Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Dosen pengampu : Nikke Yusnita M., SE,M.Si

Disusun Oleh :
Armand Mulya Ramadhan (31119011)
Indra Setiawan (31119049)
Muhammad Yudis Satriaji (31119063)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang merupakan
tugas dari mata kuliah Akuntansi Manajemen .
Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Nikke
Yusnita M., SE,M.Si dan keluarga, teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan akhir kata, kami
mengucapkan banyak terimakasih, semoga makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kita
semua.

Serang, 1 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................................4
3. Tujuan Makalah...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Just In Time.......................................................................................6
B. Persyaratan Just In Time.....................................................................................7
C. Konsep Dasar Just In Time.................................................................................8
D. Strategi Penerapan Just In Tim ...........................................................................9
E. Manfaat Just In Time...........................................................................................9
F. Penerapan Just In Time.......................................................................................9
G. Kelemahan dan Kelebihan Just In Time...........................................................11

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan........................................................................................................12
2. Kritik dan Saran................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila memperhatikan faktor-
faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah satu faktor
penentu, yaitu waktu, yang dimana waktu ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi
keunggulan daya saing. Perusahaan yang ingin unggul dari faktor waktu maka harus dapat
melayani permintaan konsumennya dengan tepat waktu, mengurangi waktu untuk aktivitas yang
tidak bernilai tambah dan mengefisienkan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat
agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan
dan menerapkan konsep - konsep Just In Time (JIT).
Just In Time (JIT) dapat dikembangkan dan diterapkan pada semua aktivitas perusahaan dalam
rangkaian penciptaan nilai yaitu dengan cara desain dan pengembangan, pengadaan,
pemanufakturan, pemasaran, distribusi, dan pelayanan konsumen. Namun, dalam praktiknya, JIT
banyak diterapkan untuk pengadaan (pembelian) dan pemanufakturan. Strategi ini harus
fleksibel, waktu pakai produknya singkat, serta mampu memperkecil waktu produksi
(manufacturing lead time) dan distribusi (ordering lead time).
JIT dalam hal ini, memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan
sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan
alat-alat statistik apa yang seharusnya diberikan. Tujuan JIT adalah untuk meningkatkan laba dan
posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan
kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu hal yang perlu selalu di ingat yaitu
peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan survive, tetapi tidak memiliki daya
saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana.

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT) ?


2.      Apa saja yang termasuk Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT) ?
3.      Apa saja manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT) ?
4.      Bagaimana Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT) ?
5.      Apa saja Aspek JIT dan Bagaimana keunggulan yang diterapkan JIT untuk Bersaing ?
6.      Apa saja kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time (JIT) ?
7.      Bagaimana Strategi yang ada pada Just In Time (JIT) ?

4
C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan Pembahasan Makalah ini adalah :


1. Mengidentifikasi Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT).
2. Menjelaskan Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT).
3. Menjelaskan manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT).
4. Memahami Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT).
5. Menjelaskan Aspek JIT dan memahami keunggulan yang diterapkan JIT untuk Bersaing.
6. Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time (JIT).
7. Menjelaskan Strategi yang ada pada Just In Time (JIT)

5
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI DAN ASUMSI YANG MENDASARI BEP

Beberapa definisi BEP :

Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak memperoleh laba
dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan
(revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap saja.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan pen!ualan, dimana total biaya (tetap dan variabel) sama
dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak rugi.

Menurut Bambang Bianto (1995 ; 360) Break even point adalah “ Volume penjualandimana
penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan ataupun menderita kerugian.

Sedangkan menurut S.Munawir (2002 : 458) titik break event atau tititk pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = biaya total).

Asumsi yang mendasari BEP adalah :

1. Variabelitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.


Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam perhitungan impas,
sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume pen!ualan.
2. Harga Jual produk dianggap tidak berubah ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
jika dalam usaha menaikan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual atau dengan
memberikan potongan harga, maka hal ini mempengaruhi hubungan biaya volume laba.
3. Kapasita produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan kapasitas produksi
akan berakibat pada penamjahan biaya tetap dan akan mempengaruhi huungan biaya volume
laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. jika harga bahan baku dan tarif upah
menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai dasar perhitungan impas,
maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba.
5. Efesiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya karena adanya
penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau  perubahan metode produksi,
maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan

6
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah, jika perusahaan menjual lebih dari
satu macam produ, maka meskipun volume penjualan sama tetapi apabila komposisinya
berbeda, mak hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan penjualan.

8. Bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

PERHTUNGAN BEP

1. Cara Trial and Error 

Yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume produksi/penjualan tertentu.Apabila


perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih
rendah, dan sesaliknya. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi
dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total.

contoh :

Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesan Rp 300.000. Biaya variabel per unit Rp 40. Harga
jual per unit Rp l00. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. BEP usaha ini dihitung dengan cara coba-
coba dengan menghitung keuntungan saat  volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000
unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut,

(6.000 x Rp. 100) - (Rp. 300.000 + (6.000 x Rp. 40)

Rp. 600.000 - (Rp. 300.000 + Rp. 240.000)= Rp. 60.000

Atau

Hasil dalam unit adalah Rp.60.000/Rp.100 = 6.000unit

Jadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa
BEP-nya terletak di baeah 6.000 unit.

