Anda di halaman 1dari 19

Gastroenteritis

a. Definisi

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut
ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Lynn Betz 2009 dalam
Asihantari 2013).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan disini adalah
buang air besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat disertai dengan darah
atau lendir (Suratun dan Lusiana 2010, dalam Ardiansyah, 2012).

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang melibatkan perut, usus, atau
keduanya. Biasanya menyebabkan diare, keram perut, mual, dan mungkin muntah (Shanty, 2011).

Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari dan kronik kalau
berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius yang akut dan tersebar diseluruh
penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya pada balita, khususnya di negara
berkembang dan menjadi penyebab utama malnutrisi kalori, protein dan dehidrasi (Deven, 2007 dalam
Fragrania, 2015).

b. Etiologi Gastroenteritis (Suriadi, 2010)

1) Faktor infeksi

a) Bakteri : Enteropthagenis, eschenhiasoli, salmoenella, shigella, Yesinia enterocolitica.

b) Virus : Enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirus, seperti agent, rota virus.

c) Jamur : Candida neterritis

d) Parasit : Giardia clamblia, crystosporidium

e) Protozoa

2) Bukan faktor infeksi

a) Alergi makanan, susu, protein

b) Gangguan metabolic atau malabsorbsi, penyakit celiac, cytie fibrosis pada pancreas.

c) Iritasi langsung pada saluran pencemaan oleh makanan

d) Obat-obatan, antiboitik

e) Penyakit usus, colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis.


f) Emosional atau stress

g) Obstruksi usus

3) Penyakit infeksi : otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih

4) Faktor makanan

Makanan basi-beracun

5) Faktor Psikologis

6) Rasa takut dan cemas

c. Patofisiologi (Ardiansyah, 2012)

Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. Adapun mekanisme dasar yang menyebabkan gastroenteritis, meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.

2) Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari
agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke
dalam rongga usus, selanjutnya gastroenteritis timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3) Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya


kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis, sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
gastroenteritis pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :

1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik, hipokalemia)

2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)

Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.

d. Tanda dan Gejala

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare, tinja caira, mungkin disertai lender dan darah. Tinja makin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercapur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena tinja
menjadi asam yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh susu selama diare.

Gajala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak
kehilangan air dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu : berat badan turun, tugor berkurang,
masa dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi). Selaput lender mulut dan bibir kering serta kulit
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang
dan berat.

Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan berat. Volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
darah menurun, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai
soporotkemateus) (Suriadi, 2010).

DEFINISI

Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3
kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005).

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995 ).

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995 ).

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan
oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan
frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah.
Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

B. ETIOLOGI

Factor presipitasi:

1. Bakteri:Salmonella (Basil Gram negative), E.coli camplylobactes

2. Virus norvalk dan virus coxselckie

3. Parasit giardle lambia dan parasit crysptos poridium

4. Factor malabsorbsi: karbohidrat, lemak, protein

Factor predisposisi:

1. Factor makanan: basi, beracun,

2. Factor psikologis:rasa takut dan cemas

C. KLASIFIKASI

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :

1. Berdasarkan lama waktu :

a. Akut : berlangsung < 5 hari

b. Persisten : berlangsung 15-30 hari

c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3. Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dehidrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat


4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

a. Infektif

b. Non infeksif

5. Berdasarkan penyebab organik atau tidak

a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik.

b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.

D. DERAJAT DEHIDRASI

1. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara
serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

2. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

3. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Kuman Salmonella

Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-kadang mengandung lendir
dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri dan perut
kembung.

2. Kuman Escherichia Coli

Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.

3. Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan berubah menjadi cairan
putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan berubah menjadi campuran-campuran putih,
mual dan kejang pada otot kaki.

4. Kuman Disentri

Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu badan bervariasi, nadi
cepat.

5. Kuman Virus

Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-3 hari.

6. Gastroenteritis Choleform

Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak mual, bentuk feses seperti
air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.

7. Gastroenteritis Desentrium

Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut sindroma
desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris,
perut kembung, anoreksia, mual dan muntah.

F. PATOFISIOLOGI

Diare dapat terjadi karena beberapa karena beberapa antara lain virus yang masuk kedalam traktus
digestivus bersama dengan makanan atau minuman kemudian berkembang biak didalam usus .Setelah
itu virus masuk kedalam epitel usus halus.Sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel bagian
kripta yang belum matang,berbentuk kutub atau gepeng akibatna sel-sel epitel ini tidak dapat berfungsi
untuk menyerap air dan makanan sebagai akiat lebih lanjut akan terjadi diare osmotic.Vili usus kmudian
akan memendek sehingga kemampuan menyerap dan mencerna makanan akan berkurang pada saat ini
biasanya diare akan muncul.

