Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KETERAMPILAN PENGELOLAAN LABORATORIUM

KIMIA SEKOLAH

KONSEP LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Imelda Rosalinda
2. Jihan Bilqiis Usri
3. Viola Dwicha Asda
4. Wilda Putri Waer
5. Fitri Yani
6. Nadya Afrilianti
7. Ulfah Wahidah Putri

Dosen Pembimbing :
1. Eka Yusmaita S,Pd,M,Pd
2. Zonalia Fitriza S,Pd,M,Pd

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KONSEP LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH

A. Pengertian dan Fungsi Laboratorium


1. Pengertian Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya
dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut
secara terkendali. Laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk
mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan
dengan ilmu fisika kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.Pengertian
lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana
dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya
kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang
digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang
berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu
lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka
seperti kebun dan lain-lain.

2. Fungsi Laboratorium
Menurut Sukarso (2005), secara garis besar laboratorium dalam proses
pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual
melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala
alam.
2) Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran.
3) Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran
ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4) Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang
calon ilmuan.
5) Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan
atau penemuan yang diperolehnya.

Lebih jauh dijelaskan dalam Anonim (2003), bahwa fungsi dari


laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Laboratorium sebagai sumber belajar
Tujuan pembelajaran fisika dengan banyak variasi dapat digali,
diungkapkan, dan dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium
sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan
percobaan. Berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran terdiri dari 3 ranah yakni: ranah pengetahuan, ranah
sikap, dan ranah keterampilan/afektif.
b. Laboratorium sebagai metode pembelajaran
Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran
yakni metode percobaan dan metode pengamatan
c. Laboratorium sebagai prasarana pendidikan
d. Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses
pembelajaran. Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi
dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam-macam kondisi
yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan
percobaan.

B. Dasar-Dasar Pengelolaan Laboratorium


Mengelola adalah mengendalikan, menjalankan, atau mengurus
manajemen . Mengelola adalah suatu proses penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai suatu sasaran. Manajemen laboratorium
mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian.
Hal-hal yang terkait dengan kegiatan tersebut diantaranya mengatur dan
memelihara alat dan bahan, menjaga disiplin di laboratorium, dan
keselamatan laboratorium, serta mendayagunakan laboratorium secara
optimal. Pengelolaan laboratorium dapat diartikan sebagai pelaksanaan
dalam pengadministrasian, perawatan, pengamanan, perencanaan untuk
pengembangan laboratorium secara efektif dan efisien sesuai dengan
tujuannya. Dalam melaksanakannya selalu berorientasi kepada faktor-
faktor keselamatan yang terlibat dalam laboratorium dan lingkungannya.
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan
pengguna fasilitas laboratorium (sarana prasarana IPA), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan
fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung
jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap
orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil
untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar
laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan
upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di
laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan.
Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi
dalam rangka mengelola laboratorium secara baik dan benar adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Setiap laboratorium
pasti memiliki sumber daya manusia yang berperan mengelola aktivitas
laboratorium dan fasilitas pendukungnya. Para personil pengelola
laboratorium sesuai dengan bidangnya dan tanggung jawabnya sudah
sewajarnya jika memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang alat
laboratorium dan bahan kimia. Penguasaan pengetahuan dasar merupakan
syarat pokok dan keterampilan seseorang sangat menunjang kesuksesan
di dalam mengelola laboratorium yang dijalankan secara benar.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah yang memuat standar kualifikasi dan kompetensi
kepala laboratorium, tenaga teknisi, maupun laboran. Guna memenuhi
standar tersebut, secara periodik sekolah perlu membuat program untuk
mengirimkan pengelola laboratorium mengikuti pendidikan dan pelatihan
mengenai manajemen laboratorium dan cara pengoperasian (SOP) alat-
alat lab IPA sesuai standar operasi baku (SOB).
Pembelajaran IPA di SMP seperti diamanatkan dalam kurikulum
2013, peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran melalui proses
ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Peserta didik mengembangkan keterampilan
proses sains (KPS) melalui kegiatan mengamati, mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, mengukur, melakukan percobaan, menganalisis data,
dan menyimpulkan. Pada prinsipnya pembelajaran IPA di SMP harus
banyak menekankan adanya kegiatan penemuan (discovery), dengan cara
mengajak peserta didik sebagai subjek belajar berinteraksi dengan objek
atau benda-benda yang dipelajari. Pengembangan sikap dan keterampilan
ilmiah melalui KPS dengan pendekatan pembelajaran inkuiri. Kegiatan
belajar terjadi minimal pada tiga konteks yaitu IPA dalam konteks
kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, dan masyarakat, sehingga ada
keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
(salingtemas). Peran guru di dalam pembelajaran IPA adalah sebagai
pemandu inkuiri (the leader of inquiry). Guru memiliki peran
memfasilitasi, memotivasi, mengarahkan, dan membimbing peserta didik
di dalam kegiatan inkuiri. Peran peserta didik dalam pembelajaran IPA
adalah sebagai pelaku inkuiri (the inquirer). Dengan demikian,
laboratorium IPA menjadi sarana yang sangatmutlak diperlukan dalam
proses pembelajaran IPA secara inkuiri dan untuk pengembangan KPS.

