Anda di halaman 1dari 10

A.

PRINSIP PRINSIP AKUNTANSI SECARA UMUM


Untuk menghasilkan laporan keuangan yang valid dan akuntabel, para akuntan harus
menjalankan proses akuntansi dengan baik, terstruktur, sesuai prosedur serta memenuhi prinsip
akuntansi yang diterima umum. Tujuan dari penggunaan prinsip akuntansi tersebut adalah untuk
menciptkan kesesuaian antara pengguna akuntansi satu dengan lainnya. Sehingga informasi
keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dan memenuhi kebutuhan pengguna informasi
tersebut.
Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses akuntansi.
Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap produk akuntansi
sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan. Selain itu, laporan
keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami oleh semua pihak. Karena
itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi. Dan terciptalah prinsip akuntansi yang
dikenal dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
Beda negara beda prinsip akuntansinya. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan
faktor-faktor lain yang ada di masing-masing negara. Di Indonesia, prinsip akuntansi diatur oleh
IAI atau Ikatan Akuntansi Indonesia, yaitu badan yang mengatur peraturan dan kebijakan
akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Adapun prinsip-prinsip akuntansi berterima umum tersebut adalah sebagai berikut :
 Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)
Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini mengakui
konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu perusahaan adalah sebuah
kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik ataupun
entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset atau kekayaan
perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan
pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi
keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan
pencatatan pribadi pemilik.
Prinsip ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan utang
pribadi pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung jawab
yang jelas terhadap keuangan perusahaan.

 Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)


Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah penilaian
dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip ini bertujuan
untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur. Periode akuntansi yang umum dipakai
dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

 Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)


Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam bentuk
mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non kuantitatif ini
seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-faktor ini tidak termasuk
dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam bentuk uang.
Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu yang bisa
diukur dan dinilai dengan satuan uang.

 Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)


Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas suatu
barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa
tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai dan dicatat
adalah harga jadi yang disepakati bersama.
Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa digunakan
seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau harga akuisisi
dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.
Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua belah
pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah memiliki
harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun sebuah perusahaan
mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui dan dicatat
adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan tersebut.
(Baca juga : Perkembangan Akuntansi Syariah)

 Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)


Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi
terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang
menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal
bencana alam.

 Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)


Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi keuangan
secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi akuntansi.
Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi
pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan. Maka pada
laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang tidak
terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa lampiran yang berisi :

1. Metode akuntansi yang digunakan


2. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran,
dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan
perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
3. Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
4. Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
5. Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
6. Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail
tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material.

 Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)


Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan usaha seperti
penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar yang digunakan
untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh atas transaksi
keuangan tersebut.
Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian nilai
nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima
perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga
memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut di
antaranya :

1. pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


2. pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih
dalam proses produksi
3. pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.

 Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)


Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan atau di-
matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk menentukan nilai
penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip pengakuan
pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya tidak bisa
dilakukan.
Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak berhubungan
langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya administrasi
adalah biaya yang  tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski mendukung terjadinya
pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode terjadinya pendapatan
tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.
Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan
produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda
pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-
periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung berdasarkan
jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.
Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya
jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan.

 Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)


Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan keuangan
secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan kebijakan yang
digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu periode bisa
diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya, sehingga bisa
memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode dan prosedur secara
konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan cepat.
Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur akuntansi.
Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan penjelasan alasan
penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

 Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan
akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual. Jika
tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.
B. SEJARAH SINGKAT IFRS
International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar, interpretasi, dan
kerangka yang diadopsi oleh badan penyusun standar akuntansi internasional yang dikenal
dengan International Accounting Standards Board (IASB).
Beberapa standar yang membentuk IFRS dulunya dikenal dengan nama International
Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan oleh suatu badan yang dikenal dengan International
Accounting Standards Committee (IASC) pada kurun waktu antara tahun 1973-2001. Hingga
Maret 2002, IASC telah menerbitkan 41 IAS dan 34 SIC (Standing Interpretations Committee)
Interpretations. Beberapa di antaranya telah diubah atau diganti oleh IASB. Standar yang masih
tersisa dipandang sebagai payung bagi IFRS.
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard  Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama
dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Sepanjang tahun 1999-2000, IASC melakukan restrukturisasi (dengan mengubah konstitusi,
strategi, struktur dan nama). IASC berkeinginan untuk menjadi badan akuntansi yang lebih
independen dan profesional. Pada Maret 2001, IASC Trustees mengaktifkan Part B dari IASC
Constitution yang baru dan menetapkan non-profit Delaware corporation yang diberi nama
International Accounting Standards Committee Foundation untuk mengawasi IASB. Pada April
2001, IASB yang baru mengambil alih tanggung jawab IASC dalam menetapkan International
Accounting Standards.
IASB berkeinginan untuk membentuk satu standar pelaporan keuangan global yang
berkualitas. Selama pertemuan pertamanya, badan yang baru tersebut mengadopsi IAS dan SIC
(Standing Interpretation Committee) yang ada. IASB terus mengembangkan standar yang disebut
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Jadi IFRS adalah termasuk standar
dan interpretasi yang disetujui oleh IASB serta IAS dan SIC Interpretations yang diterbitkan
berdasarkan konstitusi sebelumnya.

KONVERGENSI IFRS
Konvergensi merupakan penggabungan dua hal atau lebih,untuk bertemu dan bersatu dalam
suatu titik.konvergensi standar akuntansi internasional (IFRS) berarti penggabungan atau
pengintegrasian standar akuntansi yang ada disetiap negara untuk digunakan atau diarahkan
kedalam satu titik tujuan yaitu IFRS (Internasional Accounitng Standard Board).
 Apa IFRS itu?
IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh IASB (International Accounting Standard Board).
 Konvergensi IFRS?
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah
penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan.Pendapat yang
memahami konvergensi IFRS adalah full adaption menyatakan indonesia harus
mengadopsipenuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs
sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009):Presentation of Financial Statements paragraf 19-
24.IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
STRUKTUR IFRS
o International Financial Reporting Standards mencakup:
o International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001
o International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
o Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
o Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum
tahun 2001
Konsep Pokok IFRS :
1.Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal neraca untuk laporan keuangan pertama
yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut sesuai dengan IFRS(sebagai
contoh 31 Desember 2006).
2.Tanggal transisi (transition date) adalah tanggal neraca awal untuk laporan keuangan
komparatif tahun sebelumnya (sebagai contoh 1 Januari 2005, jika tanggal pelaporan adalah31
Desember 2006). Pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS terkait dengan hal-halberikut:
1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi
2. Nilai wajar jumlah penilaiankembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih

Karakteristik IFRS
Sebagai standar akuntansi yang komprehensive dan diterima secara global, IFRS memiliki
beberapa karakteristik dasar (key characteristic) yang membedakannya dengan standar akuntansi
Amerika atau US GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), diantaranya adalah:
1. Menggunakan pendekatan priciples based bukan rules based
2. Lebih banyak penekanan pada interpretasi dan aplikasi dari prinsip
3. Lebih sedikit literature body/konten dibandingkan dengan US GAAP
4. Lebih sedikit panduan untuk setiap industri yang specifik dan lebih sedikit petunjuk detail
aplikasi
5. Lebih banyak menekankan pada substansi dari transaksi dan evaluasi apakah penyajian
akuntansi merefleksikan kenyataan ekonomis
6. Mengandalkan profesional judgment dalam perumusan kesimpulan akuntansi
Lebih banyak penggunaan fair value/nilai wajar sebagai dasar pengukuran

