Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GASTROENTRITIS

DI SUSUN OLEH :

1. MAY DILLA FIRDAYANTI (14.401.17.059)


2. OKIE PURNOMO HADI (14.401.17.069)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2019/2020
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “GASTROENTERITIS” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi gastroenteritis.
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang

penyakit gastroenteritis. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang
telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini
tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada :Bapak Eko Prabowo,S.Kep.,Ns.,M.Kes
selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan medikal bedah II dan anggota Kelompok
yang ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, September 2019

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan
atau menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi
dan elektrolit. (Muttaqin, 2011, hal. 460)
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan absorbsi air
yang akan solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus serta absorbsi air menjadi
terganggu. (Muttaqin, 2011, hal. 461)
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi,
pemahaman perawat sangatlah penting mengenai bagaimana patofisiologi dehidrasi dapat
membantu dalam menyusun rencana intervensi sesuai kondisi individu. Dehidrasi adalah
suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake
sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh,
tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena
kekurangan air (water defletion), kekurangan natrium (sodium defletion), serta
kekurangan air dan natrium secara bersama – sama. (Muttaqin, 2011, hal. 461)
Gastroentritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat diseluruh
permukaan bumi. (Nuari, 2015, hal. 203)

B. Batasan Masalah

1
Batasan masalah di dalam makalah ini dibatasi pada definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan asuhan
keperawatan.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit Gastroenteritis?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit Gastrienteritis?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep gastroentritis dan asuhan
keperawatan dengan gastroentritis.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami konsep medis Gastroenteritis, dan
b. Agar mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada penyakit
Gastroenteritis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Gastroentritis


1. Definisi
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus
halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang
memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dengan konsistensi encer
dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah (Nuari, 2015, p. 203)
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Haryono, 2012, hal. 75)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastroenteritis dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen.
(Muttaqin, 2011, hal. 459)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gatroentritis adalah
peradangan nyang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit yang phatogen.

2. Etiologi gastroenteritis
Penyebab dari gastroentritis sebagai berikut yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada saluran pencernaan sebagai sebab
utama diare yang meliputi :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonella, shigella, C. jejuni, yersinia
enterocolitica, V. cholera, Aeromonas, B. Cereus, C. Difficile, Clostridium
perfringens.
2) Infeksi virus : enterovirus, rotavirus, adenovirus, caliciviruses, parvovirus,
astrovirus, coronavirus, pastivirus, torovirus.
3) Infeksi parasit : amebiasis, cryptosporidium, giardia, dan cyclospora.

3
4) Toksisitas makanan: (S. Aureus, B. Cereus) dan postkolonisasi kuman (V.
Cholera, C. Perfringens, enterotoxigenic, E. Coli, Aeromonas). (Muttaqin,
2011, hal. 459)
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain, di luar pencernaan, seperti
OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis (terutama pada bayi
dan anak di bawah dua tahun).
c. Faktor non infeksius.
1) Keracunan makanan
Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang terjadi dalam 24
jam setelah makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang
telah terbentuk didalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering
adalah staphilococus, clostridium perfringens, bacillus cereus. Perkecualian
dari gambaran klinis di atas adlah botulisme dimana toksin clostridium
batulinum yang potensial bersifat fatal. Ini sering ditemukan pada makanan
kaleng.
2) Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida ( intoleransi , laktosa, maltosa, dan
sukrosa ). Non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa, dan galaktosa).pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.malabsorbsi lemak :long cahain triglyceride, mnalabsorbsi protein :
asam amino B-laktoglobulin.
3) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan ( milk alergy, food
alergy, dow’n milk protein sendetive entero-pathy.
4) Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis
radias, celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorpsi cairan,
demikian pula eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme
penyakit inflamasi usus kronik dan invasi kuman patogen (shigella,
salmonella, E.colli) kemudian menimbulkan diare.

4
5) Faktor imunologik
Defisiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
ivestasi parasit dalam usus.
6) Faktor psikologis
Yaitu, Rasa takut cemas.
(Nuari, 2015, hal. 204)

3. Manifestasi Klinis Gastroentritis


a. Kuman salmonella
Suhu badan naik, konsistesi tinja cair/ encer dan berbau suhu badan naik,
konsistensi tinja cair/encer dan berbau tifdak enak, kadang kadang mengandung
lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala
sakit kepala, nyeri dan perut kembung.
b. Kuman escherichia coli
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.
c. Kuman vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mulas dalam waktu singkat terjadi,
akan berubah menjadi cairan putih, keruh tidak berbau busuk amis yang bila
diare akan berubah menjadi campuran campuran putih, mual dan kejang pada
otot kaki.
d. Kuman disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerhan
suhu badan berwariasi nadi cepat.
e. Kuman virus
Tidak suka makan, BAB berubah cair, jarang didapat darah, berlangsung
selama 2-3 hari.
f. Gastroentritis cholifrom
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak
mual, bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.

5
g. Gastroenteritis desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan
lendir yang disebut sindrom disentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda
yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia,
mual dan muntah.
(Nuari, 2015, hal. 205-206)

4. Patofisiologi Gastoentritis
Penyebab gastroentritis akut adalah masuknya virus ( rotavirus, adenovirus
enteris, virus norwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella, escerihia
coli, yersinia, dan lainya).beberapa mikrooganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cyotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroentritis akut. Penularan gastroentritis biasanya
melalui vekal-oral dari satu penderita ke yang lainya. Beberapa kasus di temui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik ( makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare.gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan eletrolit (
dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa ( asidosis metabolik dan
hipokalemia ), gangguan gizi (intake kurang , output berlebih ), hipoglikemia dan
gangguan sikulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan
peristaltik dan sekmentasi usus. Namun akibat terjadi oleh bakteri maka pada saluran
pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan
rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB . berak penderita encer.
Dehidrasi merupaka komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang di keluarkan
oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertaoi elektrolit.mula-

6
mula mikroorganisme salmonella, escerichia coli , vibrio disentri, dan entro virus
masuk kedalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan
peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
(Nuari, 2015, hal. 204-205)

7
PATHWAY

(Muttaqin, 2011, hal. 463)

Invasi virus bakteri keslauran Toksisitas makanan,efek obat,


gastrointestinal keracunan bahan laut,
dan minuman

Invasi pada mukosa, memproduksi Gastrointeristis


inetrotoksi, dan atau memproduksi Iritasi saraf lokal
sitotoksin

Nyeri abdominal

Masuknya nutrisi Enterotoksin agen infeksi


Peningkatan motilitas usus

Nutrisi tidak dapat diabsorsi Stimulasi daric-AMP,c_GMP


Gangguan absorsi nutrisi dan
cairan oleh mukosa intestinal

Peningktan aktivitas
Peningkatan asam organik sekresi air dan elektrolit
diare

Peningkatan tekanan osmotic Akumulasi air dilumen


intestinal

Sekresi air lumen intestinal

diare

Penurunan absorbs Gangguan Respon


cairan & elektrolit gastrointestinal sistemik
Peningkatan sekresi cairan &
kontak antara
elektrolit
permukaan usus
halus dengan Mual,muntah
Peningkatan
Resiko ketidakseimbangan makan berkurang suhu tubuh
Asupan nutrisi
cairan & elektrolit
tidak adekuat
hipertermi
Resiko shok hipovelemik
Ketidakseimbanga
8
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
5. Klasifikasi
Berdasarkan lamanya diare menurut Elmeida (2015) diare dibagi menjadi yaitu
diare akut dan diare kronik. Diare akut berlangsung selama 14 hari sedangkan diare
kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat
badan tidak bertambah selama diare tersebut.
Menurut Rekawati Susilaningrum dampak dari gastroenteritis dibagi menjadi :
1) Dehidrasi ringan
Berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan yang hilang kurang dari
50mg/kg.
2) Dehidrasi sedang
Berat badan menuru 6%-9% dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50-
90mg/kg.
3) Dehidrasi berat
Berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang lebih dari
100mg/kg. (Susilaningrum, 2013, hal. 170).

