TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM BAITUL HIKMAH KENDAL
MEMUTUSKAN
Menetapkan •
L MASTER
KESATU : Keputusan Direktur RSU Baitul Hikmah Kendal tentang Pan-Ma-Tr
Transfer Pasien sebagaimana tersebut pada lampiran Keputusan
ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini;
KEDUA : Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan Direktur yang
lama yang bertentangan dengan peraturan ini tidak berlaku;
KETIGA Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dilakukan evaluasi setiap 3 tahun;
KEEMPAT Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
DIREKTUR
RSU BAITUL HIKMAH KENDAL
N HAKIEM
NIK. 7.10.06.14
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpah rahmatNya
sehigga telah berhasil disusun buku Panduan Transfer Pasien di lingkungan RSU Baitul
Hikmah Kendal.
Buku panduan ini perlu dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proses
transfer pasien baik ke luar rumah sakit maupun antar ruang di dalam lingkungan RSU
Baitul Hikmah Kendal. Dalam buku panduan Transfer Pasien diuraikan kriteria transfer,
peralatan dan tenaga pendamping transfer serta proses dokumentasi proses transfer
pasien ke luar maupun di dalam lingkungan RSU Baitul Hikmah Kendal.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penyusunan buku Panduan Transfer Pasien di RSU Baitul Hikmah Kendal.
iv
DAFTAR ISI
A. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan / ruang tindakan lain didalam rumah sakit (internal rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (eksternal rumah
sakit).
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
BAB III
TATA LAKSANA
Transfer pasien eksternal rumah sakit yaitu transfer pasien dari RSU Baitul Hikmah
Kendal ke RS lain.
A. Pengaturan Transfer
RSU Baitul Hilmah Kendal memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter
IGD / dokter ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis
(perawat HCU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang
untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
Berikut adalah metode transfer yang ada di RSU Baitul Hikmah Kendal.
1. Layanan Antar Pasien: merupakan layanan / jasa umum, khusus untuk pasien
RSU Baitul Hikmah Kendal dengan tim transfer, dimana tim tersebut akan
mengantar pasien dari RSU Baitul Hikmah untuk dibawa ke RS lain.
2. RSU Baitul Hikmah Kendal mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan
transfer pasien.
3
1) Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang
efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan
RSU Baitul Hikmah Kendal
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, permintaan pasien dengan
alasan domisili)
1) Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan
mereka.
2) Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akantempat
tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan
untuk mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain.
10. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSU Baitul Hikmah
Kendal (DPJP/ PPJP/ dr ruangan/ dr IGD) akan menghubungi rumah sakit yang
dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut
setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer RSU Baitul Hikmah Kendal
harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit
yang dituju.
11. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSU Baitul Hikmah Kendal
dipegang oleh dokter senior / DPJP / konsultan rumah sakit yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
13. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien
yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat
kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima;
tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-
saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.
14. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi
yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat
bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah
sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses
transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan
lain di rumah sakit yang merujuk
15. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien.
4
C. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis
(extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit / rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit / rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
b. Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat.
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinue / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan Pemberian
terapi / tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang
oleh petugas transfer.
9. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.
5
jaga yang ada. Kecuali untuk transfer internal tim transfer tidak beserta dokter
pendamping karena jumlah dokter jaga yang terbatas.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter Anesthesi, dokter IGD / dokter ruangan, bertugas untuk membuat
keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama
transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dokter HCU
/ dokter Anestesi selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator.
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat
oleh DPJ HCU / DPJP / dokter ruangan)
Level 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang perawatan biasa di
unit / rumah sakit yang dituju
Level 1:
Pasien yang berisiko mengalami perburukan, pasien yang baru dipindahkan
dari HCU (berlaku untuk pasien transfer antar rawat inap)
Level 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, pasien yang
mengalami kegagalan satu sistem organ, pasien perawatan post operatif.
Level 3:
Pasien yang mengalami kegagalan multi organ dan memerlukan bantuan
hidup jangka panjang ditambah dengan kebutuhan alat bantu pernafasan.
7. Saat Dokter HCU / DPJP di RSU Baitul Hikmah Kendal tidak dapat menjamin
terlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses
transfer, pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung.
6
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.
7
3. Kompetensi SDM untuk transfer antar Rumah Sakit
Level Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Level Perawat BTCLS Ambulan, status rekam
0 medik, hasil pemeriksaan
Sopir ambulan BLS penunjang, form transfer
pasien
Level Perawat / bidan BTCLS/ENIL Peralatan level 0
1 ditambah tabung oksigen
Sopir ambulan BLS dan kanul, BSM dan tas
emergensi dan mesin
Suction
8
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)
4. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
a. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
5. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
6. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
7. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
8. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
9. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
10. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
11. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak / listrik).
12. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
13. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
14. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal / vibrasi (getaran).
15. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
16. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.
17. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selama transfer.
18. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.
9
G. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien :
Jasa Ambulan Gawat Darurat
a. Siap sedia dalam 24 jam
b. Perjalanan darat
c. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan
dan lamanya waktu yang diperlukan.
10
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
11
J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit
tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan / dokter penanggung jawab /
PPJP di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis
pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.
12
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Blangko transfer internal untuk pemindahan pasien internal rumah sakit diisi
lengkap.
2. Blangko transfer eksternal
13
DAFTAR PUSTAKA
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter-
and intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical
Care Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
14
LAMPIRAN 1
PERALATAN MINIMAL UNTUK TRANSFER PASIEN ANTAR RS
1. Manajemen jalan napas / oksigenasi 7. Senter dengan baterai cadangan
(dewasa dan anak) 8. Selang infus
a. Sistem bag-valve / jackson reese 9. Three-way
dewasa dan anak dengan reservoir 10. Kateter intravena
oksigen 11. Cairan infus (normal saline-NS,
b. Sungkup dewasa dan anak ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
c. Penghubung sistem bag-valve 12. Spuit 1,3,5,10,20,50 cc
dengan endotracheal (ETT) / 13. Oksimetri
tracheostomy tube 14. Nasogastric tube (NGT)
d. Laringoskop Miller 15. Tali penahan untuk ekstremitas
e. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan 16. Stetoskop
anak) 17. Kassa
f. Forceps Magil (dewasa dan anak) 18. Tourniquet
g. Selang ETT (4.5,5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 19. Gunting
7.0, 7.5) 20. OPA ( 4,5,6,7,8,9,10)
h. Pegangan laringoskop (dewasa dan 21. Patela Reflek
anak) 22. Plaster Rol
i. Baterai cadangan dan bola lampu 23. Cutton Bud
laringoskop 24. Lamatid/Daryantulle
j. Pelumas / gel 25. Handscoon
k. Nasal kanul (dewasa dan anak) 26. Masker Disposible
2. Kapas dan alkohol 27. Spatel
3. Brankar. 28. Pembalut Cepat
4. Pengukur tekanan darah 29. Ice Kompes
(tensimeter) 30. Elastik Bandage
5. Telepon genggam 31. Spalk
6. Stik gula darah sewaktu (GDS)
15
LAMPIRAN 2
OBAT-OBATAN MINIMAL UNTUK TRASFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT (Bila
diperlukan)
16