Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM BAITUL HIKMAH KENDAL

RSU BAITUL HIKMAH KENDAL


Jl. Raya Soekarno Hatta Km. 12 Gemuh - Kendal
Jawa Tengah
2018
RSU. BAITUL HIKMAH KENDAL
Jt. Raya Soekarno Hatta Km. 12 Gemuh Kendal Jawa Tengah
Tetp. (0294) 3690 666 Fax. (0294) 3690 688 Email : rsbaituthikmah®gmail.com
Website : www.rsbaituthikmah.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU BAITUL HIKMAH KENDAL


NOMOR : 0388/SK/DIR/RSBH/III/2018
TENTANG
MASTER1
PANDUAN TRANSFER P SIER
RSU BAITUL HIKMAH KENDAL

DIREKTUR RSU BAITUL HIKMAH KENDAL

Menimbang : a. bahwa transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu


ruangan keruang perawatan / ruang tindakan lain didalam rumah
sakit (internal rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit ke rumah sakit lain (eksternal rumah sakit);
b. bahwa agar transfer pasien di RSU Baitul Hikmah Kendal bisa
berjalan dengan baik, perlu adanya kebijakan transfer pasien,
baik internal Rumah Sakit maupun eksternal rumah sakit;
c. bahwa berdasarkan butir a dan b dipandang perlu adanya
panduan transfer pasien internal maupun pasien eksternal di
RSU Baitul Hikmah Kendal ditetapkan dengan Surat Keputusan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.269/MENKES/PER/III /2008 tentang Rekam Medis / Medical
Record;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/I1/2008 tentang Standar pelayanan Minimal
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan •
L MASTER
KESATU : Keputusan Direktur RSU Baitul Hikmah Kendal tentang Pan-Ma-Tr
Transfer Pasien sebagaimana tersebut pada lampiran Keputusan
ini yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini;
KEDUA : Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan Direktur yang
lama yang bertentangan dengan peraturan ini tidak berlaku;
KETIGA Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
dilakukan evaluasi setiap 3 tahun;
KEEMPAT Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di: Kendal


Pada tanggal : 31 Maret 2018

DIREKTUR
RSU BAITUL HIKMAH KENDAL

N HAKIEM
NIK. 7.10.06.14
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpah rahmatNya
sehigga telah berhasil disusun buku Panduan Transfer Pasien di lingkungan RSU Baitul
Hikmah Kendal.
Buku panduan ini perlu dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proses
transfer pasien baik ke luar rumah sakit maupun antar ruang di dalam lingkungan RSU
Baitul Hikmah Kendal. Dalam buku panduan Transfer Pasien diuraikan kriteria transfer,
peralatan dan tenaga pendamping transfer serta proses dokumentasi proses transfer
pasien ke luar maupun di dalam lingkungan RSU Baitul Hikmah Kendal.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penyusunan buku Panduan Transfer Pasien di RSU Baitul Hikmah Kendal.

Kendal, 31 Maret 2018


Penyusun

iv
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ....................................................................................... 1


BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................ 2
BAB III TATA LAKSANA ............................................................................. 3
A. Pengaturan Transfer ........................................................................ 3
B. Keputusan Melakukan Transfer ............................................................ 3
C. Stabilisasi sebelum transfer ................................................................ 5
D. Pendampingan Pasien Selama Transfer .................................................. 5
E. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer ............................................................................................ 7
F. Pemantuan, obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis. ............. 8
G. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis ............................. 10
H. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit ........................... 10
I. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit ................... 11
J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit ............................... 12
K. Audit dan Jaminan Mutu ................................................................... 12
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian Transfer
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan / ruang tindakan lain didalam rumah sakit (internal rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (eksternal rumah
sakit).

