Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PH LARUTAN

Disusun Oleh :
Kelompok :-
Nama : Temi Saspatika
NIM : 183001020052

Laboratorium Teknologi Farmasi


Program Studi Farmasi
Fakultas Kesehatan dan Farmasi
Universitas Adiwangsa Jambi
Tahun 2020
A. Tujuan
1. Dapat menentukan faktor yang mempengaruhi nilai pH larutan

B. Landasan Teori
Istilah pH merupakan singkatan dari Power H atau daya H, yaitu logaritma negatif
dari konsentrasi ion hidrogen. pH merupakan daya atau fungsi eksponensial, setiap satuan
pH melambangkan perubahan 10 kali lipat dari konsentrasi ion hidrogen. Semakin rendah
nilai pH, maka makin besar konsentrasi ion hidrogennya. Sebagai contoh, senyawa yang
memiliki nilai pH 3 melambangkan 10-3mol ion hidrogen. Apabila senyawa memiliki pH 2,
maka melambangkan 10-2 mol ion tersebut.
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau
kebasaan zat. pH netral memiliki nilai 7, sementara pH asam memiliki nilai <7 dan pH
basa memiliki nilai >7. Rentang nilai pH adalah 0-14. Nilai pH 0 menunjukkan nilai yang
memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi, sedangkan nilai pH 14 menunjukkan tingkat
kebasaan yang sangat tinggi.
Pengukuran nilai pH dapat menggunakan berbagai macam alat seperti pH meter dan
kertas lakmus. Kertas lakmus pada umumnya digunakan untuk mengukur pH suatu larutan.
Kertas lakmus akan berubah warna ketika dicelupkan kedalam larutan yang akan diperiksa.
perubahan warna tersebut nantinya dibandingkan dengan skala perubahan warna lakmus
untuk menentukan nilai pH. Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter menghasilkan
nilai yang lebih akurat. pH meter terdiri dari sebuah elektroda yang terhubung ke sebuah
alat elektronik untuk menampilkan nilai.
Nilai pH sering digunakan untuk sediaan farmasi, industri kimia, hingga kehidupan
sehari-hari. Nilai pH digunakan untuk membuat sediaan farmasi yang dapat diterima oleh
tubuh, menentukan kualitas produk, serta pengolahan dan pembuangan limbah industri
agar dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Corong
b. Gelas beaker 50 mL
c. Labu ukur 100 mL
d. Pipet ukur 1 mL
e. Pipet tetes
f. pH meter
g. spatula
2. Bahan
a. HCl pekat (37%)
b. NaOH pro analisis
c. Aquadest

D. Penimbangan Bahan

1. Perhitungan bahan mL HCl yang dipipet untuk membuat larutan HCL konsentrasi 0,1
M sejumlah 100 mL dari larutan HCl dengan konsentrasi 37%.
M = p . % . 10
MR

M =1,19 x 37 x 10
36.5

M = 440,3
36.5

M =12,06

Molaritas HCl pekat 0,1 M adalah 0,01g

M1 . V1 = M2 . V2

12,06 x V = 0,1 x 100

V = 0,1 x 100
12,06

V = 0,829 mL

Jadi, HCl yang dipipet untuk membuat larutan HCL konsentrasi 0,1 M sejumlah 100
mL dari larutan HCl dengan konsentrasi 37% adalah 0,829 mL

2. Perhitungan bahan NaOH yang ditimbang untuk membuat larutan NaOH konsentrasi
0,2 M sejumlah 100 mL
M= gr x 1000
Mr mL

0.2 M = gr x 1000
40 100

0,2 M = gr x 10
40

0,2 M = 10gr
40

0,2 = 0,25gr

0,2 = gr
0,25 = gr

gr = 0,8 gr atau 800mg

Jadi, NaOH yang ditimbang untuk membuat larutan NaOH konsentrasi 0,2 M sejumlah
100 mL adalah 0,8gr atau 800 mg
E. Cara Kerja

