Disusun Oleh :
Inka Putri Kosita G4A019004
Lintang Sandya G4A019007
Wilvi Rahmannesa G4A017015
Pembimbing Fakultas :
dr. Dwi Arini Ernawati, MPH.
Pembimbing Lapangan :
dr. Tulus Budi Purwanto
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS
Disusun Oleh :
Telah Disetujui :
Tanggal, Desember 2019
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta anugerah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan laporan
Community Health Analysis (CHA) dengan judul “Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wangon 1 Kabupaten Banyumas”. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan
kepada junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammas SAW.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga kami
bisa lebih memahami seluruh proses yang terjadi di dalamnyasejak pembuatan
prioritas masalah, proses pengolahan data, hingga membuat planning ofaction
kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing kami dr.Tulus Budi
Purwanto sebagai pembimbing puskesmas dan dr. Dwi Arini Ernawati, MPH
sebagai pembimbing fakultas yang telah membimbing kami, memberikan saran,
arahan serta masukan kepada kami. Kami juga mengucapkan terimasih kepada
segenap karyawan PuskesmasWangon I yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi, arahan, dukungan selama pembuatan laporan ini.
Laporan ini berisi faktor risiko penyakit DM yang kami amati di wilayah
kerja PuskesmasWangon I. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan masyarakat.
Penulis memohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan di
dalam penyusunan laporan ini. Kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangununtuk menjadikan laporan ini lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi
masalah utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. DM adalah
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih
dari 90 persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang
ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta
pankreas secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin (American
Diabetes Association, 2012).
Menurut World Health Organization/ WHO (2012) bahwa jumlah klien
dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian
akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti
diperkirakan akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20
tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta klien
yang menderita DM. Hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh provinsi yang
ada di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi
glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar
5,7% (Balitbang Depkes RI, 2008).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan
2 terjadi peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu
1,1% meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1%
prevalensi yang tertinggi adalah pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling
rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2012 prevalensi DM adalah 0,6%. Data Riskesdas tersebut
menyebutkan bahwa prevalensi klien DM cenderung meningkat pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dimana terjadi peningkatan
prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun pada umur ≥
65 tahun prevalensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih
tinggi bagi klien yang tinggal di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
Ditinjau dari segi pendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi
(Balitbang Depkes RI, 2013).
Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak
negatif terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik yang terjadi
seperti poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk (Price &
Wilson, 2005). Disamping itu klien juga dapat mengalami penglihatan kabur,
kelemahan dan sakit kepala. Dampak psikologis yang terjadi pada klien dengan
DM seperti kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang
harapan, depresi, kesepian, tidak berdaya (Potter & Perry 2010), ditambah lagi
klien dapat menjadi pasif, tergantung, merasa tidak nyaman, bingung dan merasa
menderita (Purwaningsih & Karlina, 2012).
Salah satu dampak psikologis yang dialami pada klien dengan DM adalah
3 stres. Stres merupakan perasaan yang diciptakan ketika seseorang bereaksi
terhadap peristiwa tertentu. Reaksi tersebut merupakan cara tubuh meningkatnya
untuk suatu tantangan dan bersiap-siap untuk memenuhi situasi yang sulit
dengan berfokus, kekuatannya, stamina, dan kewaspadaan yang meningkat.
Peristiwa yang memicu stres disebut stresor, dan mereka mencakup berbagai
macam situasi fisik, seperti cedera atau sakit. Tubuh bersiap untuk mengambil
tindakan dalam menanggapi stres. Persiapan ini disebut respon fight or flight.
Diabetes itu sendiri juga merupakan penyebab stres (Eom et al, 2011).
Stres pada klien DM dibandingkan dengan populasi umum, memiliki
tingkat stres yang lebih tinggi, dan sebagaimana tingkat stres meningkat, kontrol
glikemik semakin memburuk dapat berakibat gangguan pada pengontrolan kadar
gula darah (Eom et al, 2011). Pada keadaan stres akan terjadi peningkatan
hormon-hormon stres epinefrin dan kortisol. Hormon epinefrin dan kortisol
keduanya meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah sehingga
meningkatkan kadar gula darah (Sherwood, 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko terjadinya peningkatan kasus diabetes mellitus tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
2. Apa faktor risiko paling dominan dalam peningkatan kasus diabetes mellitus
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah peningkatan kasus diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
4. Bagaimana intervensi yang sesuai terhadap penyebab masalah peningkatan
kasus diabetes mellitus tipe 2 untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis)
faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
b. Mencari alternatif pemecahan masalah pengendalian gula darah pasien
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
c. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah pengendalian gula
darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wangon
I.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
b. Bagi masyarakat desa
Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan
rehabilitatif) kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Wangon I khususnya berkaitan dengan pengendalian gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2.
c. Bagi instansi terkait
Membantu memberikan bahan pertimbangan menentukan kebijakan
yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah, terutama program
pengelolaan penyakit kronis.
d. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
Untuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam penelitian selanjutnya.
2018
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Klapagadin Klapagadin Pengadega
Wangon Banteran Rawaheng Randegan
g g Kulon n
2018 10868 11666 11899 5524 5979 6735 7834
2018
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Klapagading
Wangon Klapagading Banteran Rawaheng Pengadegan Randegan
Kulon
2018 2612 3086 3390 2707 574 973 940
7000
5796 5912
6000
5345
5000
3884
4000
3360
2943
3000 2750
2000
1000
0
Klapagad Klapagad Randega Rawahen Pengade
Wangon Banteran
ing ing Kulon n g gan
Laki-laki 5523 5870 5987 2774 3959 3036 3375
Perempuan 5345 5796 5912 2750 3884 2943 3360
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
Gambar 2.5 Grafik Jumlah penduduk menurut Kelompok Usia dan Jenis
Kelamin tahun 2018
10 AKB
0
2016 2017 2018
0.8
0.6
AKI
0.4
0.2
0 0
0
2016 2017 2018
0
2016 2017 2018
Angka Kesembuhan TB
b. Pneumonia
Cakupan penemuan pneumonia dan
ditangani
40
Cakupan
20 penemuan
pneumonia dan
0 ditangani
2016 2017 2018
Prevalensi HIV
10
8
6
4
2
0
2016 2017 2018
AIDS 0 2 6
HIV 1 2 2
Gambar 2.10 Prevalensi HIV di Wilayah Kerja Puskesmas 1
d. Penyakit Diare
Angka Kasus diare yang ditangani
70
65
60
Angka Kasus diare
55 yang ditanganni
50
45
2016 2017 2018
Gambar 2.11 Angka Kasus Diare yang Ditangani pada semua umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I
10
Angka Kasus
5 Hepatitis B
0
2016 2017 2018
1
Kasus malaria
0.5
0
2016 2017 2018
Gambar 2.17 Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I
Berdasarkan Gambar 3.7 Angka Kasus Balita Bawah Garis
Merah di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2018
sebesar 0,76% meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun 2017
yaitu 0,6%.
2. Angka Balita Gizi Buruk
1
0,5
0
2016 2017 2018
Gambar 2.18 Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Wangon I
70 67,4
60
50 46,8
40
30
33,1
20
10
0
2016 2017 2018
1. DM Tipe 2
2. Hipertensi
4. Demam
5. Faringitis akut
6. ISPA
7. Myalgia
8. Dispepsia
9. Common cold
10. CHF