Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BENTENG
Jln. Pongkor Desa Golo Pongkor Kec. Komodo
Kab. Manggarai Barat Propinsi. NTT

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BENTENG


NOMOR : PKM.BTG/SK/UKP.VIII/066/I/2017
TENTANG
PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS BENTENG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS BENTENG

Menimbang : a. bahwa untuk mengobati seorang pasien membutuhkan pengetahuan


dan pengalaman yang spesifik, maka puskesmas bertanggungjawab
untuk mengidentifikasi petugas dengan pengetahuan dan pengalaman
sesuai dengan persyaratan dan yang juga diizinkan berdasarkan
lisensi, sertifikasi, undang-undang atau peraturan pemberian obat
b. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di
Puskesmas yang berorientasi kepada pasien diperlukan suatu standar
yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian;
c. bahwa pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien
sebgaimana dimuksud dalam huruf a adalah pelayanan kefarmasian
dimana tenaga kefarmasian berinteraksi langsung dengan pasien
yang menggunakan obat demi tercapainya tujuan terapi dan
terjaminnya keamanan penggunaan obat
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c maka perlu menetapkan Keputusan
kepala puskesmas Benteng tentang Peresepan, Pemesanan dan
pengelolaan obat

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
4. Undang-Undang Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
8. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BENTENG TENTANG
PERESEPAN,PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

Peresepan obat di lakukan oleh dokter umum dan dokter gigi dan apabila
Kesatu : tenaga dokter tidak berada di tempat maka peserepan bisa dilakukan
oleh tenaga pengganti dan tetap berkoordinasi dengan dokter;

Kedua :
Pemesanan obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan tingkat puskesmas
dan jaringan dilakukan oleh petugas farmasi setiap bulan ke dinas
kesehatan kabupaten dalam bentuk penganfrakan obat;

Ketiga :
Pengelolaan obat tingkat puskesmas yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan,penyimpanan,pendistribusian, penggunaan
dan dokumentasi dilakukan oleh petugas farmasi;

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan akan
ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya;

Ditetapkan di Benteng
Pada tanggal : 02 Januari 2017
Kepala Puskesmas Benteng

MAKMUN
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Farmasi Klinik adalah pelayanan farmasi yang tenaga kefarmasian berinteraksi langsung
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BENTENG
dengan NOMOR : PKM.BTG/SK/UKP.VIII/066/I/2017
pasien yang menggunakan obat untuk tercapainya tujuan terapi dan terjaminnya
TANGGAL : 02 Januari 2017
keamanan penggunaan obat berdasarkan penerapan ilmu, teknologi dan fungsi dalam
TENTANG : PELAYANAN FARMASI KLINIK
perawatan penderita dengan memperhatikan preferensi pasien.
Kegiatan Farmasi Klinik Meliputi :

A. Skrining Resep

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

a. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian


resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep,
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication
error) dengan melaksanakan aktivitas sesuai standar prosedur operasional dan
melakukan dokumentasi aktivitas.
b. Tujuan : Untuk menganalisa adanya masalah terkait obat bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
c. Kegiatan : Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmaseutik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1. Narna, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien
2. Nama, nomor ijin praktek, alamat dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmaseutik meliputi :
1. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan Jumlah obat
3. Stabilitas
4. Aturan, dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Tidak didapatkan duplikasi pengobatan
3. Tidak munculnya alergi, efek samping, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD)
4. Obat yang diberikan tidak kontraindikasi
5. Tidak dijumpai interaksi obat yang berisiko

2. Pencampuran Obat Suntik


Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas,
dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan :
a. Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus
b. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai
Ditetapkan di Benteng
c. Mengemas menjadi sediaan siap pakai
Pada tanggal : 02 Januari 2017
d. Melakukan pemeriksaan terhadap hasil kerja yang telah dilakukan
Kepala Puskesmas Benteng

B. Penyerahan Obat
Penyerahan meliputi kegiatan pengecekan kesesuian nomor resep, nama pasien,
MAKMUN
umur, alamat serta nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai, bentuk sediaan farmasi
yang akan diserahkan kepada pasien atau keluarga dengan pemberian konsultasi,
informasi dan edukasi (KlE) obat kepada pasien.
Tujuan kegiatan ini adalah agar pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/
pengobatan

B. Konsultasi Informasi dan Edukasi (KIE)

KIE adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada
pasien/keluarga pasien
mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan
kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya
dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasl.
Tujuan umum KIE adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek
terapi, meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost effecfiveness dan
menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.
Tujuan khusus
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai
tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime

Anda mungkin juga menyukai