Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Makalah .............................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 4
A. Konsep Dasar Isolasi Sosial .......................................................... 4
1. Pengertian ................................................................................. 4
2. Rentang Respon ........................................................................ 4
3. Etiologi ..................................................................................... 6
4. Tanda Dan Gejala ..................................................................... 7
5. Batasan Karakteristik ................................................................ 8
6. Mekanisme Defensif ................................................................. 9
7. Pohon Masalah ......................................................................... 10
8. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 11
B. Konsep Dasar Strategi Pelaksanaan Keperawatan .................... 10
1. Pengertian ................................................................................. 10
2. Tujuan Keperawatan ................................................................. 10
3. Tindakan Keperawatan ............................................................. 11
C. Konsep Dasar Terkait Hasil Yang Diharapkan.......................... 11
BAB III METODOLOGI KEPERAWATAN............................................ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 16
BAB V PENUTUP....................................................................................... 27
A. Kesimpulan ................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Data WHO tahun 2016 secara global angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia (Depkes, 2016).
Indonesia dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduknya dimana jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah hal ini menyebabkan
penurunan produktivitas, menjadi beban keluarga dan dalam jangka panjang menjadi
beban pemerintah, data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk
(Kemenkes, 2016). Data Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2015 jumlah penderita
ganggung jiwa berat di Banten mencapai 11.550 orang, terbanyak berada di Kota
Tangerang sebesar 2,3 persen (Tangselpos, 2016).
Berdasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan praktek Klinik
Keperawatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerjan, penulis menemukan klien
dengan masalah Isolasi Sosial pasien isolasi sosial masih banyak ditemukan dan terdapat
pasien yang mengalami tindakan menarik diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain, sehingga klien lebih cenderung menyendiri dalam kehidupan sehari-hari yang
menyebabkan mekanisme koping menjadi maladaptive.
Hal ini ditandai dengan terganggunya emosi, proses, berfikir, perilaku dan persepsi.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi adalah
skizofrenia. Skizoprenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang mempengaruhi
kehidupan seseorang dan terjadi kemunduran fungsi sosial yaitu gangguan dalam
berhubungan dengan orang lain, kesulitan dalam berfikir, serta gangguan pikiran. Gejala
pada skizofrenia terbagi menjadi dua kelompok yaitu gejala positif dan gejala negative.
Gejala positif seperti delusi atau waham, halusinasi, kekacauan alam piker, menyimpan
rasa permusuhan. Dan, gejala negative seperti afek datar, sulit dalam berfikir abstrak,
tidak ada inisiatif, suka melamun, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari
masyarakat atau isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya ditandai dengan perilaku
maladaptive. Klien cenderung lebih suka menyendiri terhadap lingkungannya.

1
penelitian Arief (2011), strategi pelaksanaan tindakan keperawatan sangat efektif
diberikan pada pasien isolasi sosial apabila hubungan terapeutik antara perawat dan klien
sudaah terjalin. Selain itu, menurut hasil penelitian Ruti Wiyati (2014) menyatakan
bahwa strategi pelaksanaan sangat efektif dilakukan pada pasien isolasi sosial apabila
telah terjalin hubungan saling percaya antara pasien isolasi sosial apabila telah
Peran perawat dalam membantu klien Isolasi Sosial adalah dengan memberikan
tindakan keperawatan Isolasi Sosial. Pemberian tindakan keperawatan merupakan
penerapan strategi pelaksanaan (SP).

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan bersosialisasi
sosial sebelum dan sesudah dilakukan intervensi strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dan mengetahui strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial diharapkan memiliki kemampuan
untuk bersosialisasi dengan orang lain.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab isolasi sosial pada pasien isolasi sosial.
b. Mengidentifikasi kemampuan berinteraksi pada klien setelah diterapkan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan.
c. Untuk mengetahui hasil setelah dilakukannya strategi pelaksanaan pada pasien
isolasi sosial agar mampu berinteraksi dengan orang lain.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Mampu meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai penerapan
strategi pelaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien terhadap
berinteraksi sosial terhadap orang lain, selain itu kelompok diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh didalam perkuliahan.