6. Metode Perhitungan Kebutuhan Hidrasi (Muttaqin, 2011, hal. 469)


BJ plasma - 1,025xBB (kg) x 4 ml
0,001
Contoh : Pria BB 40 kg dengan BJ plasma pada saat itu 1,030, maka kebutuhan
cairan untuk hidrasi inisial.
1,030 – 1,025
x 40x 4ml =800 ml
0,001
Metode lain yang sering digunakan adalah sistem skor dehidrasi dari Maurice King.
Parameter pengukuran adalah dari manifstasi klinis yang muncul sebgai berikut :
Skor 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah,cengeng,mengantuk,apatis Delirium,koma,gejala
syok
ELastisitas Kulit Normal Sedikit kering Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

9
Ubun – ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut Nadi Normal Sedang (120-140) Lemah >140
Skor :
0-2 : Dehidrasi Ringan
3-6 : Dehidrasi Sedang
7-12 : Dehidrasi Berat

7. Komplikasi
Akibat yang ditimbulkan Gastroentritis adalah :
a. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat hipotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan fili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
(Haryono, 2012, hal. 79)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gastroentritis


1. Pengkajian
a. Identitas
Gastroentritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di
seluruh permukaan bumi. (Nuari, 2015, hal. 213)
b. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Umum
Pada orang dewasa : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-
10
ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lender mulut dan
bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
(Haryono, 2012)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan
frekuensi dan feses menjadi cair. (Muttaqin, 2011, hal. 459)
3) Riwayat Penyakit Sekarang
P : Keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/muntah dan
keinginan untuk BAB. (Muttaqin, 2011, hal. 459)
Q: BAB lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah/lendir,
mules,perut terasa dikocok – kocok akibat mules. (Muttaqin, 2011, hal. 459)
R : Keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada
pengiriman respon nyeri pada organ lain. (Muttaqin, 2011, hal. 459)
S : konsistensi BAB cair, badan terasa lemas sehingga mengganggu aktifitas
sehari-hari. (Muttaqin, 2011, hal. 460)
T : keinginan BAB dirasakan mendadak setiap saat. (Muttaqin, 2011, hal.
460)
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Apakah pernah menderita diare sebelumnya, karena alergi makanan atau
lainnya, jika pada anak riwayat imunisasi. (Haryono, 2012, hal. 81)
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga klien ada yang mengalami gastroenteritis, karena
penularan gastroentritis bisa melalui fekal-oral dari satu keluarga ke
keluarga yang lainnya. (Nuari, 2015, hal. 204)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Pengkajian yang didapat akan berhubungan dengan kondisi status
hidrasi dan usia individu. Apabila status hidrasi menurun, pasien
terlihat sangat lemas, dan pada kondisi lanjut akan didapatkan

11
kesadaran menurun (apatis, somnolen, sopora komatus) sebagai respons
dan hipovolemik. (Muttaqin, 2011, hal. 466)
b) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, serta denyut jantung cepat. (Muttaqin, 2011, hal. 466)
2) Body System
a) Sistem persyarafan
 Olfaktorius/penciuman:meminta pasien mencium bau kopi, pasien
dapat menenali aroma kopi.
 Opticus/penglihatan:meminta pasien membaca bacaan, pasien dapat
membaca dengan lancar.
 Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:mengkaji arah
pandangan,dan mengukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan
akomodasinya.
 Troklear/gerakan bola mata keatas dan kebawah:mengkaji arah
tatapan, meminta pasien melihat ke arah atas dan bawah.
 Trigeminal/sensori kulit wajah, penggerak otot wajah:menguji reflek
kornea (reflek negatif (diam)/positif (ada gerakan),menguukur
sensasi daari sentuhan ringan sampai kuat pada wjah, klien mampu
mengatupkan gigi saat mempalpasi otot- otot rahang.
 Abdosen/gerakan bola mata menyamping:meminta pasien melihat
arah kanan dan kiri
 Faciais/ekspresi wajah dan pengecapan:meminta klien
tersenyum,mengencangkan wajah,menggembungkan pipi,menaikkan
dan menurunkan alis mata, wajah pasien simeris.
 Auditorius/pendengran:menyuruh pasien mengulangi kata – kata
yang dibicarakan, klien dapat melakukannya.
 Glosofaringeal/pegecapan kemampuan pengecapan dan gerakan
lidah:meminta pasien mengidentifikasi rasa asam,asin,pada bagian
pangkal lidah,meminta klien menggerakkan lidah, klien dapat
melakukan.

12
 Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:suruh pasien mengucap
“ah” mengkaji gerakan palatum dan faringeal, memeriksa kerasnya
suara.
 Assesorius/gerakan kepala dan bahu:mengkaji klien melawan
tahanan yang ringan.
 Hipoglosal/posisi lidah:meminta klien menjulurkan lidah dan
menyuruh menggerakkan lidah disegala arah.
(Haswita, 2018, hal. 26-28)
b) Sistem penginderaan
Inspeksi : mata cowong dan cekung, otot-otot kaku sampai sianosis,
suara serak, makan terasa hambar dan tidak mau minum pada dehidrasi
berat karena disebabkan apatis sampai koma, suara serak. (Nuari, 2015,
hal. 206)
c) Sistem pernapasan
 Inspeksi : bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat
dan pernapasan cepat dan dalam (kusmaul).
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus terasa sama atau
tidak sama kanan dan kiri.
 Perkusi : sonor.
 Auskultasi: pernapasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan
dalam. (Muttaqin, 2011, hal. 467)
d) Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat.
 Palpasi : akral dingin, denyut nadi cepat dan lemah.
 Perkusi : turunnya volume darah, maka curah jangtung pun akan
ikut turun.
 Auskultasi : tekanan darah mengalami penurunan. (Muttaqin, 2011,
hal. 467)

13
e) Sistem pencernaan
 Inspeksi : pada pasien dehidrasi berat akan terlihat lemas, sering
BAB, pada anak dengan diare akut mungkin didapatkan kembung,
disetensi abdomen.
 Asukultasi : didapatkan peningkatan bising usu lebih dari 25x/mnt
yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus dari
peradangan pada saluran gastrointestinal.
 Perkusi : didapatkan suara hypertimpani abdomen yang mengalami
distensi abdomen.
 Palpasi : apakah didapatkan supel (elastisitas dinding abdomen
optimal) dan apakah didapatkan adanya nyeri tekan (tenderness)
pada area abdomen. (Muttaqin, 2011, hal. 467)
f) Sistem perkemihan
 Inspeksi : pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan penurunan
urine ouput. Semakin berat dehidrasi, maka akan didapatkan
kondisi oliguria sampai anuria, urin berwarna kuning pekat.
 Palpasi : bladder (kantong kemih) kosong atau sedikit urin yang di
tampung akibat dehidrasi. (Muttaqin, 2011, hal. 467)
g) Sistem muskuloskeletal
 Inspeksi : kelemahan fisik, pada diare kronis dengan deplesi nutrisi
dan elektrolit akan didapatkan kram otot ekstremitas, kekuatan otot.
5555 5555
555 555
 Palpasi : elastisitas menurun.
(Muttaqin, 2011, hal. 468)
h) Sistem integument
 Inspeksi : keringat dingin, mata cekung, ubun-ubun pada anak
nampak cekung, mata cowong, membran mukosa kering, diaforesis,
warna kulit pucat.
 Palpasi : kulit kering, turgor kulit menurun ˂3 detik.
(Muttaqin, 2011, hal. 468)

14
i) Sistem endokrin
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dasn terjadi pemindahan
ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
(Wijayaningsih, 2013, hal. 80)
j) Sistem reproduksi
Inspeksi : pemeriksaan anus dan sekitarnya lecet karena seringnya BAB
lebih dari 3x/ hari dan feses menjadi lebih asam akibat banyaknya asam
laktat. (Wijayaningsih, 2013, hal. 81)
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium yang meliputi :
a) Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) PH dan kadargula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistes,
bila di duga terdapat imtoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi .
b) Pemeriksaan darah
1) PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan asam
basa.
2) Darah perifer lengkap
3) Analisis gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K, Ca, dan P serum pada
diare yang disertai kejang)
4) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
c) Doudenal intubation
Untuk mengetahui jasad renikatau parasid secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik
(Haryono, 2012, hal. 79).
f. Penatalaksanaan
Dasar penanganan diare adalah :
a) Dietik

15
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral, dan makanan yang bersih. Asi untuk pasien bayi. (Haryono, 2012,
hal. 80)
Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehinggga asupan serat
maksimal 8g/hari, menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar
(liat), menghindari makanan yang terlalu (asam, manis, pedas dan berbumbu
tajam), makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak
terlalu panas dan dingin. Makanan porsi kecil dan diberikan secara sering.
(Nuari, 2015, hal. 209)
b) Obat-obatan
1) Obat anti diare : anti motilitas dan sekresi usus loperamid 4mg setelah BAB
dan tidak boleh lebih dari 8mg/ hari untuk dewasa, sedangkan pada anak-
anak 2-6 tahun (13-20kg) 1mg 3x/hari, anak-anak 6-8 tahun (20-30kg) 2mg
2x/hari, 8-12 tahun (>30kg) 2mg 3x/hari
2) Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik yaitu norit 1-
2 (1 tablet 200mg) tablet diulang sesuai kebutuhan, untuk orang dewasa dan
anak-anak 2-3 kapsul/hari
3) Antiemetik (Ondansentron) : Bayi/ anak dengan BB 8-15 Kg berikan 2 mg,
Bayi/ anak dengan BB 15-30 Kg berikan 4 mg, Anak dengan BB >30 Kg
berikan 8 mg, dan pada dewasa dapat diberikan 4-8 mg/hari, dengan dosis
maksimal 8 mg/hari
4) Antibiotik : Doksisiklin untuk orang dewasa dosis sekali minum 300 mg,
Tetrasiklin untuk anak-anak dosis 12,5 mg/KgBB (4 kali perhari untuk 3
hari maksimal 2g/hari)
5) Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitru : vitamin B1, asam volat
c) Rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti

16
dengan cara memberikan oralid, cairan infuz ringer laktat, dekstose 5%,
dekstrosa dalam salin dll.)
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
beruba cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, dan glukosa, untuk diare akut
diatas umur 6 bln dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60
meq/l dapat dibuat sendiri ( mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa di rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
(Haryono, 2012, hal. 80)
1) Cairan rehidrasi oral (CRO)
Cairan oralit yang di anjurkan oleh WHO-ORS tiap 1 liter mengandung
osmolalitas 333 mmOsm/L, Glukosa 20 g/L, kalori 85 cal/L, elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mE/q/L, kalium 20 mE/q/L, klorida 80
mE/q/L.
Ada beberapa jenis cairan rehidrasi oral :
 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCL, KCL, NaHCO3 dan
glukos, yang di kenal dengan nama oralit.
Umur Jumlah kebutuhan cairan
Bayi baru lahir 80-100 mL/kg/hari
Bayi 120-130 mL/kg/hari
2 tahun 115-125 mL/kg/hari
6 tahun 90-100 mL/kg/hari
15 tahun 75-85 mL/kg/hari
18 tahun 40-50 mL/kg/hari

