a. Definisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut
ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Lynn Betz 2009 dalam
Asihantari 2013).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan disini adalah
buang air besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat disertai dengan darah
atau lendir (Suratun dan Lusiana 2010, dalam Ardiansyah, 2012).
Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan perut, usus, atau
keduanya. Biasanya menyebabkan diare, keram perut, mual, dan mungkin muntah (Shanty, 2011).
Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari dan kronik kalau
berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius yang akut dan tersebar diseluruh
penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya pada balita, khususnya di negara
berkembang dan menjadi penyebab utama malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi (Deven, 2007 dalam
Fragrania, 2015).
1) Faktor infeksi
b) Virus : Enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus, seperti agent, rota virus.
e) Protozoa
b) Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cytie fibrosis pada pancreas.
d) Obat-obatan, antiboitik
g) Obstruksi usus
3) Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih
4) Faktor makanan
Makanan basi-beracun
5) Faktor Psikologis
Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. Adapun mekanisme dasar yang menyebabkan gastroenteritis, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
2) Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari
agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus, selanjutnya gastroenteritis timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare, tinja caira, mungkin disertai lender dan darah. Tinja makin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercapur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena tinja
menjadi asam yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh susu selama diare.
Gajala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak
kehilangan air dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu : berat badan turun, tugor berkurang,
masa dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi). Selaput lender mulut dan bibir kering serta kulit
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang
dan berat.
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan berat. Volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai
soporotkemateus) (Suriadi, 2010).
DEFINISI
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3
kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995 ).
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995 ).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan
oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah.
Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. ETIOLOGI
Factor presipitasi:
Factor predisposisi:
C. KLASIFIKASI
3. Berdasarkan derajatnya
a. Infektif
b. Non infeksif
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik.
D. DERAJAT DEHIDRASI
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara
serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
1. Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-kadang mengandung lendir
dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut
kembung.
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.
3. Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan berubah menjadi cairan
putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan berubah menjadi campuran-campuran putih,
mual dan kejang pada otot kaki.
4. Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu badan bervariasi, nadi
cepat.
5. Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-3 hari.
6. Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual, bentuk feses seperti
air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.
7. Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut sindroma
desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris,
perut kembung, anoreksia, mual dan muntah.
F. PATOFISIOLOGI
Diare dapat terjadi karena beberapa karena beberapa antara lain virus yang masuk kedalam traktus
digestivus bersama dengan makanan atau minuman kemudian berkembang biak didalam usus .Setelah
itu virus masuk kedalam epitel usus halus.Sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel bagian
kripta yang belum matang,berbentuk kutub atau gepeng akibatna sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan sebagai akiat lebih lanjut akan terjadi diare osmotic.Vili usus kmudian
akan memendek sehingga kemampuan menyerap dan mencerna makanan akan berkurang pada saat ini
biasanya diare akan muncul.
Adanya bakteri dimana akteri masuk dalam traktus digestivus kemudian akan berkembang biak dalam
traktus digestivus tersebut mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi
peningkatan aktivitas adenilsiklase atau enzim guonil siklase.Sebagai akibat peningkatan enzim –enzim
ini akan menyebabkan peningkatan CAMP atau GMP yang mempunyai kemampuan merangsang
klorida,natrium dan air dan dalam sel ke lumen usus kedalam sel.hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic di dalam lumen usus serta menghambat absorbsi NaCL dan air dari lumen usus ke
dalam sel.Hal ini menyebabkan eningkatan tekanan osmotic di dalam lumen usus
(hiperosmolar)kemudian akan terjadi hiperperisaltik usus untuk mengelurkan cairan yang berlebih dari
lumen usus halus ke lumen usus besar(colon)dalam colon sendiri terjadi penurunan penyerapan colon
maka akan terjadi diare.
Diare juga dapat terjadi kerena keterbatasan kemampuan penyerapan usus besar pada keadaan
sakit,misalnya colitis atau terhadap penambahan ekskresi cairan pada penyakit usus besar,misalnya
;virus,ulkus,tumor.
Gangguan osmotic dapat terjadi karena makanan yang tidak diserap atau dicerna,misalnya;laktosa(dari
susu)merupakan makan yang baik dalam bakteri dalam usus besar.Laktosa ini difermentasikan oleh
bakteri anaerob menjadi molekul lebih kecil,missal:H,CO,HO,dan menyebabkan tekanan dalam lumen
usus meningkat Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan menyerap air di intra
seluler diikuti dengan peningkatan peristaltic usus,hiperperistaltik,sehingga terjadi diare.
Peningkatan motilitas usus bila terjadi karena adanya peristaltic yang merangsang ,misalnya;makanan
yang erlalu pedas,sam,terlalu banyak lemak,atau dapat juga kerena toxin dalam makanan yang akhirnya
menyebabkan diare,dapat juga terjadi penurunan peristaltic usus yang mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan karena hal ini terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit dalam rongga usus,menyebabkan
isi berlebih dan merangsang untuk keluar juga dapat menjadi diare.
G. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan tinja
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
b. Pemeriksaan darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum
untuk menentukan keseimbangan asama basa.
c. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
I. KOMPLIKASI.
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
J. PENATALAKSANAAN
a. Memberikan asi.
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral, dan makanan
yang bersih.
PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
Tempet/tanggal lahir
Usia
Agama
Suku
Status perkawinan
Pendidikan
Alamat
Dx medik
Nama
Alamat
Hubungan dengan klien
Kebiasaan buruk
Penyakit keturunan
Alergi
Operasi
Alasan masuk
Keluhan utama
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Saat sakit:
3. Eliminasi
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
sebelum sakit:
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan
kepercayaan?
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Tanda vital
T: hipertermi?
TD:?
SPO:?
Pemeriksaan sistemik
Kepala:
Leher:
Abdomen:
Ektremitas:
Cafilary refill?
Integumen:
Anus:
Bersih?
Kemerahan?
Iritasi?
Dada :
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi ?
Auskultasi?
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan tinja?
5. Balance cairan?
Intervensi:
1. Monitor TTV;TD,N,RR,T
3. Hitung BC
R/mempercepat penyembuhan
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
Intrvensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
3.Hitung BC
R/mempercepat penyembuhan
Intervensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
R/mempercepat penyembuhan
R/mempercepat penyembuhan
4) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute
normal(diare),
Intrvensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
3.Hitung BC
R/mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta;
EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta 2006.
utcher, Howard. dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC): Fifth Edition. Miscourt: Mosby
Elsevier.
Heardman, Heather. 2009. Nuring Diagnosis: Definition & Classification. United Kingdom: Markono Print
Media.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis). Jakarta: Salemba Medika.
Swanson, Elizabeth. dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Williams & Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat: Indeks.