B. Tujuan dan alasan


Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
3. Pasien dapat ditransfer ke Rumah Sakit lain dengan alasan :
a. Membutuhkan pelayanan di tingkat yang lebih tinggi
b. Membutuhkan pelayanan spesialistik
c. Permintaan pasien
d. Arahan dari penanggung dana
e. Apabila seluruh ruang rawat penuh

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Transfer pasien didalam (internal) rumah sakit terdiri dari:


1. Transfer pasien dari IGD ke IRI, HCU, Kamar Operasi
2. Transfer pasien dari IRI ke HCU, Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari HCU ke IRI, Kamar Operasi
4. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRI, HCU

2
BAB III
TATA LAKSANA

Transfer pasien eksternal rumah sakit yaitu transfer pasien dari RSU Baitul Hikmah
Kendal ke RS lain.
A. Pengaturan Transfer
RSU Baitul Hilmah Kendal memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter
IGD / dokter ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis
(perawat HCU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang
untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
Berikut adalah metode transfer yang ada di RSU Baitul Hikmah Kendal.
1. Layanan Antar Pasien: merupakan layanan / jasa umum, khusus untuk pasien
RSU Baitul Hikmah Kendal dengan tim transfer, dimana tim tersebut akan
mengantar pasien dari RSU Baitul Hikmah untuk dibawa ke RS lain.
2. RSU Baitul Hikmah Kendal mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan
transfer pasien.

B. Keputusan Melakukan Transfer


1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian
lakukan stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan: evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah
sakit maupun ke rumah sakit rujukan / penerima.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman: edukasi
dan persiapan.
5. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya
lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
6. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten,
peralatan dan kendaraan khusus.
7. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP dan dokter ruangan / dokter IGD
8. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang
mengambil keputusan (berikut gelar), tanggal dan waktu diambilnya
keputusan, serta alasan yang mendasari.
9. Terdapat 2 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar RSU Baitul Hikmah
Kendal, yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut

3
1) Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang
efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan
RSU Baitul Hikmah Kendal
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena
ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, permintaan pasien dengan
alasan domisili)
1) Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan
mereka.
2) Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akantempat
tidur/ ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan
untuk mentransfer pasien ke unit / rumah sakit lain.
10. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer RSU Baitul Hikmah
Kendal (DPJP/ PPJP/ dr ruangan/ dr IGD) akan menghubungi rumah sakit yang
dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut
setuju untuk menerima pasien rujukan, tim transfer RSU Baitul Hikmah Kendal
harus memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit
yang dituju.
11. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RSU Baitul Hikmah Kendal
dipegang oleh dokter senior / DPJP / konsultan rumah sakit yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
mengenai perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah
persetujuan tindakan transfer.
13. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien
yang meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat
kesepakatan baik di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima;
tanggal dan waktu dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-
saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.
14. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi
yang sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat
bekerjasama dengan jasa pelayanan ambulan, protokol dan panduan rumah
sakit, serta pihak-pihak lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses
transfer berlangsung dengan aman dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan
lain di rumah sakit yang merujuk
15. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
untuk melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum
diputuskan. Hal ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan
pengerahan petugas dengan lebih efisien.

4
C. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer
yang aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis
(extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien kalau
kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia
harus sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit / rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur / pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan
dibuat hingga pasien ditransfer ke unit / rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan patensi jalan napas
b. Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat.
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinue / terus-menerus merupakan
teknik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan Pemberian
terapi / tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera / resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi
khusus, namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang
oleh petugas transfer.
9. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien (lampiran 1) untuk memastikan
bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang
terlewat.

D. Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 1 orang tenaga
medis dan paramedis sesuai dengan kualifikasi atau disesuaikan dengan dokter

5
jaga yang ada. Kecuali untuk transfer internal tim transfer tidak beserta dokter
pendamping karena jumlah dokter jaga yang terbatas.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat
beratnya penyakit / kondisi pasien).
3. Dokter Anesthesi, dokter IGD / dokter ruangan, bertugas untuk membuat
keputusan dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama
transfer berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dokter HCU
/ dokter Anestesi selama proses transfer antar-rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan
tidak membutuhkan bantuan ventilator.
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat / derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat
oleh DPJ HCU / DPJP / dokter ruangan)
 Level 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang perawatan biasa di
unit / rumah sakit yang dituju
 Level 1:
Pasien yang berisiko mengalami perburukan, pasien yang baru dipindahkan
dari HCU (berlaku untuk pasien transfer antar rawat inap)
 Level 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, pasien yang
mengalami kegagalan satu sistem organ, pasien perawatan post operatif.
 Level 3:
Pasien yang mengalami kegagalan multi organ dan memerlukan bantuan
hidup jangka panjang ditambah dengan kebutuhan alat bantu pernafasan.
7. Saat Dokter HCU / DPJP di RSU Baitul Hikmah Kendal tidak dapat menjamin
terlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses
transfer, pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan
risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit
berat / kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung.