 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas


misalnya : larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan rehidrasi parenteral (CRP)
Cairan ringer laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama
pemberia cairan parenteral ini, setiap jam perlu di lakukan evaluasi jumlah

17
cairan yang keluar bersama tinja dan muntah dan perubahan tanda-tanda
dehidrasi. (Nurmalasari, 2010)

2. Diagnosis Keperawatan
a. Diare
1) Definisi
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
2) Penyebab
Fisiologis : inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi,
malabsorbsi.
Psikologis : kecemasan, tingkat stress tinggi.
Situasional : terpapar kontaminan, terpapar toksin, penyalahgunaan laktasif,
penyalahgunaan zat, program pengobatan (agen tiroid, analgetik, pelunak
feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotic), perubahan air dan
makanan, bakteri pada air.
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif (tidak tersedia),
Objektif : defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair.
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif : urgency, nyeri/ kram abdomen.
Objektif : frekuensi peristaltic meningkat dan bising usus hiperaktif.
5) Kondisi klinis terkait
Kanker kolon, diverticulitis, iritasi usus, crohn’s disease, ulkus peptikum,
gastritis, spasma kolon, kolera, disentri, hepatitis.
(PPNI, 2016, hal. 58)
b. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
1) Definisi
Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
2) Faktor Resiko
Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air), kelebihan
volume cairan, gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes), efek samping

18
prosedur (mis. Pembedahan), diare, muntah, disfungsi ginjal, disfungsi
regulasi endokrin.
3) Kondisi klinis terkait
Gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes militus, penyakit chron,
gastroenteritis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar, anemia
sel sabit.
(PPNI, 2016, hal. 88)
c. Defisit Nutrisi
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolisme.
2) Penyebab
Ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan
metabolism, faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi), faktor
psikologis (mis. Stress, keengganan untuk menelan).
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia).
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/ nyeri abdomen, nafsu
makan menurun.
Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.
5) Kondisi klinis terkait
Stroke, Parkinson, cerebral palsy, cleft clip, cleft palate, luka bakar, kanker,
infeksi, AIDS, penyakit crogn’s, enterokolitis, fibrosis kistik.
(PPNI, 2016, hal. 56)
d. Hipertermia
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

19
2) Penyebab
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (mis. Infeksi,
kanker), ketidaksesuaian pakaian, dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolism, respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan incubator.
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia).
Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal.
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia).
Objektif : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
5) Kondisi klinis terkait
Proses infeksi, hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas.
(PPNI, 2016, hal. 284)
e. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat beban berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : mengeluh nyeri.
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia).

20
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis.
5) Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom koroner akut,
glaucoma.
(PPNI, 2016, hal. 172)

3. Intervensi
a. Diare
1) Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh menggunakan bahasa NOC :
a) Diare dapat dikendalikan atau dihilangkan, yaitu dibuktikan oleh
kontinensia defekasi, eleminasi fekal, dan keparahan grejala.
b) Menunjukkan eleminasi fekal yang efektif, yang dibuktikan oleh
indikator berikut gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
ada gangguan.
Pola eleminasi
Pengendalian defekasi
c) Menunjukkan eleminasi fekal efektif, yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau
tidak ada gangguan): diare,darah, lendir, dan feses. Contoh lain pasien
akan:
d) Mematuhi ketentuan diet untuk mengurangi diare.
e) Melakukan praktik higine yang adekuat untuk mencegah kerusakan
kulit.
f) Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab diare
yang dialaminya.
g) Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan dalam batas normal.
h) Mempertahankan keseimbangan asam basa dalam batas normal.

21
i) Terhidrasi dengan baik (membran mukosa lembab,avebris, turgor bola
mata baik, tekanan darah, hematokrit, dan haluaran urin dalam batas
normal.
2) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
 lakukan tes guaiyak pada feses.
 Minta pasien mengidentifikasi pola defikasinya.
 Pantau nilai laboratorium elektrolit, hitung darah lengkap) dan
laporan adanya abnormalitas.
 Timbang berat badan pasien setiap hari.
 Kaji dan dokumentasikan : frekuensi, warn,a, konsistensi, dan
jumlah(ukuran) feses.
Turgor kulit dan kondisi mukosa mulut sebagai indikator
indikasi.
 Menegement diare ambil spesimen feses untuk uji kuktur dan
sensifitas jika diare berlanjut
Evaluasi profil obat terhadap efek samping gastrointestinal
Evaluasi catatan asupan kandungan nutrisi
Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal
b) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Informasikan pasien tentang kemungkinan obat yang
mengakibatkan diare.
 Ajarkan pasien untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan
makanan yang mengiritasi saluran gastrointestinal.
Managemen diare (NIC) :
Ajarkan pasien tentang penggunaan obat anti diare yang benar.
Anjurkan pasien unruk melapor kepetugas kesehatan setiap kali
diare.
Ajarkan pasien tentang teknik menurunkan setres, jika perlu
Aktivitas kolaboratif

22
 Konsultasikan dengan ahli diet untuk penyesuaian diet yang
diperlukan.
 Management diare (NIC): konsultasikan pada dokter jika tanda dan
gejala diare menetap.
c) Aktivitas Lain
 Bantu pasien untuk mengidentifikasikan setresor yang berperan
terhadap terjadinya diare.
 Berikan perawatan dengan sikap menerima dan tidak menghakimi.
 Berikan cairan sesuai dengan pilihan pasien(sebutkan).
 Berikan privasi dan keamanan bagi pasien selama eleminasi fekal.
 Management Diare (NIC):
Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus (misalnya, puasa
atau diet cair).
Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan
tingkatkan kepadatanya secara bertahap.
(Wilkinson, 2016, hal. 139-140)
b. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
1) Tujuan
a) Pasien tidak akan mengalami Ketidakseimbangan Elektrolit, yang
dibuktikan oleh Penyebuhan Luka Bakar, Keseimbangan Cairan, Fungsi
Gastrointestinal, Hindrasi, dan Keparahan Mual serta muntah dalam
rentang yang diterima.
b) Pasien akan menunjukkan Keseimbangan Elektrolit & Asam/Basa, yang
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal):
Denyut dan irama jantung apikal
Noniritabilitas neuromuskular
Frekuensi dan irama napas
Elektrolit serum (mis, natrium, kalium, klorida, kalsium)
pH serum

23
c) Pasien akan menunjukkan Keseimbangan Elektrolit & Asam/Basa, yang
dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan):
Gangguan kognisi
Kram atau kelemahan otot
Kram abdomen
2) Kriteria evaluasi
Pasien akan :
a) Tidak mengalami disritmia, kegelisahan, atau parestesia.
b) Asupan dan haluaran cairan akan seimbang.
c) Tidak mengalami edema.
d) Tidak mengalami kehilangan turgor kulit.
3) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
 Pantau tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit yang relevan
(mis., hipo-/hiperkalemia, hipo-/hipernatremia), misalnya:
Kelemahan
Iritabilitas
Mual
Perubahan elektrokardiogram (EKG)
b) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga.
 Ajarkan gejala ketidakseimbangan elektrolit yang relevan.
c) Aktivitas kolaboratif
 Pantau efek samping dan respons terapeutik terhadap elektrolit
tambahan.
 Lakukan konsultasi dengan dokter jika ketidakseimbangan
elektrolit persisten atau memburuk.
d) Aktivitas lain
 Berikan cairan, jika perlu
 Dorong asupan oral: letakkan cairan ditempat yang mudah
dijangkau, berikan air segar.

24
 Lakukan iritasi slang nasogastrik dengan salin normal, bukan air.
 Kontrol kehilangan elektrolit berlebihan (mis., dengan
mengistirahatkan usus).
 Persiapkan pasien untuk dialisis.
(Wilkinson, 2016)
c. Defisit nutrisi
1) Tujuan /kriteria evaluasi
a) Tujuan
Memperlihatkan status nutrisi, yang dibuktikan oleh iondikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat,sedang,ringan, atau
tidak ada penyimpangan dari rentang normal ): asupan gizi, asupan
makanan, asupan cairan,energi.
b) Kriteria evaluasi.
Pasien akan :
 Mempertahankan berat badan kg atau bertambah kg ( sebutkan
tanggalnya.
 Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat.
 Mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet.
 Mentoleransi diet yang dianjurkan.
 Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
 Memiliki nilai laboraturium misalnya transferin, albumin, dan
elektrolit, dalam batas normal.
 Melaporkan tingkat energi yang adekuat.
2) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
 Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
 Menentukan kemampuan pasien untuk menentukan kebutuhan
nutrisi.
 Pantau nilai laborat, kususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
b) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga pasien
 Ajarkan metode untuk perencanaan makan.

