i
BAB I
PENDAHULUAN
1
penelitian Arief (2011), strategi pelaksanaan tindakan keperawatan sangat efektif
diberikan pada pasien isolasi sosial apabila hubungan terapeutik antara perawat dan klien
sudaah terjalin. Selain itu, menurut hasil penelitian Ruti Wiyati (2014) menyatakan
bahwa strategi pelaksanaan sangat efektif dilakukan pada pasien isolasi sosial apabila
telah terjalin hubungan saling percaya antara pasien isolasi sosial apabila telah
Peran perawat dalam membantu klien Isolasi Sosial adalah dengan memberikan
tindakan keperawatan Isolasi Sosial. Pemberian tindakan keperawatan merupakan
penerapan strategi pelaksanaan (SP).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penerapan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan bersosialisasi
sosial sebelum dan sesudah dilakukan intervensi strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dan mengetahui strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial diharapkan memiliki kemampuan
untuk bersosialisasi dengan orang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab isolasi sosial pada pasien isolasi sosial.
b. Mengidentifikasi kemampuan berinteraksi pada klien setelah diterapkan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan.
c. Untuk mengetahui hasil setelah dilakukannya strategi pelaksanaan pada pasien
isolasi sosial agar mampu berinteraksi dengan orang lain.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Mampu meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai penerapan
strategi pelaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien terhadap
berinteraksi sosial terhadap orang lain, selain itu kelompok diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh didalam perkuliahan.
2
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Mampu mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam menguasai penerapan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat yang dirumah sakit untuk lebih
melakukan tindakan Pada Pasien Isolasi Sosial sehingga meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan pasien isolasi sosial dan sebagai kontribusi untuk
pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan standar operasional prosedur atau
(SOP)
4. Bagi Klien
Sebagai kemampuan berinteraksi dengan orang lain pada pasien isolasi sosial.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari stuart (2006), menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasaan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina
saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan.
4
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik Diri Implusif
Kebersamaan Ketergantungan Naarkisisme
Saling ketergantungan
Gambar 2.1 Rentang Respon Hubungan Sosial
Respon adaptif:
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal. Dalam menyelesaikan masalah.
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Multualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling keterganatungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif :
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial
a. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
b. Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
5
c. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi
Merupakan gangguaan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu ersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
e. Implusif
Individu implusif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
f. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung.
3. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkanrespon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
sundeen (2007) belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi aantara lain yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1.) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan
rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
6
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1). Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena
ditinggaljauh, dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
7
6) Klien merasa tidaak berguna.
b. Gejala Objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan.
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai.
4) Berfikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri.
5) Menyendiri dalam ruangan,sering melamun.
6) Mondar-mondar atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang.
7) Kurang bergairah atau spontan,apatis,aktivitas menurun.
8) Ekspresi wajah tidak berseri.
9) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
10) Retensi urine dan feses
11) Kurang energy.
12) Posisi tidur seperti janin.
13) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.
14) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
15) Rendah diri
16) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.
5. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan isolasi sosial menurut Nanda-1 (2012),
dibagi menjadi dua, yaitu objektif dan subjektif:
a. Data objektif
1) Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting.
2) Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan
3) Afek tumpul.
4) Bukti kecacatan.
5) Ada di dalam subkultur.
6) Sakit.
7) Tindakan tidak berarti.
8) Tidak ada kontak mata.
9) Dipenuhi dengan pikiran sendiri.
8
10) Menunjukan permusuhan.
11) Afek sedih.
12) Ingin sendirian.
13) Tidak komunikatif.
14) Menarik diri.
b. Data Subjektif
1) Minat yang tidak sesuai dengan perkembangan
2) Mengalami perasaan yang berbeda-beda dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan memenuhi harapan dengan orang lain.
4) Tidak percaya diri saat berhadapan dengan orang lain.
5) Mengungkapkan perasaan yang didorong oleh orang lain.
6) Mengungkapkan perasaan penolakan.
7) Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat.
8) Mengungkkapkan nilai yang tidak dapat diterima oleh kelompok cultural yang
dominan.
6. Mekanisme defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatuu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
dgunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, dan isolasi.
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
3) Isolasi sosial adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan mental
tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan defensive dalam
menghubungkan perilaku dengan motivasi atau pertentangan aantara sikap dan
perilaku.
9
7. Pohon Masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran/penglihatan/penciuman/perabaan/pengecapan
Defisit Perawatan Diri
Ketidakberdayaan
8. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Risiko Gangguan Persepsi Senssori: Halusinasi.
2. Tujuan Keperawatan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
10
3. Tindakan Keperawatan
a. Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah
Sebagai berikut:
1) Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
2) Menanayakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
b. Membantu klien mengenal keuntungan berhubunngan dengan orang lain.
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka.
c. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan oranng lain.
Dilakukan dengan cara:
1) Mendiskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
2) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.
d. Membantu klien berinteraksi secara bertahap.
Perawat tidak mungkin secara drastic mengubah kebiasaan tersebut klien
dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Unuk itu perawat dapat melatih berinteraksi secara
bertahap. Mungkin klien hanya akan akrab dengan perawat awalnya, tetapi setelah
itu perawat harus membiasakan klien untuk bisa berinteraksi secara bertahap
dengan orang-orang disekitarnya.
11
BAB III
METODOLOGI
A. Rancangan
Metodologi ini dengan rancangan deskriptif studi kasus, dengan menerapkan satu tindakan
keperawatan tertentu sesuai dengan kebutuhan pasien..
B. Subyek
Klien pada studi kasus ini adalah klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial.
C. Fokus Studi
Fokus studi pada kasus ini adalah mengetahui perubahan isolasi sosial.
2. Fase Orientasi
a. Menciptakan hubungan saling percaya antara P-K.
1) Mengucapkan salam dengan senyum dan ramah.
12
2) Mengingatkan nama perawat daan naama panggilaan K.
3) Menjelaskan peran P-K (sesuai kebutuhan).
4) Menjelaskan kerahasiaan (sesuai kebutuhan).
5) Evaluasi tindakan yang lalu.
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
c. Menyatakan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
d. Menyepakati bersama klien tentang tindakan yang akan dilakukan.
e. Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan.
f. Mengatur posisi dan ciptakan lingkungan yang aman bagi klien dan perawat:
1) Berhadapan/sedikit menyamping.
2) Stimulus minimal bagi klien.
3) Menjaga privacy.
g. Menunjukan sikap empati, tenang dan bersahabat serta menatap klien.
h. Membuka pembicaraan dengan topic netral:
1) Menanyakan perasaan dan aktivitas yang telah dilakukan.
2) Memberikan respon yang sesuai.
3. Fase Kerja
a. SP I
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala isolasi sosial klien.
3) Mengidentifikasi akibat isolasi sosial.
4) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berkomunikasi dengan oraang lain.
5) Mengajarkan klien cara berkenaalaan dan berbincang saat melakukan kegiatan
harian.
6) Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan laatihan berkenalan
kedalaam jadwal kegiatan harian.
b. SP II
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan
satu orang.
3) Mengajarkan klien tentang cara berkenalan dengan 2-3 orang.
13
4) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan.
c. SP III
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara berkenalan dengan 2-
3 orang
3) Mengajarkan klien tentang berkenalan dengan 4-5 orang.
4) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salaah satu kegiatan.
d. SP IV
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien mempraktikan cara berkenalan dengan 4-
5 orang.
3) Berdiskusi dengan klien tentang cara meminta sesuatu dan menjawab
pertanyaan orang lain.
4) Mengajarkan klien tentang meminta sesuatu dan menjawab pertanyaan orang
lain.
5) Membantu klien memasukkan kegiatan latihan berbinang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan.
4. Fase Terminasi
a. Mengingatkan waktu interaksi akan segera berakhir.
b. Menanyakan perasaan klien tentang berakhirnya interaksi.
c. Membuat rencana tiindak lanjut.
d. Menyepakati kontrak untuk pertemuan berikutnya.
e. Mengucapkan salam dengan ramah, sopan, dan bersahabat.
14
e. Menerapkan SP kepada klien
f. Mengevaluasi perkembangan klien
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
No.CM : 033642
Ruang rawat : Cempaka
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2019
Tanggal dirawat : 25 Oktober 2019
B. Alasan Masuk
Klien datang diantar oleh keluaga, awal kedatangan klien ditempatkkan di elang I dan pada
tanggal 16 oktober 2018 klien di pindahkan keruangan kasuari, klien belum mengetahui
penyebab sebelum sakit
C. Faktor Predisposisi
1. Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan klien tidak
pernah mengalami trauma.
Masalah Keperawatan :
2. Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan
jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3. Klien mengatakan tidak ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 79 x/menit
- RR : 19 x/menit
- S : 36,7oC
- BB : 58 kg
16
- TB : 158 cm
2. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tubuhnya lemas
Masalah Keperawatan : lemas
E. Psikososial
1. Genogram
- Klien memiliki orangtua
- Klien memiliki 1 saudara kandung
- Klien belum pernah menikah
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah mata ,dan bagian yang tidak
sukai adalah gigi, klien mengatakan malu dengan kekurangan fisik yang
dimilikinya
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan, klien menyebutkan
nama,usia, tanggal lahir dengan benar
c. Fungsi peran
Klien mengatakan saat dirumah dirinya berperan sebagai seorang anak dan kakak.