1) Pengelolaan Laboratorium IPA


a) Laboratorium IPA dan Komponennya
Dalam pengelolaan laboratorium, terdapat lima macam komponen
laboratorium yang secara umum dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu kelompok pengelola (sumber daya manusia) dan
kelompok yang dikelola (bangunan laboratorium, fasilitas laboratorium,
alat-alat laboratorium dan bahan- bahan laboratorium).
1) Kelompok Pengelola
Kelompok pengelola adalah salah satu komponen yang penting
dalam pengelolaan laboratorium. Kelompok pengelola adalah sumber
daya manusia yang bertanggung jawab melaksanakan tugas pengelolaan
laboratorium.Berdasarkan Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008, standar
tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium
sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran
sekolah/madrasah.
Jumlah kelompok pengelola disesuaikan dengan beban kerja dari
laboratorium yang bersangkutan, jumlah peserta didik yang
melaksanakan praktikum dan kegiatan lain yang dilaksanakan di
laboratorium, seperti penelitian baik oleh guru maupun peserta didik yang
tergabung dalam kelompok ilmiah remaja.
Kelompok pengelola laboratorium yang ideal, terdiri dari personal-
personal yang terlibat langsung dalam seluruh kegiatan di laboratorium
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Setiap personal
harus memahami dan mengerti bidang kerja yang menjadi tanggung
jawabnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku pada lembaganya dan
selalu berorientasi pada tujuan dan fungsi laboratorium yang dibinanya.
Karena itu, harus terbina hubungan yang harmonis antar personal yang
terlibat dalam pengelolaan laboratorium berdasarkan kesadaran bahwa
mereka merupakan komponen- komponen yang penting dari sistem dan
pendidikan.
Pembinaan personil secara teknis dan administrasi dari waktu
kewaktu harus selalu ditingkatkan dan dibina sehingga pelaksanaan
kerjanya mencapai tujuan yang optimal. Keberhasilan tugas dalam
melaksanakan pengelolaan laboratorium akan ditentukan oleh para
personilnya, dan dukungan dari komponen sekolah lainnya, mulai dari
kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran IPA, sampai pada petugas
kebersihan dan keamanan.
Pembinaan pengelola laboratorium sesuai dengan bidang dan
tanggung jawabnya perlu terus menerus dilakukan agar semakin
meningkat keterampilan dan pemahamannya tentang peranan
laboratorium dalam menunjang proses belajar mengajar, serta bagaimana
memanfaatkan dan merawat fasilitas, alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum.
Untuk tercapainya tujuan pembelajaran/praktikum, maka kelompok
pengelola perlu memberikan perhatian yang serius pada aspek
administratif, operasional kegiatan praktikum, dan keselamatan kerja di
laboratorium. Sedangkan tugas dari pimpinan sekolah adalah memberikan
perhatian terutama dari segi penggunaan waktu kerja laboratorium,
penghargaan beban kerja pengelola laboratorium, kesehatan personal
yang bekerja dilaboratorium, dan yang paling penting keselamatan kerja
peserta didik ketika bekerja di laboratorium.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang pengelola laboratorium


hendaknya melakukan usaha-usaha pengelolaan sebagai berikut:
a) Suasana laboratorium dalam keadaan disiplin yang baik.
b) Kebersihan, keamanan dan keselamatan selalu dipelihara.
c) Pemakaian laboratorium secara merata dan terpadu sehingga tidak
terdapat perebutan antara kelas yang satu dengan yang lain.
d) Menyusun peraturan pemakaian laboratorium.
e) Menyusun cara-cara mengevaluasi kegiatan laboratorium yang
dilakukan peserta didik.
f) Melakukan kerjasama yang baik dengan para pemakai laboratorium
yaitu guru dan peserta didik.
g) Mengelola lingkungan laboratorium yang kaya teks.

Guna menjaga keamanan dan keselamatan di dalam laboratorium,


diperlukan sikap displin dan taat pada tata tertib. Tata tertib ini meliputi
larangan, perintah, dan petunjuk bagi peserta didik maupun guru yang
bekerja di laboratorium dan diberikan sebelum mereka masuk atau
memulai aktivitas di laboratorium.Tata tertib dapat dibedakan menjadi
tata tertib untuk peserta didik dan tata tertib untuk guru. Tata tertib untuk
peserta didik disusun oleh pengelola laboratorium, sedangkan tata tertib
untuk guru disusun oleh kordinator pelajaran IPA. Dengan demikian
peserta didik tidak selalu merasa ketakutan akan bahaya bila bekerja di
laboratorium, karena hal ini akan mengganggu pula pada konsentrasi
peserta didik atau kelancaran aktivitas peserta didik. Setelah menyusun
tata tertib laboratorium maka tugas yang penting dari pengelola
laboratorium adalah menciptakan disiplin yang ketat. Untuk menciptakan
disiplin yang ketat ini maka di dalam menerapkan tata tertib laboratorium
harus ada sanksi-sanksi bagi peserta didik yang melanggar tata tertib
tersebut. Sanksi-sanksi ini baik berupa sanksi-sanksi akademis, hukum,
maupun sanksi menyuruh peserta didik mengganti alat yang baru, apabila
peserta didik tersebut memecahkan atau merusak atau menghilangkan
alat-alat yang dipakainya.

2) Kelompok yang Dikelola


Kelompok yang dikelola di laboratorium biasanya terdiri dari
bangunan laboratorium, fasilitas laboratorium, alat-alat laboratorium, dan
bahan-bahan laboratorium. Untuk melakukan pengelolaan yang baik
darimasing-masing komponen tersebut, dapat dilakukan berbagai upaya
sesuai dengan landasan, fungsi dan tujuan laboratorium.
Contoh pengelolaan laboratorium IPA di sekolah diantaranya adalah:
a) Pengelolaan laboratorium dan fasilitasnya yang terdiri dari:
• Perabot laboratorium
• Instalasi listrik
• Instalasi air
• Instalasi gas
• Lingkungan sekolah
b) Pengelolaan alat-alat laboratorium yang menyangkut:
• Perencanaan (jumlah dan jenis alat yang ada)
• Desain ruang sesuai dengan alat yang ada
• Penetapan alat yang telah diidentifikasi
• Mengadministrasikan alat-alat yang ada
• Penggunaan alat secara rutin/periodik
c) Pengelolaan bahan pratikum yang menyangkut:
• Mengidentifikasi jumlah bahan yang dibutuhkan
• Mempersiapkan tempat penggunaan dan penyimpanan bahan
praktikum
• Pengadministrasian bahan yang habis/sisa praktikum

C. Fasilitas Penunjang Laboratorium


Dalam wujud dan pelaksanaanya, laboratorium tidak hanya harus
mempunyai desain khusus namun untuk dalam pelaksaan dan
penggunaannya laboratorium harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
standar yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan dalam laboratorium
tersebut. Adapun beberapa fasilitas yang harus dipenuhi atau dimiliki
dalam sebuah laboratorim adalah sebagai berikut :
a) Instansi Listrik
Kebutuhan instalasi listrik dalam laboratorium adalah untuk :
• Memberikan penerangan di semua ruangan laboratorium yaitu di
ruang praktikum, di ruang guru, di ruang persiapan, dan di ruang
penyimpanan atau gudang
• Memfasilitasi proses pembelajaran di laboratorium yaitu
demonstrasi, eksperimen dan penelitian, atau penggunaan OHP,
LCD dan amplifier.
• Memfasilitasi pekerjaan administrasi laboratorium, yaitu untuk
pemasangan mesin tik elektronik atau komputer.
• Jaringan instalasi listrik di laboratorium dapat dipasang pada
langit-langit ruangan, dinding ruangan, lantai, meja praktikum,
meja demonstrasi, dan meja persiapan.
b) Instalasi air
• Kebutuhan instalasi air di laboratorium adalah untuk keperluan
proses pembelajaran yaitu eksperimen dan demonstrasi, merawat
dan memelihara alat-alat laboratorium yang dapat dibersihkan
dengan air, memelihara kebersihan laboratorium, dan untuk
mencuci tangan.
• Komponen Instalasi air terdiri dari saluran air bersih dari
sumbernya ke dalam laboratorium, salurang air buangan (limbah),
dan bak cuci lengkap dengan kran airnya.
• Bak Cuci dapat dipasang di bagian ruangan yang memerlukan,
namun hendaknya jauh dari lemari alat-alat yang tidak tahan
terhadap kelembaban dan dari stop kontak listrik.
c) Instalasi gas
• Instalasi gas di laboratorium dibutuhkan untuk percobaan-
percobaan yang menggunakan kompor/pemanans bunsen seperti
untuk memanaskan air dan sebagainya. Instalasi gas di
laboratorium dapat dibuat dengan menggunakan tabung gas LPG
dan penyaluran gas ke kompor/pemanas melalui pipa instalasi gas
yang dapat dipasang pada dinding atau lantai ke kompor/pemanas.
• Dengan adanya instalasi gas ini, harus diperhatikan instalasi udara
yang cukup di tempat yang tepat untuk membuang kebocoran gas
yang mungkin terjadi. Harus diingat bahwa kalau menggunakan
gas LPG maka gas itu lebih berat dari udara sehingga lubang
pembuangan kebocoran gas itu harus di bagian bawah dinding atau
cukup rendah.
d) Instalasi Limbah
• Limbah laboratorium di bedakan menjadi tiga, yaitu: limbah
logam, limbah organic dan limbah plastik.
e) Mabeler
• Yang dimaksud dengan fasilitas mebeler adalah peralatan mebel
seperti meja, kursi, lemari, rak dan sebagainya. Pada prinsipnya
semua mebeler adalah sama, namun karena fungsi dan tujuan
pemakaiannya, maka mebeler laboratorium biasanya memiliki
bentuk, ukuran, dan jenis bahan tertentu yang dapat berbeda
dengan mebeler lainnya. Sesuai dengan tujuan pemakaian dan
fungsinya, fasilitas mebeler laboratorium dapat terdiri dari
bermacam-macam meja, kursi, lemari, rak dan loker, seperti yang
akan dikemukakan berikut ini :
❖ Meja
• Macam-macam meja di laboratorium adalah meja praktikum, meja
demonstrasi, meja persiapan dan meja tulis.
❖ Meja praktikum
• Untuk siswa melakukan praktikum atau kegiatan pembelajaran di
laboratorium.
• Satu meja untuk satu percobaan dan satu percobaan dapat
dilakukan oleh dua sampai 4 orang siswa.
• Ukuran meja praktikum kira-kira dua kali meja belajar di kelas
dengan atau misalnya tinggi 75 cm, lebar 70 cm dan panjang 120
cm.
• Dilengkapi dengan instalasi listrik.
• Sebaiknya satu meja dipasang terpisah (jangan berimpit) dengan
meja yang lainnya.
❖ Meja demonstrasi
• Untuk guru melakukan demonstrasi atau kegiatan pembelajaran di
laboratorium.
• Dipasang di bagian depan ruang praktikum di depan papan tulis.