25
 Ajarkan pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal.
 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya.
c) Aktivitas kolaborative
 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
poasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein, atau
kehilangan protein misalnya, pasien anoreksia nervosa, penyakit
glomerula atau dialisis peritoneal.
 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang, atau
nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat di
pertahankan.
 Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi.
 Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat , jika pasien tidak
dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.
d) Aktivitas lain
 Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien
serta suruh makan.
 Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah.
 Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan
fisik dan asupan makanan.
 Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik
di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari.
 Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu ,makan
tinggi.
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.
 Hindari prosedur infasif ketika makan.
 Suapi pasien , jika perlu

26
(Wilkinson, 2016, hal. 284-285)
d. Hipertermi
1) Tujuan
Menunjukkan termoregulasi, dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
mengalami gangguan).
a) Peningkatan suhu tubuh.
b) Penurunan suhu tubuh.
c) Hipertermia.
d) Hipotermia.

2) Kriteria hasil
Pasien akan :
a) Tidak memperlihatkan berkeringat, menggigil dan merinding.
b) Mempertahankan tanda tanda vital dalam batas normal.
c) Melaporkan suhu yang nyaman.
d) Menguraikan tanda dan gejala awal dari hipotermia atau hipertermia.
3) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
 Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (seperti menggigil, pucat,
bagian dasar kuku sianosis, pengisian ulang kapiler lambat,
piloereksi, disritmia) dan hipertermia (seperti tidak berkeringat,
klemahan , mual dan muntah, sakit kepala, delirium).
 Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral (bukan timpani
atau aksila) suhu oral lebih akurat.
 Regulasi suhu (NIC) : pantau dan laporkan tanda atau gejala
hipotermia serta hipertermia.
b) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Instruksikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk
meminimalkan fluktuasi suhu :
Untuk hipertermia

27
Minum cairan yang cukup di hari/cuaca panas
Batasi aktivitas pada hari yang panas
Kurangi berat badan jika obesitas
Pertahankan suhu lingkungan yang stabil
Lepaskan baju yang berlebihan
Untuk hipotermia
Mandi pada ruang yang hangat, jauh dari aliran udara
Tingkatkan aktivitas
Batasi asupan alkohol
Pertahankan nutrisi yang adekuat
Pelihara suhu lingkungan yang stabil
Gunakan pakaian yang cukup
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan
tanda dan gejala awal hipotermia dan hipertermia :
Untuk hipertermia
Kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu,
iritabilitas, suhu diatas 37,8°C dan kelemahan.
Untuk hipotermia
Apatis, dingin, abdomen keras yang terasa seperti batu, disorientasi
dan konfusi, mengantuk, hipertensi, hipogikemia, kerusakan
kemampuan untuk berpikir nadi dan pernafasan lambat, kulit keras,
dan dingin saat disentuh suhu kurang dari 35°C.
c) Aktivitas kolaboratif
 Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat
dipertahankan.
 Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk layanan (mis, kipas
angina, pemanas) yang diperlukan di rumah.
 Regulasi suhu (NIC) : berikan obat antipiretik jika perlu
d) Aktivitas lain
Regulasi suhu (NIC) : sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien.

28
(Wilkinson, 2016, hal. 47-48)
e. Nyeri akut
1) Tujuan
a) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibktikan oleh indicator
tersebut ( sebutkakan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang kadang, sering ,
selalu ) :
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b) Menunjuka tingkat nueri yang di buktikan oleh indicator tersebut
(sebutkan 1-5: sagat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada ):
Expresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan manangis
Gelisah
2) Kriteria hasil
Pasien akan :
a) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektih untuk
kenyamanan.
b) Mempertahankan tingkat nyeri pada _atau kurang (1-10).
c) Melaporkan kesejahteraan fisik dan fisikologis.
d) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mememofodisikasi faktor tersebut.
e) Melaporkan nyeri pada media kesehatan.
f) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan
nonanalgesik secara tepat.
g) Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernafasan, denyut
jantung, tekanan darah.
h) Mempertahankan selera makan yang baik.
i) Melaporkan pola tidur yang baik.

29
j) Melaporkan kemampuan untuk mempertahan kan performa peran dan
hubungan interpersonal.
3) Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
 Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala
0-10( tidak ada nyeri atauletidaknyamanan, 10 = nyeri hebat).
 Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredahan nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan fek sampingnya.
 Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien.
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata yang sesuai usia
dan tingkat perkembangan pasien.
 Menejemn nyeri (nic:)
Lakukan pengkajian nyeri yang komperehensif yang meliputi
lokasi, katarestic awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, atau
keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.
Observasi isarat nor verbal ketidaknyamannan, khusu nya pada
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
b) Penyuluhan untuk pasien keluarga
 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik,
[embatasan diet), dan nama orang yang harus di hubungi bila
mengalami nyeri membandel.
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
 Informasikan pada pasien tentang prosedur yangd dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.

30
 Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkkotik atau
kopioid( mis, resiko ketergantungan atau overdosis.
 Menejemen nyeri (nic: berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur.
c) Aktivitas kolaboratif
 Keloala nyeri pasca bedah awal dengan pemberian kopiat yang
terjadwal (mis, setiap 4 jam selama 36 jam ) atau pjat.
 Menejemen nyeri ( nic: )
Gunaakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi
lebih berat.
Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman
nyeri pasien dimasalalu.
d) Aktivitas lain
 Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri
dan efek samping.
 Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
dimasalalu seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat.
 Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktivitas lain untuk membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai:
Lakukan perubahan posisi, masase punggung , dan relaksasi
Ganti linen tempat tidur, bila di perlukan.
Berikan perawtaan dengan tidak buru buru, dengan sikap yang
mendukung.
Libatkan pasien dengan pengmabilan keputusan yang menyalah
aktivitas perawatan.
 Bantu pasien untuk beraktifitas , bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape
, dan interaksi dengan pengunjung.

31
 Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan pasien
terhadap analgesic (mis, obat ini akan mengurangi anda).
 Explorasi dengan takut ketagihan untuk menanyakan “jika tidak
mengalami nyeri, apakah anda akan tetap membutuhkan obat ini
tanda Tanya.
 Menejemen nyeri (nic) :
Libatkan keluarga pada dalam kodalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan kendalikan faktor lingkungan yang dapat
memngaruhi respon pasien terhadap ketidakn7yamanan ( mis, suhu
ruangan , cahaya, dan kegaduhan ).
(Wilkinson, 2016, hal. 296-298)

32
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Yogyakarta: Gosyen


Publishing.
Haswita. (2018). Modul Praktik Labroratorium Keperawatan Medikal Bedah II.
Muttaqin, K. S. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nuari, N. A. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nurmalasari, M. (2010). PDF Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi GE Akut.
eprints.ums.ac.id .
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Susilaningrum, R. (2013). ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK. Jakarta: Salemba
Medika.
Wijayaningsih, S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. jakarta.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-NOC. Jakarta: EGC.

33
34
Soal
1. Seorang anak mengalami buang air besar lebih dari 5x dalam 24 jam, dengan konsistensi
cair, muntah – muntah, kesadaran umum lemah, mata cekung, oliguria, membran mukosa
bibir kering, turgor kulit jelek. Apakah apakah diagnosa utama kasus tersebut...
a. Devisit volume cairan elektrolit
b. Peningkatan suhu tubuh
c. Gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
d. Gangguan pola tidur
e. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Anak R berusia 2 tahun masuk RS dengan keluhan diare selama 4 hari. Saat dikaji anak R
rampak rewel dian mual muntah, feses tampak cair, suhu tubuh anak R 38ºC,frekuensi
denyut jantung 98x/menit, frekuensi nafas 30x/menit, mata cekung, biobir tampak kering
dan turgor kulit buruk. Apakah tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat..
a. Beri larutan rehidrasi oral dan pantau cairan intervena
b. Pertahankan pencucian tangan yang benar
c. Ganti popok dengan sering
d. Hindari pemberian diet dengan pisang
e. Beri minum air putih yang banyak
3. Seorang anak usia 6 bulan diantar oleh orang tuanya datang ke UGD dengan keluhan diare
lebih dari 7 kali dengan konsistensi cair. Data yang didapatkan dari hasil pengkajian BB =
20kg, berat badan 2 hari yang lalu 23kg. Data lain ditemukan keadaan umum baik, ubun –
ubun besar tidak cekung, akral hangat dan anak masih mau minum. Apakah tindakan yang
akan perawat lakukan...
a. Mengkaji riwayat kejadian diare
b. Menganjurkan untuk segera rawat inap
c. Memberikan cairan isotonis secara intravena
d. Memberikan cairan oral pada anak dengan pantauan
e. Memberikan cairan oral pada anak 100-200 cc setiap kali buang air besar
4. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun di rawat di RS dengan keluhan buang air encer,
nyeri perut dan anak tampak lemas. Hasil pemeriksaan diperoleh data suhu 37,5ºC, frekuensi
nadi 98x/menit, frekuensi pernafasan 30x/menit, muntah 2x, mata tidak cerkung, bising usus