Tetapi setelah di rawat di RSJ klien tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya
dirumah. Perasaan klien sedih
d. Ideal diri
- Klien mengatakan ingin sembuh agar segera pulang
- Klien terus bersabar dan berdoa agar cepat sembuh
e. Harga diri
Klien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain.
Kontak mata kurang dan tidak nyaman dengan berada banyak orang.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/Orang terdekat
Klien mengatakan orang yang paling berarti di hidupnya adalah orangtuanya,
alasannya karena dirinya sering bercerita dengan orang tuanya setiap ada masalah
17
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kelompok masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien kurang berinteraksi dengan orang lain , kontak mata seperlunya karena klien
malas untuk memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam , klien mengatakan menerima dengan ikhlas
penyakitnya
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan ibadah sholat dengan 5 waktu
c. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan
Klien mengatakan tenang jika sudah melaksanakan shlat
Masalah Keperawatan : Tidak Masalah
5. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien rapih dalam berpakaian namun malas untuk berhias
Masalah keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien lambat dan pelan
Masalah keperawatan: isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
Klien saat melakukan aktivitas, seperti senam, makan dan berbincang bincang harus
diberi motivasi.
Masalah keperawatan: isolasi sosial
4. Alam perasaan
Klien lebih banyak menyendiri, berinteraksi dengan sekitarnya malas dan kurang
Masalah keperawatan: isolasi sosial
5. Afek
Tumpul : Klien akan berinterkasi bila ada stimulus emosi yang kuat
Masalah keperawatan: isolasi sosial
18
6. Interaksi dalam wawancara
Klien pada saat diwawancara sedikit kurang percaya diri, kontak mata kurang, dan
berbicara dengan lambat
Masalah keperawatan: isolasi sosial
7. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara suara aneh
Masalah keperawatan: Halusinasi Pendengaran
8. Proses fikir
Klien dalam menjawab pertanyaan berbelit belit dan untuk menjawab pertanyaan
sampai pada tujuan
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
9. Isi Pikir
Depersonalifikasi : klien berasa asing dengan lingkungannya yang menyebaban
malu untuk berinterkasi
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
10. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui waktu, tempat saat ini dan orang disekitarnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini ; klien sering lupa setelah berkenalan
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien kurang berkonsentrasi sehingga pertanyaan sering minta di ulang
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan : Klien mampu menjelaskan alasan yang dipilihnya jika diberikan
2 pilihan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
14. Daya titik diri
Klien mengatakan menerima dengan ikhlas dan pasrah
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
19
F. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan 3x sehari
Bantuan minimal
2. BAB 1 x sehari /BAK kurang lebih 6-7x sehari
Bantuan minimal
3. Mandi 2x sehari
Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang : 13.00 s.d 14.30
Tidur malam : 20.00 s.d 05.00
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan menjaga kebersihan rumah
Klien mengatakan mencuci pakaian
8. Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan aktivitas yang sering dilakukan diluar rumah yaitu berbelanja.
H. Aspek Medik
Diagnosa Medik : F.20,5 Skizofrenia Residual
Terapi medik
Risperidon 2 mg 1x1
Trihexyphenidyl 2 mg 1x1
Lorazepam 2 mg 1x1
20
I. Pohon Masalah
Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
21
- Klien tampak berbicara Halusinasi pendengaran
sendiri
- Klien inkoheren
22
perawat lain, pasien 2. Memberikan
lain, keluarga dan kesempatan kepada
kelompok klien mempraktekkan
cara berkenalan
dengan satu orang
3. Membantu klien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian
SP III Isolasi Sosial
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian klien
2. Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk
berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
1.