2
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Mampu mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam menguasai penerapan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat yang dirumah sakit untuk lebih
melakukan tindakan Pada Pasien Isolasi Sosial sehingga meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan pasien isolasi sosial dan sebagai kontribusi untuk
pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan standar operasional prosedur atau
(SOP)
4. Bagi Klien
Sebagai kemampuan berinteraksi dengan orang lain pada pasien isolasi sosial.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
ataau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. (Iyus Yosep, 2009)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. (Depkes RI, 2000 dalam
Trimelia,2011)
Isolasi Sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain dianggap menyatakan sikap negative dan mengancam bagi dirinya.
(Townsend,M.C, 1998 daalam Kartika Sari 2015)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Isolasi
sosial adalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan
yang bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal
balik dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan kehidupannya.

2. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari stuart (2006), menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasaan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan.

4
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik Diri Implusif
Kebersamaan Ketergantungan Naarkisisme
Saling ketergantungan
Gambar 2.1 Rentang Respon Hubungan Sosial

Respon adaptif:
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal. Dalam menyelesaikan masalah.
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Multualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling keterganatungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif :
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial
a. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
b. Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

5
c. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi
Merupakan gangguaan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu ersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
e. Implusif
Individu implusif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
f. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung.

3. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkanrespon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
sundeen (2007) belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi aantara lain yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1.) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan
rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.

6
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.

2). Faktor Biologis


Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia.

3). Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan struktur limbic, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1). Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggaljauh, dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.

4. Tanda dan Gejala


a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4) Klien merasa bosan dan lambat dalam menghabiskan waktu.
5) Klien tidak dapat berkonsentrasi dan mengambil keputusan.

7
6) Klien merasa tidaak berguna.

b. Gejala Objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan.
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai.
4) Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri.
5) Menyendiri dalam ruangan,sering melamun.
6) Mondar-mondar atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang.
7) Kurang bergairah atau spontan,apatis,aktivitas menurun.
8) Ekspresi wajah tidak berseri.
9) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
10) Retensi urine dan feses
11) Kurang energy.
12) Posisi tidur seperti janin.
13) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.
14) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
15) Rendah diri
16) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.

5. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1 (2012),
dibagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif:
a. Data objektif
1) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting.
2) Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
3) Afek tumpul.
4) Bukti kecacatan.
5) Ada di dalam subkultur.
6) Sakit.
7) Tindakan tidak berarti.
8) Tidak ada kontak mata.
9) Dipenuhi dengan pikiran sendiri.

8
10) Menunjukan permusuhan.
11) Afek sedih.
12) Ingin sendirian.
13) Tidak komunikatif.
14) Menarik diri.

b. Data Subjektif
1) Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
2) Mengalami perasaan yang berbeda-beda dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan memenuhi harapan dengan orang lain.
4) Tidak percaya diri saat berhadapan dengan orang lain.
5) Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
6) Mengungkapkan perasaan penolakan.
7) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat.
8) Mengungkkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok cultural yang
dominan.

6. Mekanisme defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatuu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
dgunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
3) Isolasi sosial adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan mental
tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan defensive dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan aantara sikap dan
perilaku.

9
7. Pohon Masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran/penglihatan/penciuman/perabaan/pengecapan
Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial Kurang motivasi

Harga Diri Rendah

Ketidakberdayaan

Koping individu tidak efektif

8. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Risiko Gangguan Persepsi Senssori: Halusinasi.

B. Konsep Dasar Strategi Pelaksanaan Keperawatan


1. Pengertian Strategi pelaksanaan keperawatan
Strategi pelaksanaan keperawatan merupakan rangkaian percakapan perawat
dengan pasien pada saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan
keperawatan melatih kemampuan intelektual tentang pola komunikasi pada saat
dilaksanakan merupakan latihan kemampuan yang terintegrasi antara intelektual,
psikomotor dan efektif, Strategi pelaksanaan terdiri dari dua bagian yaitu proses
keperawatan dan strategi komunikasi pada saat melaksanakan tindakan keperawatan,
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan terurai jelas pada bagian proses
keperawatan yang dilakukan pada bagian proses keperawatan.

2. Tujuan Keperawatan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

10
3. Tindakan Keperawatan
a. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah
Sebagai berikut:
1) Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
2) Menanayakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
b. Membantu klien mengenal keuntungan berhubunngan dengan orang lain.
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka.
c. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan oranng lain.
Dilakukan dengan cara:
1) Mendiskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
2) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.
d. Membantu klien berinteraksi secara bertahap.
Perawat tidak mungkin secara drastic mengubah kebiasaan tersebut klien
dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Unuk itu perawat dapat melatih berinteraksi secara
bertahap. Mungkin klien hanya akan akrab dengan perawat awalnya, tetapi setelah
itu perawat harus membiasakan klien untuk bisa berinteraksi secara bertahap
dengan orang-orang disekitarnya.