• Ukuran panjangnya kira-kira dua kali meja praktikum dengan lebar
dan tinggi yang sama atau bisa juga tinggi 75 cm, lebar 80 cm dan
panjang 200 cm.
• Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.
• Di samping meja demonstrasi dapat dipasang bak cuci.
❖ Meja persiapan
• Untuk guru dan atau laboran untuk mempersiapkan alat-alat yang
akan digunakan untuk proses pembelajaran.
• Dipasang di ruang persiapan.
• Ukurannya kira-kira sama dengan meja demonstrasi.
• Dilengkapi dengan instalasi listrik berupa stop kontak.
❖ Meja tulis
• Untuk guru
• Di pasang di ruang guru di laboratorium.
• Ukurannya sama dengan ukuran meja tulis pada umumnya,
lengkap dengan laci-lacinya
❖ Kursi
• Kursi di laboratorium dibedakan atas kursi biasa untuk guru dan
kursi praktikum untuk siswa melakukan percobaan atau mengikuti
pembelajaran di laboratorium.
• Kursi praktikum biasanya dibuat tanpa sandaran punggung dan
tangan.
• Kursi praktikum umumnya dibuat dari rangka besi tingginya sekita
50 cm dan tempat duduknya terbuat dari kayu berbentuk dengan
diameter sekitar 25 cm.
• Agar tidak cepat merusak lantai dan tidak menimbulkan suara
berisik ketika digeser, bagian bawak (telapak) kaki kursi sebaiknya
dilapisi plastik, kayu atau karet.
❖ Lemari
• Lemari di laboratorium terutama dapat dibedakan berdasrkan
fungsinya lemari alat, lemari buku, dan lemari administrasi.
❖ Lemari alat
• Lemari alat di laboratorioum dibedakan atas lemari tinggi yang
disimpan di ruang penyimpanan, dan lemari pendek yang terdapat
di bagian pinggir ruang praktikum.
• Untuk alat-alat permanen:
• Alat-alat permanen adalah alat-alat fisika yang disimpan dan
sekaligus dipasang (siap digunakan) di tempat tertentu, tidak harus
atau bahkan tidak boleh dipindah-pindahkan tempatnya. Beberapa
contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen misalnya
adalah : Alat-alat permanen adalah alat-alat fisika yang disimpan
dan sekaligus dipasang (siap digunakan) di tempat tertentu, tidak
harus atau bahkan tidak boleh dipindah-pindahkan tempatnya.
Beberapa contoh alat yang dapat dipandang sebagai alat permanen
misalnya adalah : Barometer, Termometer suhu ruangan,
Higrometer , Bandul, Pesawat Athwood
• Untuk alat-alat yang memiliki kotak sendiri ( KIT ):
• Rak adalah lemari tanpa dinding, yang digunakan untuk
menyimpan alat-alat.
• Alat-alat yang disimpan dalam rak ini biasanya adalah alat-alat
yang memiliki kotak khusus, atau alat-alat yang tidak terlalu
memerlukan perlindungan dari cuaca dan debu.
• Rak dapat disimpan di ruang penyimpanan alat, di ruang persiapan,
dan di ruang guru
❖ Lemari buku
• Digunakan untuk menyimpan berbagai buku kepustakaan
laboratorium.
• Lemari ini sebaiknya berninding kaca, dan tidak dikunci, agar
setiap pengguna laboratorium dapat menggunakan buku yang
disimpan di dalmnya.
• Lemari ini dapat disimpan di ruang guru.
❖ Loker
• Loker siswa adalah lemari yang disediakan di laboratorium khusus
untuk menyimpan buku dan tas siswa di dalam laboratorium.
• Loker ditempatkan dibagian pinggir depan atau belakang ruang
praktikum.
• Loker di laboratorium biasanya dibuat hanya berupa kotak-kota
dari sekat-sekat dan tahap-tahap tanpa pintu.
• Loker dapat dibuat dari bahan kayu dengan ukuran yang ideal
untuk siswa.
• Sebaiknya disediakan satu kotak untuk tiap satu siswa.
❖ Papan Tulis dan LCD
❖ Kotak P3K
• Kotak P3K digunakan untuk pertolongan pertama bagi yang
mengalami cidera saat percobaan berlangsung.
❖ Tabung Sprai Api
• Yaitu berguna untuk fasilitas pemadam kebakaran.
❖ Pendingin ruangan
• Yaitu berupa kipas angin dan air conditioner (AC). Air conditioner
hanya di gunakan di laboratorium tertentu, missalkan laboratorium
fisika. air conditioner bisa menyebabkan perubahan suhu,
sehingga akan merusak bahan-bahan laboratorium , seperti bahan-
bahan paraktikum kimia.