6
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

E. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama


Transfer
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra Rumah Sakit
Level Petugas Keterampilan Peralatan Utama
pendamping yang dibutuhkan
(minimal)
Level 0 portir BLS Rekam medik pasien, hasil
pemeriksaan penunjang,
form transfer pasien

Level 1 Perawat / bidan BTCLS / ENIL Peralatan Level 0


Portir BLS ditambah Oksigen dan
kanul

Level 2 Perawat / bidan BTCLS / ENIL Peralatan level 1, oksigen


masker, Oximetri
Portir BLS
Level 3 Perawat / bidan BTCL / ENIL Peralatan level 2
ditambah alat bantu
Portir BLS pernafasan (ventilator
mobile)

2. Transfer intra RSU Baitul Hikmah Kendal


a. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;
diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
b. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
c. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
d. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
e. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus
paham akan bahaya potensial yang ada.
f. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level
pasien

7
3. Kompetensi SDM untuk transfer antar Rumah Sakit
Level Petugas keterampilan yang Peralatan Utama
pendamping dibutuhkan
(minimal)
Level Perawat BTCLS Ambulan, status rekam
0 medik, hasil pemeriksaan
Sopir ambulan BLS penunjang, form transfer
pasien
Level Perawat / bidan BTCLS/ENIL Peralatan level 0
1 ditambah tabung oksigen
Sopir ambulan BLS dan kanul, BSM dan tas
emergensi dan mesin
Suction

Level Perawat /bidan BTCLS, pengalaman Peralatan level 1 dan


2 dalam perawatan mesin defibrillator bila
intensif diperlukan
Sopir ambulan BLS

Level Dokter ATLS/ACLS Peralatan level 2 dan alat


3 Perawat/bidan BTCLS/ENIL, bantu pernafasan
pengalaman dalam (ventilator)
perawatan intensif
Sopir ambulan BLS

F. Pemantuan, obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis.


1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus
sebaik pelayanan di RSU Baitul Hikmah / RS tujuan.
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG kontinyu
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output

8
h. Pemantauan end-tidal carbon dioxide pada pasien dengan ventilator
i. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
j. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah
terjadinya hipotermia atau hipertermia)
4. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
a. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
5. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
6. Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
7. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
8. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di
ambulans.
9. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama
transfer.
10. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
11. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak / listrik).
12. Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
13. Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri,
pengukuran tekanan darah (non-invasif), kapnografi, dan temperatur.
14. Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan
cepat menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan
ekternal / vibrasi (getaran).
15. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
16. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi /
obat-obatan.
17. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana
yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selama transfer.
18. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di
lembar pemantauan.

9
G. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis
1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen
penting seperti di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Jarak tempuh
2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien :
Jasa Ambulan Gawat Darurat
a. Siap sedia dalam 24 jam
b. Perjalanan darat
c. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan
dan lamanya waktu yang diperlukan.

H. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit


1. Gunakan mobil ambulan RSU Baitul Hikmah Kendal / AGD 119, Mobil dilengkapi
soket listrik 12 V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk
mentransfer pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di Ambulan
a. Suplai oksigen
b. Jarum suntik
c. Suction
d. Baterai cadangan
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi
pasien
4. Tim transfer / SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulan yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk
pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi
segera, berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang
diperlukan.

10
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

I. Dokumentasi dan Penyerahan pasien transfer antar rumah sakit


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer,
dan harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung.
2. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi
yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.
3. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum mentransfer pasien.
4. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara
tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan
perawat) yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien
selanjutnya.
5. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan
6. penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.
7. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus
dideskripsikan dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
8. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebastugaskan dari kewajiban
merawat pasien
9. Perlu penyediaan pakaian, sejumlah peralatan yang dapat dibawa, dan
sejumlah uang untuk memfasilitasi mekanisme perjalanan kembali tim
transfer.