1. Pembuatan larutan HCl 0,1 M


Dipipet HCl pekat 0.829 mL menggunakan pipet ukur, masukkan ke dalam labu ukur 100

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas

Digojog larutan hingga homogen

Pembuatan larutan tersebut dilakukan dalam lemari asam

Periksa pH larutan menggunakan kertas lakmus dan pH meter. Dicatat hasil


pemeriksaan di lembar kerja

2. Pembuatan larutan NaOH 0,2 M

Ditimbang sejumlah NaOH 0,8gr/800mg menggunakan gelas beaker 50 mL,


dilarutkan terlebih dahulu NaOH menggunakan aquadest

Dimasukkan larutan NaOH kedalam labu ukur 100 mL,


Lalu ditambahkan aquadest hingga tanda batas

Diperiksa pH larutan menggunakan kertas lakmus dan pH meter

Dicatat hasil pemeriksaan di lembar kerja

3. Pengaruh pengenceran terhadap pH larutan

Diambil 1 mL masing-masing larutan, dimasukkan ke dalam labu ukur 100


mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. digojog hingga homogen

Diperiksalah pH larutan menggunakan kertas lakmus dan pH meter

4. Pengaruh penambahan senyawa yang bersifat asam/basa kedalam larutan

Dimasukkan sebanyak 10 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam


larutan NaOH 0,2 M 50 mL
Dimasukkan sebanyak 10 mL larutan NaOH 0,2 M ke dalam
larutan HCl 0,1 M 50 mL

Diperiksa pH masing-masing larutan menggunakan


kertas lakmus dan pH meter
F. Hasil
Hasil praktikum sebagai berikut :
1. Menggunakan kertas lakmus

Larutan Nilai pH
Awal Setelah Setelah penambahan
pengenceran senyawa lain
larutan HCl 0,1 M 1 3 5
larutan NaOH 0,2 M 13 10 8

2. Menggunaan pH meter

Larutan Nilai pH
Awal Setelah Setelah penambahan
pengenceran senyawa lain
larutan HCl 0,1 M 1,011 3,967 5,348
larutan NaOH 0,2 M 13,301 10,753 8,934

G. Pembahasan
Pratikum ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi nilai pH
larutan dengan menggunakan larutan NaOH dengan massa 0.8 gr dan konsentrasi nya 0,2
M dalam 100 mL dan larutan HCl dengan massa 0,01g konsentrasi 0,1M dalam volume
0,829 mL. Dalam percobaan ini, metode yang digunakan untuk menentukan sifat asam
atau basa larutan yaitu : dengan kertas lakmus dan pH meter.
Derajat keasaman (pH) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur
dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya pH air sangat dipengaruhi oleh
kandungan mineral yang terdapat dalam air. Kertas indikator asam basa merupakan
indikator kimia yang praktis dan mudah digunakan. Cara menentukan suatu zat bersifat
asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus merupakan salah
satu alat ukur pH konvensional (Matiin, dkk., 2012). pH meter adalah alat untuk mengukur
pH (asam atau basa) yang umum digunakan dalam analisis kimia kuantitatif. Alat ini
umumnya terdiri dari probe pH (elektroda gelas) yang terhubung ke bagian pendeteksi pH
sehingga pH yang diukur dapat ditampilkan. Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin
banyak elektron yang terdapat pada sampel maka akan semakin asam begitu pun
sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah.
Asam adalah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion hidrogen,
sedangkan basa adalah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion hidroksida
menurut Svante Arrhenius. Sedangkan menurut Bronsted-Lowry, asam adalah donor
proton dan basa adalah penerima proton (Keenan, dkk., 1989).
Pada percobaan larutan pertama digunakan asam klorida pekat 37% p.a (pro
analysis) sebagai larutan yang akan diencerkan dan aquades sebagai pelarut. Adapun hasil
akhir yang diminta yakni Volume HCl = 100 mL ddengan M = 0,1M. Langkah pertama

