Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI–KEUANGAN

PRINSIP–AKUNTANSI
IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Dosen : Bapak Rizkison, SE.I, M.Si

Disusun Oleh
LINGGA TRI M M AKBAR
2421901866
AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
GICI
DEPOK
11 Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum (IAI)
Adapun prinsip dasar akuntansi terdapat sebelas prinsip yang digunakan dalam mencatat
transaksi.
1. Historical Cost Principle atau Prinsip Biaya Historis
Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan atas
suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau
jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka yang dinilai dan
dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.
Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa
digunakan seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga perolehan atau
harga akuisisi dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.
Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh kedua
belah pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh, sebidang tanah
memiliki harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,- Namun sebuah
perusahaan mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,- Maka yang diakui dan
dicatat adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara penjual dengan perusahaan
tersebut.

2. Revenue Recognition Principle atau Prinsip Pengakuan Pendapatan


Menjadi persoalan yang sangat penting bagi perusahaan tentang kapan pendapatan sudah
harus diakui. Pendapatan dapat dikatakan terealisasi apabila suatu produk sudah dipertukarkan
dengan kas dan diakui saat penjualan. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya suatu
pendapatan ialah dari jumlah kas maupun ekuivalennya yang diterima dari hasil transaksi
penjualan. Harga jual merupakan pengukuran objektif dari jumlah pendapatan yang diakui.
Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada kepastian
nilai nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas belum diterima
perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku usaha sehingga
memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh ketentuan lain tersebut di
antaranya :
 Pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai
 Pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang masih
dalam proses produksi
 Pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan

3. Matching Principle atau Prinsip Mempertemukan


Maksud dari prinsip ini adalah mempertemukan biaya dengan hasil pendapatan yang
muncul karena biaya yang telah dikeluarkan. Prinsip ini digunakan untuk menentukan besarnya
penghasilan bersih dari setiap periodenya. Biasanya prinsip ini digunakan saat pembuatan jurnal
penyesuaian. Adanya prinsip ini mengharuskan kita untuk menghitung berapa besar biaya yang
dikeluarkan dan berapa banyak pendapatan yang akan diperoleh.
Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak
berhubungan langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi. Biaya
administrasi adalah biaya yang  tidak berhubungan langsung dengan pendapatan meski
mendukung terjadinya pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode terjadinya
pendapatan tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.
Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan
produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan ditunda
pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke dalam periode-
periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut dihitung berdasarkan
jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya tersebut.
Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan adanya
jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan pendapatan. 

4. Consistency Principle atau Prinsip Konsistensi


Agar supaya laporan keuangan bisa kita bandingkan dari tahun ke tahun, maka metode
dan prosedur yang kita gunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari
tahun ke tahunnya. Sehingga jika nanti terdapat perbedaan, maka kita bisa segera mengetahuinya
bahwa perbedaan itu bukanlah selisih akibat dari penggunaan metode yang berbeda. Bukan
berarti konsistensi dimaksudkan sebagai larangan dalam mengganti metode, tapi masih ada
kemungkinan untuk melakukan perubahan metode yang sudah dipakai.
Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur
akuntansi. Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan
penjelasan alasan penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

5. Full Disclosure Principle atau Prinsip Pengungkapan Lengkap


Prinsip ini ialah menyajikan sebuah informasi lengkap dalam sebuah laporan keuangan.
Prinsip ini sangat diperlukan karena hanya melalui laporan keuanganlah kita bisa tahu kondisi
dari suatu perusahaan dan mengambil suatu keputusan dari perusahaan tersebut. Jika informasi
yang disajikan tidak lengkap, maka hal tersebut akan dapat menyesatkan pemakainya.
Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi
keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi
akuntansi. Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi
yang terjadi pada 1 periode. Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1 laporan.
Maka pada laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang diperlukan yang
tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut berupa catatan kaki atau
lampiran yang berisi :
 Metode akuntansi yang digunakan
 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi, taksiran,
dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan bagaimana perlakuan
perusahaan terhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail
tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material.
6. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)
Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha akan beroperasi
terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada perusahaan yang
menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali terjadi peristiwa tertentu misal
bencana alam.

7. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan pencatatan
akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan bisa dijual. Jika
tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

8. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)


Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan dalam
bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif. Contoh faktor non kuantitatif
ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya. Faktor-faktor ini tidak
termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam bentuk uang.
Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala sesuatu yang bisa
diukur dan dinilai dengan satuan uang.

9. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)


Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu. Arti prinsip ini adalah
penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu. Prinsip ini
bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur.

10. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)


Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini
mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudny, bahwa suatu perusahaan adalah
sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah dengan pribadi pemilik
ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah adalah dalam hal aset atau
kekayaan perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya pemisahan aset perusahaan dengan
kekayaan pribadi pemilik perusahaan yang bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua
transaksi keuangan yang terjadi tidak boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan
pencatatan pribadi pemilik

11. Prinsip Akuntansi Berlaku Umum Versi APB ( Accounting Principle Board)
Prinsip akuntansi dalam versi ini terdiri dari landasan konseptual seperti dalam rerangka
konseptual versi FASB dan PABU yang disebut landasan operasional atau praktik yang terdiri
dari prinsip mendasar, prinsip operasi umum, dan prinsip terperinci.

Anda mungkin juga menyukai