Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan
pengenalan diri. Indikator mengenai keadaan sehat mental, psikologis, jiwa yang minimal adalah
individu tidak merasa tertekan atau depresi. Menurut WHO sehat diartikan sebagai suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. (Riyadi, Sujono 2009)

Sehat mengandung 3 karakteristik antra lain:

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Menurut WHO terdapat empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam
definisi sehat yaitu:

1. Sehat Jasmani

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok
manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi,
berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal. (Setiawan, Yahmin 2012)

2. Sehat Mental

Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno
“Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “Men Sana In Corpore Sano ”.
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut :
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan
kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda
konflik kejiwaan.

b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung
dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.

c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci
serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3. Kesejahteraan Sosial

Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat
tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti
yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai
dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera,
masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
(Setiawan, Yahmin 2012)

4. Sehat Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki
arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan
formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan
tidak monoton. Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai
“Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat
idealistik semata-mata.

Upaya kesehatan jiwa dapat didukung oleh manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan
stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat
menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa. (Riyadi, Sujono 2009)
Gangguan jiwa di Indonesia sekarang mengalami peningkatan di era globalisasi ini,
Kecenderungan ini tampak dari data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28
juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dari populasi dan 0,46 persen
menderita gangguan jiwa berat atau 46 per mil15. Sementara untuk prevalensi penderita
gangguan jiwa di DKI terbesar sebanyak 2,03 persen atau 20 per mil. (Dimyati, Vien 2010)

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat
penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien atau Warga Binaan Sosial yang
kurang dalam berinteraksi untuk mampu bersosialisasi secara bertahap, melalui tahapan-tahapan
untuk melatih kemampuan sosialisasi klien. Tiap sesi tahapan tersebut diarahkan kepada tujuan
khusus yaitu TAKS antara lain kemampuan bekerja sama, kemampuan bertukar perasaan,
kemampuan memperkenalkan diri dengan orang lain, kemampuan berhubungan dengan orang
lain, kemampuan berimitasi, sugesti, identifikasi, dan kemampuan bersimpati. Langkah-langkah
kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap
terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi atau tanya jawab serta
bermain peran atau stimulasi.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

D. Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi kelompok yaitu kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantungan dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif , kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini
akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima
umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. (Keliat, Budi
dkk 2004)

Menurut pandangan Warren C. Bonney dalam kamus istilah konseling, terapi kelompok
sama dengan Group Counseling yaitu suatu jenis aktivitas kelompok, yang berciri proses antar
pribadi, dinamis, berfokus pada kesadaran pikiran dan tingkah laku, melibatkan fungsi-fungsi
terapi, menyediakan bantuan konseling secara serentak pada 4-12 orang klien, mengelola
masalah-masalah penyesuaian dan keprihatinan perkembangan, pemecahan bersama berbagai
bidang masalah sosiopsikis individu dalam kelompok. (Keliat, Budi dkk 2004)

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan
sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. 5 Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilakulama yang
maladaptif.

Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4, salah satunya adalah terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Yang dimaksud terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Adapun
menurut kamus ilmiah populer sosialisasi yaitu suatu proses pembentukan sikap atau perilaku
seorang anak seusia dengan perilaku atau norma-norma dalam kelompok atau keluarga. . (Keliat,
Budi dkk 2004)

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Dengan demikian
pengertian terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dalam penelitian ini adalah sebuah
upaya aktivitas untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dan membentuk dinamika kelompok.

B. Model Terapi Aktivitas Kelompok

1. Model Fokal Konflik

Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada
individu. Prinsipnya yaitu, terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik. Menurut model ini pimpinan kelompok atau leader harus
memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaan dalam penyelesaian masalah. (Riyadi, Sujono 2009)

2. Model Komunikasi

Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi


terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan
menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan model ini, leader memfasilitasi
komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan. .
(Riyadi, Sujono 2009)
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:

a. anggota perlu berkomunikasi

b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal,
terbuka dan tertutup

c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain

d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk
melakukan komunikasi efektif Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu, teori komunikasi membantu anggota
merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leaderperlu menjelaskan
secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta
menganalisa proses komunikasi tersebut.

3. Model Interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan


melalui hubungan interpersonal. Contohnya adalah interaksi dalam kelompok dipandang sebagai
proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan individu
dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini
kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.

Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah
tingkah laku/perilaku. Misalnya tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, pemimpin menggunakan situasi
tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari
konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan
untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.