11
J. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit
tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien
sebelum dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan / dokter penanggung jawab /
PPJP di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis
pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat
senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai
dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan
penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan
tanggung jawab kepada perawat yang menggantikan.
b. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien
kepada rumah sakit tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan
mengenai penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update
perkembangannya.

K. Audit dan Jaminan Mutu


1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.
2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. RSU Baitul Hikmah Kendal bertanggungjawab untuk menjaga berlangsungnya
proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan menggunakan
protokol standar RSU Baitul Hikmah Kendal.
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh RSU Baitul Hikmah Kendal.

12
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Blangko transfer internal untuk pemindahan pasien internal rumah sakit diisi
lengkap.
2. Blangko transfer eksternal

13
DAFTAR PUSTAKA

Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2009). AAGBI safety


guideline: interhospital transfer. London.

Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.

Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter-
and intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical
Care Medicine.Crit Care Med. 2004;1:256-62.

North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS

14
LAMPIRAN 1
PERALATAN MINIMAL UNTUK TRANSFER PASIEN ANTAR RS
1. Manajemen jalan napas / oksigenasi 7. Senter dengan baterai cadangan
(dewasa dan anak) 8. Selang infus
a. Sistem bag-valve / jackson reese 9. Three-way
dewasa dan anak dengan reservoir 10. Kateter intravena
oksigen 11. Cairan infus (normal saline-NS,
b. Sungkup dewasa dan anak ringer laktat-RL, dekstrosa 5%)
c. Penghubung sistem bag-valve 12. Spuit 1,3,5,10,20,50 cc
dengan endotracheal (ETT) / 13. Oksimetri
tracheostomy tube 14. Nasogastric tube (NGT)
d. Laringoskop Miller 15. Tali penahan untuk ekstremitas
e. Stilet / mandrin ETT (dewasa dan 16. Stetoskop
anak) 17. Kassa
f. Forceps Magil (dewasa dan anak) 18. Tourniquet
g. Selang ETT (4.5,5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 19. Gunting
7.0, 7.5) 20. OPA ( 4,5,6,7,8,9,10)
h. Pegangan laringoskop (dewasa dan 21. Patela Reflek
anak) 22. Plaster Rol
i. Baterai cadangan dan bola lampu 23. Cutton Bud
laringoskop 24. Lamatid/Daryantulle
j. Pelumas / gel 25. Handscoon
k. Nasal kanul (dewasa dan anak) 26. Masker Disposible
2. Kapas dan alkohol 27. Spatel
3. Brankar. 28. Pembalut Cepat
4. Pengukur tekanan darah 29. Ice Kompes
(tensimeter) 30. Elastik Bandage
5. Telepon genggam 31. Spalk
6. Stik gula darah sewaktu (GDS)

15
LAMPIRAN 2
OBAT-OBATAN MINIMAL UNTUK TRASFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT (Bila
diperlukan)

NO NAMA OBAT JUMLAH NO AHP JUMLAH


1 Aminophyllin 2 1 D5% OGB 500 ml 2
2 Asam Tranexamat 2 2 NaCl OGB 500 ml 2
3 Eprineprin 2 3 RL OGB 500 ml 2
4 Dexamethason 2 4 Alkohol Swab 2
5 Dextrose 40% 2 5 Hepafix 5x5 cm 1
6 Diazepam 2 6 Infus mikro 1
7 Difenhidramine 2 7 Infus Makro 1
IV kateter No 20, 22,
8 Furosemid 2 8 24 @1
Masker O2 Anak,
9 Lidocain 2 9 Dewasa @1
Magnesium Sulfat Masker O2 HI Anak,
10 20% 2 10 Dewasa @1
Nasal O2 Bayi, anak,
11 Oxytocin 2 11 dewasa @1
12 Phenitoin 2 12 Spuit 3 ml 1
13 Lidocain 2 13 Spuit 5 ml 1
14 Sulfas Atropin 2 14 Spuit 10 ml 1
15 2 15 Spuit 20 ml 1
16 2 16 Spuit 50 ml 1

16

Anda mungkin juga menyukai