23
- Klien malas beraktvitas Klien mengatakan keuntungan
- Tubuh klien tampak lemas berinteraksi yaitu dapat banyak
- teman
Diagnosa keperawatan Klien mengatakan kerugian
Isolasi Sosial tidak berinteraksi yaitu tidak
Tindakan keperawatan : punya teman dan kesepian
1. Mengidentifikasi penyebab Klien mengatakan mau
isolasi sosial berkenalan dengan 1 orang
2. Mendiskusikan keuntungan
berinteraksi dengan orang
lain O
3. Mendiskusikan kerugian Klien mampu mengungkapkan
berinteraksi dengan orang penyebab isolasi sosial
lain Klien mengetahui tentang
4. Mengajarkan pasien keuntungan dan kerugian
berkenalan dengan 1 orang berinteraksi
5. Menganjurkan pasien Klien mampu berkenalan secara
memasukkan kegiatan bertahap
berbincang- bincang dengan Kontak mata kurang
orang lain ke dalam jadwal
harian A : Masalah teratasi
RTL P : Melanjutkan ke SP
1.Evaluasi SP I berikutnya : SP II
2.Kontrak waktu dan lanjutkan
ke SP II
24
01-11- Ds : S:
2019 Klien mengatakan malas Klien mengatakan masih ingat
berbicara dengan orang lain cara berkenalan dengan orang
Klien merasa kesepian lain
Do : Klien mengatakan mau
Kontak mata kurang berkenalan dengan teman
Klien malas beraktivitas perawat
Klien tampak menyendiri O:
Diagnosa Keperawatan : Klien mampu mengingat cara
Isolasi Sosial berkenalan
Tindakan Keperawatan Klien mampu berkenalan
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan Klien sudah dapat tersenyum
harian klien A:
2. Melatih klien mempraktekkan Masalah teratasi
cara berkenalan dengan 1 orang P:
3.Membantu klien memasukkan Lanjutkan SP III
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain ke dalam
jadwal harian
RTL :
1.Evaluasi SPI dan SP II
2. Kontrak waktu dan lanjutkan
ke SP II
02 - 11 - Ds : S:
2019 Klien mengatakan sudah Klien mengatakan perasaannya
memiliki teman baru di ruangan senang
Klien mengatakan ingin Klien mengatakan masih ingat
berkenalan lagi dengan orang cara berkenalan dengan orang
lain lain
Do : Klien mengatakan mau
Klien tampak sudah mulai berkenalan dengan orang lain
berkenalan dengan temannya O :
walaupun dengan durasi pendek Klien kooperatif
25
Diagnosa Keperawatan : Klien dapat berkenalan dengan
Isolasi Sosial dua orang atau lebih
Tindakan Keperawatan : A:
1.Mengevaluasi jadwal kegiatan Masalah teratasi
harian P:
2.Memberikan kesempatan pada Evaluasi SP I , II , III
klien untuk berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3.Menganjurkan klien
memasukkan kedalam jadwal
harian klien
RTL :
Evaluasi SP I, II, III
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dilakukan intervensi keperawatan dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) isolasi sosial pada subjek Ny. D dengan diagnosa keperawatan
isolasi sosial yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2019 sampai dengan 02
November 2019 di Rumah Sakit Jiwa Dr Soehato Heerdjan, dan hasil intervensi
keperawatan dengan penerapan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
isolasi sosial tersebut dapat meningkatkan kemampuan klien dalam berinteraksi.
Saat dilakukannya pengkajian pada hari pertama tanggal 30 Oktober 2019, klien
menunjukan adanya tanda dan gejala isolasi sosial yaitu berupa klien tampak
menyendiri, kurangnya komunikasi verbal, klien tampak diam meski teman
disekelilingnya banyak.
Oleh karena itu penulis melakukan intervensi dengan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SPTK) isolasi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam berinterkasi. Setelah dilakukan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) isolasi sosial didapatkan hasil dimana klien menunjukan
peningkatan kemampuan dalam berinterkasi yang ditunjukan dengan, klien
menunjukan adanya kontak mata pada saat berinteraksi dengan orang lain, klien mampu
menyebutkan identitas saat berkenalan, klien mampu mengenal keuntungan
berinteraksi dan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu
berinteraksi dengan orang lain dengan baik setiap harinya klien dapat meningkatkan
jumlah orang yang diajak untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan klien, klien
mampu bertanya pada penulis, klien mampu mencatat kegiatan yang telah
dilakukannya kedalam daftar kegiatan harian klien.
B. Saran
Dari hasil tindakan penerapan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(SPTK) isolasi sosial diruang Kasuari di Rumah Sakit KJiwa Dr Soeharto Heerdjan,
maka penulis menyampaikan saran berupa:
1. Untuk perawat
Diharapkan perawat tetap meningkatkan interaksi dan komunikasi secara
terapeutik dengan menerapkan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
27
khususnya pada pasien isolasi sosial untuk meningkatkan mutu pelayan asuhan
keperawatan yang lebih baik, mempertahankan, serta memulihkan keadaan klien
dengan gangguan kesehatan jiwa.
2. Untuk Institusi Poltekkes Kemenkes Banten
Diharapkan Institusi dapat menambahkan sumber buku dan jurnal untuk
referensi-referensi terbaru yang terkait dengan keperawatan jiwa.
28
DAFTAR PUSTAKA
iii