4. Model Psikodrama
Dengan model ini anggota kelompok termotivasi untuk berakting sesuai dengan peristiwa
yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang
pernah dialami. Misalnya, klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras. (Riyadi, Sujono
2009)

C. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimuli
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita,
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Terapi stimulasi kognitif/persepsi ialah upaya membantu klien yang mengalami


kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptive. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan orientasi
realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat
orang lain serta mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien berupa gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai-nilai, menarik diri dari realita, inisiatif atau ide-ide yang negatif,
kondisi fisik yang sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi reaksi
sonsoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara non-verbal
(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang
digunakan sebagai stimulus yaitu musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui
sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat digunakan
sebagai stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Terapi realitas adalah pemberian terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan
orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuannya adalah klien mampu mengidentifikasi
stimulus internal (pikiran, perasaan, dan sensasi somatik), dan stimulus eksternal berupa iklim,
bunyi dan stiuasi alam sekitar. Klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal
orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien ialah Gangguan Orientasi Realita (GOR),
halusinasi, waham atau menyangka, ilusi, dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain, kliien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik
dalam keadaan sehat.

4. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan
massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok. (Ibid, 2014)

D. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi kelompok bertujuan untuk memfasilitasi individu agar dapat beradaptasi baik
secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Biasanya, anggota
kelompok dari terapi kelompok adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional kesulitan
prilaku maupun interaksi dengan orang lain. (Ibid, 2014)

Adapun tujuan khusus dari TAKS menurut ( Riyadi, Sujono dkk. 2009) yaitu :

1. Klien mampu meningkatkan identitas diri

2. Klien mampu menyalurkan emosi secara konstruktif

3. Klien mampu meningkatkan keterampilan hubunan interpersonal atau sosial.

Tujuan metode ini menghendaki agar setiap anak yang di terapi melakukan komunikasi
timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan interpersonal satu sama lain dan
bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi masing-
masing serta dilatih kembali untuk bersikap sosial yang memungkinkan ia dapat melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungannya self adjustment atau social adjustment.

Penyesuaian diri dengan lingkungannya dapat diartikan mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri.
Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auto
= sendiri, plastis = dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga di sebut penyesuaian
diri yang aloplastis (alo = yang lain, platis = dibentuk). Jadi, penyesuaian diri bisa di artikan
“pasif”, di mana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan bisa di artikan “aktif”, di mana
kita dipengaruhi lingkungan.

E. Aktivitas dan Indikasi

Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien. Klien
yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan hubungan sosial berikut:

1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.

2. Klien mempunyai kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus.
(Marifatul, lilik dkk, 2011)

F. Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, fase-fase dalam Terapi Aktifitas
Kelompok adalah sebagai berikut:

1. Pre kelompok

Terapi mememulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi pemimpin,
anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota
dari kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan
jika memungkinkan biaya dan keuangan. ( Riyadi, Sujono dkk, 2009)

2. Fase Awal

Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan

a. Orientasi

Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, dan leader mulai


melanjutkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik

Merupakan masa sulit pada klien dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan
siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugas anggota dan yang akan
terjadi para anggota akan saling ketergantungan.

c. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, dan anggota mulai menemukan
siapa dirinya.

3. Fase Kerja

Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok10lebih stabil dan realistis,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok serta
penyelesaian masalah yang kreatif. (Riyadi, Sujono dkk, 2009)

4. Tahap Kerja

a. Terapis menjelaskan kepada klien apabila kaset pada tape recorder dihidupkan, maka bola
yang dipegang anggota kelompok segera diedarkan kepada anggota kelompok yang lain searah
dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri).

b. Pada saat tape dimatikan oleh terapis, salah satu anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal,
dimulai oleh terapis yang sebagai contoh.

c. Klien menuliskan nama panggilan pada kertas/papan nama di tempel/dipakai.

d. Selanjutnya klien mengulangi perintah b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran.

e. Terapis memberi pujiaan untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan. (Marifatul, lilik dkk, 2011)
5. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan
sehari-hari

2. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian pasien

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok

2. Menyepakati waktu dan tempat

6. Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses Terapi Aktivitas Kelompok berlangsung, khususnya pada
tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan Terapi Aktivitas Kelompok. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan Terapi Aktivitas Kelompok. Untuk
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1, evaluasinya adalah kemampuan klien dalam
memperkenalkan diri dari segi aspek verbal maupun non-verbal dengan menggunakan formulir
evaluasi. Untuk sesi selanjutnya metodenya akan sama, hanya ada sedikit perubahan dalam
tahapannya. (Keliat, Budi A dkk, 2004)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai