis)
c. Technophobia: sikap negatif atau gagap teknologi terhadap komputer
di tempat kerja
7. Isi Rekam Medis
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan di atas
dapat dikatakan rekammedisbila ;
a. Berisi keterangan dan catatan serta rekaman tentang pasien secara
lengkapmeliputi identitas pribadi, sosial dan semua keterangan
lainnya yang menjelaskan tentang pasien tersebut.
b. Isi keterangan dan catatan tersebut meliputi ;
1) Identitas siapa yang melayani dan siapa yang dilayani
2) Pelayanan apa saja yang dilakukan atau diberikan kepada
pasien

25
3) Alasan mengapa pelayanan tersebut diberikan atau serng
disebut dengan indikasi medis
4) Bilamana pelayanan tersebut diberikan yang menunjukan
waktu (tanggal, jam dan menit)
5) Bagaimana proses pelayanan tersebut diberikan kepada pasien

a) Memuat informasi yang cukup untuk menemukan kembali


(mengidentifikasi) pasien, berarti informasi yang
terkandung dalam rekam medis harus dapat ditemukan
kembali ketika pasien tersebut datang untuk berobat pada
kunjungan-kunjungan berikutnya.
b) Membenarkan diagnosa dan pengobatan, berarti data dan
informasi dalm rekam medis dapat digunakan untuk
menilai proses dan hasil pelayanan klinis guna
memperoleh kebenaran ilmiah dan hukum
c) Merekam hasilnya, berarti rekam medis harus dapat
didokumentasikan sedemikian rupa sehingga hasil
rekamannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan
pelayanan dan pengelolaan pasien.
Dari pengertian menurut permenkes dan dirjen yanmed tersebut dapat
diejalaskan yang dimaksud dengan :
a. Catatan yaitu hasil tulisan tentang sesuatu untuk diingat yang
dilakukanpada media pencatatan yaitu formulir
b. Rekaman yaitu segala sesuatu yang direkam (cetakan, gambar,
foto, suara)untuk dapat dibaca, dilihat, didengar kembali dalam
suatu media rekaman.
c. Identitas pasien adalah data yang khas yang membedakan antara
individu diantaranya yaitu :
1) Nama

26
2) Tanggal Lahir/umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) Status perkawinan
d. Data sosial, yaitu data yang menjelaskan tentang sosial,
ekonomi dan budaya dari pasien, seeperti :
1) Agama
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Identitas orang tua
5) Identitas penanggung jawab pembayaran
e. Anamnesa adalah suatu kegiatan wawancara anatara
pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya
yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang
keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada
pasien karena pasen dianggap mampu tanya jawab
2) Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak
langsung atau dialakuakn wawancara/tanya jawab pada
keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien. Allo-
anamnesa dilakukan karena ;
a) Pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat
mengemukakan pendapat terhadap apa yang dirasakan)
b) Pasien dalam keadaan tidak sadar karena sesuatu
c) Pasien tidak dapat berkomunikasi
d) Pasien dalam keadaan gangguan jiwa