D. Desain Laboratorium Kimia


Standar laboratorium berikut dapat digunakan sebagai referensi dalam
mendesain laboratorium sains.
1. Ukuran dan Lokasi
Ruangan laboratorium sebaiknya berbentuk persegi empat atau
yang mendekati dengan ukuran tertentu. Standar yang berlaku di Inggris
menyebutkan bahwa setiap siswa membutuhkan ruang seluas sekitar 3 m
. Oleh karena itu ukuran standar laboratorium yang diperuntukkan bagi
30 siswa seluas 90 m2 dengan rasio perbandingan panjang dan lebar
antara 1: 0,8 atau 1: 1,1 (Piggott, 2011). Departemen pendidikan Hong
Kong mewajibkan setiap laboratorium sains memiliki ukuran sekitar 120
m2 dengan lebar minimal dari 7 m di setiap sisinya (Education
Department, 1995).
Ruang laboratorium sebaiknya tidak memiliki pilar (tiang) di
tengahnya sehingga pemandangan guru tidak terganggu. Setiap
laboratorium wajib memiliki ruang persiapan (preparation room) yang
dapat digunakan untuk menyiapkan kegiatan praktikum, perbaikan
peralatan maupun penyimpanan alat dan bahan. Satu ruang persiapan
dapat digunakan untuk satu atau dua laboratorium yang berdekatan.
Ruang persiapan disarankan memiliki ukuran sekitar 45 m2 (Education
Department, 1995).
Lokasi laboratorium sangat disarankan untuk berdekatan satu
dengan yang lain sehingga memudahkan administrasi dan penge-
lolaannya. Apabila banguna laboratorium bertingkat, maka tempat
penyimpanan bahan kimia atau laboratorium kimia perlu mendapat
perhatian khusus. Laboratorium tersebut harus ditempatkan pada bagian
paling atas untuk menjaga bahaya gas atau debu yang keluar dari bahan
kimia atau lemari asam.

2.Pintu Masuk
Setiap laboratorium sebaiknya memiliki dua pintu masuk yang
berlokasi di ujung ruangan (Education Department, 1995). Salah satu
pintu tersebut harus berfungsi sebagai pintu darurat yang harus bisa
dibuka dari dalam. Semua pintu dan jalan harus tidak terhalangi dari
apapun seperti meja dan kursi sehingga tidak mengganggu jika terjadi
kondisi darurat. Salah satu dari pintu masuk tersebut sebaiknya
merupakan pintu dengan dua daun pintu sehingga memudahkan akses
keluar masuk jika ada peralatan laboratorium yang berukuran besar.

3. Ventilasi
Laboratorium harus didesain untuk kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja. Ruangan laboratorium yang terlalu pengap dan panas
akan menurunkan produktivitas para pekerja di laboratorium. Oleh karena
itu ventilasi yang menjadi tempat keluar masuknya udara ke dalam
laboratorium memiliki peran penting dalam menjaga suhu laboratorium
agar tetap nyaman. Prinsip dasarnya adalah jumlah udara yang masuk ke
dalam laboratorium harus sama dengan jumlah udara yang keluar dari
laboratorium atau udara yang masuk ke dalam laboratorium harus keluar
sehingga volume udara di dalam laboratorium selalu tetap atau konstant
(TSI Incorporated, 2010).

E. Perlengkapan Laboratorium

Beberapa fasilitas yang direkomendasikan harus ada di laboratorium sains


adalah sebagai berikut:
1. Meja dan Kursi
Setiap siswa diharuskan memiliki satu buah kursi yang ergonomis
sehingga tidak menggangu pertumbuhan siswa. Dalam hal jarak antara
meja satu dengan meja yang lain juga harus mendapat perhatian yang
serius agar aktivitas setiap siswa tidak saling mengganggu dan
memudahkan siswa siswa untuk bergerak.Jarak aman bagi siswa untuk
beraktivitas. Ukuran dalam milimeter (Piggott, 2011).
Area kerja (meja) yang direkomendasikan untuk digunakan per
siswa adalah adalah minimal 0.36 m2 per siswa (Piggott, 2011).
Ketinggian meja yang digunakan oleh siswa sekitar 80 cm. penempatan
meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga guru bisa
mengawasi seluruh aktivitas siswa secara maksimal. Sangat disarankan
agar meja laboratorium tidak disusun berbanjar ke belakang, tetapi
sebaiknya disusun melinkar sehingga guru bisa mengawasi aktivitasiswa
dengan mudah.
2. Meja Demonstrasi
Meja yang digunakan untuk demonstrasi memiliki ketinggian yang
sama dengan meja siswa dan memiliki semua fasilitas seperti air dan
listrik. Di tempat ini juga bisa ditempatkan meja untuk menyimpan laptop
atau tas milik guru selama guru melakukan aktivitas. Di dekat tempat ini
juga bisa ditempatkan papan tulis maupun LCD projector yang dipasang
secara permanen untuk mendukung kegiatan laboratorium.

3. Lemari asam (Fume hood)


Lemari asam adalah peralatan yang wajib tersedia di semua
laboratorium yang menggunakan bahan kimia. Lemari
asambukanmerupakan alat untuk melindungi para siswa dan guru dari
bahan kimia tetapi hanya merupakan tempat bekerja jika menggunakan
bahan-bahan kimia berbahaya seperti asam kuat atau basa kuat.
Tata letak meja dan kursi yang kurang bagus (atas) dan tata letak yang
direkomendasikan untuk memudahkan guru mengawasi aktivitas seluruh
siswa (Piggott, 2011).
Lemari asam sebaiknya tidak ditempatkan di sudut labora- torium
atau di dekat pintu masuk utama. Lemari asam juga tidak boleh
ditempatkan di jalan yang banyak dilalui orang. Hal ini karena orang
yang berjalan di muka lemari asam dapat menyebabkan udara di dalam
lemari keluar ke ruang laboratorium. Sistem yang digunakan dalam
mengeluarkan udari dari dalam lemari asam harus sangat aman sehingga
udara yang ada di dalam lemari asam tidak keluar dan membahayakan
orang-orang yang bekerja di laboratorium.
Lemari asam memiliki ukuran dan bentuk yang beragam
tergantung kepada pabrik yang membuatnya. Hal-hal yang harus
diperhatikan jika memilih lemari asam antara lain bahan yang digunakan.
Sebaiknya meja yang digunakan untuk membuat lemari asam berasal dari
bahan yang tahan asam atau basa kuat. Demikian pula kipas penghisap
(blower) yang digunakan untuk menghisap udara dari dalam lemari asam
dan dikeluarkan ke luar laboratorium. Saluran udara untuk mengeluarkan
udara dari ruang lemari asam harus dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kesehatan orang di luar laboratorium.
Hal lain yang HARUS selalu menjadi perhatian para pengelola
laboratorium adalah kesalahan umum yang menggunakan lemari asam
sebagai tempat penyimpanan bahan kimia. Sekali lagi perlu ditegaskan
bahwa lemari asam bukan tempat menyimpan bahan kimia yang
berbahaya atau mudah menguap. Penggunaan lemari asam untuk
keperluan tersebut disamping menyalahi aturan, mem- bahayakan pihak
pengguna yang lain, maupun menyebabkan cepat ausnya lemari asam
khususnya blower akibat terjadinya korosi. Lemari asam harus selalu
dijaga kebersihannya.
4. Lemari tas
dalam ruang laboratorium. Buku atau tas tersebut tidak diijinkan
untuk ditempatkan di atas meja kerja atau diletakkan diatas lantai. Hal ini
akan menyebabkan bahaya yang serius serta risiko terhadap keselamatan
yang tinggi. Oleh karena itu tambahan perabot yang dapat digunakan
untuk menyimpan barang-barang tersebut sangat dibutuhkan untuk
kenyamanan kerja di laboratorium. Pada umumnya perabot tersebut
ditempatkan di dekat pintu utama tetapi tidak mengganggu pintu utama
tersebut.

5. Air dan bak cuci


Supply air di laboratorium harus dengan volume yang memadai
dan tekanan yang cukup besar. Tekanan air yang cukup besar sangat
penting untuk kondisi darurat misalnya untuk membasuh mata jika terjadi
kecelakaan. Oleh karena itu tandon air yang disambung dengan pompa air
sangat dianjurkan untuk digunakan di laboratorium sehingga tekanan air
menjadi cukup besar.
Bak cuci (sink) direkomendasikan untuk tersedia di labora- torium
dalam jumlah cukup. Setiap enam siswa direkomendasikan memiliki satu
buah bak cuci (Piggott, 2011). Rekomendasi bak cuci berupa stainless
stell dengan ukuran 20 cm x 30 cm dengan kedalaman 15 cm. Setiap bak
cuci dilengkapi dengan satu buah kran air. Tidak direkomendasikan
bahan untuk bak cuci menggunakan proselin atau batu cor arena sangat
riskan menyebabkan alat gelas pecah sewaktu dicuci.
Di dekat pintu keluar dari laboratorium harus tersedia wastafel
untuk mencuci tangan bagi seluruh orang yang telah selesai bekerja di
laboratorium atau keluar dari laboratorium. Bak cuci ini harus khusus dan
tidak boleh digunakan untuk mencuci alat laboratorium. Di dekat wastafel
harus dilengkapi dengan sabun cuci cair dan tissue pengering.
6. Fasilitas emergency
Beberapa fasilitas darurat yang harus tersedia di dalam
laboratorium adalah kotak P3K yang memiliki isi minimal berupa
antiseptik, cotton wool, palstik, bandages dengan beberapa ukuran, pisau,
gunting dan obat-obatan ringan.pun tas ke dalam ruang laboratorium.
Buku atau tas tersebut tidak diijinka nuntuk ditempatkan di atas meja
kerja atau diletakkan diatas lantai. Hal ini akan menyebabkan bahaya
yang serius serta risiko terhadap keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu
tambahan perabot yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-
barang tersebut sangat dibutuhkan untuk kenyamanan kerja di
laboratorium. Pada umumnya perabot tersebut ditempatkan di dekat pintu
utama tetapi tidak mengganggu pintu utama tersebut.
7. Listrik
Socket (stop contact/colokan) harus ditempatkan di tempat yang
jauh dari air dengan jumlah yang memadai. Setiap siswa sebaiknya
memiliki satu buah socket di dalam laboratorium sains. Oleh karena itu
jumlah stop kontak yang ada di dalam laboratorium harus melebihi
jumlah siswa yang paktikum di laboratorium tersebut. Disamping itu
socket juga harus tersedia di meja untuk demonstrasi. Tegangan listrik
yang ada di dalam laboratorium harus seragam sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam penggunaan daya untuk alat-alat tertentu.
Listrik di laboratorium juga harus terhubung dengan sirkuit utama
sehingga apabila terjadi kecelakan kerja di laboratorium, maka
mematikan listrik di seluruh laboratorium menjadi mudah dan kecelakaan
dapat diisolasi.
DAFTAR PUSTAKA

Biehle J.T., Motz L.L., West S.S. (1999) NSTA Guide to School
Science Facilities. NSTA Press, Arlington, VA.
Committee on Prudent Practices in the Laboratory. (2011) Prudent
Practices in the Laboratory: Handling and Management of Chemical
Hazards - Updated Edition. National Academies Press, Washington, D.C.
EducationDepartment. (1995) Science Laboratories. Fixtures &
Furniture. Physical and Biological Science Section, Advisory
Inspectorate. Education Department, Wan Chai, Hong Kong.
Hofstein A., Mamlok-Naaman R. (2007) The laboratory in science
education: the state of art. Chemistry Education Research and Practice, 8,
105 - 107.
Kipniz M., Hofstein A. (2007) Inquiring the inquiry laboratory in
high school. In: Pinto R., Couso D. (eds), Constributing from Science
Education Research. Springer, Dordrecht.
Klein J.I., Lyles M., Curtis-Bey L. (2008) Science Safety Manual.
New York City Department of Education.
Laboratory and Chemical Safety Committee. (2012) Laboratory
Safety Manual. The University of North Carolina at Chapel Hill.
OHS The University of Queensland. (2010) Guidelines for the safe
storage of chemicals. The University of Queensland, Australia, Brisbane.
Piggott A. (2010) Science Prep Rooms in Secondary Schools. An
Introduction to Prep Room Design for Architects and Designers.
Gratnells Ltd., Harlow, Essex CM20 2 SU, UK.
Piggott A. (2011) Science Labs in Secondary Schools. A Special
Report to Good Science Lab Standards for Architects adn Designers.
Gratnells Ltd., Harlow, Essex CM20 2 SU, UK.
Russel C.B., Weaver G.C. (2008) Student perception of the
purpuse and function of the laboratory in science: A grounded theory
study. International Journal for the Scholarship of Teaching and
Learning, 2, 1-14.
Singer S.R., Hilton M.L., Schwingruber H.A. (2006) America’s
Lab Report. In, The Ntional Academic Press, Washington D.C.

Anda mungkin juga menyukai