Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobbil’aalamiin, puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah


SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata
kuliah Etika dan Hukum Keperawatan dengan membahas penerapan kode etik keperawatan di
RS X dalam bentuk makalah.
Kami menyadari bahwa didalam penyusunan tugas ini,tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi.Namun kami menyadari pula bahwa kelancaran ,dalam penyusunan tugas ini
tidak lain berkat rahmat dari Allah SWT.Kemudian bantuan,dorongan dan bimbingan rekan-
rekan juga memudahkan kami, sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat teratasi dengan
baik.Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi materi maupun sistematika
penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Bandung, Oktober 2019


Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa,serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan.Upaya untuk memberikan keperawatan yang bermutu ini dapat dimulai perawat
dari adanya rasa tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu,keluarga dan masyarakat.Sebagai salah
satu tenaga profesional,keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge
yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan langsung kepada
masyarakat.
Keperawatan juga merupakan salah satu profesi yang berkecimpung
untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang
mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering
digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik
itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas
dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan
dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode
etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau
provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.
Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan
praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan yang tentunya diatur dengan
adanya kode etik,dapat dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek,kelalaian
ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya baik itu pelayanan yang terkait etika
atau pelanggaran yang terkait dengan masalah hukum.
Rumah sakit X sebagai salah satu rumah sakit pendidikan dengan berbagai pelayanan
kesehatan yang diberikan,dan salah satunya adalah keperawatan,tentunya diperlukan pedoman
etik dalam pelayanan keperawatan yang diterapkan.Sehingga praktek keperawatan yang
diberikan dapat dipertanggung jawabkan baik secara etik maupun secara legal formal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kode etik
2. Apa tujuan dari kode etik
3. Apa fungsi dari kode etik
4. Apa kode etik keperawatan

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kode etik
2. Untuk mengetahui tujuan dari kode etik
3. Untuk mengetahui fungsi dari kode etik
4. Untuk mengetahui apa kode etik keperawatan Indonesia
5. Untuk mengetahui dan menganalisa contoh pelanggaran kode eti
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik
secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia,
1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David
(1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai
motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan
tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa
etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau
nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)

B. TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik
merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan
membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang
meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu
dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian
pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya
persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah
keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan
adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)

C. TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang
berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang
menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak
memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan
perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori
ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari
atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan
kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori
ini melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
D. PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)

E. FUNGSI KODE ETIK


1. Menurut Kozier dan Erb ( 1989 )
a. Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat,pasien,tenaga
kesehatan lain,masyarakatdan profesi kesehatan
b. Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
c. Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek
keperawatan.Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan.
2. Menurut PPNI
a. Kodeetik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepada perawat oleh masyarakat.
b. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam menerapkan praktek etika.
c. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan professional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien atau klien sebagai
advocator,perawat dengan tenaga kesehatan lain sebagai teman sejawat dengan
profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan.
d. Kode etik perawatmemberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

F. DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN


Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku
dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan
keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari
pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan dari etika keperawatan
adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-
tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari
informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat,
diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah
upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan. ( PPNI, 2000 )

Teks kode etik keperawatan Indonesia tahun 2000


Pasal 1 Perawat dan klien
1. Perawat dalam memberikan perawatan terhadap klien tidak terpengaruh kedudukan
sosial poltik dan agama yang dianut serta warna kulit,umur, jenis kelamin, aliran,
pertimbangan kebangsaan, kesukuan.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan kelangsungan
hidup bearagama dari klien.
3. Tanggumg jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketaqhui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pasal II Perawat dan praktik
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan sertaketerampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang dalam melakukan
konsultasi,menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.
Pasal III Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tugas tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakasai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
Pasal IV Perawat dan teman sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

Pasal V Perawat dan profesi


1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai pengembangan profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.