35
hiperpristaltik dan turgor kulit menurun. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan natrium
131 mmoI/L, kalium 8,3 mmoI/L, chloride mmpI/L. Apakah rencana keperawatan yang
paling tepat pada kasus diatas...
a. Kaji tingkat skala nyeri
b. Berikan kompres hangat
c. Kaji tingkat aktivitas anak
d. Berikan cairan dan elektrolit
e. Berikan nutrisi sedikit tapi sering
5. Seorang anak diberikan obat oleh ibunya tetapi langsung dimuntahkannya, kemudian ibu
memberikan lagi dengan dosis yang sama. Namun muntah lagi setelah 30 menit. Jadi butuh
berapa waktu usus menyerap sebagaian besar obat tersebut...
a. 30 – 45 menit setelah pemberian
b. 30 – 50 menit setelah pemberian
c. 30 – 55 menit setelah pemberian
d. 45 – 30 menit setelah pemberian
e. 45 – 40 menit setelah pemberian
6. Seorang laki-laki berusia 26 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan diare, muntah
dan kejang. Hasil pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali permenit, nadi 92 kali permenit,
tekanan darah 100/70 mmHg. Apakah pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk
melengkapi data pengkajian pasien?
a. Analisa gas darah
b. Foto thorak
c. Cek laboratorium
d. CT Skan
e. MRI
7. Seorang anak usia 2 tahun datang ke igd dengan keluhan Feses cair, muntah,terjadi gejala
dehidrasi, berat badan menurun pasien lemas, cairan yang dapat di berikan ?
a. 115-125 mL/kg/hari
b. 90-100 mL/kg/hari
c. 75-85 mL/kg/hari
d. 40-50 mL/kg/hari

36
e. 80-100 mL/kg/hari

8. Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat diruang interna dengan diagnosa media
gastroentestinal. pada pengkajian ditemukan pasien tidak mau makan dan jika makan
muntah, tindakan keperawatan yang tepat untuk pasien?
a. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan tingkatkan
kepadatanya secara bertahap.
b. Posisikan pasien semi foler
c. Puasan pasien
d. Timbang berat badan pasien setiap hari.
e. Ajarkan pasien untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan makanan yang
mengiritasi saluran gastrointestinal.
9. Seorang laki-laki berusia 26 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan diare cair,
muntah dan yidak mendapat asupan makanan . Hasil pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali
permenit, nadi 92 kali permenit, tekanan darah 100/70 mmHg.diagnosa utama pada pasien
tersebut ?
a. Nyeri akut
b. Diare
c. Defisit nutrisi
d. Kostipasi
e. Hipertermi
10. Seorang perempuan usia 18 tahun datang ke igd dengan keluhan Feses cair, muntah,terjadi
gejala dehidrasi, berat badan menurun pasien lemas, cairan yang dapat di berikan ?
a. 115-125 mL/kg/hari
b. 90-100 mL/kg/hari
c. 75-85 mL/kg/hari
d. 40-50 mL/kg/hari
e. 80-100 mL/kg/hari

37
PLAGIARISM SCAN
REPORT

Words 284 Date September 05,2019

Characters 2200 Exclude Url

0% 100% 0 12
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin.
Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi
dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 460) Usus halus menjadi bagian absorbsi
utama dan usus besar melakukan absorbsi air yang akan solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari
gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus serta absorbsi air menjadi terganggu.
(Arif Muttaqin, 2011, hal.
461) Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi, pemahaman perawat sangatlah
penting mengenai bagaimana patofisiologi dehidrasi dapat membantu dalam menyusun rencana intervensi sesuai
kondisi individu. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake
sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah dari cairan tubuh, tetapi dehidrasi ini dapat
juga disertai dengan gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekurangan air (water defletion), kekurangan
natrium (sodium defletion), serta kekurangan air dan natrium secara bersama – sama. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 461)
Gastroentritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari
flora yang menghuni tempat diseluruh permukaan bumi. (Nuari, 2015, hal. 203) B. Batasan Masalah Batasan masalah di
dalam makalah ini dibatasi pada definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep penyakit
Gastroenteritis? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit Gastrienteritis? D. Tujuan 1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep gastroentritis dan asuhan keperawatan dengan gastroentritis. 2. Tujuan
Khusus a. Agar mahasiswa mampu memahami konsep medis Gastroenteritis, dan b. Agar mahasiswa mampu
memahami konsep asuhan keperawatan pada penyakit Gastroenteritis.

38
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 951 Date September 05,2019

Characters 7054 Exclude Url

0% 100% 0 40
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit Gastroentritis 1. Definisi Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus
besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi
lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah (Nuari, 2015, p. 203) Gastroenteritis (GE) adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Haryono, 2012, hal. 75)
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, dan juga pada usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis
dari saluran gastroenteritis dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai dengan muntah, serta ketidaknyamanan pada abdomen.
(Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gatroentritis adalah peradangan nyang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
yang phatogen. 2. Etiologi gastroenteritis Penyebab dari gastroentritis sebagai berikut yaitu : a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada
saluran pencernaan sebagai sebab utama diare yang meliputi : 1) Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonella, shigella, C. jejuni, yersinia
enterocolitica, V. cholera, Aeromonas, B. Cereus, C. Difficile, Clostridium perfringens. 2) Infeksi virus : enterovirus, rotavirus, adenovirus,
caliciviruses, parvovirus, astrovirus, coronavirus, pastivirus, torovirus. 3) Infeksi parasit : amebiasis, cryptosporidium, giardia, dan
cyclospora. 4) Toksisitas makanan: (S. Aureus, B. Cereus) dan postkolonisasi kuman (V. Cholera, C. Perfringens, enterotoxigenic, E. Coli,
Aeromonas). (Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) b.
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain, di luar pencernaan, seperti OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis
(terutama pada bayi dan anak di bawah dua tahun). c. Faktor non infeksius. 1) Keracunan makanan Keracunan makanan didefinisikan sebagai
penyakit yang terjadi dalam 24 jam setelah makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah terbentuk didalam makanan itu
sendiri. Bakteri yang paling sering adalah staphilococus, clostridium perfringens, bacillus cereus. Perkecualian dari gambaran klinis di atas
adlah botulisme dimana toksin clostridium batulinum yang potensial bersifat fatal. Ini sering ditemukan pada makanan kaleng. 2)
Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat disakarida yaitu ( intoleransi , laktosa, maltosa, dan juga sukrosa ). Non sakarida yaitu ( intoleransi
glukosa, fruktusa, dan galaktosa ). Dan juga dapat pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering yaitu di sebabkan oleh intoleransi
laktosa.malabsorbsi lemak : long cahain triglyceride, malabsorbsi protein : asam amino B-laktoglobulin. 3) Faktor makanan Makanan basi,
beracun, alergi terhadap makanan ( milk alergy, food alergy, dow’n milk protein sendetive entero-pathy. 4) Kerusakan struktural Kerusakan
struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis radias, celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorpsi cairan, demikian
pula eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme penyakit inflamasi usus kronik dan invasi kuman patogen (shigella,
salmonella, E.colli) kemudian menimbulkan diare. 5) Faktor imunologik Defisiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi
dan ivestasi parasit dalam usus. 6) Faktor psikologis Yaitu, Rasa takut cemas. (Nuari, 2015, hal. 204) 3. Manifestasi Klinis Gastroentritis a.
Kuman salmonella Suhu badan naik, konsistesi tinja cair/ encer dan berbau suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tifdak
enak, kadang kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4 hari dengan gejala yaitu sakit kepala, nyeri
dan perut kembung. b. Kuman escherichia coli Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap. c. Kuman vibrio Konsistensi
encer dan tanpa diketahui mulas dalam waktu singkat terjadi, akan berubah menjadi cairan putih, keruh tidak berbau busuk amis yang bila
diare akan berubah menjadi campuran campuran putih, mual dan kejang pada otot kaki. d. Kuman disentri Sakit perut, muntah, sakit
kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan dan suhu badan berwariasi nadi cepat. e. Kuman virus Tidak suka makan, BAB berubah cair,
jarang didapat darah, berlangsung selama 2-3 hari. f. Gastroentritis cholifrom Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa
mulas dan tidak mual, bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi. g. Gastroenteritis desentrium Gejala yang
timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir yang disebut sindrom disentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan
tanda yang sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan muntah. (Nuari, 2015, hal. 205-206) 4.
Patofisiologi Gastoentritis Penyebab
gastroentritis akut adalah masuknya virus ( rotavirus, adenovirus enteris, virus norwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella,
escerihia coli, yersinia, dan lainya).beberapa mikrooganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin
atau cyotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroentritis akut. Penularan gastroentritis biasanya melalui
vekal-oral dari satu penderita ke yang lainya. Ada Beberapa kasus yang di temui penyebaran patogen yaitu dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya. diare adalah gangguan osmotik ( makanan yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
39
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan eletrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa ( asidosis metabolik dan
hipokalemia ), gangguan gizi (intake kurang , output berlebih ), hipoglikemia dan gangguan sikulasi darah. Normalnya makanan atau feses
bergerak sepanjang usus karena gerakan peristaltik dan sekmentasi usus. Namun akibat terjadi oleh bakteri maka pada saluran pencernaan
akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB . berak
penderita encer. Dehidrasi merupaka komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang di keluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk,
cairan yang keluar disertaoi elektrolit.mula-mula mikroorganisme salmonella, escerichia coli , vibrio disentri, dan entro virus masuk kedalam
usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi
dehidrasi. (Nuari, 2015, hal. 204-205)

Sources Similarity

40
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 993 Date September 05,2019

