KONSEP TEORI
Konsep teori dalam makalah ini di dasarkan pada PSAK 25 yaitu kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan kesalahan. Kami menyusun makalah ini dengan studi kasus
pada PT Hero Supermarket dengan melihat perubahan akuntansi apa yang terjadi pada
perusahaan tersebut dan penerapan apa yang digunakan atas dasar perubahan akuntansinya.
Berikut konsep teori dalam pembahasan mengenai perubahan akuntansi.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan
dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan
atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang
paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.
Suatu kebijakan akuntansi yang akan dilakukan perubahan, maka perusahaan perlu dapat
mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut disyaratkan oleh PSAK atau
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan
tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja
keuangan, atau arus kas entitas.
Pada PT Hero, perubahan kebijakan akuntansi di tahun 2014 terdapat pada metode
perhitungan dan pencatatan persediaan yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari Catatan Atas
Laporan Keuangan PT Hero tahun 2013 Nomor 2i yaitu “Persediaan” yang mengatakan : harga
perolehan ditentukan dengan menggunakan metode “rata-rata tertimbang.” Sedangkan di tahun
2014 menyatakan : harga perolehan ditentukan dengan menggunakan metode “rata-rata
bergerak.” Dari kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa PT Hero melakukan perubahan metode
perhitungan dari rata-rata tertimbang ke rata-rata bergerak dan perubahan metode pencatatan dari
periodik ke perpetual.
Pengertian Persediaan
Menurut PSAK 14 yang mengatur tentang persediaan, menyatakan definisi persediaan adalah
aset :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali termasuk, sebagai
contoh, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah
dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga meliputi barang jadi yang diproduksi,
atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Menurut K.R. Subramanyam dalam buku Analisis Laporan Keuangan, mengatakan
bahwa persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aset inti dan penting dalam
perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aset operasi
dan langsung mempengaruhi penghitungan laba.
Pengukuran Persediaan
Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi
neto. Untuk biaya persediaan, terdiri dari seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Biaya pembelian
persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (selain yang dapat ditagih kembali
setelahnya oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya
lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.
Untuk biaya konversi persediaan, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi, seperti biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya-biaya lain yang termasuk
dalam biaya persediaan hanya sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat kini.
Jenis Persediaan
Berbagai jenis persediaan dalam material (cost) perusahaan dagang maupun industry dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses lebih lanjut
dalam proses produksi.
2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu bahan baku yang
sedang diproses dimana nilainya merupakan akumulasi biaya bahan baku (raw material
cost), biaya tenaga kerja (direct labor cost), dan biaya overhead (factory overhead cost).
3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari barang yang
telah selesai diproses dan telah siap untuk dijual sesuai dengan tujuannya.
4. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang yang langsung
diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
B. SEJARAH SINGKAT
Hero Supermarket lahir atas ide Muhammad Saleh Kurnia, putra kelahiran Cibadak,
Sukabumi, Jawa Barat. Ia belajar berdagang mulai kecil mengikuti jejak orangtuanya yang sudah
berdagang barang-barang kebutuhan sehari-hari dikota asalnya. Sekitar tahun 1948-an keluarga
Kurnia hijrah ke Jakarta untuk memulai usahanya agar lebih maju lagi. Orangtua Muhammad
Saleh Kurnia mengawali usahanya dengan mengelola usaha kaki lima “Gerobak Dorong” di
Gang Ribal (Sekarang Lebih dikenal dengan Jalan Pintu Air Besar Selatan I), Jakarta Barat.
Dengan menjual makanan dan minuman. Dari sinilah Muhamad Saleh Kurnia bersama kakaknya
mulaiaktif membantu orangtuanya mengelola usaha barunya di Jakarta.
Kian hari usahanya semakin berkembang pesat dan pada tahun1951 usahanya tidak lagi di
gerobak dorong tetapi sudah mampu memindahkan usahanya ke pertokoan di jalan yang sama
dengan nama Toko Hero. Untuk memperlancar usahanya berkembang pesat pada tahun 1954
Toko Hero mendirikan CV. Hero, yang banyak mengimport makanan dan minuman dari luar
negeri.Tahun 1969 keluarga menyerahkan pimpinan CV. Hero Kepada Muhammad Saleh Kurnia,
dan ditangan Muhammad Saleh Kurnia usaha semakin besar dengan banyak mengimport barang
dari luar negeri dan menjadi agen beberapa produk import.
Melihat potensi pasar produk import yang semakin besar dan belum adanya tempat belanja
keluarga yang modern dan memadai bagi orang asing pada waktu itu maka pada tahun 1971,
Muhammad Saleh Kurnia mengajukan ijin pendirian toko swalayan melalui Akte Notaris Djoko
Mulyadi, nomor 19. Dan pada tanggal 23 Agustus 1971 membuka gerai (outlet) yang pertama di
Jl. Falatehan I, Jakarta Selatan dengan nama Hero Mini Supermarket. Pada tahun 1978 bersama
Tuan Then Siok Liong, Sun Yuen Hongand Fen Hin Chon Enterprise Ltd. Hongkong dan
Welcome Trading Co,Pte. Ltd. Singapore investasi mendirikan PT. Onward Paper Corporation
yang mengelola pabrik tissue dengan merk Scoott lisensi dari Scott Paper Company Pennsyvania
USA dan merk sendiri Four Roses dan PT. Hero Supermarket menguasai sepertiga dari total
investasi di PT. Onward Paper Corporation.
Untuk menunjang kenyamanan dan peningkatan perusahaan tahun1987, Kantor Pusat PT.
Hero Supermarket pindah menempati gedung baru di Jl. Gatot Subroto 177 Jakarta Selatan
dengan supermarket berada di lantai dasar. Pada tahun 1987 ini pula perusahaan membuktikan
kinerjanya dengan mendapatkan piala ARTA dari kamar dagang Indonesia sebagai pasar
swalayan terbaik di Indonesia.Pada tanggal 30 Juni 1989 PT. Hero Supermarket Go Public
meramaikan pasar modal dan merupakan ritel pasar swalayan pertama di Indonesia yang
memperoleh kepercayaan untuk menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Penjualan saham
pertama 1.795.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 1000 dan ditawarkan dengan harga
perdana Rp 7.200 per lembar saham dan dari hasil penjualan Tahun 1989 mencapai 159,9 miliar
rupiah. Tahun 1992 PT. Hero Supermarket Tbk. Menawarkan 29.412.500 lembar saham di Bursa
Efek Jakarta dengan harga penawaran Rp 1.500 per lembar saham.
Tahun 1991 PT. Hero Supermarket membuka toko swalayan kecil dengan konsep
convenience store dan diberi nama Star Mart, yang melayani kebutuhan rumah tangga secara
cepat, dengan lokasi yang strategis seperti Hotel, Apartemen, Komplek Ruko dan lain-lain.
Selain itu Hero Group juga mendirikan semacam toko perkulakan pertama di Indonesia dengan
nama Mega Super Grosir, target pasarnya adalah toko eceran kecil, koperasi, perhotelan,
perkantoran, Instasi pemerintah. Tanggal 20 April 1992 jabatan Presiden Direktur sebagai pucuk
pimpinan perusahaan dipercayakan kepada Ipung Kurnia karena kesehatan Muhammad Saleh
Kurnia tidak memungkinkan lagi memimpin perusahaan. Dan pada tanggal 10 Mei 1992
Muhammad Saleh Kurnia meninggal di Singapura akibat sakit kanker. Bulan Februari 1998 PT.
Hero Supermarket mengadakan aliansi strategis dengan Dairy Farm Hongkong, anggota Jardine
Matheson.Dairy Farm memiliki penyertaan saham langsung pada Perseroan sebesar 7,6 % dan
melalui obligasi tukar yang dapat ditukarkan dengan saham Perseroan sebesar 24,55 %. Jalinan
kerjasama ini juga diwujudkan dengan bergabungnya eksekutif Dairy Farm dalam jajaran Direksi
dan Komisaris PT. Hero Supermarket Tbk.