1000× ρ× %
yakni menghitung molaritas HCl 37% p.a dengan menggunakan rumus M =
BE
dengan kerapatan/massa jenis HCl sebesar 1,19 g/mL dan BE HCl sebesar 36,5 g/Mr,
sehingga didapatkan hasil M sebesar 12,06 M. Kemudian menghitung volume HClyang
akan diambil dengan menggunakan rumus pengenceran M1 × V1 = M2 × V2, sehingga
diperoleh V1 sebesar 0,829 mL. HCl pekat yang telah diukur volumenya sebanyak
0,829mL dimasukkan kedalam labu ukur menggunakan corong. Setelah itu mengisi labu
ukur dengan akuades ½ bagian. Digoyang goyangkan labu ukur secara perlahan lahan.
Kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas. Labu ukur ditutup dengan tutupnya
dan mengocok labu ukur sampai larut secara merata/homogen. Langkah terakhir yakni
memindahkan larutan ke dalam botol reagen yang telah disediakan dengan label nama zat
yang sesuai. Reaksi : HCl(aq) + H2O(l)HCl(aq).
Pada percobaan larutan kedua, digunakan NaOH sebagai zat yang dilarutkan.
Adapun hasil akhir yang diminta yakni Volume NaOH = 100 mL dengan M = 0,2 M.
Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu menimbang berat kaca arloji kosong
menggunakan neraca kasar (Ohaus). Diperoleh massa arloji sebesar 0,01g. Setelah itu
menghitung massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH dengan

massa 1000
menggunakan rumus : M = × , BE NaOH sebesar 40 g/Mr sehingga dihasilkan
BE V
massa yang dibutuhkan sebesar 0,01 gram. Lalu ditimbang massa NaOH dan alas arloji
menggunakan neraca Ohaus. Dimasukkan aquades kedalam labu ukur sebanyak ¼ bagian.
Setalah itudimasukkan NaOH sedikit demi sedikit yang telah dilarutkan dengan aquades
dalam gelas kimia yang berisi air. Labu ukur dikocok pelan-pelan. Menambahkan lagi
aquades sampai tanda batas. Kemudian menutup labu ukur dan mengocoknya sampai larut
secara merata/homogen. Langkah terakhir yakni memindahkan larutan ke dalam botol
reagen yang telah disediakan dengan label nama zat yang sesuai. Reaksi yang terjadi :
NaOH (s) + H2O(l) NaOH (aq).
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih
yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan
pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat terlarut.Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah
pelarut.Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Pada
percobaan ini, dilakukan pengocokan sebanyak 11 kali. Hal ini dikarenakan untuk
memperoleh larutan yang homogen. Suatu campuran dikatakan homogen karena
susunannya seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optik atau bisa disebut larutan sejati yaitu komponen-komponennya
tidak akan terpisah jika didiamkan dan larutan tersebut adalah larutan yang tidak ada
bidang batas antara zat terlarut dan pelarutnya, artinya tidak dapat dibedakan antara pelarut
dan zat terlarut.
Pada hasil percobaan pertama yaitu pembuatan larutan asam klorida (HCl) 100
mL dengan molaritas 0,1 M. Yang dipipet HCl pekat 0.829 mL menggunakan pipet ukur,
masukkan ke dalam labu ukur 100, menghasilkan pH menggunakan kerrtas lakmus dengan
pH awal 1 yang berarti bersifar asam, setelah pengenceran pH naik menjadi 3 dan setelah
menambah dengan senyawa lain yang bersifat basa pH nya menjadi 5. Pada hasil
pengukuran pH HCl menggunakan pH meter, ada pH awal HCl adalah 1,011 setelah
pengenceran pH naik menjadi 3,967 dan setelah penambahan senyawa lain yaitu yang
bersifat basa pH menjadi 5,348. Asam klorida adalah asam kuat, dan terbuat dari atom
hidrogen dan klorin. Asam klorida bersifat korosif yang berarti akan merusak dan mengikis
jaringan biologis bila tersentuh. Asam klorida (HCl) adalah asam monoprotik,sebuah asam
yang hanya dapat melepaskan satu ion hidrogen per molekul dalam larutan. Atom
Hidrogen dan Klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang berarti bahwa hidrogen
akan berbagi sepasang elektron dengan klorin.
Pada hasil percobaan kedua yaitu pembuatan larutan NaOH 100 mL dengan
molaritas 0,2 M. Karakteristik padatan NaOH berwarna putih, berbentuk kristal, terasa
panas, dan mudah meleleh di udara terbuka karena akan cepat menyerap karbondioksida
dan lembab, mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. NaOH
membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air. Hasil larutan NaOH yang dibuat
mendapatkan hasil pH menggunakan kertas lakmus yaitu pH awal adalah 13 yang bersifat
basa setelah dilakukan pengenceran dan pH turun menjadi 10 selanjutnya setelah
menambahkan senyawa lain yaitu yang bersifat asam pH nya semakin turun menjadi 8.
Ketika NaOH dilarutkan dalam air, NaOH akan terurai secara sempurna menjadi ion Na+
dan ion OH-, dimana ion Na+ oleh keaktifan logam Na itu sendiri, sehingga dapat
menimbulkan panas serta untuk memutuskan ikatan hidrogen saat penguraian NaOH maka
dilepaskan kalor yang besar oleh NaOH kedalam larutan sehingga terjadilah reaksi
eksoterm.
Nilai pH sangat terkait dengan jumlah karbondioksida (CO2) yang terlarut dalam
air. Hal ini juga berkaitan dengan nilai alkalinitas. Bahkan jika sepenuhnya air diaerasi,
nilai pH ditentukan oleh alkalinitas karbonat. Semakin tinggi alkalinitas maka pH juga
akan semakin tinggi. CO2 yang larut dalam air akan membentuk asam karbonat. CO2 +
H2O → H2CO3 Jumlah H2CO3 dalam air (ketika teraerasi sempurna) tidak tergantung
pada pH, akan tetapi tergantung pada jumlah CO2 (dan beberapa faktor lain seperti suhu
dan salinitas).
Suatu pH apabila ditambhakan asam akan turun pHnya, karena memperbesar
konsentrasi H+ . Sebaliknya apabila ditambahkan basa akan menaikkan pHnya, Karena
menaikan konsentrasi ion OH. Seterusnya suatu larutan atau basa bila ditambahkan asam
atau basa bila ditambah air akan mengubah pH nya karena konsentrasi asam atau basa nya
akan mengecil.

H. Kesimpulan
1. Dalam mengukur pH suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
kertas lakmus dan pH meter.
2. Buffer merupakan larutan yang cenderung mempertahankan pH nya, namun buffer
sendiri memiliki kapasitas tertentu dimana jika ditambahkan sejumlah asam atau basa
kuat akan merubah pH buffer itu sendiri. Semakin ditambah asam dan basanya, maka
pH nya semakin berubah menurut tingkat pH pentitrasinya.
3. Suatu pH apabila ditambhakan asam akan turun pHnya, karena memperbesar
konsentrasi H+ . Sebaliknya apabila ditambahkan basa akan menaikkan pHnya, Karena
menaikan konsentrasi ion OH. Seterusnya suatu larutan atau basa bila ditambahkan
asam atau basa bila ditambah air akan mengubah pH nya karena konsentrasi asam atau
basa nya akan mengecil.

Daftar Pustaka

1. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


2. Keenan, Charles W., Kleinfelter, Donald C., dan Jesse H. Wood. 1989. Kimia Untuk
Universitas. Edisi keenam. Jilid I. Erlangga, Jakarta

3. Matiin, N., dkk. 2012. Pengaruh Variasi Bending Sensor pH Berbasis Serat Optik Plastik
Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel Terhadap Sensitivitas. Jurnal Teknik POMITS 1(1)
: 1-6

4. Sukarna, I Made. Kimia Dasar 1. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

5. Tim Kimia Dasar. 2007. Kimia Dasar II. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

6. Tim Kimia Dasar. 2012. Kimia Umum. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press

Anda mungkin juga menyukai