Characters 6698 Exclude Url

0% 100% 0 43
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

1. Klasifikasi Berdasarkan lamanya diare menurut Elmeida (2015) diare dibagi menjadi yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut
berlangsung selama 14 hari sedangkan diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
bertambah selama diare tersebut. Menurut Rekawati Susilaningrum dampak dari gastroenteritis dibagi menjadi : 1) Dehidrasi ringan
Berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50mg/kg. 2) Dehidrasi sedang Berat badan menuru 6%-9%
dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50-90mg/kg. 3) Dehidrasi berat Berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan
yang hilang lebih dari 100mg/kg. (Susilaningrum, 2013, hal. 170).
2. Metode Perhitungan Kebutuhan Hidrasi (Arif Muttaqin, 2011, hal. 469) BJ plasma - 1,025xBB (kg) x 4 ml 0,001 Contoh : Pria BB 40 kg
dengan BJ plasma pada saat itu 1,030, maka kebutuhan cairan untuk hidrasi inisial. 1,030 – 1,025 x 40x 4ml =800 ml 0,001 Metode lain yang
sering digunakan adalah sistem skor dehidrasi dari Maurice King. Parameter pengukuran adalah dari manifstasi klinis yang muncul
sebgai berikut : Skor 0 1 2 Keadaan Umum Sehat Gelisah,cengeng,mengantuk,apatis Delirium,koma,gejala syok ELastisitas Kulit
Normal Sedikit kering Sangat kurang Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung Ubun–ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis Denyut Nadi Normal Sedang (120-140) Lemah >140 Skor : 0-2 : Dehidrasi Ringan 3-6 : Dehidrasi
Sedang 7-12 : Dehidrasi Berat 3. Komplikasi Akibat yang ditimbulkan Gastroentritis adalah : a. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat
hipotonik atau hipertonik). b. Renjatan hipovolemik. c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram). d. Hipoglikemia. e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan fili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa. f.
Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energi dan protein ( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ). (Haryono,
2012, hal.
79) 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboraturium yang meliputi : a. Pemeriksaan tinja 1) Makroskopis dan mikroskopis. 2) PH dan
kadargula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistes, bila di duga terdapat imtoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi . b. Pemeriksaan darah 1) PH dan cadangan alkali untuk menentukan
gangguan keseimbangan asam basa. 2) Darah perifer lengkap 3) Analisis gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang) 4) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal c. Doudenal intubation Untuk mengetahui jasad renikatau
parasid secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Haryono, 2012, hal. 79) 5. Penatalaksanaan Dasar
penanganan diare adalah : a. Dietik Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga
kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan: memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral, dan
makanan yang bersih. Asi untuk pasien bayi.(Haryono, 2012, hal. 80) Menghindari makanan yang berserat tinggi dan sedang, sehinggga pada
asupan serat akan maksimal 8g/hari, menghindari susu, produk susu, dan juga daging berserat kasar (liat), menghindari makanan yang
terlalu (asam, manis, pedas dan berbumbu tajam), makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin.
Makanan porsi kecil dan diberikan secara sering.(Nuari, 2015, hal. 209) b. Obat-obatan 1) Obat anti diare : anti motilitas dan sekresi
ususloperamid 4mg setelah BAB dan tidak boleh lebih dari 8mg/ hari untuk dewasa, sedangkan pada anak-anak 2-6 tahun (13-20kg) 1mg
3x/hari, anak-anak 6-8 tahun (20-30kg) 2mg 2x/hari, 8-12 tahun (>30kg) 2mg 3x/hari 2) Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi
zat toksik yaitu norit 1-2 (1 tablet 200mg) tablet diulang sesuai kebutuhan, untuk orang dewasa dan anak-anak 2-3 kapsul/hari 3) Antiemetik
(Ondansentron) : Bayi/ anak dengan BB 8-15 Kg berikan 2 mg, Bayi/ anak dengan BB 15-30 Kg berikan 4 mg, Anak dengan BB >30 Kg berikan 8
mg, dan pada dewasa dapat diberikan 4-8 mg/hari, dengan dosis maksimal 8 mg/hari 4) Antibiotik : Doksisiklin untuk orang dewasa dosis
sekali minum 300 mg, Tetrasiklin untuk anak-anak dosis 12,5 mg/KgBB (4 kali perhari untuk 3 hari maksimal 2g/hari) 5) Vitamin dan
mineral, tergantung kebutuhan yaitru : vitamin B1, asam volat c. Rehidrasi Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diare berhenti dengan cara memberikan oralid, cairan infuz
ringer laktat, dekstose 5%, dekstrosa dalam salin dll.) Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral beruba cairan
yang berisikan NaCl dan Na, HCO, dan glukosa, untuk diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan atau sedang. kadar natrium 50-60 meq/l dapat dibuat sendiri ( mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin
yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa di rumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut. (Haryono, 2012, hal. 80) A. Konsep Asuhan Keperawatan Gastroentritis 1. Pengkajian a. Identitas Gastroentritis dapat
menyerang pada segala usia, oleh karena itu disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di
seluruh permukaan bumi. (Nuari, 2015, hal. 213) b. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Umum Pada orang dewasa : Feses semakin cair,
muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Dan juga Pada bayi : ubun-ubun cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi encer.
41
(Haryono, 2012) 2) Alasan Masuk Rumah Sakit Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi dan feses
menjadi cair. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) 3) Riwayat Penyakit Sekarang P : Keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering
mual/muntah dan keinginan untuk BAB. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) Q : BAB lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah/lendir,
mules,perut terasa dikocok – kocok akibat mules. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) R : Keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan
tidak ada pengiriman respon nyeri pada organ lain. (Arif Muttaqin, 2011, hal. 459) S : konsistensi BAB cair, badan terasa lemas sehingga
mengganggu aktifitas sehari-hari.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 460) T : keinginan BAB dirasakan mendadak setiap saat. (Arif Muttaqin, 2011,
hal. 460)

Sources Similarity

42
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 917 Date September 05,2019

Characters 6925 Exclude Url

0% 100% 0 44
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1) Riwayat Penyakit Sebelumnya Apakah pernah menderita diare sebelumnya, karena alergi makanan atau
lainnya, jika pada anak riwayat imunisasi. (Haryono, 2012, hal. 81) 2) Riwayat Penyakit Keluarga Didalam keluarga klien ada yang mengalami
gastroenteritis, karena penularan gastroentritis bisa melalui fekal-oral dari satu keluarga ke keluarga yang lainnya.(Nuari, 2015, hal. 204) d.
Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Kesadaran Pengkajian yang didapat akan berhubungan dengan kondisi status hidrasi dan usia
individu. Apabila status hidrasi menurun, pasien terlihat sangat lemas, dan pada kondisi lanjut akan didapatkan kesadaran menurun (apatis,
somnolen, sopora komatus) sebagai respons dan hipovolemik.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 466) b) Tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda
vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan darah turun, serta denyut jantung cepat.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 466) 2) Body System a)
Sistem persyarafan ¤ Olfaktorius/penciuman:meminta pasien mencium bau kopi, pasien dapat menenali aroma kopi. ¤
Opticus/penglihatan:meminta pasien membaca bacaan, pasien dapat membaca dengan lancar. ¤ Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi
pupil:mengkaji arah pandangan,dan mengukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya dan akomodasinya. ¤ Troklear/gerakan bola mata
keatas dan kebawah:mengkaji arah tatapan, meminta pasien melihat ke arah atas dan bawah. ¤ Trigeminal/sensori kulit wajah, penggerak
otot wajah:menguji reflek kornea (reflek negatif (diam)/positif (ada gerakan),menguukur sensasi daari sentuhan ringan sampai kuat pada
wjah, klien mampu mengatupkan gigi saat mempalpasi otot- otot rahang. ¤ Abdosen/gerakan bola mata menyamping:meminta pasien
melihat arah kanan dan kiri ¤ Faciais/ekspresi wajah dan pengecapan:meminta klien tersenyum,mengencangkan wajah,menggembungkan
pipi,menaikkan dan menurunkan alis mata, wajah pasien simeris. ¤ Auditorius/pendengran:menyuruh pasien mengulangi kata – kata yang
dibicarakan, klien dapat melakukannya. ¤ Glosofaringeal/pegecapan kemampuan pengecapan dan gerakan lidah:meminta pasien
mengidentifikasi rasa asam,asin,pada bagian pangkal lidah,meminta klien menggerakkan lidah, klien dapat melakukan. ¤ Vagus/sensasi
faring, gerakan pita suara:suruh pasien mengucap “ah” mengkaji gerakan palatum dan faringeal, memeriksa kerasnya suara. ¤
Assesorius/gerakan kepala dan bahu:mengkaji klien melawan tahanan yang ringan. ¤ Hipoglosal/posisi lidah:meminta klien menjulurkan
lidah dan menyuruh menggerakkan lidah disegala arah. (Haswita, 2018, hal. 26-28) b) Sistem penginderaan Inspeksi : mata cowong dan
cekung, otot-otot kaku sampai sianosis, suara serak, makan terasa hambar dan tidak mau minum pada dehidrasi berat karena disebabkan
apatis sampai koma, suara serak.(Nuari, 2015, hal. 206) c) Sistem pernapasan ¤ Inspeksi : bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat dan pernapasan cepat dan dalam (kusmaul).
¤ Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus terasa sama atau tidak sama kanan dan kiri. ¤ Perkusi : sonor. ¤ Auskultasi: pernapasan rata-
rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 467) d) Sistem kardiovaskuler ¤ Inspeksi : bila terjadi asidosis
metabolik pasien akan tampak pucat. ¤ Palpasi : akral dingin, denyut nadi cepat dan lemah. ¤ Perkusi : turunnya volume darah, maka curah
jangtung pun akan ikut turun. ¤ Auskultasi : tekanan darah mengalami penurunan.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 467) e) Sistem pencernaan ¤
Inspeksi : pada pasien dehidrasi berat akan terlihat lemas, sering BAB, pada anak dengan diare akut mungkin didapatkan kembung, disetensi
abdomen. ¤ Asukultasi : didapatkan peningkatan bising usu lebih dari 25x/mnt yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus dari
peradangan pada saluran gastrointestinal. ¤ Perkusi : didapatkan suara hypertimpani abdomen yang mengalami distensi abdomen. ¤ Palpasi
: apakah didapatkan supel (elastisitas dinding abdomen optimal) dan apakah didapatkan adanya nyeri tekan (tenderness) pada area
abdomen.(Arif Muttaqin, 2011, hal. 467) f) Sistem perkemihan ¤ Inspeksi : pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan penurunan urine
ouput. Semakin berat dehidrasi, maka akan didapatkan kondisi oliguria sampai anuria, urin berwarna kuning pekat. ¤ Palpasi : bladder
(kantong kemih) kosong atau sedikit urin yang di tampung akibat dehidrasi. (Arif Muttaqin, 2011, hal.
467) g) Sistem muskuloskeletal ¤ Inspeksi : kelemahan fisik, pada diare kronis dengan deplesi nutrisi dan elektrolit akan didapatkan kram otot
ekstremitas, kekuatan otot. 5555 5555 555 555 ¤ Palpasi : elastisitas menurun. (Arif Muttaqin, 2011, hal.
468) h) Sistem integument ¤ Inspeksi : keringat dingin, mata cekung, ubun-ubun pada anak nampak cekung, mata cowong, membran mukosa
kering, diaforesis, warna kulit pucat. ¤ Palpasi : kulit kering, turgor kulit menurun ˂3 detik. (Arif Muttaqin,
2011, hal. 468) i) Sistem endokrin permetabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria), dan akan terjadi perpindahan dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. (Wijayaningsih, 2013, hal. 80) j) Sistem
reproduksi Inspeksi : pemeriksaan anus dan sekitarnya lecet karena seringnya BAB lebih dari 3x/ hari dan feses menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat. (Wijayaningsih, 2013, hal. 81) 2. Diagnosis Keperawatan a. Diare 1) Definisi Pengeluaran feses yang sering, lunak dan
tidak berbentuk. 2) Penyebab Fisiologis : inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi. Psikologis :
kecemasan, tingkat stress tinggi. Situasional : terpapar kontaminan, terpapar toksin, penyalahgunaan laktasif, penyalahgunaan zat, program
pengobatan (agen tiroid, analgetik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotic), perubahan air dan makanan, bakteri pada
air. 3) Gejala dan tanda mayor Subjektif (tidak tersedia), Objektif : defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair. 4) Gejala
43
dan tanda minor Subjektif : urgency, nyeri/ kram abdomen. Objektif : frekuensi peristaltic meningkat dan bising usus hiperaktif. 5) Kondisi
klinis terkait Kanker kolon, diverticulitis, iritasi usus, crohn’s disease, ulkus peptikum, gastritis, spasma kolon, kolera, disentri, hepatitis.
(PPNI, 2016, hal. 58) b. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit 1) Definisi Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit. 2) Faktor
Resiko Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air), kelebihan volume cairan, gangguan mekanisme regulasi (mis.
Diabetes), efek samping prosedur (mis. Pembedahan), diare, muntah, disfungsi ginjal, disfungsi regulasi endokrin. 3) Kondisi klinis terkait
Gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes militus, penyakit chron, gastroenteritis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar, anemia
sel sabit. (PPNI, 2016, hal. 88)