Pada tahun 1998 inilah restrukturisasi perusahaan dan kepemilikannya diperjelas dan
beberapa usaha yang tergabung dalam Hero group dipersatukan dalam PT. Hero Supermarket
Tbk. Yang meliputi PT. Hero Supermarket (Hero Supermarket), PT. Wiramaju Karismajaya
(Mitra Toko Discount), PT. Catur Abadi Jayasakti (ShopIn), Star Mart, dan Guardian (ex Dairy
Farm) dan yang lainnya di jual. Akibat kerusuhan 13 dan 14 Mei 1998, 26 gerai di Jakarta
mengalami kerusakan, 6 gerai hangus terbakar, 10 gerai di jarah-rusak berat dan 10 gerai di
jarah-rusak ringan, dengan total kerugian sebesar 70 miliar rupiah.Pada tanggal 26 Juli 2002,
Giant hypermarket yang pertama dibuka yang berlokasi Villa Melati Mas, Serpong-Tangerang.
Giant Hypermarket dengan mottonya “Banyak Pilihan Harga Lebih Murah” dengan
menyediakan jumlah barang yang besar antara 35.000-50.000 item yang yang mana 90% berasal
dari produk lokal dan etnik.
Giant ingin dikenal sebagai brand yang murah terjangkau dan dapat dipercaya. Pemegang
saham pada Hero Supermarket per 31 Desember 2009 yakni PT. Hero Pusaka Sejati (HPS)
memiliki 27,23% saham, sedangkan Mulgrave Corpuration B.V. memiliki sebanyak 69,73%
saham dan umum 3,04% saham. Sekadar informasi, perseroan terakhir kali membagi deviden
pada tahun 1998 atau 11 tahun lalu sejumlah Rp 35 per lembar saham.PT. Hero Supermarket
Tbk. mencatat penjualan Rp 6,65 triliun atau tumbuh 13 persen selama 2009. Sementara itu, laba
bersih meningkat 78 persen menjadi Rp 171,8 miliar. Hero Supermarket memiliki 12.700
karyawan dan melayani pelanggan di 467 gerai.
[Sumber: CaLK paragraf 2, Lampiran 5/10, PT Hero Supermarket Tbk 2013 (kiri) dan 2014
(kanan)]
Apabila perusahaan telah mengubah metode perhitungan rata-rata tertimbang menjadi
rata-rata bergerak, hal tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan juga telah mengubah
metode pencatatan yang dilakukan yaitu pencatatan secara periodik menjadi pencatatan secara
perpetual. Berikut penjabaran dari saldo persediaan setelah dikurangi provisi beserta perhitungan
HPP PT Hero Supermarket Tbk (dilihat dari 3 periode):
(Sumber: CaLK paragraf 6 dan 25, Lampiran 5/23 dan 5/42 PT Hero Supermarket Tbk 2014 dan
2013)
Dengan mengacu pada buku Financial Statement Analysis 11th edition (K.H
Subramanyam), dalam melakukan analisis terhadap persediaan perlu diperhitungkan pengaruh
penilaian persediaan pada profitabilitas, laporan posisi keuangan dan laporan arus kasnya. Pada
PT Hero Supermarket, Tbk laba kotor meningkat dari tahun ke tahun dan dapat diakibatkan oleh
pemilihan metode perhitungan persediaannya (K.H Subramanyam, 2014:236) yaitu dari Rp
2.846.890 di tahun 2013 menjadi Rp 3.116.190 di tahun 2014. Namun, hasil untuk laba tahun
berjalan turun drastis Rp 671.138 menjadi Rp 43.755. Hal tersebut dipengaruhi oleh beban usaha
yang besar di tahun 2014. Apabila dilihat dari sisi arus kas, sebenarnya penerimaan dari
pelanggan yang bila ditandingkan dengan pembayaran kepada pemasok adalah lebih baik di
tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar Rp 2.705.906 di tahun 2014 dan Rp
2.414.906 di tahun 2013. Namun, tingkat pembayaran gaji karyawan dan lain-lain yang
meningkat di tahun 2014 membuat kas menjadi besar untuk aktivitas operasi.
