Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )

Disusun guna memenuhi tugas keperawatan medikal bedah

Dosen pembimbing : Subandiyo, S.Pd. S.Kep.Ns

Disusun oleh

Kelompok 12 :

1. Fihrin Ashfihani Sholihah ( P1337420217099 )


2. Ismi Nurhafifah ( P1337420217105 )
3. Ika Yuliana ( P1337420217122 )

Tingkat 2C

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Purwokerto, 19 Agustus 2018

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
D. Metode Penulisan ....................................................................... 3

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................ 4

A. Definisi ISPA ............................................................................. 4


B. Etiologi ....................................................................................... 4
C. Pathofisiologi ............................................................................. 5
D. Gambara Klinik .......................................................................... 6
E. Pengkajian .................................................................................. 7
F. Pathway ...................................................................................... 10
G. Analisa Data ............................................................................... 11
H. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 13
I. Intervensi .................................................................................... 14
J. Evaluasi ...................................................................................... 19
K. Komplikasi ................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

iii
BAB I

PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan
Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa
hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan
pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula
pembangunan kita.
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya
tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah
ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh
masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil
dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun.
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian
bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-
anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah
mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada
masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa
dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic
Obstructive Pulmonary Disease.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas
adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh

1
ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat
tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk
berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan
kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun
berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data
penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten
Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 %
pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia
berkisar 2,3 juta.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ISPA ?
2. Bagaimana etiologi dari ISPA ?
3. Bagaimana pathofisiologi dari ISPA ?
4. Apa tanda dan gejala dari ISPA ?
5. Bagaimana pengkajian pada pasien ISPA ?
6. Bagaimana pathway ISPA ?
7. Bagaimana analisa data pada pasien ISPA ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan pada pasien ISPA ?
9. Bagaimana intervensi pada asuhan keperawatan pada pasien ISPA ?
10. Bagaimana evaluasi pada asuhan keperawatan pada pasien ISPA ?
11. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh ISPA ?

C. Tujuan
1. Mahasisawa mampu menyebutkan dan mengetahui definisi ISPA.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengetahui etiologi ISPA.
3. Mahasisawa mampu menyebutkan dan mengetahui pathofisiologi
ISPA.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pathway ISPA.

2
5. Mahasiswa mampu mengetaui tanda dan gejala ISPA.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menyebutkan komplikasi dari
ISPA.
7. Mahasiswa mampu mengetahui cara pemeriksaan diagnostic pada
ISPA.
8. Mahasiswa mampu menyebutkan dan mengetahui penatalaksanaan
ISPA.
9. Mahasiswa mampu memahami bagaimana konsep asuhan
keperawatan pada ISPA.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini
adalah dengan menggunakan metode penulisan studi pustaka. Yang mana
penulian makalah ini berdaarkan referensi buku-buku dan penelusuran
internet pada situt-situs yang dapat di percaya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi ISPA
ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian
khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit tenggorokan
dan telinga (Widoyono, 2011).
Menurut Amin (2011) ISPA bila mengenai saluran pernapasan
bawah, khususnya pada bayi, anak-anak dan orang tua, memberikan
gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa bronchitis, dan banyak yang
berakhir dengan kematian.
Sedangkan R.Hartono (2008) menyampaikan Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang
lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
stimulan atau berurutan.
Pendapat lain mengatakan ISPA adalah penyakit yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung
hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (R. Hartono, 2012).
Jadi, kesimpulan yang dapat kami lihat dari pengertian diatas,
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit yang menyerang
satu atau lebih bagian saluran pernafasan atas maupusn bawah, khusunya
pada bayi, anak-anak, dan orang tua dengan perhatian khusus pada radang
paru (peumonia) yang berlangsung kurang lebih selama 14 hari.

4
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain
(R.Hartono, 2013).
Menurut WHO (2008) ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada
bagian saluran pernapasan. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan polusi udara:
a. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia,
Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bekteri yang
paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus
pneumonia.
b. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus
sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus
parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,
sitomegalovirus, rubeola, varisella.
c. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh
candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioido mycosis,
Cryptococosis, Pneumocytis carinii.
d. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh
asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan
bermotor dan buangan industri serta kebakaran hutan dan lain-lain.