Sources Similarity

44
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 980 Date September 06,2019

Characters 7866 Exclude Url

0% 100% 0 42
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit Definisi Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit. Faktor Resiko Ketidakseimbangan
cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air), kelebihan volume cairan, gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes), efek samping prosedur
(mis. Pembedahan), diare, muntah, disfungsi ginjal, disfungsi regulasi endokrin. Kondisi klinis terkait Gagal ginjal, anoreksia nervosa,
diabetes militus, penyakit chron, gastroenteritis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka bakar, anemia sel sabit. (PPNI, 2016, hal. 88)
Defisit Nutrisi Definisi Asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolisme. Penyebab Ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, faktor ekonomi (mis.
Finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk menelan). Gejala dan tanda mayor Subjektif : (tidak tersedia).
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Gejala dan tanda minor Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/
nyeri abdomen, nafsu makan menurun. Objektif: bising usus meningkat, otot pengunyah melemah, otot menelan melemah, membrane
mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare. Kondisi klinis terkait Stroke, Parkinson, cerebral palsy,
cleft clip, cleft palate, luka bakar, kanker, infeksi, AIDS, penyakit crogn’s, enterokolitis, fibrosis kistik. (PPNI, 2016, hal. 56) Hipertermia
Definisi Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. Penyebab Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (mis. Infeksi,
kanker), ketidaksesuaian pakaian, dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolism, respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan
incubator. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia). Objektif : suhu tubuh meningkat. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : (tidak
tersedia). Objektif : kulit merah, kejang-kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat. Kondisi klinis terkait Proses infeksi, hipertiroid,
stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas. (PPNI, 2016, hal. 284) Nyeri akut Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Penyebab Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) Agen pencedera kimiawi (mis.
Terbakar, bahan kimia iritan) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat beban berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan). Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : mengeluh nyeri. Objektif : tampak meringis kesakitan, bersikap
protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : (tidak
tersedia). Objektif : tensi meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaphoresis. Kondisi Klinis Terkait Kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom koroner akut, glaucoma. (PPNI, 2016,
hal. 172) Intervensi Diare Tujuan/Kriteria Evaluasi Contoh menggunakan bahasa NOC : Diare dapat dikendalikan atau dihilangkan, yaitu
dibuktikan oleh kontinensia defekasi, eleminasi fekal, dan keparahan grejala. Menunjukkan eleminasi fekal yang efektif, yang dibuktikan
oleh indikator berikut gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan. Pola eleminasi Pengendalian defekasi Menunjukkan
eleminasi fekal efektif, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada
gangguan): diare,darah, lendir, dan feses. Contoh lain pasien akan: Mematuhi ketentuan diet untuk mengurangi diare. Melakukan praktik
higine yang adekuat untuk mencegah kerusakan kulit. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab diare yang dialaminya.
Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan dalam batas normal.
Mempertahankan keseimbangan asam basa dalam batas normal. Terhidrasi dengan baik (membran mukosa lembab,avebris, turgor bola mata
baik, tekanan darah, hematokrit, dan haluaran urin dalam batas normal. Aktivitas keperawatan Pengkajian lakukan tes guaiyak pada feses.
Minta pasien mengidentifikasi pola defikasinya. Pantau nilai laboratorium elektrolit, hitung darah lengkap) dan laporan adanya
abnormalitas. Timbang berat badan pasien setiap hari. Kaji dan dokumentasikan : frekuensi, warn,a, konsistensi, dan jumlah(ukuran) feses.
Turgor kulit dan kondisi mukosa mulut sebagai indikator indikasi.
Menegement diare ambil spesimen feses untuk uji kuktur dan sensifitas jika diare berlanjut Evaluasi profil obat terhadap efek samping
gastrointestinal Evaluasi catatan asupan kandungan nutrisi Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal Penyuluhan untuk
pasien/keluarga Informasikan pasien tentang kemungkinan obat yang mengakibatkan diare. Ajarkan pasien
untuk menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan makanan yang mengiritasi saluran gastrointestinal. Managemen diare (NIC) : Ajarkan
pasien tentang penggunaan obat anti diare yang benar. Anjurkan pasien unruk melapor kepetugas kesehatan setiap kali diare. Ajarkan pasien
tentang teknik menurunkan setres, jika perlu Aktivitas kolaboratif Konsultasikan dengan ahli diet untuk penyesuaian diet yang diperlukan.
Management diare (NIC): konsultasikan pada dokter jika tanda dan gejala diare menetap. Aktivitas Lain Bantu pasien untuk
mengidentifikasikan setresor yang berperan terhadap terjadinya diare. Berikan perawatan dengan sikap menerima dan tidak menghakimi.
Berikan cairan sesuai dengan pilihan pasien(sebutkan). Berikan privasi dan keamanan bagi pasien selama eleminasi fekal. Management Diare
(NIC): Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus (misalnya, puasa atau diet cair). Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, tetapi
sering dan tingkatkan kepadatanya secara bertahap. (Wilkinson, 2016, hal. 139-140) Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit Tujuan Pasien tidak
45
akan mengalami Ketidakseimbangan Elektrolit, yang dibuktikan oleh Penyebuhan Luka Bakar, Keseimbangan Cairan, Fungsi Gastrointestinal,
Hindrasi, dan Keparahan Mual serta muntah dalam rentang yang diterima. Pasien akan menunjukkan Keseimbangan Elektrolit & Asam/Basa,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang
normal): Denyut dan irama jantung apikal Noniritabilitas neuromuskular Frekuensi dan irama napas Elektrolit serum (mis, natrium, kalium,
klorida, kalsium) pH serum c) Pasien akan menunjukkan Keseimbangan Elektrolit & Asam/Basa, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan): Gangguan kognisi Kram atau kelemahan otot Kram
abdomen Kriteria evaluasi Pasien akan : Tidak mengalami disritmia, kegelisahan, atau parestesia. Asupan dan haluaran cairan akan seimbang.
Tidak mengalami edema. Tidak mengalami kehilangan turgor kulit. Aktivitas keperawatan Pengkajian Pantau tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit yang relevan (mis., hipo-/hiperkalemia, hipo-/hipernatremia), misalnya: Kelemahan Iritabilitas Mual
Perubahan elektrokardiogram (EKG) Penyuluhan untuk pasien dan keluarga. Ajarkan gejala ketidakseimbangan elektrolit yang relevan.
Aktivitas kolaboratif Pantau efek samping dan respons terapeutik terhadap elektrolit tambahan. Lakukan konsultasi dengan dokter jika
ketidakseimbangan elektrolit persisten atau memburuk. Aktivitas lain Berikan cairan, jika perlu Dorong asupan oral: letakkan cairan
ditempat yang mudah dijangkau, berikan air segar. Lakukan iritasi slang nasogastrik dengan salin normal, bukan air. Kontrol kehilangan
elektrolit berlebihan (mis., dengan mengistirahatkan usus). Persiapkan pasien untuk dialisis. (Wilkinson, 2016)

