Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BENTENG
Jln. Pongkor Desa Golo Pongkor Kec. Komodo
Kab. Manggarai Barat Propinsi. NTT

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BENTENG


NOMOR : PKM.BTG/SK/UKP.VIII/070/I/2017
TENTANG
PENYEDIAAN OBAT- OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN DI PUSKESMAS BENTENG
KEPALA UPTD PUSKESMAS BENTENG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keselamatan pasien di Puskesmas Benteng
khusunya pasien-pasien emergensi,maka akses cepat terhadap obat-obat
emergency sangatlah penting.
b. bahwa untuk menjamin penaganaan yang cepat oleh tenaga kesehatan
terhadap pasien gawat darurat maka petugas farmasi harus memastikan
ketersediaan obat-obat emergensi di unit-unit pelayanan klinis
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b maka perlu menetapkan Keputusan kepala puskesmas Benteng
tentang PENYEDIAAN OBAT- OBAT EMERGENSI DI UNIT
PELAYANAN
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3781);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5419);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
9. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik Tahun 2011,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BENTENG TENTANG
PENYEDIAAN OBAT - OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN
Kesatu : Petugas farmasi wajib menyiapkan obat-obat emergensi di unit-unit pelayanan
klinik.
Unit-unit pelayanan klinik yang di maksud pada Diktum kesatu dari keputusan
Kedua :
ini adalah: Poli Umum,UGD,Rawat Inap,Poli Gigi, dan Kamar Bersalin
Ketiga : Penanggung jawab pada masing-masing unit pelayanan klinis pada Diktum
kedua dari keputusan ini wajib mengajukan permintaan ke unit farmsai dan
melaporkan penggunaan obat emergensi ke unit farmasi.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan akan
ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya;

Ditetapkan di Benteng
Pada tanggal : 02 Januari 2017
Kepala Puskesmas Benteng

MAKMUN

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BENTENG


NOMOR : PKM.BTG/SK/UKP.VIII/070/I/2017
TANGGAL : 02 JANUARI 2017
TENTANG : MANAJEMEN FARMASI
1. Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang menjamin ketersediaan
obat
a. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh petugas farmasi di puskesmas.
b. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya dan ketersediaan anggaran.
c. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS).
d. Proses seleksi melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
e. Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
f. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan harus telah memiliki izin edar atau nomor
registrasi.
g. Surat pesanan harus ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek Puskesmas.

2. Penerimaan sediaan farmasi dan alat kesehatan


a. Petugas farmasi menerima obat dan alat kesehatan yang didistribusikan dari instalasi farmasi
kabupaten
b. Petugas memeriksa kesesuaian obat dan alat kesehatan yang diterima meliputi bentuk dan jenis
sediaan, kekuatan sediaan dan jumlah yang diterima apakah sesuai dengan tertera di LPLPO
(Lembar permintaan dan lembar pemakaian obat)
c. Petugas mencatat dan menyampaikan ke instalasi farmasi kabupaten bila terjadi
ketidaksesuaian obat dan alat kesehatan yang diterima dengan LPLPO (Lembar permintaan
dan lembar pemakaian obat)

3. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


a. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. bentuk dan jenis sediaan;
2. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
3. mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
4. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus;

b. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti prinsip FIFO (First In
First Out artinya obat yang pertama masuk pertama keluar dan FEFO (First Expired First Out
artinya obat yang pertama kadaluwarsa pertama keluar);
c. Menghindari menyimpan sediaan farmasi dengan kekuatan yang berbeda dalam satu wadah
d. Penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada tempat penyimpanan
khusus

4. Pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan


a. Pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan oleh petugas farmasi
b. Setiap unit pelayanan harus dilengkapi dengan buku anfrak/buku distribusi
c. Setiap jejaring harus dilengkapi dengan LPLPO (lembar permintaan dan lembar pemakaian
obat) Desa/ Jejaring
d. Petugas farmasi harus memperhatikan kondisi/keadaan real obat dan bahan habis pakai yang
ada di gudang Farmasi untuk memntukan jumlah yang bisa didistribusikan ke unit pelayanan
dan jejaring puskesmas
e. Setiap pengambilan obat harus di catat di kartu stok yang tersedia di gudang obat

5. Pemusnahan sediaan farmasi yang sudah kadaluarsa dan rusak


a. Petugas melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
akan dimusnahkan
b. Petugas menyiapkan administrasi berupa laporan dan berita acara pemusnahan
c. Mengkoordinasikan jadwal,metoda dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait dalam hal ini
:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat
2. Kepolisisan Kabupaten Manggarai Barat
3. BPOM Propinsi NTT
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
f. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

6. Pelayanan Obat 24 jam


a. Petugas farmasi senantiasa berkoordinasi dengan kepala/petugas UGD (unit gawat darurat)
serta rawat inap mengenai ketersediaan obat dan bahan habis pakai
b. Kepala /Petugas unit gawat darurat memberikan laporan permintaan obat dan bahan habis
pakai yang sudah berkurang ketersediaannya kepada petugas gudang farmasi puskesmas
c. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan ketersediaan obat dan bahan habis pakai yang ada di
ruang perawatan rawat inap
d. Petugas gudang farmasi puskesmas menganalisa permintaan dan menyesuaikan dengan
keadaan atau ketersediaan obat dan bahan habis pakai di gudang farmasi

e. Petugas menyerahkan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan sesuai permintaan serta
menulisnya pada kartu stok
f. Petugas farmasi memberikan paraf atau tandatangan pada buku permintaan
g. Pelayanan unit gawat darurat setelah jam 2 siang dilimpahkan kepada petugas rawat inap,
dengan menggunakan obat yang tersedia di ruang perawatan rawat inap
h. Petugas rawat inap mencatat tindakan dan obat yang digunakan di buku register unit gawat
darurat dan status pasien rawat inap

Ditetapkan di Benteng
Pada tanggal 02 Januari 2017
Kepala UPTD Puskesmas Benteng

MAKMUN

Anda mungkin juga menyukai