C. Konsep Dasar Terkait Hasil Yang Di Harapkan


Evaluasi dari penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan isolasi sosial
paada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial adalah aspek yang dinilai dari adanya
respon atau kemajuan paada klien dengan setelah diberikan tindakan implementasi. Hasil
yang diharapkan:
1) Klien mampu memperkenalkan diri
2) Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
3) Klien mampu beerinteraaksi dengan orang lain
4) Klien mampu bekerjasama dengan orang lain.

11
BAB III
METODOLOGI

A. Rancangan
Metodologi ini dengan rancangan deskriptif studi kasus, dengan menerapkan satu tindakan
keperawatan tertentu sesuai dengan kebutuhan pasien..
B. Subyek
Klien pada studi kasus ini adalah klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial.

C. Fokus Studi
Fokus studi pada kasus ini adalah mengetahui perubahan isolasi sosial.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
Waktu untuk melakukan 30 Oktober 2019

E. Standar Operasional Prosedur (SOP) Isolasi Sosial


1. Fase Pra Interaksi
a. Mengenal diri sendiri
1) Menyatakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai.
2) Menyatakan kekuatan dan kelemahan diri, meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan professional dalam mengatasi masalah keperawatan klien.
3) Menyatakan usaha untuk mengatasi kelemahan dan program antisipasi.
b. Mengenali perasaan sendiri
1) Menyatakan perasaan yang dialami saat ini.
2) Menyebutkan timbulnya perasaan tersebut.
3) Menyebutkan usaha untuk mengatasi perasaan negative.

c. Fase waktu dan lamanya interaksi.


d. Menyatakan rencana setting dan tempat interaksi

2. Fase Orientasi
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara P-K.
1) Mengucapkan salam dengan senyum dan ramah.

12
2) Mengingatkan nama perawat daan naama panggilaan K.
3) Menjelaskan peran P-K (sesuai kebutuhan).
4) Menjelaskan kerahasiaan (sesuai kebutuhan).
5) Evaluasi tindakan yang lalu.
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
c. Menyatakan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
d. Menyepakati bersama klien tentang tindakan yang akan dilakukan.
e. Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan.
f. Mengatur posisi dan ciptakan lingkungan yang aman bagi klien dan perawat:
1) Berhadapan/sedikit menyamping.
2) Stimulus minimal bagi klien.
3) Menjaga privacy.
g. Menunjukan sikap empati, tenang dan bersahabat serta menatap klien.
h. Membuka pembicaraan dengan topic netral:
1) Menanyakan perasaan dan aktivitas yang telah dilakukan.
2) Memberikan respon yang sesuai.

3. Fase Kerja
a. SP I
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala isolasi sosial klien.
3) Mengidentifikasi akibat isolasi sosial.
4) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berkomunikasi dengan oraang lain.
5) Mengajarkan klien cara berkenaalaan dan berbincang saat melakukan kegiatan
harian.
6) Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan laatihan berkenalan
kedalaam jadwal kegiatan harian.

b. SP II
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan
satu orang.
3) Mengajarkan klien tentang cara berkenalan dengan 2-3 orang.

13
4) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan.

c. SP III
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara berkenalan dengan 2-
3 orang
3) Mengajarkan klien tentang berkenalan dengan 4-5 orang.
4) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salaah satu kegiatan.

d. SP IV
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara berkenalan dengan 4-
5 orang.
3) Berdiskusi dengan klien tentang cara meminta sesuatu dan menjawab
pertanyaan orang lain.
4) Mengajarkan klien tentang meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan orang
lain.
5) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbinang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan.

4. Fase Terminasi
a. Mengingatkan waktu interaksi akan segera berakhir.
b. Menanyakan perasaan klien tentang berakhirnya interaksi.
c. Membuat rencana tiindak lanjut.
d. Menyepakati kontrak untuk pertemuan berikutnya.
e. Mengucapkan salam dengan ramah, sopan, dan bersahabat.