Dengan demikian PT Hero Supermarket Tbk masih tetap mengikuti peraturan yang
berlaku yaitu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan 14 mengenai “persediaan” dan laporan
yang dihasilkan dapat menjadi lebih andal dan relevan karena perhitungan harga pokok
penjualan dan persediaan yang lebih akurat sehingga PT Hero Supermarket dapat menghitung
rasio yang lebih akurat seperti inventory turnover dan days to sell inventory. Namun yang perlu
diingat untuk penggunaan metode moving average ini akan sangat merepotkan karena apabila
pergerakan perseediaan sangat cepat, maka pencatatan juga perlu mengikutinya sehingga metode
pencatatan secara perpetual tidak disarankan untuk perusahaan yang perputaran persediaannya
tinggi.
= 22,97% = 23,92%
Analisis :
Setelah melakukan perubahan metode persediaan PT Hero Supermarket mengalami penurunan
pada Gross Profit Margin. Di tahun 2013 menunjukan angka 23,92% sedangkan di tahun 2014
menunjukan angka 22,97%. Hal ini menandakan, tingkat keuntungan dalam laba kotor
perusahaan semakin kecil, karena semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik operasi
perusahaannya.
2014 2013
= 0,09% = 6,57%
Analisis:
Setelah melakukan perubahan metode persediaan PT Hero Supermarket mengalami penurunan
yang signifikan pada operating profit margin. Di tahun 2013 menunjukan angka sebesar 6,57%
sedangkan di tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,09%. Berarti, rasio setelah perubahan
lebih kecil daripada rasio sebelum perubahan, sehingga pada tahun 2014 keuntungan PT Hero
dari laba operasi mengalami penurunan yang signifikan daripada keuntungan yang didapat pada
tahun 2013.
2014 2013
= 0,32% = 5,64%
Analisis:
Setelah melakukan perubahan metode persediaan PT Hero Supermarket mengalami penurunan
pada Net Profit Margin. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Namun pada tahun
2014 PT Hero mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang penurunanya
juga signifikan yaitu dari 5,64% menjadi 0,32%
2014 2013
Perputaran Persediaan
= 5,10 = 5,35
Analisis :
Setelah melakukan perubahan metode persediaan PT Hero Supermarket mengalami sedikit
penurunan pada inventory turnover. Di tahun 2014 menunjukan angka 5,35 sedangkan di tahun
2013 menunjukan angka 5,10. Berarti, rasio setelah perubahan lebih kecil daripada rasio sebelum
perubahan, ini menandakan pada tahun 2014 PT Hero kurang berhasil dalam melakukan
pengelolaan persediaannya. Karena perputaran persediaan menandakan likuiditas relatif
persediaan, yang diukur oleh berapa kali penggantian persediaan perusahaan selama tahun
berjalan.
2014 2013
Times interest earned
12.029 782.471
Laba Operasi 12.319 46.083
Beban bunga
= 0,97 = 16,97
Analisis :
Rasio ini mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi
(EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari
pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. Pada PT Hero dapat dilihat terjadi perubahan
yang sangat drastis dari 2013 ke 2014. Hal ini menandakan kemampuan PT Hero dalam
menutupi beban bunganya dengan EBIT menurun.
= 48,5
Harga terhadap Nilai Buku (2014)
= 60,5
Analisis:
Rasio harga per nilai buku merupakan salah satu rasio pasar untuk mengukur kinerja harga pasar
saham terhadap nilai bukunya. Pengembalian saham akan meningkat apabila nilai tukar
menurun. Nilai tukar merupakan harga mata uang terhadap mata uang lain/asing. Perhitungan ini
untuk mengetahui pengaruh rasio harga per nilai buku terhadap pengembalian saham pada PT
Hero Supermarket. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa rasio harga per nilai buku
mengalami peningkatan dari tahun 2013 senilai 48,5 sementara pada tahun 2014 senilai 60,5.