Adanya bakteri dimana akteri masuk dalam traktus digestivus kemudian akan berkembang biak dalam
traktus digestivus tersebut mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi
peningkatan aktivitas adenilsiklase atau enzim guonil siklase.Sebagai akibat peningkatan enzim –enzim
ini akan menyebabkan peningkatan CAMP atau GMP yang mempunyai kemampuan merangsang
klorida,natrium dan air dan dalam sel ke lumen usus kedalam sel.hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan osmotic di dalam lumen usus serta menghambat absorbsi NaCL dan air dari lumen usus ke
dalam sel.Hal ini menyebabkan eningkatan tekanan osmotic di dalam lumen usus
(hiperosmolar)kemudian akan terjadi hiperperisaltik usus untuk mengelurkan cairan yang berlebih dari
lumen usus halus ke lumen usus besar(colon)dalam colon sendiri terjadi penurunan penyerapan colon
maka akan terjadi diare.
Diare juga dapat terjadi kerena keterbatasan kemampuan penyerapan usus besar pada keadaan
sakit,misalnya colitis atau terhadap penambahan ekskresi cairan pada penyakit usus besar,misalnya
;virus,ulkus,tumor.

Gangguan osmotic dapat terjadi karena makanan yang tidak diserap atau dicerna,misalnya;laktosa(dari
susu)merupakan makan yang baik dalam bakteri dalam usus besar.Laktosa ini difermentasikan oleh
bakteri anaerob menjadi molekul lebih kecil,missal:H,CO,HO,dan menyebabkan tekanan dalam lumen
usus meningkat Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan menyerap air di intra
seluler diikuti dengan peningkatan peristaltic usus,hiperperistaltik,sehingga terjadi diare.

Peningkatan motilitas usus bila terjadi karena adanya peristaltic yang merangsang ,misalnya;makanan
yang erlalu pedas,sam,terlalu banyak lemak,atau dapat juga kerena toxin dalam makanan yang akhirnya
menyebabkan diare,dapat juga terjadi penurunan peristaltic usus yang mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan karena hal ini terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit dalam rongga usus,menyebabkan
isi berlebih dan merangsang untuk keluar juga dapat menjadi diare.

G. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan darah

1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum
untuk menentukan keseimbangan asama basa.

2) Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Doudenal Intubation

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.

I. KOMPLIKASI.

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik

3. Kejang

4. Bakterimia

5. Mal nutrisi

6. Hipoglikemia

7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

J. PENATALAKSANAAN

1. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.


2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

a. Memberikan asi.

b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral, dan makanan
yang bersih.

3. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.

4. Obat-obatan : Berikan antibiotik.

5. Koreksi asidosis metabolik.

PENGKAJIAN FOKUS

A. IDENTITAS KLIEN

Nama

Tempet/tanggal lahir

Usia

Agama

Suku

Status perkawinan

Pendidikan

Bahasa yang digunakan

Alamat

Dx medik

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama

Alamat
Hubungan dengan klien

C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU

Penyakit yang pernah diderita

Kebiasaan buruk

Penyakit keturunan

Alergi

Operasi

D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG

Alasan masuk

Tindakan/terapi yang sudah diterima

Keluhan utama

E. PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menjaga kesehatan?

Bagaimana cara menjaga kesehatan?

Saat sakit:

Apakah klien tahu tentang penyakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?

Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

2. Nutrisi metabolik

Sebelum sakit:

Makan/minu; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?


Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?

Saat sakit:

Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?

Apakah klien mengalami anoreksia?

Makan/minu; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?

3. Eliminasi

Sebelum sakit:

Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?

Apakah mengejan saat BAB/BAK sehingga berpengaruh pada pernapasan?

Saat sakit:

Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri?

4. Aktivitas dan latihan

Sebelum sakit:

Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?

Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?

Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?

Saat sakit:

Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian, tatal)?

Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?

5. Tidur dan istirahat

sebelum sakit:

Apakah tidur klien terganggu?

Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?

Kebiasaan sebelum tidur?

Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?

Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/malam) ?

Kebiasaan sebelum tidur?

6. Kognitif dan persepsi sensori

Sebelum sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?

Saat sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami nyeri (PQRST)?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah merasa pusing?

7. Persepsi dan konsep diri

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menggambarkan dirinya?

Saat sakit:

Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?

8. Peran dan hubungan dengan sesama

Sebelum sakit:

Bagaimana hubungan klien dengan sesama?

Saat sakit:

BagaimanA hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, n dokter)?

Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?

9. Reproduksi dan seksualitas


Sebelum sakit:

Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?

Saat sakit:

Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?

10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Sebelum sakit:

Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

Saat sakit:

Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

11. Nilai dan kepercayaan

Sebelum sakit:

Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?

Saat sakit:

Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?

Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?

Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan
kepercayaan?

F. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum:

Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis


Tampak sakit ringan: bedrest, terpasang infus

Tampak sakit sedang: bedrest, lemah, terpasang infus, alat medis

Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma

Kesadaran:

Kuantitatif:

Mata :

Spontan(4)

Atas permintaan(3)

Rangsang nyeri(2)

Tidak bereaksi(1)

Verbal:

Orientasi baik(5)

Jawaban kacau(4)

Kata-kata sepatah(3)

Merintis/mengerang(2)

Tidak bersuara(1)

Motorik:

Menurut perintah(6)

Reaksi setempat(5)

Menghindar(4)

Fleksi abnormal(3)

Ekstensi nyeri(2)

Tidak bereaksi(1)

Kualitatif: compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporcoma, coma?

Tanda vital
T: hipertermi?

N: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?

RR: cepat, irama, jenis, frekuensi?

TD:?

SPO:?

Status nutrisi: BBN, BBI

Pemeriksaan sistemik

Kepala:

Rambut:kering, mudah rontok, ubun-ubun cekung?

Mata:konjungtiva anemis, pupil membesar, mata cekung?

Dahi: finger print?

Mulut:kebersihan,mukosa bibir kering,lidah kotor?

Leher:

Ada pembesaran kelenjar limfe/tiroid?

Abdomen:

Inspeksi:bentuk datar, cekung,cembung?

Asuskultasi: peristaltik usus?

Palpasi:ada nyeri tekan, periksa turgor kulit perut?

Perkusi : hipertimpani pada diare?

Ektremitas:

Sianosis ekstremitas dingin?

Cafilary refill?

Integumen:

Turgor kulit, bibir pecah-pecah?

Anus:
Bersih?

Kemerahan?

Iritasi?

Dada :

Inspeksi?

Palpasi?

Perkusi ?

Auskultasi?

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah: darah lengkap, PH darah?

2. Pemeriksaan tinja?

3. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renin atau parasit.?

4. Terapi yang didapat: nama oabat, dosis, waktu, rute, indikasi?

5. Balance cairan?

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1) Diare berhubungan dengan inflamasi, malabsorsi, proses infeksi, parasit

Intervensi:

1. Monitor TTV;TD,N,RR,T

R/mengetahui keadaan klien

2. Auskultasi bising usus

R/mengetahui frekuensi bising usus

3. Hitung BC

R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan

4. Anjurkan untuk bedrest

R/mempercepat pemulihan kondisi


5. Kolaborasi/lanjutkan program labarotorium darah

R/mengetahui kandungan darah

6. Kolaborasi/lanjutkan program labarotorium tinja

R/mengetahui kandungan tinja

7. Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik; nama, dosis, waktu, cara

R/mempercepat penyembuhan

2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif

Intrvensi:

1.Monitor TTV;TD,N,RR,T

R/mengetahui keadaan klien

2.Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari

R/memenuhi kebutuhan cairan

3.Hitung BC

R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan

4.Anjurkan untuk bedrest

R/mempercepat pemulihan kondisi

5.Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara

R/mempercepat penyembuhan

6.Kolaborasi/lanjutkan program therapi trasfusi

R/mempercepat pemulihan kesehatan klien

3) Hipertermi berhubungan dengan penyakit

Intervensi:

1.Monitor TTV;TD,N,RR,T

R/mengetahui keadaan klien

2.Anjurkan untuk banyak minu ± 2 L/hari


R/memenuhi kebutuhan cairan

3.Anjurkan untuk bedrest

R/mempercepat pemulihan kondisi

4.Beri kompres hangat

R/vasodilatasi pembuluh darah

5.Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama,d osis, waktu, cara

R/mempercepat penyembuhan

6.Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antibiotik; nama, dosis, waktu, cara

R/mempercepat penyembuhan

4) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui rute
normal(diare),

Intrvensi:

1.Monitor TTV;TD,N,RR,T

R/mengetahui keadaan klien

2.Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari

R/memenuhi kebutuhan cairan

3.Hitung BC

R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan

4.Anjurkan untuk bedrest

R/mempercepat pemulihan kondisi

5.Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara

R/mempercepat penyembuhan

6.Kolaborasi/lanjutkan program therapi trasfusi

R/mempercepat pemulihan kesehatan klien

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009.

Doengoes, E Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta; EGC.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.

Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta;
EGC.

Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta 2006.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC

utcher, Howard. dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC): Fifth Edition. Miscourt: Mosby
Elsevier.

Heardman, Heather. 2009. Nuring Diagnosis: Definition & Classification. United Kingdom: Markono Print
Media.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis). Jakarta: Salemba Medika.

Swanson, Elizabeth. dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). Fourth Edition. Missouri: Mosby
Elsevier.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Williams & Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai