Anda di halaman 1dari 6

HEPATITIS B

2.1. Definisi Virus Hepatitis B


Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan hati yang
dapat disebabkan oleh infeksi, obat -obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun
kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus, bakteri, maupun parasit merupakan
penyebab terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak dari
infeksi tersebut. Infeksi virus hepatitis masih merupakan masalah kesehatan utama,
baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara maju. (Kemaladina, 2011)
Hepatitis B adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui darah dimana
virus ini adalah yang paling menular dan di banyak bagian dunia, prevalensinya sangat
tinggi . Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat
menyebabkan penyakit akut maupun kronik dan secara potensial merupakan infeksi
hati yang mengancam nyawa disebabkan oleh virus hepatitis B. (WHO, 2012)
Menurut Dorland (2002), Hepatitis B adalah penyakit virus yang disebabkan oleh
virus hepatitis B yang endemik di seluruh dunia. Hepatitis B mempunyai nama lain,
yaitu hepatitis tipe B, serum hepatitis dan penyakit kuning serum homologous. Menurut
Franco et al. (2012), infeksi virus hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius dimana infeksi dapat ditularkan melalui hubungan seksual , kontak
parenteral atau dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat lahir dan, jika menginfeksi
sejak awal kehidupan, dapat menyebabkan penyakit hati kronik, termasuk sirosis dan
karsinoma hepatoselular.(WHO, 2012)

2.2. Epidemiologi Virus Hepatitis B


Prevalensi Hepatitis B tertinggi di sub-Sahara Afrika dan Asia Timur, di mana
antara 5-10% dari populasi orang dewasa terinfeksi secara kronis. Tingginya tingkat
infeksi kronis juga ditemukan di Amazon dan bagian selatan Eropa timur dan
tengah. Di Timur Tengah dan anak benua India, diperkirakan 2-5% dari populasi umum
terinfeksi secara kronis. Kurang dari 1% dari populasi Eropa Barat dan Amerika Utara
secara kronis terinfeksi. (WHO, 2016)
Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang hidup dengan Hepatitis B
kronis dan 30 juta orang hidup dengan hepatitis C kronis. Setiap tahun di wilayah
tersebut, Hepatitis ,B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian.
Sementara, Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000
kematian. (Kemenkes RI, 2016)
Prevalensi Hepatitis B kronis adalah sekitar 8% di Democratic People's Republic
of Korea, Myanmar Thailand, dan Indonesia, sedangkan prevalensi di Timor-Leste
diperkirakan pada 6 -7%. Sementara itu, terdapat negara tertentu di kawasan Asia
Tenggara yang memiliki sejumlah besar kasus Hepatitis virus. India misalnya, memiliki
hampir 40 juta orang dengan infeksi HBV kronis dan 12 juta orang terinfeksi dengan
HCV kronis. Selain itu, sekitar 65% dan 75% dari orang-orang dengan HBV kronis dan
infeksi HCV, masing-masing tidak menyadari status mereka. Wilayah ini juga memiliki
kasus besar Hepatitis A dan E, yang mana lebih dari 50% beban Hepatitis E global ada
dalam wilayah ini. (Kemenkes RI, 2016)
Sementara itu di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menemukan
bahwa prevalensi HBsAg adalah 7,2%. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan
dengan data tahun 2007, yaitu 9,4% pada populasi umum. Diperkirakan 18 juta orang
memiliki Hepatitis B dan 3 juta orang menderita Hepatitis C. Sekitar 50% dari orang-
orang ini memiliki penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10% berpotensi menuju
fibrosis hati yang dapat menyebabkan kanker hati. Angka-angka ini menunjukkan
bahwa 1.050.000 pasien memiliki potensi untuk menjadi kanker hati. Untuk itu,
surveilans Hepatitis B dan Hepatitis C telah dilakukan di kalangan penduduk berisiko
tinggi. (Kemenkes RI, 2016)

2.3. Etiologi Virus Hepatitis B


Virus hepatitis B (HBV) termasuk golongan hepadnavi rus tipe 1 dan merupakan
virus hepadna yang pertama kali ditemukan. Hepadnavirus juga ditemukan pada
marmut, tupai, dan bebek; tetapi virus yang menginfeksi binatang tersebut tidak dapat
menular pada manusia. Selain manusia, Human HBV juga dapat menginfeksi simpanse.
Virus hepatotropik ini mengandung DNA dengan cincin ganda sirkular yang terdiri dari
3200 nukleotida dengan diameter 42 nm dan terdiri dari 4 gen. Virus hepatitis B dapat
ditemukan dalam 3 komponen yaitu partikel lengkap berdiameter 42 nm, part ikel bulat
berdiameter 22 nm, dan partikel batang dengan lebar 22 nm dengan panjang bervariasi
sampai 200 nm. Pada sirkulasi, komponen terbanyak adalah bentuk bulat dan batang
yang terdiri atas protein, cairan, dan karbohidrat yang membentuk hepatitis B surface
antigen (HBsAg) dan antigen pre-S. Bagian dalam dari virion adalah core. Core
dibentuk oleh selubung hepatitis B core antigen (HBcSg) yang membungkus DNA,
DNA polymerase, transcriptase, dan protein kinase untuk replikasi virus. Komponen
antigen yang terdapat dalam core adalah hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen ini
menjadi petunjuk adanya replikasi virus yang terjadi pada limfosit, limpa, ginjal,
pankreas dan terutama hati. HBeAg merupakan pertanda tidak langsung dari derajat
beratnya infeksi. (Cahyono, 2010)
Apabila kita ingin mengenal seluk beluk infeksi virus hepatitis B, mau tidak mau
kita harus mengenal berbagai penanda virus hepatitis B, baik dalam bentuk antigen
(HBsAg, HBeAg, HBcAg), DNA virus hepatitis B, dan respon tubuh sebagai tanggapan
terhadap antigen yang masuk kedalam tubuh.seseorang. (Cahyono, 2010)

2.4. Patogenesis Virus Hepatitis B


Infeksi VHB berlangsung dalam dua fase. Selama fase proliferatif, DNA VHB
terdapat dalam bentuk episomal, dengan pembentukan virion lengkap dan semua
antigen terkait. Ekspresi gen HBsAg dan HBcAg di permukaan sel disertai dengan
molekul MHC kelas I menyebabkan pengaktifan limfosit T CD8+ sitotoksik. Selama
fase integratif, DNA virus meyatu kedalam genom pejamu. Seiring dengan berhentinya
replikasi virus dan munculnya antibodi virus, infektivitas berhenti dan kerusakan hati
mereda. Namun risiko terjadinya karsinoma hepatoselular menetap. Hal ini sebagian
disebabkan oleh disregulasi pertumbuhan yang diperantarai protein X VHB. Kerusakan
hepatosit terjadi akibat kerusakan sel yang terinfeksi virus oleh sel sitotoksik CD8+
(Kumar et al, 2012).
Proses replikasi VHB berlangsung cepat, sekitar 1010 -1012 virion dihasilkan
setiap hari. Siklus hidup VHB dimulai dengan menempelnya virion pada reseptor di
permukaan sel hati (Gambar 3). Setelah terjadi fusi membran, partikel core kemudian
ditransfer ke sitosol dan selanjutnya dilepaskan ke dalam nucleus (genom release),
selanjutnya DNA VHB yang masuk ke dalam nukleus mula-mula berupa untai DNA
yang tidak sama panjang yang kemudian akan terjadi proses DNA repair berupa
memanjangnya rantai DNA yang pendek sehingga menjadi dua untai DNA yang sama
panjang atau covalently closed circle DNA (cccDNA). Proses selanjutnya adalah
transkripsi cccDNA menjadi pre-genom RNA dan beberapa messenger RNA (mRNA)
yaitu mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs (Hardjoeno, 2007).
Semua RNA VHB kemudian ditransfer ke sitoplasma dimana proses translasi
menghasilkan protein envelope, core, polimerase, polipeptida X dan pre-C, sedangkan
translasi mRNA LHBs, MHBs, dan mRNA SHBs akan menghasilkan protein LHBs,
MHBs, dan SHBs. Proses selanjutnya adalah pembuatan nukleokapsid di sitosol yang
melibatkan proses encapsidation yaitu penggabungan molekul RNA ke dalam HBsAg.
Proses reverse transcription dimulai, DNA virus dibentuk kembali dari molekul RNA.
Beberapa core yang mengandung genom matang ditransfer kembali ke nukleus yang
dapat dikonversi kembali menjadi cccDNA untuk mempertahankan cadangan template
transkripsi intranukleus. Akan tetapi, sebagian dari protein core ini bergabung ke
kompleks golgi yang membawa protein envelope virus. Protein core memperoleh
envelope lipoprotein yang mengandung antigen surface L, M, dan S, yang selanjutnya
ditransfer ke luar sel (Hardjoeno, 2007).

2.5. Patofisiologi Virus Hepatitis B


Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B
mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami
penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma,
sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel
dinding hati. Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel
pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA
VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis
B dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi (Mustofa &
Kurniawaty, 2013).
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel, terbukti
banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan hati ringan.
Respon imun host terhadap antigen virus merupakan faktor penting terhadap kerusakan
hepatoseluler dan proses klirens virus, makin lengkap respon imun, makin besar klirens
virus dan semakin berat kerusakan sel hati. Respon imun host dimediasi oleh respon
seluler terhadap epitop protein VHB, terutama HBsAg yang ditransfer ke permukaan
sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA) class I-restricted CD8+ cell mengenali
fragmen peptida VHB setelah mengalami proses intrasel dan dipresentasikan ke
permukaan sel hati oleh molekul Major Histocompability Complex (MHC) kelas I.
Proses berakhir dengan penghancuran sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik
CD8+ (Hardjoeno, 2007).
2.6. Transmisi Penularan Virus Hepatitis B
Virus hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 7
hari.Selama ini, virus masih dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang
yang tidak dilindungi oleh vaksin. Masa inkubasi dari hepatitis B virus adalah 75 hari
rata-rata, tetapi dapat bervariasi 30 sampai 180 hari. Virus ini dapat dideteksi dalam
waktu 30 sampai 60 hari setelah infeksi dan dapat bertahan dan berkembang menjadi
hepatitis B kronis. (WHO, 2016)
Di daerah endemis tinggi, hepatitis B yang paling umum menyebar dari ibu ke
anak saat lahir (transmisi perinatal), atau melalui transmisi horizontal (paparan darah
yang terinfeksi), terutama dari anak yang terinfeksi pada anak yang tidak terinfeksi
selama 5 tahun pertama kehidupan. Perkembangan infeksi kronis sangat umum pada
bayi yang terinfeksi dari ibu mereka atau sebelum usia 5 tahun. (WHO, 2016)
Hepatitis B juga disebarkan oleh perkutan atau mukosa, paparan darah yang
terinfeksi dan berbagai cairan tubuh, serta melalui air liur, haid, vagina, dan cairan
mani. Penularan hepatitis B dapat terjadi, terutama pada pria yang tidak divaksinasi
yang berhubungan seks dengan laki-laki dan orang heteroseksual dengan banyak
pasangan seks atau kontak dengan pekerja seks. Infeksi di masa dewasa menyebabkan
hepatitis kronis dalam waktu kurang dari 5% dari kasus. Penularan virus juga dapat
terjadi melalui penggunaan kembali jarum suntik baik di fasilitas pelayanan kesehatan
atau di antara orang-orang yang menyuntikkan narkoba. Selain itu, infeksi dapat terjadi
selama prosedur medis, bedah dan gigi, melalui tato, atau melalui penggunaan pisau
cukur dan benda-benda sejenis yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi.
(WHO, 2016)

2.7. Faktor Resiko Hepatitis B


Terdapat beberapa kelo mpok yang berisiko terinfeksi virus hepatitis B:
A. Anak yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.
B. Anak-anak kecil di tempat perawatan anak yang tinggal di lingkungan yang
endemis.
C. Tinggal serumah atau berhubungan seksual (suami -istri) dengan penderita. Risiko
tertular untuk orang yang tinggal serumah terjadi karena menggunakan peralatan
rumah tangga yang bisa terkena darah seperti pisau cukur, sikat gigi.
D. Pekerja Kesehatan. Paparan terhadap darah secara rutin menjadi potensi utama
terjadinya penularan di kalangan kesehatan.
E. Pasien cuci darah
F. Pengguna narkoba dengan jarum suntik
G. Mereka yang menggunakan peralatan kesehatan bersama seper ti pasien dokter
gigi, dan lain lain. Karena itu, seharusnya dokter menggunakan alat sekali pakai
atau mensterilkan alat setiap kali pemakaian.
H. Orang yang memberi terapi akupuntur atau orang yang menerima terapi
akupuntur.
I. Mereka yang tinggal di daerah endemis, atau seri ng bepergian ke daerah endemis
hepatits B.
J. Mereka yang berganti-ganti pasangan, dan ketidaktahuan akan kondisi kesehatan
pasangan.
K. Kaum homoseksual.
Infeksi hepatitis B merupakan masalah kesehatan global utama. Penularan secara
vertikal adalah rute paling umum dalam penyebaran virus hepatitis B di banyak daerah
endemis (Chan, et al., 2012).
Paparan yang sering dan rutin terhadap darah atau serum adalah denominator
umum dari kesehatan kerja. Ahli bedah, dokter gigi, dokter bedah oral, patolog, petugas
kesehatan di ruang operasi dan petugas kesehatan di ruang gawat darurat, dan pekerja
laboratorium klinis mempunyai resiko tertinggi. (WHO, 2002)
Mahasiswa (termasuk mahasiswa Fakultas Kedokteran) juga merupakan kelompok
yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita hepatitis B. Infeksi hepatitis B adalah
penyakit utama pasca transfusi di negara maju karena window period yang panjang,
mutan hepatitis B, viremia yang rendah (kesulitan untuk PCR pada sampel yang
dikumpulkan) dan infektivitas sangat tinggi. (WHO, 2002).

Anda mungkin juga menyukai