F. Tahapan Studi Kasus


a. Pendekatan dengan klien
b. Kontrak waktu dengan klien
c. Menanyakan kenapa klien bisa masuk ke RSJ
d. Mengidentifikasi

14
e. Menerapkan SP kepada klien
f. Mengevaluasi perkembangan klien

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
No.CM : 033642
Ruang rawat : Cempaka
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2019
Tanggal dirawat : 25 Oktober 2019

B. Alasan Masuk
Klien datang diantar oleh keluaga, awal kedatangan klien ditempatkkan di elang I dan pada
tanggal 16 oktober 2018 klien di pindahkan keruangan kasuari, klien belum mengetahui
penyebab sebelum sakit

C. Faktor Predisposisi
1. Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan klien tidak
pernah mengalami trauma.
Masalah Keperawatan :
2. Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan
jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Klien mengatakan tidak ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 79 x/menit
- RR : 19 x/menit
- S : 36,7oC
- BB : 58 kg

16
- TB : 158 cm
2. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tubuhnya lemas
Masalah Keperawatan : lemas

E. Psikososial
1. Genogram
- Klien memiliki orangtua
- Klien memiliki 1 saudara kandung
- Klien belum pernah menikah
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah mata ,dan bagian yang tidak
sukai adalah gigi, klien mengatakan malu dengan kekurangan fisik yang
dimilikinya
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan, klien menyebutkan
nama,usia, tanggal lahir dengan benar
c. Fungsi peran
Klien mengatakan saat dirumah dirinya berperan sebagai seorang anak dan kakak.
Tetapi setelah di rawat di RSJ klien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya
dirumah. Perasaan klien sedih
d. Ideal diri
- Klien mengatakan ingin sembuh agar segera pulang
- Klien terus bersabar dan berdoa agar cepat sembuh
e. Harga diri
Klien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain.
Kontak mata kurang dan tidak nyaman dengan berada banyak orang.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/Orang terdekat
Klien mengatakan orang yang paling berarti di hidupnya adalah orangtuanya,
alasannya karena dirinya sering bercerita dengan orang tuanya setiap ada masalah

17
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kelompok masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien kurang berinteraksi dengan orang lain , kontak mata seperlunya karena klien
malas untuk memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam , klien mengatakan menerima dengan ikhlas
penyakitnya
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan ibadah sholat dengan 5 waktu
c. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan
Klien mengatakan tenang jika sudah melaksanakan shlat
Masalah Keperawatan : Tidak Masalah

5. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien rapih dalam berpakaian namun malas untuk berhias
Masalah keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien lambat dan pelan
Masalah keperawatan: isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
Klien saat melakukan aktivitas, seperti senam, makan dan berbincang bincang harus
diberi motivasi.
Masalah keperawatan: isolasi sosial
4. Alam perasaan
Klien lebih banyak menyendiri, berinteraksi dengan sekitarnya malas dan kurang
Masalah keperawatan: isolasi sosial
5. Afek
Tumpul : Klien akan berinterkasi bila ada stimulus emosi yang kuat
Masalah keperawatan: isolasi sosial

18
6. Interaksi dalam wawancara
Klien pada saat diwawancara sedikit kurang percaya diri, kontak mata kurang, dan
berbicara dengan lambat
Masalah keperawatan: isolasi sosial
7. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara suara aneh
Masalah keperawatan: Halusinasi Pendengaran
8. Proses fikir
Klien dalam menjawab pertanyaan berbelit belit dan untuk menjawab pertanyaan
sampai pada tujuan
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
9. Isi Pikir
Depersonalifikasi : klien berasa asing dengan lingkungannya yang menyebaban
malu untuk berinterkasi
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
10. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui waktu, tempat saat ini dan orang disekitarnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini ; klien sering lupa setelah berkenalan
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien kurang berkonsentrasi sehingga pertanyaan sering minta di ulang
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan : Klien mampu menjelaskan alasan yang dipilihnya jika diberikan
2 pilihan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
14. Daya titik diri
Klien mengatakan menerima dengan ikhlas dan pasrah
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

19
F. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan 3x sehari
Bantuan minimal
2. BAB 1 x sehari /BAK kurang lebih 6-7x sehari
Bantuan minimal
3. Mandi 2x sehari
Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang : 13.00 s.d 14.30
Tidur malam : 20.00 s.d 05.00
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan menjaga kebersihan rumah
Klien mengatakan mencuci pakaian
8. Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan aktivitas yang sering dilakukan diluar rumah yaitu berbelanja.