5
C. Pathofisiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan
bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar
kayu, maupun asap minyak dan kompor gas ini banyak menyerang
lingkungan masyarakat. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk,
sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur,
Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Penyakit ISPA juga dapat diawali dengan masuknya beberapa
bakteri dari genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus,
bordetella dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus,
adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus kedalam tubuh
manusia melalui partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan
melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka
kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan,
yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.

D. Gambaran Klinik ( Tanda dan Gejala )


Tanda-tanda klinis :
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

6
Tanda-tanda laboratoris :

1. Hypoxemia,
2. Hypercapnia, dan
3. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

E. Pengkajian
a. Wawancara
1. Identitas Pasien
 Nama pasien
 Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan
yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia
muda akan lebih sering menderita ISPA daripada
usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
 Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering
terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka
kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana
Rafika, 2009).
 Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per
orang,jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan
bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi
secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit
gangguan pernafasan lain adalah rendahnya
kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah
baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya

7
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di
Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya
ISPA anak (Anggana Rafika, 2009).
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : demam, batuk, pilek, sakit
tenggorokan.
 Riwayat penyakit sekarang : kondisi pasien pada
saat diperiksa.
 Riwayat penyakit dahulu : apakah klien pernah
mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang.
 Riwayat penyakit keluarga : adakah anggota
keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien.
 Riwayat sosial : lingkungan tempat tinggal klien.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema.
 Tampak batuk tidak efektif.
 Tidak ada jaingan parut pada leher.
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan cuping hidung.
2. Palpasi
 Adanya demam.
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.

8
3. Perkusi
 Suara paru normal ( resonance )
4. Auskultasi
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru

c. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen leher AP
Mencari gambaran pembengkakan jaringan
subglotis ( steeple sign ).
2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah dapat normal apabila disertai
infeksi sekunder maka leukosit dapat meningkat.
3. Pemeriksaan kultur
Dapat dilakukan jika terdapat eksudat orofaring atau
plica vocalis. Dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab
penyakit, misalnya bakteri Streptococus group A.

9
F. Pathway

10
G. Analisa Data

Data Fokus Etiologi Problem


DO : pasien terlihat Mukus yang berlebihan. Ketidakefektifan
gelisah, terdapat dahak bersihan jalan
jika pasien batuk, pasien nafas.( 00031 )
terlihat nafasnya agak
lebih cepat.

DS : pasien mengatakan
dadanya terasa sesak,
batuk nya jarang tetapi
sering mengeluarkan
dahak.
R : 27x/menit.
( NANDA, 2015-2017;
Domain 11 : Keamanan /
Perlindungan; Kelas 2 :
Cerdera fisik; hal.406 )
DO : pasien terlihat Kurang asupan Ketidaseimbangan
menahan sakit pada perut makanan. nutrisi kurang dari
dengan memegang bagian kebutuhan tubuh.
perutnya, membran ( 00002 )
mukosa terlihat pucat,
terdapat sariawan rongga
mulut, BB pasien
menurun.

DS : pasien mengatakan
kurang nafsu makan,

11
pasien juga mengatakan
perutnya sakit dan terasa
tegang.
( NANDA, 2015-2017;
Domain 2 : Nutrisi; Kelas
1 : Makan, hal.177 )
DO : bibir pasien terlihat - Resiko kekurangan
kering, pucat, pasien volume cairan.
kurang mengetahui tentang ( 00028 )
kebutuhan cairan.

DS : pasien mengatakan
BAB > 3x/hari, pasien
mengatakan terasa lemas.
(NANDA, 2015-2017;
Domain 2 : Nutrisi; Kelas
5 : Hidrasi, hal.194 )
DO : nafas pasien terlihat Perubwahan membran Gangguan
lebih cepat, pasien terlihat alveolar-kapiler. pertukaran gas.
gelisah, danyut nadi pasien ( 00030 )
meningkat, pasien terlihat
pucat.

DS : pasien mengeluh
dadanya sesak, saat
bangun tidur pasien
mengatakan kepalanya
agak sakit.
(NANDA, 2015-2017;
Domain 3 : Eliminasi dan

12
Petukaran; Kelas 4 :
Fungsi Respirasi, hal.220 )
DO : pasien terlihat Ketidaksembangan Intoleransi
nafasnya berat apabila antara suplai dan Aktivitas. ( 00092 )
setelah melakukan kebutuhan O2.
aktivitas, terlihat sering
cepat lelah.

