Anda di halaman 1dari 18

ANTI LEPRA

Kelompok 9 :
1. Temi Saspatika
2. Velia Viska
3. Meidy Setiawan
Pengertian

– Lepra atau kusta adalah suatu penyakit infeksi kronis yang merusak
terutama jarinngan saraf dan kulit yang disebabkan olah Mycobacterium Leprae
Mycobakterium Leprae ditemukan oleh dokter Norwegia Hansen, maka lepra
disebut juga penyakit Hansen. Basil Lepra sangat ulat karena mengandung lilin
yang sukar di tembus obat, tahan asam dan pertumbuhannya juga lambat sekali.
Gejala-gejala Lepra

1)Stadium pertama
• Demam tinggi, menggigil
• Anemia
• Sakit kepala
• Malaise
• Muntah
• Rasa nyeri otot betis dan punggung
• Konjungtivitas (radang mata)
• Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
2) Stadium ke dua
• Terbentuk anti body di dalam tubuh penderita
• Gejala yang timbul lebih bervariasi
• Kemungkinan akan terjadi meningitis
• Stadium ini terjadi biasanya pada minggu ke-2 dan ke-4
Bentuk Lepra

– Bentuk Tuberkuloid (T) .


Bentuk ini bersifat tidak menular dan agak mudah disembuhkan. Pasien tetap
memiliki daya tangkis Imunologi. Lepra Tuberkuloid : dapson 100 mg 1x
sehari, rifampisin 600 mg 1xsebulan selama 6 bulan.
– Bentuk Lepromatosus (L).
Bentuk ini bersifat sangat menular, sukar disembuhkan dan lama. Penularan
bentuk Lopromatosus disebabkan kontak yang erat dan lama dan sistem
tangkis dari pasien sudah tidak aktif lagi. Lepra Lepromatosus : dapson 100
mg 1xsehari, rifampisin 600 mg 1x sebulan dan klofazimin 50 mg 1x sehari +
300 mg 1x sebulan selama minimal 2 tahun dan maksimal 3 tahun.
– Bentuk T.L (Kombinasi bentuk tuberkuloid & Lepromatosus).
Ada dua tipe lepra yaitu :
– Tipe I (reaksi kebalikan = reversal)

Menimbulkan exacerbasi mendadak dari luka-luka


kulit dan syaraf yang meradang dan membengkak
terutama terjadi pada bentuk border line dari LT dan
LL. Penyebabnya adalah suatu reaksi imun seluler
(oleh limfe-T) terhadap anti gen basil lepra.

Tipe
lepra
– Tipe II (Erythema nodosum leprosum, ENL)

Terjadi hanya pada LL sebagai reaksi imun humoral


(dari antibody) terhadap anti gen basil lepra.
Kompleks imun diendapkan pada endotel pembuluh
dan syaraf kulit yang berakibat bertambahnya
permeabilitas dindind pembuluh dan berkurangnya
oksigen di jaringan. Gejalanya berupa demam tinggi,
nodule dengan ruam merah dan radang syaraf.
Produksi Leprae

Mycobacterium leprae berproduksi di daerah-daerah yang


lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai Patogenetas dan
daya Invasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung
kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang
lebih berat,bahkan dapat sebaliknya, ketidakseimbangan antara
derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh
sistem imun yang berbeda yang mencegah timbulnya reaksi
Granuloma setempat dan menyeluruh yang dapat sembuh
sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut
penyakit Imunologik. Gejala-gejala klinisnya lebih sebanding
dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.
Penyebab

– Karena Bakteri Mycobacterium leprae.


– Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti.
Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan
menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena
berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan
nyamuk.

Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra
karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra
lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain.

Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan
Samudra Pasifik.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan
30an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Penularan

– Melalui kontak dengan air, tanah atau tannaman yang telah


dikotori oleh air seni hewan penderita leptospirosis. Bakteri
masuk melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit
yang lecet.masa inkubasi selama 4-19 hari
Penularan pada umumnya terjadi dalam bentuk Lepra
Leptomatrus, pada usia kanak-kanak melalui infeksi tetes
disaluran pernafasan (batuk, bersin, ingus) dan terutama
melalui kontak yang erat dan lama.
Pengobatan

Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir


1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga,
bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan
menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan
multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.

Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara.
Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 di Jenewa, 1991, disetujui
resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada
tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO
diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.

Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan


merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah
pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin,
klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta
tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
Lanjutannya…

– Obat terapi multiobat kusta.Sejak 1995, WHO memberikan paket obat


terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian
Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan
multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada
pemakaian bulan pertama. Cara ini aman dan mudah. Jangka waktu
pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil
penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh
bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan
dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan
dapat dicegah
DERIFAT OBAT

1. DAPSON:
 diaminodifenilsulfon,DDS,suatu inhibitor folat sintese
Daya kerja leprostatisnya kuat berdasarkan persaingan substrat dengan PABA serta inhibisi
enzim folat sintetase. Penggunaan selalu dalam kombinasi dengan obat-obat lain karena
monoterpi dengan cepat menimbulkan resisten.
 Resorbsi : dari usus hamper lengkap dengan kadar darah puncak dalam 1-3 jam
 Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, sukar tidur dan tachycardia,pada dosis tinggi
dapat terjadi kelainan darah.
 Dosis : bersama obat-obat lain permulaan 1 x 50mg, kemudian 1 x 100mg maksimal 200ng,
anak-anak 1 x sehari 1-1, 5mg/kg.
 Nama generik :Dapson
 EFEK SAMPING:
Tergantung dosis, jarang terjadi pada dosis lazim untuk pengobatan lepra,
haemolysis, methaemoglobin-anemia, neuropati, alergi dermatitis (jarang terjadi
termasuk nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Stevens-Johnson), ;anoreksia,
mual, muntah, takikardi, sakit kepala, insomnia, psychosis, hepatitis,
agranulositosis; syndrom dapson (rash disertai panas dan eosinophilia)
pengobatan segera dihentikan (dapat berlanjut menjadi dermatitis exfoliatif,
;hepatitis, hypoalbuminaemia, psychosis dan kematian
 KONTRA INDIKASI:
Hipersensitif terhadap dapson atau komponen lain dalam obat.
 MEKANISME KERJA:
Antagonis kompetitif dengan para-aminobenzoic acid (PABA) dan mencegah
penggunaan PABA secara normal oleh bakteri untuk sintesis asam folat
2 . Klofazimin
Derivat fenazin memiliki khasiat bakterisid dan juga berkhasiat
antiradanG
– Resorbsi : dari usus lambat dan kurang baik (50%), kadar puncak darah
baru dicapai setelah 8-12 jam. Zat ini bersifat lipofil kuat.
– Efek samping : berupa pewarnaan merah yang reversible dari kemih,
keringat, air mata dan selaput mata, ludah da tinja.
– Dosis : lepra lepromateus bersama dapson dan rifampin = 3x seminggu
100mg + 1x sebulan 300mg d.c selama minimal 2 tahun.
3. Rifampisin

 Antibiotikum dari kelompok rifampisin berkhasiat leprosid


 Efek samping : kemih berwarna merah muda
 Interaksi : akibat induksi enzim, rifampisin dapat mengurangi efek estrogen (pil
anti hamil), fenitonin,siklosporin dan turunan kumarin.

 Indikasi : Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan


senyawa leprotik lain.
 Kontra indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini. • Penderita
jaundice, porfiria.
– Dosis: Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg/kg BB.
– Dosis lazim pasien dengan berat 50 kg atau lebih adalah 600 mg perbulan dan
dengan berat badan kurang dari 50 kg adalah 450 mg perbulan.
– Interaksi obat : Rifampicin menurunkan respons
antikoagulansia, antidiabetik, kinidin, preparat
digitalis, kortikosteroid, siklosporin, fenitoin,
analgesik.
1. Penggunaan bersama PAS akan menghambat
absorbsi, sehingga harus ada selang waktu 8
-12 jam.
2. Rifampicin mengganggu efektivitas absorbsi
tolbutamid, ketoconazole.
– Penyimpanan:Simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya.
Kelompok Berisiko

Kelompok yang berisiko


tinggi terkena kusta adalah yang
tinggal di daerah endemik dengan
kondisi yang buruk seperti tempat
tidur yang tidak memadai, air yang
tidak bersih, asupan gizi yang
buruk, dan adanya penyertaan
penyakit lain seperti HIV yang
dapat menekan sistem imun. Pria
memiliki tingkat terkena kusta dua
kali lebih tinggi dari wanita.
Daftar pustaka

– http://akfarjember0910.wordpress.com/2010/11/02/anti
-lepra/
– www.slideshare.net/elmaningsih35/savedfiles?s_title=lep
ra-11373973&user_login=ianambar
– http://anto-dava.blogspot.com/2010/06/lepra.html
– http://penyakitlepra.com/
– http://jenis2-penyakit.blogspot.com/2013/10/penyakit-k
usta-lepra.html
– http://ridwanaz.com/kesehatan/penyebab-gejala-dan-pe
ngobatan-penyakit-lepra/
– http://www.hexpharmjaya.com/page/rifampicin.aspx
THANKS FOR YOUR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai