Anda di halaman 1dari 22

WRAP UP SKENARIO 1

BLOK CAIRAN

“Kekurangan Cairan"

Kelompok : B-2

Ketua : Raditya Prasidya (1102014217)

Sekretaris : Visi Islamiati (1102014275)

Anggota : Muhammad Luthfi Dunand (1102014158)


Nabil Dhiya Ulhak (1102014177)
Nabila Hanifa Fauzia (1102014180)
Nadia Dwi Putri (1102014185)
Puthu Atika Putri Sudarsono (1102014211)
Wardhani Putri Pratiwi (1102014279)
Wirayanto Natanegara Aswadi (1102014281)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


Telp. (+62)214244574 Fax. (+62)214244574
DAFTAR ISI

SKENARIO .................................................................................................................... 3

KATA SULIT ................................................................................................................. 4

PERTANYAAN DAN JAWABAN ............................................................................... 5

HIPOTESIS..................................................................................................................... 6

SASARAN BELAJAR ................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 8

2
SKENARIO

DEHIDRASI

Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena pingsan setelah berolah raga. Pada
pemeriksaan fisik : tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan
infuse cairan elektrolit . Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Kadar Natrium : 130
mEq/l (Normal = 135-147), Kalium : 2.5 mEq/l (N = 3.5 -5.5) dan Klorida : 95 mEq/l (N= 100 -
106). Setelah kondisi membaik pasien diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai
dengan etika Islam.

3
KATA SULIT

1. Pingsan : Kondisi kehilangan kesadaran yang biasanya sementara.


2. Cairan : Materi yang mengikuti wadahnya, wujudnya bukan padat
atau gas.
3. Infus : Pemasukan obat dsb (berupa cairan) tanpa tekanan
istimewa melalui pembuluh darah.
4. Larutan : Campuran homogen yang terdiri atas 2 komponen zat/lebih.
5. Cairan Elektrolit : Cairan yang mengandung ion dan menghantarkan listrik.
6. Lemas : Kondisi tubuh saat kekurangan energi/asupan.
7. mEq/l : satuan terlarut elektrolit setiap satu liter pelarut.

4
PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud degan cairan tubuh?


2. Mengapa pada saat kekurangan cairan tubuh kita bisa lemas?
3. Mengapa bisa terjadi kekurangan cairan?
4. Bagaimanakah etika yang baik dan benar menurut Al-Qur’an dan Hadits?
5. Bagaimana cara penanganan orang yang kekurangan cairan?
6. Bagaimana penanganan pertama pada korban yang mengalami kekurangan cairan?
7. Apa saja fungsi mineral tubuh, dan jenis-jenisnya!
8. Apa saja gejala-gejala pada orang yang mengalami kekurangan cairan?
9. Faktor apa saja yang menyebabkan kekurangan cairan?
10. Apa yang akan terjadi pada orang yang cairan di atas normal?
11. Apa saja kompartemen cairan tubuh?
12. Apa definisi dari dehidrasi?
13. Apa jenis dari dehidrasi?
14. Bagaimana mekanisme dari dehidrasi?
15. Bagaimana penaganan pada orang dehidrasi?

JAWABAN

1. Cairan tubuh adalah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh demi kelangsungan organ tubuh.
2. Cairan tubuh menurun, sehingga merangsang ADH dan menyebabkan rasa haus. (no.14)
3. Karena output cairan tubuh lebih besar dibandingkan dengan input cairan tubuh.
4. HR. Muslim : Rasulullah menganjurkan kita untuk tidak mengeluarkan napas saat
minum.
5. Diberikan cairan pengganti. (no.15)
6. Bila ada di tempat keramaian, diamakan kan dahulu. Dipastikan posisi kepala lebih
rendah dibandingkan badan. Di bantu pernapasan dengan menggunakan O2
7. Jenis mineral yaitu Kation dan Anion. Kation adalah mineral yang mengandung ion
positif sedangkan Anion adalah mineral yang mengandung ion negatif.
8. Lemas, bibir dan lidah kering, sakit kepala, mata cekung.
9.
10. Volume darah meningkat, kerja ginjal akan lebih keras, akan terjadi edema bila ginjal
sudah tidak sanggup kerja.
11. Cairan intraselluler, dan Cairan Ekstraselluler (Cairan Interstitial dan Cairan
Intravaskular).
12. Kekurangan cairan tubuh yang berlebihan.
13. Dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat.

5
HIPOTESIS

Dehidrasi adalah keadaan saat tubuh kekurangan cairan yang disebabkan oleh faktor seperti
kecapekan sehingga mengeluarkan keringat yang berlebihan, kekurangan hormon ADH sehingga
banyak urin yang keluar, penyakit seperti muntaber, dan lain-lain, sehingga mengakibatkan
penderita menjadi lemas, bibir dan lidah kering, sakit kepala, dan mata cekung. Dehidrasi terbagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Pemeriksaan fisik dan penunjang dibutuhkan untuk
memberikan penanganan berupa infus agar tercapai keseimbangan cairan dalam tubuh.
Keseimbangan cairan dalam tubuh dapat di pertahankan dengan minum, yang pastiya sesuai
dengan etika islam, seperti yang sudah dijelaskan di Al-Qur’an dan Hadits.

6
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan.


1.1. Definisi Larutan dan Cairan.
1.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis-Jenis Larutan dan Cairan.
1.3. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Larutan dan Cairan.
1.4. Membedakan antara Larutan dan Cairan.
2. Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi.
2.1. Definisi Dehidrasi.
2.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis-Jenis Dehidrasi.
2.3. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Dehidrasi.
2.4. Memahami dan Menjelaskan Gejala Dehidrasi.
2.5. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Dehidrasi.
2.6. Memahami dan Menjelaskan Penanganan Dehidrasi.
3. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh.
3.1. Memahami dan Menjelaskan Kompartemen Cairan Tubuh.
3.2. Memahami dan Menjelaskan Faktor Cairan Tubuh.
3.3. Memahami dan Menjelaskan Input dan Output Cairan Tubuh.
3.4. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh.
3.5. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh.
4. Memahami dan Menjelaskan Mineral Tubuh.
4.1. Memahami dan Menjelaskan Mineral Tubuh Manusia.
4.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis dan Fungsi Mineral Tubuh Manusia.
4.3. Memahami dan Menjelaskan Sumber Mineral Tubuh Manusia.
4.4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan pada Mineral Tubuh Manusia.
5. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam.

7
PEMBAHASAN

1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan.


1.1. Definisi Larutan dan Cairan.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri
atas zat terlarut dan pelarut. Sedangkan Cairan Tubuh adalah cairan yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk kelangsungan kerja nya.
Kebutuhan cairan dan larutan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan
kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan
keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
1.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis-Jenis Larutan dan Cairan.
1.2.1. Berdasarkan Kejenuhannya
1.2.1.1. Larutan tak Jenuh.
Yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion
< Ksp berarti larutan belum jenuh (masih dapat larut).
1.2.1.2. Larutan Jenuh.
Yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
1.2.1.3. Larutan sangat Jenuh.
Yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat
lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
1.2.2. Berdasarkan Daya Hantar Listriknya.
1.2.2.1. Elektrolit.
Dapat menghantarkan arus listrik.
1.2.2.1.1. Kuat → α=1.
1.2.2.1.2. lemah → 0 < α < 1.

8
1.2.2.2. Non-Elektrolit.
Tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0.
1.2.3. Berdasarkan Banyak-Sedikitnya Zat Terlarut.
1.2.3.1. Larutan Pekat.
Yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
1.2.3.2. Larutan Encer.
Yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
1.3. Memahami dan Mejelaskan Fungsi Cairan.
1.3.1. Fungsi Cairan Tubuh.
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel.
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel.
3. Mmbentu dalam metabolisme sel.
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit.
5. Membantu memelihara suhu tubuh.
6. Membantu pencernaan.
7. Mempemudah eliminasi.
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM).
1.3.2. Fungsi Larutan Tubuh
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis,
yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya
dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative
tetap, unutk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi
sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel (dalam sel)
dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk
mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang
penting adalah penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang berperan dalam
menjaga pH darah, dan system penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) yang berperan
menjaga pH cairan intra sel.
1.4. Membedakan antara Larutan dan Cairan.
Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yang larut didalamnya
(zat terlarut). Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan ataugas asal dapat
melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi.Untuk sistem dispersi,
zat yang berfungsi seperti pelarut disebutmedium pendispersi, sementara zat yang
berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid).Baik pada larutan
ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairanatau gas. Bahkan bila
zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalammembedakan peran pelarut dan zat
terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecil dari pelarut. Namun, bila kuantitas zat
terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan manakah pelarut

9
2. Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi.
2.1. Definisi Dehidrasi.
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh.
2.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis-Jenis Dehidrasi.
2.2.1. Dikategorikan berdasarkan tosinitas/ kadar cairan yang hilang.
2.2.1.1. Dehidrasi hipertonik.
Yaitu berkurangnya cairan berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium
(dehidrasi hipertonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar
natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif
serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
2.2.1.2. Dehidrasi isotonic.
Atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama. Dehidrasi isotonik
ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan
osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).
2.2.1.3. Dehidrasi hipotonik.
Hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air. Dehidrasi hipotonik
ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter)
dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter.
2.2.2. Penggolongan dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang.
2.2.2.1. Dehidrasi ringan.
( < 5 %) kehilangan cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan (jika penurunan
cairan tubuh 5 persen dari berat badan),
2.2.2.2. Dehidrasi sedang.
( 5- 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi sedang (jika penurunan
cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
2.2.2.3. Dehidrasi berat.
( > 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi berat (jika penurunan cairan
tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
2.3. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Dehidrasi.
Dalam manusia, Dehidrasi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan keadaan yang
merusak homeostasis air dalam tubuh. Ini termasuk:
2.3.1. Eksternal atau stres yang berhubungan dengan penyebab
2.3.1.1. Aktivitas fisik yang berkepanjangan dengan berkeringat tanpa
mengkonsumsi air yang memadai, terutama di lingkungan panas dan/atau
kering
2.3.1.2. Pemaparan kering air, misalnya di pesawat terbang tinggi (kelembaban
relatif % 5–12)

10
2.3.1.3. Kehilangan darah atau hipotensi berkat trauma fisik
2.3.1.4. Diare
2.3.1.5. Hipertermia
2.3.1.6. Shock (hypovolemic)
2.3.1.7. Muntah
2.3.1.8. Luka bakar
2.3.1.9. Lakrimasi
2.3.1.10. Penggunaan Metamfetamina, amphetamine, kafein dan obat stimulan lain
2.3.1.11. Berlebihan mengkonsumsi minuman beralkohol
2.3.2. Penyakit menular
2.3.2.1. Kolera
2.3.2.2. Gastroenteritis
2.3.2.3. Shigellosis
2.3.2.4. Demam kuning
2.3.3. Kekurangan gizi
2.3.3.1. Gangguan elektrolit
2.3.3.2. Hypernatremia (juga disebabkan oleh dehidrasi)
2.3.3.3. Hiponatremia Gejala, terutama dari pembatasan diet garam
2.3.3.4. Puasa
2.3.3.5. Berat badan turun cepat (kehilangan 1 L fluida hasil penurunan berat
badan 1 kg (2,2 lb)).
2.3.3.6. Pasien penolakan gizi dan hidrasi
2.3.3.7. Ketidakmampuan untuk menelan (terhalangnya esofagus)
2.3.4. Penyebab lain hilangnya air
2.3.4.1. Hiperglikemia parah, terutama di Diabetes mellitus
2.3.4.2. Glycosuria
2.3.4.3. Uremia

11
2.4. Memahami dan Menjelaskan Gejala Dehidrasi.

Tanda dan Gejala Dehidrasi Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat


Ringan

Kehilangan berat 3-5 6-9 10 atau lebih


badan (%)

Kondisi umum Haus, sadar, Haus, sadar, Biasanya sadar;


gelisah hipotensi postural ektremitas dingin,
lembab, sianotik,
kulit jari tangan
dan kaki berkerut;
kejang otot

Nadi radial Kecepatan dan Cepat dan lemah Cepat, sangat


tekanan normal lemah,kadang
tidak teraba

Respirasi Normal Dalam, mungkin Dalam dan cepat


cepat

Fontanella anterior Normal Cekung Sangat cekung

Tekanan darah Normal Normal atau Rendah, mungkin


sistolik rendah: hipotensi tidak terukur
ortostatik

Elastisitas kulit Cubitan segera Cubitan kembali Cubitan tidak


kembali perlahan segera kembali

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada atau Tidak ada


berkurang

Keluaran kencing Normal Jumlah berkurang Anuria/oliguria


dan pekat berat

12
2.5. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Dehidrasi.
Dehidrasi menyebabkan tiga tanggapan utama:
2.5.1. Reseptor Pertama di mulut mendeteksi kekeringan dan merangsang mekanisme
haus membuat Anda ingin minum air.
2.5.2. Kedua, volume darah yang rendah menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan laju filtrasi glomerular menurun. ini menyebabkan tubuh untuk
menanggapi dengan penurunan kuantitas air dalam urin (ADH)
2.5.3. Ketiga, Anda akan memiliki tekanan darah rendah dan ini akan terdeteksi oleh
baroreceptors dan mereka akan memunculkan tekanan dengan cara
vasokonstriksi. Tubuh manusia sebagian besar terbentuk dari cairan, dengan
prosentase hampir 75% dari total berat badan. Cairan ini terdistribusi sedemikian
rupa sehingga mengisi hampir di setiap rongga yang ada pada tubuh manusia.
Dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang
masuk. Namun karena mekanisme yang terdapat pada tubuh manusia sudah sangat
unik dan dinamis maka tidak setiap kehilangan cairan akan menyebabkan tubuh
dehidrasi.
Dalam kondisi normal, kehilangan cairan dapat terjadi saat kita :
• Bernafas
• Kondisi cuaca sekitar
• Berkeringat
• Buang air kecil dan buang air besar.
Sehingga setiap hari kita harus minum cukup air guna mengganti cairan yang hilang
saat aktifitas normal tersebut. Untungnya, tubuh mempunyai mekanisme unik bila
kekurangan cairan. Rasa haus akan serta merta muncul bila keseimbangan cairan
dalam tubuh mulai terganggu. Tubuh akan menghasilkan hormon ADH guna
mengurangi produksi kencing oleh ginjal. Tujuan akhir dari mekanisme ini adalah
mengurangi sebanyak mungkin kehilangan cairan saat keseimbangan cairan tubuh
terganggu.
2.6. Penanganan Dehidrasi.
2.6.1. Pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara
berkala sesuai kebutuhan. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis
dehidrasi :
2.6.1.1. Dehidrasi ringan : terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-
2500 ml/24 jam (30 ml/kg berat badan /24 jam)
2.6.1.2. Dehidrasi hipotonik : dengan mengatasi penyebab yang mendasari,
penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.
2.6.1.3. Dehidrasi hipertonik : cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman
dengan kandungan sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan
anggur. infus : cairan NaCl, 45%.

13
2.6.1.4. Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan selain air dan suplemen yang
mengandung sodium (jus tomat) juga dapat diberikan isotonik yang ada di
pasaran. infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari
defisit cairan total perhari.
2.6.2. Dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain
pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral.
2.6.2.1. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan
rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus:
Definisi cairan (L) = Cairan badan total (CBT) yang diinginkan–CBT saat
ini
CBT yang diinginkan = kadar Na serum x CBT saat ini/140
CBT saat ini (pria) = 50%x berat badan (kg)
CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg){/xtypo_info}
2.6.3. Pemeriksaan dehidrasi
2.6.3.1. Tentukan volume cairan ekstraseluler
2.6.3.2. Hipetnaremia dengan volume meningkata dapat dilakukan dengan diuresis
(misalnya: furosemide), dan pergantian urin dengan air (glukosa 5%)
2.6.3.3. Hipernatremia dengan volume normal terapi akut dengan penggantian air
(glukosa 5%), evaluasi untuk kemungkinan diabetes insipidus
2.6.3.4. Hipernatremia dengan volume menurun
2.6.3.5. Perkiraan jumlah air dengan rumus : (o,6xBB) x [(Na serum/140)-1]
2.6.3.6. Koreksi volume dengan RA/RL, dan lanjutkan dengan cairan hipotonik.
2.6.4. Rehidrasi Oral
Ringan hingga sedang dehidrasi akibat diare dari setiap penyebab dapat diobati
secara efektif dengan menggunakan sederhana, larutan rehidrasi oral (ORS) yang
mengandung glukosa dan elektrolit. ORS bergantung pada transportasi ditambah
natrium dan glukosa dalam usus. Terapi rehidrasi oral yang digunakan di banyak
negara dan secara signifikan telah mengurangi morbiditas dan kematian dari diare
akut dan diare berkurang terkait gizi buruk. Rehidrasi oral yang kurang
dimanfaatkan di negara maju. Terapi rehidrasi oral lebih murah daripada terapi IV
dan memiliki tingkat komplikasi yang lebih rendah. Terapi IV masih mungkin
diperlukan untuk pasien dengan dehidrasi parah; pasien dengan muntah yang tidak
terkendali; pasien tidak bisa minum karena sangat kelelahan, pingsan, atau koma,
atau pasien dengan distensi lambung atau usus.
2.6.5. Pemeriksaan Penunjang
2.6.5.1. Kadar natrium plasma darah
2.6.5.2. Osmolaritas serum
2.6.5.3. Ureum dan kreatinin darah
2.6.5.4. Bj Urin
2.6.5.5. Tekanan vena sentral

14
3. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh.
3.1. Memahami dan Menjelaskan Kompartemen Cairan Tubuh.
3.1.1. Cairan Intraselular (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua
per tiga dari cairan tubuh adalah intraselular.
3.1.2. Cairan Ekstraselular (CES)
CES adalah cairan diluar sel. CES dibagi menjadi 3 bagian :
3.1.2.1. Cairan Interstisial
Cairan di sekitar sel, contoh : Cairan limfe.
3.1.2.2. Cairan Intravaskular
Cairan yang terkandung didalam pembuluh darah
3.1.2.3. Cairan Transelular
Cairan yang terkandung didalam rongga usus dari tubuh.
3.2. Memahami dan Menjelaskan Faktor Cairan Tubuh.
3.2.1. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
3.2.2. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3.2.3. Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
3.2.4. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
3.2.5. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

15
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
3.2.6. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
3.2.7. Pengobatgan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
3.2.8. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
3.3. Input dan Output Cairan Tubuh

16
3.4. Mekanisme Keseimbangan Cairan Tubuh.
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume
darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau
menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin
banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air
keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan
mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan
angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan
diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin
mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih
banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
3.5. Memahami dan Menjelaskan Gangguan pada Cairan Tubuh.
3.5.1. Hipovolemia
Penipisan volume cairan ekstraseluler (CES) disebut “hipovolemia” . Ini terjadi
karena kehilangan melalui kulit, GI, dan ginjal abnormal; pendarahan; penurunan
masukan atau perpindahan cairan ke spasium ketiga nonekuilibrium. Tergantung
pada jenis kehilangan cairan, hipovolemia dapat disertai dengan ketidakseimbangan
asam-basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan CES berat dapat menimbulkan syok
hipovolemia. Mekanisme kompensasi pada hipovolemia termasuk peningkatan
rangsang system saraf simpatis ( peningkatan frekuensi jantung,inotropic [kontrakis
jantung], dan tahanan vascular), rasa haus, pelepasan hormone antidiuretic (ADH),
dan pelepasan aldosterone. Hipovolemia lama dapat menimbulkan berkembangnya
gagal ginjal akut.
3.5.2. Hipervolemia
Penambahan volume CES disebut “Hipervolemia”. Ini terjadi kapan saja jika
terdapat (1) stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air; (2) fungsi
ginjal abnormal, dengan penurunan eksresi natrium dan air; (3) kelebihan pemberian
cairan IV; atau (4) perpindahan cairan intertisial ke plasma. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmoner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskular. Mekanisme kompensasi untuk hypervolemia meliputi
pelepasan peptide natriuretic atrium, menimbulkan peningkatan filtrasi dan eksresi
natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosterone dan ADH.
Abnormalitas pada homeostasis elektrolit, keseimbangan asam-basa, dan
osmolalitas sering menyertai hypervolemia.

17
4. Memahami dan Menjelaskan Mineral.
4.1. Definisi Mineral.
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism terutama sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral didalam cairan tubuh diperlukan
untuk pengaturan kegiatan enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu
transfer ikatan-ikatan penting melalui membrane sel dan pemeliharaan kepekaan otot
dan saraf terhadap rangsangan. Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan
dalam jumlah kurang dari 100 mg sehari.
4.2. Jenis-Jenis dan Fungsi Mineral.
4.2.1. Kation
4.2.1.1. Natrium
4.2.1.1.1. Kadar Normalnya : 140 mEq/L
4.2.1.1.2. Terdapat pada jaringan lunak, tulang, saluran ekstraselular
4.2.1.1.3. Berperan
4.2.1.1.3.1. Kation (+) utama pada ekstraseluler
4.2.1.1.3.2. Mejaga volume plasma dan menjaga keseimbangan asam
basa
4.2.1.1.3.3. Pembentukan garam empedu
4.2.1.2. Kalium
4.2.1.2.1. Kadar normal : 3 – 5 mEq/L
4.2.1.2.2. Kation yang paling banyak pada ICF
4.2.1.2.3. Elektrolit utama untuk memelihara keseimbangan ICF
4.2.1.2.4. Berperan
4.2.1.2.4.1. Memelihara proses osmosis pada ICF
4.2.1.2.4.2. Mengkordinasi syaraf dan kontraksi otot
4.2.1.2.4.3. Memetaboilisme karbohidrat, lemak, dan protein
4.2.1.3. Kalsium
4.2.1.3.1. Berperan utama dalam pembentukan tulang dan gigi
4.2.1.3.2. Kadar normal : 8,5 – 10 mg/dl
4.2.1.3.3. Berperan
4.2.1.3.3.1. Membentuk dan memineralisasi tulang dan gigi
4.2.1.3.3.2. Berperan dalam kontraksi otot dan relaksasi otot
4.2.1.3.3.3. Berperan dalam jantung
4.2.1.3.3.4. Berperan dalam aktivasi enzyme
4.2.1.3.3.5. Berperan dalam proses transmisi sinyal

18
4.2.1.4. Magnesium
4.2.1.4.1. Kation terbesar kedua setelah kalium pada ICF
4.2.1.4.2. Kadar normal : 1,3 – 2,1 mEq/L
4.2.1.4.3. Berperan dalam pencernaan intraseluler
4.2.2. Anion
4.2.2.1. Klorid
4.2.2.1.1. Anion utama pada ECF
4.2.2.1.2. Kadar normal : 95 – 108 mEq/L
4.2.2.1.3. Berperan
4.2.2.1.3.1. Komponen utama pada asam lambung dari H+
4.2.2.1.3.2. Menjaga asmolaritas bersama natrium
4.2.2.1.3.3. Berpartisipasi pada perubahan klorid
4.2.2.1.3.4. Berperan sebagai penyangga kimia
4.2.2.2. Fosfat
4.2.2.2.1. Anion utama di dalam ICF
4.2.2.2.2. Kadar Normal : 2,5 – 4,5 mg/L
4.2.2.2.3. Berperan
4.2.2.2.3.1. Komponen tulang
4.2.2.2.3.2. Dibutuhkan untuk mengahsilkan ATP
4.2.2.2.3.3. Komponen DNA dan RNA
4.2.2.3. Bikarbonat
4.2.2.3.1. Ada di ICF dan ECF
4.2.2.3.2. Kadar normal : 22-26 mEq/L
4.2.2.3.3. Berperan
4.2.2.3.3.1. Meregulasi keseimbangan asam
4.2.2.3.3.2. Komponen pada bikarbinat karbonik asam
4.3. Sumber Mineral pada Tubuh.
Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih
banyak terdapat didalam makanan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-
tumbuhan dan menumpuknya didalam jaringan tubuhnya. Disamping itu, mineral berasal
dari makanan hewani mempunyai biologik lebih tinggi daripada yang berasal dari
makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral
daripada makanan nabati.

19
4.4. Gangguan pada Mineral Tubuh.
4.4.1. Natrium
4.4.1.1. Hiponatremia
Hiponatremia (natrium serum <137 mEq/L) dapat terjadi karena penambahan
air atau penurunan cairan kaya natrium yang digantikan oleh air.
4.4.1.2. Hipernatremia
Hipernatremia (kadar natrimu >147 mEq/L) dapat terjadi pada kehilangan air,
kekurangan air, atau penambahan natrium. Karena natrium adalah determinan
utama dari osmolaritas CES, hypernatremia selalu menyebabkan hipertonisitas.
Selanjutnya, hipertonisitas menyebabkan perpindahan air keluar dari sel, yang
menimbulkan dehidrasi selular.
4.4.2. Kalium
4.4.2.1. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kehilangan kalium dari tubuh atau gerakan kalium
kedalam sel-sel dan jarang karena ketidakadekuatan masukan saja.
4.4.2.2. Hiperkalemia
Hiperkalemia (kadar kalium serum >5,0 mEq/L) terjadi karena peningkatan
masukan kalium, penurunan eksresi urine terhadap kalium keluar dari sel-sel.
4.4.3. Kalsium
4.4.3.1. Hipokalsemia
Hipokalsemia simtomatik dapat terjadi karena reduksi kalsium total tubuh atau
reduksi persentase kalsium yang terionisasi. Kadar kalsium total mungkin
menurun karena peningkatan kehilangan kalsium, penurunan masukan
sekunder terhadap perubahan absorpsi usus, atau perubahan pengaturan.
4.4.3.2. Hiperklsemia
Hiperkalsemia simtomatik dapat terjadi karena peningkatan dalam kalsium
serum total atau peningkatan pada persentase kalsium bebas dan terionisasi.
4.4.4. Magnesium
4.4.4.1. Hipomagnesemia
Hipomagnesemia (kadar magnesium serum <1,5 mEq/L) biasanya terjadi
karena absorpsi GI atau peningkatan kehilangan melalui urine.
4.4.4.2. Hipemagnesemia
Hipermagnesemia (kadar magnesium >2,5 mEq/L) terjadi hamper secara
khusus pada individu dengan gagal ginjal yang mengalami peningkatan
masukan magnesium.
4.4.5. Fosfor
4.4.5.1. Hipofosfatemia
Hipofosfatemia (fosfor serum <2,5 mg/dl) dapat terjadi karena perpindahan
intraselular sementara, peningkat kehilangan urine, penurunan absorpsi usus,
atau peningkatan pengggunaan.

20
4.4.5.2. Hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia terjadi paling sering pada adanya insufisiensi ginjal penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kelebihan fosfor.
5. Memahami dan menjelaskan etika minum dalam Islam
5.1. Al-Quran
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
(QS: Al-A'raf Ayat: 31)
5.2. Hadits
5.2.1. Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Janganlah kamu sekalian minum sekaligus seperti
minumnya onta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali nafas,
serta bacalah Bismillah pada saat kamu mulai minum dan bacalah
Alhamdulillah ketika selesai minum”. [Tirmizi, isnad hasan]
5.2.2. Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
melarang untuk minum dari mulut geriba. [Bukhari dan Muslim]
5.2.3. Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya, katanya: Bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam pernah melarang meniupkan nafas ke
dalam bejana”. [Muslim]

21
DAFTAR PUSTAKA

Sawanharu (2010). Definisi Taberl Cairan. Diakses dari:


http://www.scribd.com/doc/42713163/Definisi-taberl-cairan, 20 Februari 2013 09:23 pm

Sasmiyanto (2012). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit. Diakses dari:
http://www.slideshare.net/sasmiyanto/cairan-dan-elektrolit-13105216, 20 Februari 2013 09:35
pm

Chris, Tony (2010). Komposisi Elektrolit Cairan Tubuh. Diakses dari:

http://www.scribd.com/doc/40409708/Komposisi-Elektrolit-Cairan-Tubuh, 20 Februari 2013


09:45 pm

Wirawan, I Made Cock (2009). Dehidrasi. Diakses dari:


http://www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi/, 20 Februari 2013 10:05 pm

Pertiwi, Dian (2011). Cairan Tubuh. Diakses dari:


http://sayaitudian.blogspot.com/2011/05/cairan-tubuh.html, 20 Februari 2013 10.15 pm

Wahyuni, Sri (2009). Makalah GUS (Genitourinary System). Diakses dari:


http://www.scribd.com/doc/20271597/makalah-GUS-genitourinary-system, 20 Februari 2013
10:25 pm

Ramadan, Gilang, dkk (2011). Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Cairan dan
Elektrolit. Diakses dari: http://nonamenino.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-
gerontik-dengan.html, 20 Februari 2013 10:40 pm

Fauzie (2011). Makalah Dehidrasi. Diakses dari:


http://fauziethenurse.wordpress.com/2011/05/21/makalah-dehidrasi/, 20 Februari 2013 10:50 pm

Dira (2012). Klasifikasi Dehidrasi Versi WHO. Diakses dari: http://krida-


husada.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-dehidrasi-versi-who.html, 20 Februari 2013 11:27 am

Xaxu (2012). Adab Makan dan Minum. Diakses dari: http://www.slideshare.net/xaxu/adab-


makan-dan-minum-dalam-islam, 20 Februari 2013 11:31 am

22

Anda mungkin juga menyukai