G. Pola dan Mekanisme Koping


klien memilih sendiri dan menghindar
Masalah keperawatan: Isolasi sosial

H. Aspek Medik
Diagnosa Medik : F.20,5 Skizofrenia Residual
Terapi medik
Risperidon 2 mg 1x1
Trihexyphenidyl 2 mg 1x1
Lorazepam 2 mg 1x1

20
I. Pohon Masalah
Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

Harga Diri Rendah


J. Analisa Data
No. DATA SENJANG MASALAH KEPERAWATAN
1. Ds : Isolasi Sosial
Klien mengatakan malas
berkenalan dengan orang
lain
Klien mengatakan tidak
penting berkenalan dengan
orang lain
Do :
Kontak mata kurang
Klien malas beraktivitas
Tubuh klien tampak
lemass
2. Ds :
Klien mengatakan malas
untuk berhias
Do : Defisit Perawatan Diri
- Wajah klien terlihat
pucat karna malas
untuk berhiass
3. Ds :
Klien mengatakan pernah
mendengar suara-suara
aneh
Do : Gangguan persepsi sensori :

21
- Klien tampak berbicara Halusinasi pendengaran
sendiri
- Klien inkoheren

K. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial TUM : a. Setelah 2x SP 1 Isolasi Sosial
Klien dapat pertemuan klien 1. Mengidentifikasi
berinteraksi mampu penyebab isolasi
dengan orang lain menjelaskan sosial klien
TUK I : penyebab isolasi 2. Berdiskusi dengan
Klien mampu sosial klien tentang kerugian
menyebutkan b. Setelah 2x tidak berinteraksi
penyebab isolasi pertemuan klien dengan orang lain
sosial mampu 3. Berdiskusi dengan
TUK II : menyebutkan klien tentang kerugian
Klien mampu keuntungan tidak berinteraksi
menyebutkan berhubungan sosial dengan oranglain
keuntungan ( banyak teman, 4. Mengajarkan klien
berhubungan tidak kesepian, bisa cara berkenalan
sosial dan diskusi, saling dengan satu orang
kerugian dari menolong) dan 5. Menganjurkan klien
isolasi sosial kerugian dari isolasi memasukkan kegiatan
TUK III : sosial ( Kesepian, latihan berbincang-
Klien dapat tidak bisa diskusi, bincang dengan
melakukan dan sendiri) oranglain dalam
hubungan sosial c. Setelah 2x kegiatan harian
secara bertahap pertemuan klien
mampu melakukan SP II Isolasi Sosial
hubungan sosial 1. Mengevaluasi jadwal
secara bertahap kegiatan harian klien
dengan perawat,

22
perawat lain, pasien 2. Memberikan
lain, keluarga dan kesempatan kepada
kelompok klien mempraktekkan
cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu klien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian
SP III Isolasi Sosial
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk
berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
1.

L. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Jiwa


Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
31-10- Ds :
2019 Klien megatakan malas berbicara S :
dengan orang lain Klien mengatakan malu dan
Klien mengatakan tidak penting bingung untuk memulai
berkenalan dengan oranglain pembicaraan dengan oranglain
Do :
- Kontak mata kurang

23
- Klien malas beraktvitas Klien mengatakan keuntungan
- Tubuh klien tampak lemas berinteraksi yaitu dapat banyak
- teman
Diagnosa keperawatan Klien mengatakan kerugian
Isolasi Sosial tidak berinteraksi yaitu tidak
Tindakan keperawatan : punya teman dan kesepian
1. Mengidentifikasi penyebab Klien mengatakan mau
isolasi sosial berkenalan dengan 1 orang
2. Mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain O
3. Mendiskusikan kerugian Klien mampu mengungkapkan
berinteraksi dengan orang penyebab isolasi sosial
lain Klien mengetahui tentang
4. Mengajarkan pasien keuntungan dan kerugian
berkenalan dengan 1 orang berinteraksi
5. Menganjurkan pasien Klien mampu berkenalan secara
memasukkan kegiatan bertahap
berbincang- bincang dengan Kontak mata kurang
orang lain ke dalam jadwal
harian A : Masalah teratasi

RTL P : Melanjutkan ke SP
1.Evaluasi SP I berikutnya : SP II
2.Kontrak waktu dan lanjutkan
ke SP II