27
f. Pemeriksaan fisik, yaitu pengumpulan data dengan cara
melakukan pemeriksaan kondisi fisik dari pasien.Pemeriksaan
fisik meliputi :
g. Pemeriksaan Penunjang, yaitu suatu pemeriksaan medis yang
dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang
lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini dapat bertujuan :
1) Terapeutik, yaitu untuk pengobatan tertentu
2) Diagnostik, yaitu untuk membantu menegakan diagnosis
tertentu,Contoh: Pemeriksaan laboratorium, Rontagen, USG,
dll
h. Diagnosis, yaitu penetapan jenis penyakit tertentu
berdasarkan analisis hasil anamnesa dan pemeriksaan yang teliti.
Penetapan ini penting sekali artinga untuk menetukan pengobatan
atau tindakan berikutnya. Diagnosis ditinjau dari segi
prosesnya, yaitu :
1) Diagnosis awal atau diagnosis kerja, yaitu penetapan
diagnosis awal yang belum diikuti dengan pemeriksaan yang
lebih mendalam.
2) Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena
berasal dari penyakit utamanya
3) Diagnosis kedua, ketiga dst atau Diagnosis Co-Morbid, yaitu
penyakit penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari
penyakit utamanya atau sudah ada sebelum diagnosis utama
ditemukan
i. Prognosis, yaitu ramalan medis dan hasil pemeriksaan dan
diagnosis berdasarkan teori-teori atau hasil penelitian pada
penyakit yang bersangkutan. Kemungkinannya yaitu :
1) Cenderung baik (dubia ad bonam)
2) Cenderung memburuk (dubia ad malam)
28
j. Terapi, yaitu pengobatan yang diberikan kepada pasien atas dasar
indikasi medis atau diagnosis yang ditemukan dokter. Terapi dapat
berupa :
1) Terapi medikamentosa, yaitu pengobatan yang diberikan
dalam bentuk obat/bahan kimia
2) Terapi suportif, yaitu pengobatan yang diberikan dalam
bentuk dukungan moral utuk proses penyembuhan pasien
3) Terapi invasif, yaitu pengobatan dengan melakukan tindakan
yang menyebabkan disintegrasi (tidak utuhnya) jaringan atau
organ.
k. Tindakan medis, yaitu suatu intervensi medis yang dilakukan pada
seseorang berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat
mengakibatkan integritas jaringan atau organ terganggu. Tindakan
tersebut dapat berupa :
1) Tindakan terapetik yang bertujuan untuk pengobatan.
2) Tindakan diagnostik yang bertujuan untuk menegakan atau
menetapkan diagnosis. Tindakan medis hanya dapat dilakukan
apabila telah dilakukan informed consent, yaitu persetujuan
atau penolakan pasien yang bersangkutan terhadap tindakan
medis yang akan diterimanya setelah memperoleh informasi
lengkap tentang tindakan tersebut.

29
BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


.

Strength

1. Sudah dilaksanakan simpus


Simpus sudah berjalan di Puskesmas Patikraja, seperti saat melakukan proses
rujukan, secara online otomatis dapat terdaftar. Penggunaan simpus dirasakan
sudah optimal karna digunakan pad semua bagian dan kegiatan puskesmas.
2. Format rekam medis cukup lengkap
Rekam medis secara print out atau paper sudah ada. Bahkan dibuat daftar yang
harus diisi dengan stempel. Diantaranya hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik,
diagnosis, terapi atau tatalaksana. Hal ini baik untuk data rekam medis pasien ke
depannya untuk mengetahui perkembangan penyakit pasien dan akreditasi.
3. Peralatan cukup memadai
Peralatan seperti komputer, kertas, stempel, map sudah tersedia dengan kondisi
baik.

Weakness

1. Isi data rekam medik kurang lengkap


Rekam medis sudah tesedia, namun belum diisi secara lengkap, yang tersering
terlewatkan adalah data pada bagian pemeriksaan fisik terkait dengan waktu dan
jumlah pasien yang tidak selaras.
2. No rekam medik seringkali dobel
Dikarenakan pada saat menjelang akreditasi beberapa saat lalu diadakan
perubahan rekam medis yang menjadi lebih lengkap. Rekam medis milik pasien
yang lama kemudian diperbaharui, akibatnya, terdapat beberapa rekam medis

30
yang nomornya sama, hal ini merupakan bagian dari human error yang
kemudian dapat diperbaiki seiring berjalannya waktu..
3. Waktu terbatas
Waktu yang dimiliki petugas rekam medis sangat terbatas khusunya di pelayanan
rawat jalan balai pengobatan dan kesehatan ibu dan anak dikarenakan tingginya
kunjungan pasien yang tidak sebanding dengan jumlah atau durasi waktu kerja.
4. Terbatasnya petugas rekam medis
Sumber daya manusia sebagai petugas rekam medis masih kurang untuk bisa
dilaksanakan alur simpus yang memadai. Seringkali dibantu oleh petugas lain
yang notabene bukan petugas rekam medis.

Opportunity

1. Ketersediaan ruang dan dana


Sudah tersedia ruangan khusus dari proses pendaftaran dengan pengambilan
nomor, loket pendaftaran dan ruang petugas rekam medis serta tempat
penyimpanan rekam medis pasien. Ruang tersebut saling berdekatan satu sama
lain sehingga memudahkan dan mempercepat proses simpus. Dana pun sudah
tersedia untuk proses simpus.

Threat

1. Tidak terlaksananya simpus


Semua kelemahan di atas membuat terancamnya pelaksanaan simpus.
2. Data rekam medis pasien tidak lengkap tercatat
Dikarenakan kelemahan di atas, data pasien tidak lengkap tercatat di rekam
medis.

31
Plan of Action
1. Sosialisasi kepada seluruh petugas Puskesmas tentang simpus
Perlunya sosialisasi mengenai simpus kepada seluruh petugas puskesmas demi
menunjang terlaksananya simpus. Dengan hal ini diharapkan dapat diterapkan
alur simpus karena terdapat kesepahaman mengenai simpus dan pentingnya
dilaksanakan simpus
2. Perekrutan petugas rekam medis
Perlunya perekrutan petugas rekam medis demi lancarnya pelaksanaan simpus.
3. Waktu yang cukup untuk penyediaan rekam medik
Dengan tersedianya waktu yang cukup untuk mencari data rekam medis pasien,
akan menunjang keberlangsungan simpus khususnya perkembangan data
pengobatan pasien selama kunjungan di Puskesmas.
4. Pengisian RM yang lengkap
Pengisian RM yang lengkap dapat menunjang kelengkapan data pasien dan
perkembangan kesehatannya.

No DaftarMasalah Analisis Penyebab Plan of Action


Masalah
1 Kurangnya petugas Terbatasnya dana honor Perekrutan petugas RM
RM pegawai
2 Nomor rekam medik Kurangnya waktu Penyediaan
sering dobel pencarian- penyediaan waktupencarian-
RM penyediaan RM
3 Terbatasnya waktu Kunjungan pasien sangat Penyediaan
dalam mencari RM tinggi waktupencarian-
kunjungan sebelumnya penyediaan RM
7 Isi data RM kurang Kurangnya waktu dalam Pengisian RM dipercepat
lengkap mengisi lembar RM dan dilengkapi

32
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puskesmas Patikaja sudah melakukan SIMPUS. Namun, dalam
pelaksanaannya maish didapati banyak kekurangan, setelah dilakukan
perhitungan prioritas masalah masalah yang menjadi prioritas adalah
kurangnya jumlah petugas Rekam medis, maka perlunya dilakukan perekrutan
kembali, karna pegawai disini bukan hanya bertugas pada saat pelayanan tapi
juga pemeliharaan rekam medis.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 41/ 2007


tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.
2. Departemen Kesehatan. 2004 tentang Sistem Informasi Manajemen Puskesmas.
Depkes.go.id
3. Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2014. Profil Dinas Kesehatan Surakarta.
Surakarta.
4. Kemenkes Republik Indonesia. 2009. Undang – Undang nomor 36 tahun
2009 Tentang Kesehatan. DepKes.go.id.
5. Kemenkes RI. 2012. Roadmap aksi Penguatan System Informasi
Kesehatan. Jakarta. Kemenkes RI. Jakarta.
6. Kemenkes. Kepmenkes Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 511 Tahun 2014 Tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan SIKNAS. DepKes.go.id.
7. Depkes RI. 2006. Pedoman Pengelolaan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit
Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Rekam Medik.
8. Febriyanti MI, dan Sugiarti. Analisis Kelengkapan Pengisian Data Formulir
Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Kasus Bedah. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia Vol 3 No 2: (Hal 35), Maret 2015. ISSN: 2337–585X
9. Hassanudin, S, dan Kurniardi. 2012. Analisa Ketidaklengkapan Dokumen
Rekam Medis Rawat Inap Ruang Annisa Triwulan I Tahun 2012 di RSU PKU
Muhammadiyah Gubu. . http://eprints.dinus.ac.id/6592/1/jurnal_12929.pdf
10. Hatta, G. 2010. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press
11. Hatta, G. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press
12. Hatta, G. 2014. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press
34
13. KARS. 2012. Standar Rekam Medis. Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai