Pasal 6(1)(b) UUPPh menyatakan bahwa Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari
1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Pasal 11 A
- UUPh memakai istilah pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, dan perubahan harta ketimbang ‘harta’. Sejalan dengan konsep ekonomi,
pemajakan atas tambahan kemampuan ekonomis memandang harta sebagai aktivasi
pengeluaran (dari kemampuan ekonomis WP) yang bermanfaat untuk mendapatkan,
memelihara dan menagih tambahan kemampuan ekonomis dalam beberapa masa
mendatang. Dengan demikian yang menjadi fokus adalah alokasi pengeluaran yang
memberikan manfaat menghasilkan tambahan kemampuan ekonomis untuk
beberapa tahun mendatang.
- Harta yang dapat disusutkan secara fiskal yaitu harta berwujud yang memiliki masa
manfaat lebih dari 1 tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan (objek pajak), kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak
guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai.
- Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal.
Pasal 11(1) UUPPh mensyaratkan bahwa harta harus dimiliki (legal ownership) dan
digunakan (benefits).
Teori penyusutan tahunan dapat diberikan dalam 3 hal variasi saat kritis yaitu,
(1) Awal tahun
(2) Akhir tahun
(3) Setengah tahun pertama atau pemakaian