Sources Similarity

46
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 890 Date September 06,2019

Characters 6818 Exclude Url

0% 100% 0 42
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

Defisit nutrisi Tujuan /kriteria evaluasi Tujuan Memperlihatkan status nutrisi, yang dibuktikan oleh iondikator sebagai berikut (sebutkan 1-
5 : gangguan ekstrem, berat,sedang,ringan, atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal ): asupan gizi, asupan makanan, asupan
cairan,energi. Kriteria evaluasi. Pasien akan : Mempertahankan berat badan kg atau bertambah kg ( sebutkan tanggalnya. Menjelaskan
komponen diet bergizi adekuat. Mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet. Mentoleransi diet yang dianjurkan. Mempertahankan masa
tubuh dan berat badan dalam batas normal. Memiliki nilai laboraturium misalnya transferin, albumin, dan elektrolit, dalam batas
normal. Melaporkan tingkat energi yang adekuat. Aktivitas keperawatan Pengkajian Tentukan motivasi pasien untuk mengubah
kebiasaan makan. Menentukan kemampuan pasien untuk menentukan kebutuhan nutrisi. Pantau nilai laborat, kususnya transferin,
albumin, dan elektrolit. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga pasien Ajarkan metode untuk perencanaan makan. Ajarkan pasien atau
keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya. Aktivitas kolaborative Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein poasien yang mengalami
ketidak adekuatan asupan protein, atau kehilangan protein misalnya, pasien anoreksia nervosa, penyakit glomerula atau dialisis peritoneal.
Diskusikan dengan dokter kebutuhan nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang, atau nutrisi parenteral total
agar asupan kalori yang adekuat dapat di pertahankan. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi. Rujuk ke program
ahli gizi di komunitas yang tepat , jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat. Aktivitas lain Buat perencanaan
makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien serta suruh makan. Dukung
anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah. Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan
fisik dan asupan makanan. Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang
setiap hari.
Menawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu ,makan tinggi. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan. Hindari
prosedur infasif ketika makan. Suapi pasien , jika perlu (Wilkinson, 2016, hal. 284-285) Hipertermi Tujuan Menunjukkan termoregulasi,
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan).
Peningkatan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh. Hipertermia. Hipotermia. Kriteria hasil Pasien akan : Tidak memperlihatkan berkeringat,
menggigil dan merinding. Mempertahankan tanda tanda vital dalam batas normal. Melaporkan suhu yang nyaman. Menguraikan tanda dan
gejala awal dari hipotermia atau hipertermia. Aktivitas keperawatan Pengkajian Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (seperti menggigil,
pucat, bagian dasar kuku sianosis, pengisian ulang kapiler lambat, piloereksi, disritmia) dan hipertermia (seperti tidak berkeringat,
klemahan , mual dan muntah, sakit kepala, delirium). Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral (bukan timpani atau aksila) suhu
oral lebih akurat.
Regulasi suhu (NIC) : pantau dan laporkan tanda atau gejala hipotermia serta hipertermia. Penyuluhan untuk pasien/keluarga Instruksikan
pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan fluktuasi suhu : Untuk hipertermia Minum cairan yang cukup di hari/cuaca
panas Batasi aktivitas pada hari yang panas Kurangi berat badan jika obesitas Pertahankan suhu lingkungan yang stabil Lepaskan baju yang
berlebihan Untuk hipotermia Mandi pada ruang yang hangat, jauh dari aliran udara Tingkatkan aktivitas Batasi asupan alkohol Pertahankan
nutrisi yang adekuat Pelihara suhu lingkungan yang stabil Gunakan pakaian yang cukup Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali
dan melaporkan tanda dan gejala awal hipotermia dan hipertermia : Untuk hipertermia Kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi,
peningkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas 37,8°C dan kelemahan. Untuk hipotermia Apatis, dingin, abdomen keras yang terasa seperti batu,
disorientasi dan konfusi, mengantuk, hipertensi, hipogikemia, kerusakan kemampuan untuk berpikir nadi dan pernafasan lambat, kulit
keras, dan dingin saat disentuh suhu kurang dari 35°C. Aktivitas kolaboratif Laporkan kepada dokter jika terjadi hidrasi adekuat tidak dapat
dipertahankan. Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk layanan (mis, kipas angina, pemanas) yang diperlukan di rumah. Regulasi suhu
(NIC) : berikan obat antipiretik jika perlu Aktivitas lain Regulasi suhu (NIC) : sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien.
(Wilkinson, 2016, hal. 47-48)Nyeri akut Tujuan Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibktikan
oleh indicator tersebut ( sebutkakan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang kadang, sering , selalu ) : Mengenali awitan nyeri Menggunakan
tindakan pencegahan Melaporkan nyeri dapat dikendalikan Menunjuka tingkat nueri yang di buktikan oleh indicator tersebut
(sebutkan 1-5: sagat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada ): Expresi nyeri pada wajah Gelisah atau ketegangan otot Durasi episode
nyeri Merintih dan manangis Gelisah Kriteria hasil Pasien akan : Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektih
untuk kenyamanan. Mempertahankan tingkat nyeri pada _atau kurang (1-10).Melaporkan kesejahteraan fisik dan fisikologis.
Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mememofodisikasi faktor tersebut. Melaporkan nyeri pada media
kesehatan. Gunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan nonanalgesik secara tepat. Tidak mengalami gangguan dalam
47
frekuensi pernafasan, denyut jantung, tekanan darah. Mempertahankan selera makan yang baik. Melaporkan pola tidur yang
baik. Melaporkan kemampuan untuk mempertahan kan performa peran dan hubungan interpersonal. Aktivitas keperawatan
Pengkajian Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian. Minta pasien
untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10( tidak ada nyeri atauletidaknyamanan, 10 = nyeri hebat). Gunakan bagan alir
nyeri untuk memantau peredahan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan fek sampingnya. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan,
lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien. Menejemn nyeri (nic:) Lakukan pengkajian nyeri yang komperehensif yang meliputi lokasi, katarestic awitan
dan durasi, frekuensi, kualitas, atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya. Observasi isarat nor verbal
ketidaknyamannan, khusu nya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.

Sources Similarity

48
PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 333 Date September 06,2019

Characters 2522 Exclude Url

0% 100% 0 17
Plagiarism Unique Plagiarized Sentences Unique Sentences

Content Checked For Plagiarism

Penyuluhan untuk pasien keluarga Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien tentang obat khusus yang diminum, frekuensi pemberian,
kemungkinan adanya efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus pada saat mengkonsumsi obat tersebut (mis,
pembatasan aktivitas fisik, [embatasan diet), dan nama orang yang harus di hubungi bila mengalami nyeri membandel. Instruksikan
pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
Informasikan pada pasien tentang prosedur yangd dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan. Perbaiki
kesalahan presepsi tentang analgesic narkkotik atau kopioid( mis, resiko ketergantungan atau overdosis. Menejemen nyeri (nic: berikan
informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur. Aktivitas
kolaboratif Keloala nyeri pasca bedah awal dengan pemberian kopiat yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selama 36 jam ) atau pjat. Menejemen
nyeri ( nic: ) Gunaakan tindakan pengendalian sebelum nyeri menjadi lebih berat. Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu. Aktivitas lain Sesuaikan dosis sesuai
indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasalalu seperti,
distraksi, relaksasi, atau kompres hangat. Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu
relaksasi, meliputi tindakan sebagai: Lakukan perubahan posisi, masase punggung , dan relaksasi Ganti linen tempat tidur, bila di perlukan.
Berikan perawtaan dengan tidak buru buru, dengan sikap yang mendukung. Libatkan pasien dengan pengmabilan keputusan yang menyalah
aktivitas perawatan. Bantu pasien untuk beraktifitas , bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui
televise, radio, tape , dan interaksi dengan pengunjung. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan pasien terhadap analgesic
(mis, obat ini akan mengurangi anda). Explorasi dengan takut ketagihan untuk menanyakan “jika tidak mengalami nyeri, apakah anda akan
tetap membutuhkan obat ini tanda Tanya. Menejemen nyeri (nic) : Libatkan keluarga pada dalam kodalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan kendalikan faktor lingkungan yang dapat memngaruhi respon pasien terhadap ketidakn7yamanan ( mis, suhu ruangan ,
cahaya, dan kegaduhan
). (Wilkinson, 2016, hal. 296-298)

Sources Similarity

49

Anda mungkin juga menyukai