24
01-11- Ds : S:
2019 Klien mengatakan malas Klien mengatakan masih ingat
berbicara dengan orang lain cara berkenalan dengan orang
Klien merasa kesepian lain
Do : Klien mengatakan mau
Kontak mata kurang berkenalan dengan teman
Klien malas beraktivitas perawat
Klien tampak menyendiri O:
Diagnosa Keperawatan : Klien mampu mengingat cara
Isolasi Sosial berkenalan
Tindakan Keperawatan Klien mampu berkenalan
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan Klien sudah dapat tersenyum
harian klien A:
2. Melatih klien mempraktekkan Masalah teratasi
cara berkenalan dengan 1 orang P:
3.Membantu klien memasukkan Lanjutkan SP III
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain ke dalam
jadwal harian
RTL :
1.Evaluasi SPI dan SP II
2. Kontrak waktu dan lanjutkan
ke SP II
02 - 11 - Ds : S:
2019 Klien mengatakan sudah Klien mengatakan perasaannya
memiliki teman baru di ruangan senang
Klien mengatakan ingin Klien mengatakan masih ingat
berkenalan lagi dengan orang cara berkenalan dengan orang
lain lain
Do : Klien mengatakan mau
Klien tampak sudah mulai berkenalan dengan orang lain
berkenalan dengan temannya O :
walaupun dengan durasi pendek Klien kooperatif

25
Diagnosa Keperawatan : Klien dapat berkenalan dengan
Isolasi Sosial dua orang atau lebih
Tindakan Keperawatan : A:
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan Masalah teratasi
harian P:
2.Memberikan kesempatan pada Evaluasi SP I , II , III
klien untuk berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3.Menganjurkan klien
memasukkan kedalam jadwal
harian klien
RTL :
Evaluasi SP I, II, III

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah dilakukan intervensi keperawatan dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) isolasi sosial pada subjek Ny. D dengan diagnosa keperawatan
isolasi sosial yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2019 sampai dengan 02
November 2019 di Rumah Sakit Jiwa Dr Soehato Heerdjan, dan hasil intervensi
keperawatan dengan penerapan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
isolasi sosial tersebut dapat meningkatkan kemampuan klien dalam berinteraksi.
Saat dilakukannya pengkajian pada hari pertama tanggal 30 Oktober 2019, klien
menunjukan adanya tanda dan gejala isolasi sosial yaitu berupa klien tampak
menyendiri, kurangnya komunikasi verbal, klien tampak diam meski teman
disekelilingnya banyak.
Oleh karena itu penulis melakukan intervensi dengan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SPTK) isolasi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam berinterkasi. Setelah dilakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) isolasi sosial didapatkan hasil dimana klien menunjukan
peningkatan kemampuan dalam berinterkasi yang ditunjukan dengan, klien
menunjukan adanya kontak mata pada saat berinteraksi dengan orang lain, klien mampu
menyebutkan identitas saat berkenalan, klien mampu mengenal keuntungan
berinteraksi dan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu
berinteraksi dengan orang lain dengan baik setiap harinya klien dapat meningkatkan
jumlah orang yang diajak untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan klien, klien
mampu bertanya pada penulis, klien mampu mencatat kegiatan yang telah
dilakukannya kedalam daftar kegiatan harian klien.

B. Saran
Dari hasil tindakan penerapan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(SPTK) isolasi sosial diruang Kasuari di Rumah Sakit KJiwa Dr Soeharto Heerdjan,
maka penulis menyampaikan saran berupa:
1. Untuk perawat
Diharapkan perawat tetap meningkatkan interaksi dan komunikasi secara
terapeutik dengan menerapkan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

27
khususnya pada pasien isolasi sosial untuk meningkatkan mutu pelayan asuhan
keperawatan yang lebih baik, mempertahankan, serta memulihkan keadaan klien
dengan gangguan kesehatan jiwa.
2. Untuk Institusi Poltekkes Kemenkes Banten
Diharapkan Institusi dapat menambahkan sumber buku dan jurnal untuk
referensi-referensi terbaru yang terkait dengan keperawatan jiwa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anandaningtyas, E. 2014. Pemberian tindakan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan


berinteraksi dengan orang lain pada asuhan keperawatan Tn. S dengan isolasi sosial di ruang
arjuna RSUD surakarto.
Damaiyanti,M dkk. 2014. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: refika aditama
Keliat, Budi anna dkk.2014. model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: buku
kedokteran EGC
Siskayanti, Arif Nugroho, dkk. 2011. Pengaruh Terapi Komunikasi Terapeutik Terhadap
Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang.
Diakses dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article.com
S.trimelia.2011. asuhan keperawatan klien isolasi sosial. Jakarta: Trans info media
Stuart, Gail W.2006. buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Tangsel Pos. 2015. Warga perkotaan Rentan Sakit Jiwa Kota Tangerang Tertinggi Di Banten.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Wiyanti, Dyah Wahyuningsih. 2013. Pengaruh Pemberian Strategi Pelaksanaan Dalam
Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial : Menarik Diri Di
Rumah Sakit Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

iii

Anda mungkin juga menyukai