Misalnya volume produksi 5.00 unit, dan perhitungannya :

(5.000 x Rp. 100) – (Rp. 300.000 + (5.000 x Rp. 40)

Rp. 500.000 – ( Rp. 300.000 + Rp. 200.000) = Rp. 0

Ternyata, pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai BEP yaitu dimana keuntungan netonya
sama dengan nol.

2. Rumus Al!abar / Matematis

a. Dasar Unit= 5.000 unit

 b.Dasar Sales (dalam rupiah) = Rp. 500.000

3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan kapasitas produksi akan
berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba.

7
4. Harga factor-faktor produksi dianggap tidak berubah, Jika harga bahan baku dan tarif upah
menyimpang terlalu jauh dibanding dengan data yang dipakai sebagai dasar perhitungan impas, maka
hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba.

5. Efesiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya karena adanya
penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau perubahan metode produksi, maka hal
ini akan mempengaruhi hubungan biaya volume laba.

6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan

7. Komposisi produk yang akan di!ual dianggap tidak berubah, jika perusahaan menjual lebih dari satu
macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi apabila komposisinya berbeda, maka
hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan penjualan.

MARGIN OF SAFETY

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar
perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan
yang akan dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak
menderita rugi.Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas
merupakan angka margin of safety.

Contoh. PT. ELIONA merencanakan volume penjualan sebesar Rp. 172.000.000, sedangkan menurut
perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp 103.200.00 Angka margin of safety
adalah sebesar RP. 68.800.000 (Rp. 172.00.000 -Rp. 103.200.000) atau jika dinyatakan dalam presentase
angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40%(Rp68.800.000; Rp 172.000.000).

Angka margin of safety ini memberikan berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan
tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi dengan kata lain angka margin of safety
membrikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan, yang tidak
mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan yang
dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah
sebesar Rp. 68.800.000 atau 40%nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.

Angka margin of safety ini berhubungan dengan laba apabila dihubungkan dengan marginal income ratio
(Profit-Volume ratio).

Laba = Provit volume ratio x margin of safety ratio

Dapat memakai data diatas dapat diketahui;

Laba = 75% x 40% = 30%

BEP UNTUK PRODUK LEBIH DARI SATU

Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari satu macam produk, manajemen tidak
hanya menghadapi masalah mencari komposisi produk yang dijual yang menghasilkan laba maksimum,
nmun juga memerlukan informasi kontribusi masing-masing produk dalam menghasilkan laba
perusahaan secara keseluruhan.

8
PT El Sari menjual tiga macam produk A,B, dan C. Harga Jual,Biaya Variable,dan Laba Kontribusi per
satuan, serta total biaya tetap disajikan pada table berikut:

A B C

Harga Jual per satuan Rp. 25 Rp. 30 Rp. 50


Biaya Variasi per Rp. 15 Rp. 12 Rp. 15
satuan

Laba Kontibusi per Rp. 10 Rp. 18 Rp. 35


satuan
Total Biaya Tetao Rp. 500.000

Misalkan, PT El Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut: Produk A =10.000
unit:Produk B =15.000 unit: Produk C=10.000 unit.Perhitungan Laba kontribusi untuk masing
masing,Produk disajikan pada table berikut:

Produk Pendapatan Biaya Variable Laba Presentasi Profit Volume


Penjualan Kontribusi Biaya variable Rasio
dan Hasil
Penjualan
A Rp. 250.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000 60% 40%

B Rp. 450.000 Rp. 180.000 Rp. 270.000 40% 60%


C Rp. 500.000 Rp. 150.000 Rp. 350.000 30% 70%

Rp. 1.200.000 Rp. 480.000 Rp. 720.000 40% 60%


Biaya Tetap = Rp. 500.000

Biaya Variable = Rp. 220.000

Impas = Rp 500.000/ 0,6 = Rp. 833.333

APLIKASI MANAJERIAN DARI ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

Hubungan antara biaya, volume, dan Laba dipengaruhi oleh 5 fakto atau suatu kombinasi daktor factor
berikut:

1. Harga jual satuan


2. Volume penjualan
3. Komposisi produk yang dijual
4. Biaya variable pertahun

9
5. Total biaya tetap

Agar perencananan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak
perubahan masing-masing fakto tersebut terhadap laba bersih, impas, dan return of investmen
perusahaan.

Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan
volume merupkan alat yang efektif dalam penyajian informasi bagi manajemen untuk keperluan
perencanaan jangka pendek. Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan
atau usaha usaha yang akan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba,
sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan dating.

BAB III

10
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya
hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen. Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang
digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu
bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
Tujuan  Just  In Time menghasilkan sebuah  produk  hanya  jika dibutuhkan dan  hanya dalam
kuantitas yang diminta oleh para pelanggan.  Sehingga system JIT ini dapat memberikan manfaat
lebih bukan hanya untuk konsumen namun  perusahaan yang melakukan proses produksi dapat
menghemat waktu dan pengeluaran untuk proses produksi tersebut.
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just in
Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu : menghasilkan produk yang sesuai
dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan, memproduksi dengan jumlah kecil,
menghilangkan pemborosan, memperbaiki aliran produksi, menyempurnakan kualitas produk,
orang-orang yang tanggap, menghilangkan ketidakpastian, penekanannya pada pemeliharaan
jangka panjang.

2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk kedepannya penulis
akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan sumber yang lebih banyak dan
dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan penulis.

11
REFERENSI :
http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2101396-pengertian-break-event-
point/#ixzz1oGheK217
http://dokumen.tips/download/link/makalah-analisis-biaya-volume-laba

12

Anda mungkin juga menyukai