DS : pasien mengatakan
tidak nyaman setelah
beraktivitas, pasien
mengeluh sesak nafas.
(NANDA, 2015-2017;
Domain 4 :
Aktivitas/Istirahat; Kelas 4
: Respons
Kardiovaskuler/Pulmonal;
hal.241 )

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus yang berlebihan.
( 00031 )
2. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan. ( 00002 )
3. Resiko kekurangan volume cairan. ( 00028 )
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.
( 00030 )
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidaksembangan antara suplai dan kebutuhan
O2. ( 00092 )

13
I. Intervensi

DX NOC NIC
1. Ketidakefe Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
ktifan keperawatan 3x 24 jam memaksimalkan ventilasi.
bersihan diharapkan ketidakefektifan 2. Lakukan fisioterapi dada,
jalan nafas bersihan jalan nafas dapat sebagaiman mestinya.
b.d mukus teratasi dengan kriterian 3. Buang sekret dengan
yang hasil : ( NOC edisi ke-5 hal memotivasi pasien untuk
berlebihan. 558 ) melakukan batuk tau
( 00031 ) Indikator Aw Tuj menyedot lendir.
al uan 4. Instriksikan bagaimana
Ketakutan 2 4 agar bisa melakukan batuk
Suara nafas 2 4 efektif.
tambah 5. Auskultasi suara nafas,
Dispnea saat 2 4 catat area yang
istirahat ventilasinya menurun atau
Dispnea 2 4 tidak adanya suara
dengan tambahan.
aktivitas 6. Kelola pemberian
ringan bronkodilator,
Batuk 2 4 sebagaimana mestinya.

Akmulasi 2 4 7. Ajarkan pasien bagaimana

sputum menggunakn inhaler


sesuai resep, sebagaimana
mestinya.
8. Kelola nebulizer
ultrasonik, sebagaimana
mestinya.
9. Monitor status pernapasan
dan oksigenasi,

14
sebagaimana mestinya.
( NIC edisi ke-6, hal186 ;
3140 )
2. Ketidaseim Setelah dilakukan tindakan 1. tentukan status gizi pasien
bangan keperawatan 3x 24 jam dan kemampuan pasien
nutrisi diharapkan untuk memenuhi
kurang dari ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan gizi.
kebutuhan kurang dari kebutuhan 2. Intrisikan pasien mengenai
tubuh b.d dapat teratasi dengan kebutuhan nutrisi,
kurang kriteria hasil : ( NOC edisi 3. Tentukan jumlah kalori
asupan ke-5 hal 319 ) dan jenis nutrisi yang
makanan. Indikator Aw Tuj dibutuhkan untuk
( 00002 ) al uan memenuhi persyaratan
Hasrat/keing 3 5 gizi.
inan untuk 4. Berikan pilihan makanan
makan sambil menawarkan
Merasakan 3 5 bimbingan terhadap
makanan pilihahan [ makanan ]
Intake 3 5 yang lebih sehat, jika
makanan diperlukan.
Intake 3 5 5. Ciptakan lingkungan yang
nutrisi optimal pada saat
Rangsangan 3 5 mengkonsumsi makanan.
untuk 6. Pastikan makanan
makan disajikan dengan caran
yang menarik dan pada
suhu yang cocok untuk
dikonsumsi secara
optimal.
7. Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi.

15
8. Monitor kalori dan asupan
makanan. ( NIC edisi ke-
6, hal 196; 1400 )
3. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor perubahan status
kekurangan keperawatan 3x24 jam paru yang menunjukan
volume diharapkan resiko dehidrasi.
cairan. kekurangan volume cairan 2. Pantau adanya tanda dan
( 00028 ) dapat teratasi dengan gejala overdehidrasi yang
kriteria hasil : ( NOC edisi memburuk adatu
ke-5 hal 102 ) dehidrasi.
Indikator Aw Tuj 3. Berikan cairan yang
al uan sesuai.
Turgor kulit 3 5 4. Tingkatkan intake/asuoan
Membran 3 5 cairan per oral.
mukosa 5. Pantau adanya tanda dan
lembab gejala retensi cairan.
Intake 3 5 6. Monitot TTV, yang
cairan sesuai.
Haus 3 5 7. Monitor kehilangan
Diare 3 5 cairan. ( NIC edisi ke-6,
hal 167; 2080 )
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status respirasi
pertukaran keperawatan 3x24 jam dan kardiologi.
gas b.d diharapkan ganguan 2. Monitor jumlah dan
perubahan pertukaran gas dapat karakteristik sputum.
membran teratasi dengan kiteria hasil 3. Tentukan segmen paru
alveolar- : ( NOC edisi ke-5 hal 559 ) mana yang berisi sekret
kapiler. Idikator Aw Tuj berlebihan.
( 00030 ) al uan 4. Gunakan bantal untuk
Dispnea saat 3 5 menupang posisi pasien.
5. Intruksikan pasien untuk

16
istirahat mengeluarkan nafas
Dispnea 3 5 dengan teknik nafas
dengan dalam. ( NIC edisi ke-6,
aktivitas hal 111; 3230 )
ringan
Perasaan 3 5
kurang
istirahat
Mengantuk 3 5
5. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan oksigen tambahan
aktivitas keperawatan 3x24 jam seperti yang
b.d diharapkan intoleransi diperintahkan.
ketidaksem aktivitas dapat teratasi 2. Monitor aliran oksigen.
bangan dengan kriteria hasil : ( 3. Pertahankan kepatenan
antara NOC edisi ke-5 hal 582 ) jalan napas.
suplai dan Indikator Aw Tuj 4. Batasi aktivitas.
kebutuhan al uan 5. Pantau adanya tanda-tanda
O2. Saturasi 3 5 keracunan oksigen dari
( 00092 ) oksigen masker ke kanul oksigen
etika ketika makan.
beraktivitas 6. Konsultasikan dengan
Frekuensi 3 5 tenaga kesehatan lain
pernapasan mengenai penggunaan
ketika oksigen tambahan selama
beraktivitas kegiatan atau tidur. ( NIC
Kemudahan 3 5 edisi ke-6, hal 444; 3320)
bernapas
ketika
beraktivitas
Warna kulit 3 5

17
1. Dx : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus yang berlebihan.
( 00031 )
Rasional :
a) Posisi yang benar untuk memaksimalkan ventilasi yaitu
posisi semi fowler.
b) Untuk memudakan pasien mengeluarkan sekret.
c) Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Dx : Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurang asupan makanan. ( 00002 )
Rasional :
a) Untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
b) Agar pasien dapat memahami mengenai kebutuhan gizi.
3. Dx : Resiko kekurangan volume cairan. ( 00028 )
Rasional :
a) Untuk mengetahui intake cairan pada pasien
b) Menstabilkan cairan pada pasien
4. Dx : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-
kapiler. ( 00030 )
Rasional :
a) Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya.
b) Mencegah terjadinya aspirasi sekret.
c) Kelainan suara nafas ( ronchi ) menandakan adanya secret
dalam jalan nafas.
5. Dx : Intoleransi aktivitas b.d ketidaksembangan antara suplai dan
kebutuhan O2. ( 00092 )
Rasional :
a) Menentukan intervensi selanjutnya.
b) Mengetahui perkembangan dari tindakan yang sudah
dilakukan.
c) Mengoptimalkan kondisi pasien agara lebih stabil.

18
J. Evaluasi
1. Besihan jalan nafas dapat lebih efektif dan tidak terdapat mukus.
2. Nutrusi yang tercukupi dengan asupan makanan yang adekuat.
3. Kebutuhan cairan pada pasien dapat terpenuhi.
4. Pertukaran gas pada pasien dapat kembali normal dana adekuat.
5. Pasien dapat beraktivitas sesuai dengan toleransi.

K. Komplikasi
ISPA bisa mengakibatkan komplikasi bila keadaan penderita parah.
Komplikasi yang terjadi pada infeksi saluran pernapasan atas adalah :

1. Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system tubuh.


2. Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel.
3. Infeksi telinga tengah ( otitis media ).
4. Infeksi sinus pada rongga hidung.

19
DAFTAR PUSTAKA

Moohead Sue,Mario Johnson,Maridean L.Maas,Elisabeth Swanson. Nursing


Outcomes Classification ( NOC ), Edisi Kelima, Edisi Bahasa Indonesia.

Bulechek.M.Glorio,Howard K.Butcher,Joanne M.Dochterman,Cherly M.Wagner.


Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam, Edisi Bahasa
Indonesia.

Herdaman.T.H, S.kamtisaru. (2015). NANDA Diagnosa Keperawatan 2015-217,


Edisi 10. Jakarta : EGC

Afandi, Ade Irwan. (2012). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan


Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Di Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Depok : FKM UI.

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.


Jakarta : Ditjen PP&PL.

20

Anda mungkin juga menyukai