Kode etik keperawatan Indonesia : Terdiri dari 5 Babdan 17 pasal, yaitu:


1. Tanggung jawab perawat terhadap individu,keluarga dan masyarakat
a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan
individu,keluarga dan masyarakat.
b. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dibidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu,keluarga dan
masyarakat.
c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi keluarga,individu dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan perasaan tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi leluhur keperawatan.Tanggung jawab kepada Negara.
d. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan individu,keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan
khususnya serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban
bagi kepentinganmasyarakat.
2. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
a. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
utuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melakasanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
3. Tanggung jawab perawat terhadap sesame perawat dan profesi kesahan lainnya.
a. Perawat senantiasa melihara hubungan baik antara seama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memlihara kerahasiaan Susana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat senantiaa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari
profesi laindaam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggung jawab terhadap profesi keperawat
a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesiaonal secara
sendiri-sendiri dan atau secara bersama dengan jalan menanbah ilmu
pengetahuan, keterampilan,dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan ke perawatan.
b. Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi kepreawatan dengan menunjukan
prilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat secara bersama-bersama membina dan memilahara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai saran pengabdian
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa, dan Negara
a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalammenyubangkan pokiran kepada
pemerintahdalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyaraka
BAB III
PERUMUSAN MASALAH

A. REALITAS PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN DI RS X


Secara umum,untuk melaksanakan atau mengawal penerapan kode etik di RS X maka
bidang keperawatan RS X telah membentuk “Panitia Etik dan Kredensial”
Pelaksanaan Kode Etik Keperawatan di RS X berdasarkan pasal- pasal Etika Keperawatan
Indonesia:
1. PASAL I PERAWAT DAN KLIEN
Secara garis besar, pasal ini telah dilaksanakan dengan baik di RS X.Prinsip pada
pasal ini adalah memandang klien sebagai individu yang holistic dan bersifat
unik,dalam hal ini untuk menjabarkan prinsip etika ini RS X telah berusaha
memenuhinya dengan membuat berbagai Protap, diantaranya Protap pelayanan
keperawatan rawat inap, Protap pelayanan kerohanian, Protap pelayanan
keperawatan pasien terminal, Protap pelayanan pasien dengan HIV, Protap
Kerahasian pasien.
2. PASAL II PERAWAT DAN PRAKTIK
RS X sebagai RS pendidikan selalu senantiasa meningkatkan mutu
pelayanannya,diantaranya dengan peningkatan mutu praktek keperawatan.Dalam hal
peningkatan mutu praktek keperawatan ini erat kaitannya dengan peningkatan mutu
SDM Keperawatan,baik secara formal maupun informal.Secara formal,Bidang
keperawatan sangat mendukung peningkatan kualifikasi pendidikan bagi perawat
yang akan melanjutkan pendidikan formal,baik S1 Keperawatan,maupun S2
Keperawatan.Tentunya dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan
klinik,sehingga walaupun ada sejumlah perawat yang menempuh pendidikan secara
bersamaan,namun pelayanan keperawatan tidak ditinggalkan.
Peningkatan kualitas praktik keperawatanjuga telah dilakukan melalui pendidikan
informal,diantaranya dengan mengadakan berbagai pelatihan,seminar,dan beberapa
kegiatan lain yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dan profesionalitas
perawat di RS X.
3. PASAL III PERAWAT DAN MASYARAKAT
Dalam kaitannya denganpasal ini,perawat di RS X telah menjalankan peran
aktifnya,melalui berbagai kelompok/paguyuban pasien tertentu.Didalam
perkumpulan tersebut dilakukan berbagai kegiatan,terutamakegiatan preventif dan
promotif dan disitulah peran etik perawat telah dijalankan.
4. PASAL IV PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT
Hubungan antara perawat/teman sejawat di RS X sejauh ini sangat baik,karena
selama ini keakraban/silaturahmi terus menjadi perhatian utama terutama dengan
diadakan berbagai acara rutin yang bersifat persahabatan. Danuntuk menjaga kondisi
lingkungan kerja yang kondusif maka RS X telah membuat beberapa aturan tidak
tertulis yang berkaitan dengan hal tersebut,diantaranya : apabila ada suami istri yang
berprofesi sebagai perawat maka suami istri tersebut tidak akan ditempatkan
dibangsal yang sama,apabila dalam satu ruangan terdapat konflik antarateman
sejawat maka tugas kepala ruangan untuk menangani perawat tersebut,namun bila
tidak dapat teratasi maka penanganannya akan diserahkan ke Bidang Keperawatan.
Dalam hal hubungan dengan profesi lain, masih ada beberapa profesi yang
memandang sebelah mata kompetensi perawat, tentu saja hal tersebut menjadi
tantangan tersendiri bagi perawat untuk menunjukkan kompetensi dan
profesionalitasnya.Dalam hal menegur profesi lain,untuk melindungi klien dari
tenanga kesehatan yang memberikan pelayan kesehatan secara tidak kompeten,tidak
etisdan illegal masih jarang dilakukan.Padahal apabila dilihat secara jujur ada
beberapa oknum profesi lain yang melakukan tindakan yang kurang etis terhadap
pasien,namun hanya sedikit perawat yang berani menegur oknum tersebut .
5. PASAL V PERAWAT DAN PROFESI
Perawat di RS X mempunyai wadah profesi yaitu PPNI, namun selama ini peran
PPNI kurang terlihat perannya. Perawat di RS X sebagian besar masih belum bias
membedakan antara peran PPNI dan peran Bidang Keperawatan. Sebagai contoh,
apabila ada anggota PPNI yang melakukan pelanggaran kode etik, apabila ditangani
oleh PPNI atauoleh Bidang Keperawatan?
B. PERMASALAHAN PENERAPAN KODE ETIK KEPERAWATAN DIRUMAH
SAKIT
Walaupun penerapan etik keperawatan telah dilaksanakan di RS X , namun tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam pelaksanaannya mengalami beberapa permasalahn, diantaranya:
1. Apakah semua perawat memahami kode etik keperawatan ?
2. Bagaimana system reward and punishment diterapkan?
3. Dimana perbedaan kewenangan anatara organisasi PPNI dan Bidang
keperawatan dalam menangani pelanggaran kode etik keperawatan di RS X?
4. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan atau pengobatan
dan lebih memilih pengobatan alternative diluar medis.
5. Masalah antara peran merawat dan mengobati.
6. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang pasien.
C. PENYELESAIAN MASALAH
Sejauh ini secara garis besar RS X telah membuat mekanisme penyelesaian masalah
etika keperawatan,hal ini diantaranya :
1. Apakah semua perawat memahami kode etik keperawatan ?
Perlu dilakukan sosialisasi tentang kode etik profesi bagi perawat,terutama
terhadap perawat
2. Bagaiman sistem reward and punishment diterapkan ?
Telah terbentuk “Panitia Etika dan Kredensial Keperawatan” yang bertugas
mengawasi dan membina perawat yang melanggar etik.Berikut ini adalah
beberapa contoh kategori pelanggaran kode etik yang tercantum dalam Buku
Panduan “Panitia etika dan kredensial keperawatan”:
a. PELANGGARAN RINGAN
1 .Datang terlambat tanpa konfirmasi.
2 .Memalsu daftar hadir dengan memalsu tanda tangan kehadiran.
3. Pulang lebih awal tanpa ijin.
4. Tidak mengisi daftar hadir.
5. Berpakaian dengan atribut tidak lengkap ( sepatu,name tag,tanda
pengenal,cap perawat,kerudung yang tidak sesuai ).
b. PELANGGARAN SEDANG
1. Meninggalkan tempat kerja untuk kepentingan pribadi tanpa ijin.
2. Tidak jujur,tidak tertib dan tidak cermat dalam pekerjaan.
3. Kurang bertanggung jawab dalam pemeliharaan barang-barang.
4. izin lebih dari 3x dalam seminggu.
5. Dendam terhadap teman kerja.
c. PELANGGARAN BERAT
1. Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi.
2. Menyalahgunakan uang,barang,surat berharga milik Negara.
3. Melakukan kegiatan atau kerjasama dengan teman sejawat atau orang
lain dilingkungan kerja untuk mendapatkan kepentingan pribadi.
4. Mencemarkan kehormatan /martabat perawat.
5. Menjual belikan,memeiliki dan menggunakan dokumen serta surat
milik negara secara tidak sah.
6. Bertindak sewenang-wenang.
7. Melakukan tindakan yang merugikan bagi yang dilayani.
8. Membocorkan rahasia negara.
9. Melakukan pungutan yang tidak sah pada waktu menjalankan tugas.
KLARIFIKASI PUNISHMENT PELANGGARAN ETIKA
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Membuat surat pernyataan
d. Klarifikasi oleh tim etik
e. Khusus pada kasus tertentu bisa langsung ke Tim Pembina Pegawai
Rumah Sakit.

3. Dimana perbedaan kewenangan antara organisasi PPNI dan Bidang


Keperawatan RS X ?
Didalam struktur organisasi panitia Etik Kredensial Perawat,seharusnya
organisasi PPNI dilibatkan dalam dalam menangani masalah etik perawat dan
peran organisasi profesi dapat terlibat secar aktif.Berikut ini adalah gambar
struktur organisasi Panitia Etik Kredensial RS X

DIREKTUR

KOMITE KABID KOMITE ETIK


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
KOMISI B ( ETIK KETUA PANITIA
DAN KREDENSIAL ) ETIK KREDENSIAL

SEKRETARIS

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

4. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan atau


pengobatan dan lebih memilih pengobatan alternative diluar medis.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-
bentuki pengobatan sebagai alternatif tindakan.Dan berkembangnya
teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai
dengan kondisinya.Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja
terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor,seperti
pengetahuan,tuntutan untuk dapat sembuh cepat,keuangan,social,dan
lain-lain.Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan
merupakan hak pasien dan merupahan hak autonomy pasien,pasien
berhak memilih,menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap
tidak sesuai dengan dirinya,yang perlu dilakukan oleh perawat adalah
memfasilitasi kondisi ini dengan disertai bukti tertulis sesuai SOP
Penolakan tindakan sehingga tidak terjadi konflik yang dapat
menimbulkan masalah-masalah yang lebih tidak etis.
5. Masalah antar peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat
adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagi
faktor seringkali peran ini menjadi kabur dengan peran mengobati.
Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakukan
pengobatan banyak terjadi di Indonesia,terutama oleh perawat yang
berada didaerah pedesaan ( perifer ). Antara pengetahuan perawat
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga
kurangnya sosialisasi UU Keperawatan yang baru.
6. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang milik pasien
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering,yang
berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh : ada
pasien yang meninggal,kemudian perawat membereskan dan
memasukkan dalam inventaris ruangan tanpa seizin keluarga
pasien.Hal tersebut sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan
tersebut sudah tidak berarti bagi pasien,memang benar tidak ada
artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain.Yang
penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informasi yang jelas
terhadap keluarga pasien dan izin dari keluarga pasien merupakan hal
yang sangat penting. Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu
secara pasti untuk apa obat itu diambil

BAB I V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan
nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang
kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang
menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis
profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan
kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau
dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-
prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Adapun saran untuk RS X ,walaupun pelaksanaan kode etik keperawatan telah
berusaha diterapkan,namun menurut kami hal tersebut masih diperlukan beberapa
perbaikan,diantaranya:
1. Peran “Panitia Etik Kredensial” perlu lebih ditingkatkan.
2. Organisasi profesi PPNI RS X harus lebih mengambil peran aktif terhadap
pembinaan etik para anggotanya
3. Sosialisasi dan pemahaman tentang kode etik perawat merupakan hal yang penting
untuk dilakukan,sehingga perawat RS X dapat menerapkannya dalam praktik
keperawatan.
4. Penerapan system reward and punishment harus dapat dilaksanakan secara
konsisten sehingga dapat menumbuhkan kesadaran diri perawat terhadap
penerapan kode etik keperawatan.
Demikian beberapa saran yang dapat kami berikan,semoga dapat bermamfaat bagi
kemajuan RS X.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23
Februari 2010 pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-
utilitarisme-deontologi/

Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by
Lippicot Philadelpia, New York.

Anda mungkin juga menyukai