Disusun oleh:
HARDIKA, Amd. Kep
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami membahas “KONSEP
KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami
beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan
makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang
membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko dekubitus kita bisa mencegah dan
menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan orang –orang
terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang dengan sabar
selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna maka, kami
sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah yang
kami susun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat menyebabkan
kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya
disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan
didunia, yaitu sekitar 18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas & Universitas 2013).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini
dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur
hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat
terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan &
Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan
prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak
merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut
WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48%
dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita
kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996,
katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai
penyakit yang lumrah pada lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor
ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan
dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta
karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat
dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor
atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas,
2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa
(Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa atau katarak
akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang
berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014).
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut masing-
masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif
dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada katarak traumatika dapat terjadi
inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan
mekanisme katarak komplikasi bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit
diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan
lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk yang
memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan
katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium,
asam askorbat serta protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan mineral penting.
Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan
kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan
menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai bagian lensa atau
kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin.
Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari penurunan
sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu
melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe
katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat
gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan
pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus
lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks
merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang – kadang menyebabkan diplopia
monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar
putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering dijumpai pada
stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa
nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi
tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance
dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak
terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan
oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang umumnya
menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan
kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia akibat peningkatan kekuatan refraktif
lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini
disebut “second sight”. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut
akhirnya hilang juga.(Mata 2010)
E. PATHWAY
K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-faktor
penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial, nutrisi, pola hidup.
Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada
penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat
melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang
mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati
dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. , 1(5), pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis. , (December), pp.1–15.
Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KATARAK
DEGENERATIF DI RSUD BUDHI ASIH TAHUN 2011 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli selatan tesis dokter spesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana, P. & Udayana, U., 2013. Kadar malondialdehyde serum pasien katarak senilis matur lebih
tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.