= 67,17
= 70,64
Analisis :
Perusahaan yang melakukan perubahan metode dan pencatatan mengalami perubahan
yang tidak terlalu signifikan selama 2014. Di tahun 2013 perusahaan membutuhkan 67,17 hari
untuk menjual persediaan setelah produksi dilakukan. Setelah dilakukan perubahahan ke sistem
perpetual, otomatis akun persediaann bertambah signifikan karena jika perusahaan membeli
barang maka akan didebit langsung rekening persediaan perusahaan bukan akun pembelian. Jadi
pada tahun 2014 perusahaan membutuhkan 70,64 hari untuk menjual persediannya, bertambah
seiring persediaan yang dicatat secara perpetual
ROA (2013)
= 10.90%
ROA (2014)
= 0.70%
Analisis :
Perusahaan yang melakukan perubahan metode dan pencatatan mendapatkan ROA yang
sangat buruk. Perubahan dalam ROA in bisa saja disebabkan karena perubahan metode
pencatatan.Jika metode pencatatan berubah menjadi perpetual, harga pokok penjualannya turun
yang seharusnya mengakibatkan labanya naik jika dimisalkan bebannya konstan dan akhirnya
perubahan terlihat baik untuk analisis ROA. Untuk rata rata total aset naik terlihat pada akun
persediaan dari 1.829.050 ke angka 2.271.071. Perubahan itu dikarenakan perubahan metode
pencatatan ini yang mencatat pembelian persediaan langsung pada akun persediaan. Tetapi
terlihat tidak ada dampak baik disini, laba yang naik hanya sampai laba kotor, pada tahun 2014
laba bersihnya turun sangat drastisdari 671.138 ke angka 43.755 dikarenakan beban usahanya
yang bertambah banyak sekali.Perubahan yang sangat signifikan ini mengakibatkan ROA
perusahaan HERO jatuh dari angka 10,90% ke angka yang hanya 0,7%. Jadi perubahan ROA
disini hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh perubahan metode pencatatan, sebagian
besar dikarenakan beban usaha.
ROE (2013)
= 19,14%
ROE (2014)
=0,81%
Analisis :
Disebutkan pada analisis ROA sebelumnya bahwa perubahan metode ke perpetual memberikan
dampak yang kecil pada laba bersih, beban usaha yang membuat laba bersihnya menurun secara
drastis.Dampak buruk ini juga dirasakan oleh ROE, dikarenakan laba bersihnya yang sangat
kecil tetapi rata rata ekuitas pemegang saham yang malah semakin bertambah. ROE HERO
tahun 2014 sangat buruk yaitu terletak pada angka 0,81%, sangat jauh dibanding tahun lalu yang
mampu memberikan ROE sebesar 19,14%. Jadi sama seperti ROA, hanya sebagian kecil saja
perubahan yang disebabkan metode pencatatan, sebagian besar disebabkan karena beban usaha
yang bertambah signifikan.Seharusnya perubahan metode pencatatan ini memberikan
keuntungan di dalam penyajian laba bersih, dikarenakan angka HPP yang semakin kecil mebuat
laba bersih yang dihasilkan naik dan nantinya akan berpengaruh ke ROE
= 7.3%
= 0.33%
Analisis :
Metode pencatatan yang berubah ke perpetual juga berpengaruh ke rasio hasil laba dikarenakan
untuk menghitung ini diperlukan Laba persaham. Rasio Hasil laba pada tahun perusahaan
melakukan perubahan sangat buruk dari angka 7,3% ke angka 0,33%. Perubahan ini dikarenakan
laba bersih yang turun secara signifikan pada tahun 2014. Rasio ini juga buruk dikarenakan harga
pasar per lembar saham yang menjadi pembagi naik sekitar 20%.Tetapi metode pencatatan hanya
berpengaruh kecil pada perubahan laba persaham karena laba bersih yang digunakan untuk
menghitung laba persaham perubahannya dikarenakan beban usaha yang naik sangat signifikan.
Seharusnya perubahan metode pencatatan ini memberikan keuntungan di dalam penyajian laba
persaham, dikarenakan angka HPP yang semakin kecil mebuat laba bersih yang dihasilkan naik
dan nantinya akan berpengaruh ke rasio hasil laba