Sturktur Tata Kelola IFRS


Lembaga yang memiliki otoritas untuk menyusun IFRS adalah IASB, (International
Accounting Standard Board). IASB secara struktur bernaung dibawah International Accounting
Standard Commitee (IASC) foundation. IASC foundation memiliki peran menunjuk, memantau,
mengatur dan mendanai IASB, sebaliknya IASB secara langsung memberi laporan kepada IASC
Setarah dengan IASC, terdapat lembaga lainnya yaitu Trustees Appointment Advisory Group,
lembaga ini berfungsi memberi advice kepada IASC foundation. Selain itu juga dalam rangka
mendukung tugas dari IASB, IASC foundation mendirikan IFRIC, fungsi IFRIC adalah
memberikan interpretasi kepada IASB. Secara bersamaan IASC juga menunjuk IFRS advisory
council yang bertugas memberikan advise kepada IASB, sebaliknya, IFRS akan memberi
laporan kepada IASC foundation
IFRS
Advisory IFRIC
Council

Tujuan IFRS
Memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-
periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
IFRS digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, Hong Kong, Australia,
Malaysia, Pakistan, negara-negara GCC, Rusia, Afrika Selatan, Singapura, dan Turki. Sejak 27
Agustus 2008, lebih dari 113 negara di seluruh dunia, termasuk seluruh Eropa, saat ini
membutuhkan atau mengizinkan pelaporan berdasarkan IFRS. Sekitar 85 negara-negara
membutuhkan IFRS pelaporan untuk semua, perusahaan domestik yang terdaftar. Sedangkan di
Indonesia sendiri baru akan diadopsi mulai tahun 2012 mendatang.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar
yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif
internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung
dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu di seluruh dunia.
Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun
2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI
akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS dalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendifinisikan konvergensi IFRS itu sendiri,
berdasarkan pengalam konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di indonesia tidak
dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perysahaan di indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan
komisaris (Dual Board System) berpengaruh terhadap penentuan kapan perstiwa setelah tanggal
neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses
konvergensi IFRS denga target penyelesaian tahun 2012. IFRS menkankan pada priciple base
dibandingkan rule base.Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi
adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu Big Bang Strategy dan Gradual
Strategy.Big Bang Strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,tanpa melalui tahpan-tahapan
tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju.Sedangkan pada Gradual
Strategy,adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara
berkembang seperti indonesia.

 Mengapa negara kita saat ini mengacu pada IFRS?


Alasannya adalah kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar
dinegara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian internasional, dan dalam
pembuatan laporan keuangan yang dapat diakui secara internasional.Dapat dilihat dari semakin
banyaknya investasi asing yang masuk ke indonesia. Di mana kita harus siap bersaing dengan
tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya
permintaan akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan
akuntan berstandar internasional.Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau ketinggalan
dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut
Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka:
 Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada indsutri-industri
spesifik.
 Pendekatan terbesar pada substansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan
realitas ekonomi yang ada.
 Peningkatan daya banding laoran keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas
dipasar modal internasional.
 Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam
ketentuan pekaporan keuangan.
 Megurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analisis
 Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”

Apa manfaat konvergensi IFR, diantaranya :


 Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang dikenal secara internasional.
 Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund risisng melalui pasar modal
secara global.
 Menciptakan efisiensi penyususan laporan keuangan.
 Meningaktkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management.

Konvergensi IFRS di Indonesia


Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah
disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini
dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara
tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di
setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal
dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan
proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam
konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi
dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi
dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap
IFRS.
Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari Selasa, 23 Desember
2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untuk
convergence terhadap International Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan
standar akuntansi keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS
akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang
mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap
IFRS.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar
yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif
internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung
dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai
macam jurisdiksi di seluruh dunia. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi
terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia
melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi
laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah
dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca
atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa
melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan
pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh
negara – negara berkembang seperti Indonesia.

Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:


1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
Tingkatan Konvergensi Standar akuntansi disetiap negara berdasarkan tingkat adopsi IFRS
dapat dibagi dalam lima tingkat yaitu:
1. Full Adoption, mirip dengan big bang yaitu kondisi dimana suatu negara mengadopsi
seluruh standar IFRS dan menerjemahkan keseluruhan standar IFRS tanpa mengubah isi
didalamnya.
2. Adopted, kondisi dimana IFRS telah diadopsi di suatu negara namun terdapat sejumlah
penyesuaian yang dibuat berdasarkan kondisi negara tersebut.
3. Piecemeal, yaitu tingkat adopsi IFRS yang hanya mengadopsi sebagian besar nomor
IFRS, yaitu nomor standar tertentu dan paragraf tertentu saja.
4. Referenced, dimana para penyusun standar akuntansi dinegara tertentu menyusun sendiri
standar akuntansi dengan mengacu pada IFRS
5. Not adopted, dimana suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS atau tidak
menjadikan IFRS sebagai referensi penyusunan standari
Dampak IFRS terhadap Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Penyajian:
1. Konsep Other Comprehensive Income di dalam laba rugi komprehensif
2. Perubahan definisi-definisi sejumlah istilah seperti:
 Kewajiban menjadi Liabilitas
 Hak minoritas (minority interest) menjadi kepentingan nonpengendali (non-
controlling interest)
3. Pos Luar Biasa (extra ordinary item) tidak lagi diperbolehkan
4. Perubahan nama laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas:
 A statement of financial position as at the end of the period;
 A statement of comprehensive income for the period;
 A statement of changes in equity for the period;
 A statement of cash flows for the period;
 Notes, berisi ringkasan dari kebijakan akuntansi utama dan iformasi penjelasan
lainnya (explanatory information)
 A statement of financial position pada periode dimana perusahaan menerapkan salah
satu dari ketiga hal berikut ini:
 As at the beginning of the earliest comparative period when an entity applies an
accounting policy retrospectively or makes a retrospective restatement of items in its
financial statements, or when it reclassifies items in its financial statements.
5. Tidak diatur tentang format laporan
6. IFRS mensyaratkan penerapan prinsip prudential. IFRS mengijinkan pencatatan asset
berdasarkan nilai wajar. Tetapi penerapan nilai asset harus dengan prinsip kehati-hatian
7. Dibolehkan menggunakan Revaluation method untuk penilaian PPE (property, plant and
equipment)
Pengukuran:
1. Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair value). Standar IFRS lebih condong kepada
penggunaan nilai wajar, terutama untuk properti investasi, beberapa aset tak berwujud,
aset keuangan, dan aset biologis. Dengan demikian maka diperlukan sumber daya yang
kompeten untuk menghitung nilai wajar atau bahkan perlu menyewa jasa konsultan
penilai terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.
2. Penggunaan estimasi dan “judgement”. Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis
prinsip, akan lebih banyak dibutuhkan “judgement” untuk menentukan bagaimana suatu
transaksi keuangan dicatat.

Pengungkapan (disclosure):
IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif
maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/informasi
yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen.

Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pendidikan Akuntansi


1. Mahasiswa harus belajar tentang konsep dalam yang ada di dalam rerangka konseptual
(Conceptual framework)
2. Mahasiswa harus menguasasi teori-teori yang mendasari pelaporan keuangan: ekonomika
makro, keuangan, portfolio, dll.
3. Mahasiswa juga harus menguasai valuation theory.
4. Mahasiswa harus belajar bagaimana membuat judgments
5. Pembentukan IFRS Task Force
6. Kajian-kajian dan riset mengenai IFRS
7. Pengajaran principle based dan bukan rule based dan pengungkapan berdasarkan IFRS
8. Penggunaan text book berbasis IFRS
9. Pengetahuan mengenai pengungkapan berdasarkan IFRS.
10. Pemutakhiran materi ajar terutama untuk mata kuliah yang terkena dampak besar dari
konvergensi IFRS.

Anda mungkin juga menyukai