Anda di halaman 1dari 4

....

Hadirin jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhana Wa Taala, pada awalnya dia
bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. "lam yakun syai-an madzkuuran", tidak pernah
disebut, tidak pernah dikenang karena dia memang bukan apa-apa dan bukan siapa-
siapa. Dia hanyalah sebongkah tanah yang hitam, warnanya hitam. Baunya busuk,
kotor, diinjak tapak kaki. Lalu kemudian Allah memuliakan dia "Wanafahtu fihi min ruhi",
aku tiupkan ruh kedalam tanah itu lalu tanah yang hina itupun menjadi mulia, malaikat
bersujud kepadanya. Tetapi setelah malaikat bersujud kepadanya dia angkuh dan
sombong. Anak keturunannya diciptakan dari saripati tanah, "mim ma-im mahin", air
yang hina.
Kemudian ketika ia lahir keatas dunia, ia mulai memiliki akal, mulai dititipkan harta.
Padahal dulu ketika dilahirkan ke dunia "akhrojakum mimbuthuuni ummahaatikum",
kamu keluar dari perut ibu kamu, "laa ta'lamuuna syaian" kamu tak tau apa-apa,
jangankan membawa apa-apa, kamu tidak membawa apa-apa. Saat lapar kau
menangis, saat mengantuk kau menangis, saat kencing kau menangis, kau perlu orang
lain. Kemudian kau lupa jati dirimu. Sungguh benar kata pepatah arab yang celaka
bukan orang miskin, bukan orang susah, yang celaka adalah orang yang tidak tau jati
dirinya. Dia mulai angkuh dan sombong, padahal nabi berkata "Laa yadkhulul
jannata" tidak masuk surga "man kaana fi qalbihi" siapa yang ada dalam
hatinya "mitsqalu habbatin min khardalin min kibrin" ada sombong sebesar biji sawi.
Tapi dia terus dengan kesombongannya. Bahkan lebih parah lagi sampai dia berkata
"aku tidak pernah shalat, aku tidak pernah puasa, aku tidak pernah berzakat, kenapa
rezekiku lancar, kenapa anakku sehat, kenapa umurku panjang dan kekuasaanku
hebat. Angkuh, sombong. Mereka merasa sudah menipu Allah. Padahal Allah sedang
mempermainkan mereka dalam tipu daya bernama istidroj. "Sanastadrijuhum min haitsu
la ya'lamun" kami ulur mereka dengan istidroj "wa umli lahum" Aku ulur umur
panjang, aku beri kekuasaan yang tinggi, aku beri harta yang banyak, aku beri anak istri
hidup yang senang. Tapi sebenarnya itu adalah laknat bersampul rahmat.
Dia shalat, tapi kenapa dia sakit. Dia puasa tapi kenapa rezekinya tidak lancar? Kalau
begitu Tuhan sedang lupa? TIDAK! Allah tidak pernah lupa "Ya'lamu ma baina
aidihim", Dia tau apa yang ada didepan, "wa ma khalfahum" apa yang ada di
belakang."wa la yukhithuna bi syai-in min 'lmihi illa bi ma syaa", tidak ada satupun
yang punya pengetahuan kecuali pemberian Allah Subhana Wa Taala. Kenapa
Allah biarkan mereka dalam keadaan sakit, sebenarnya dibalik sakit itu ada ampunan.
Ada orang yang sakit, gundah gulana, susah hatinya, risau, bahkan duri yang menusuk
tapak kakinya; Allah sedang ingin menghapuskan darinya dosa-dosanya. Sebaiknya
engkau berfikir khusnuzon kepada Allah "Ana 'inda zhanni 'abdi bi", aku menurut apa
prasangka hambaku.
Bila aku sakit aku berprasangka baik kepadaNya. Allah akan memberikan ampunan.
Adakalanya sakit, adakalanya susah, adakalanya duri yang menusuk tapak kaki karena
Allah hanya ingin mengangkat derajat. Ada pahala yang lebih besar daripada shalat,
ada pahala yang lebih besar daripada haji dan umroh, ada pahala yang lebih besar
daripada jihad fisabilillah "Innama yuwaffashobiruna ajrohum bigoiri hisab", orang yang
sabar diberikan Allah balasan yang tak dapat dihitung, tak dapat dikira.
Seorang hamba yang merugi ini merasa Tuhan sedang lupa, maka ia terus dalam
kesesatannya, terus dalam kesombongannya, terus dalam kejahilannya. Allah terus
mengulur rezeki, diulur kuasa, diulur sehat, seperti layang-layang yang semakin diulur
semakin tinggi sehingga tersangkut dipokok yang sangat tinggi sehingga tak ada
satupun yang dapat menyelamatkannya. Sampai suatu ketika Allah mengazabnya.
Inilah orang yang terlaknat diantara mahluk-mahluk yang di laknat Allah Subhana Wa
Taala.
Oleh sebab itu, ketika kita masih terjatuh ingatlah sesungguhnya kerikil kecil itu hanya
mengingatkan kita bahwa ada lubang-lubang besar didepan mata. Ketika kita terpeleset
karena kulit pisang, ingatlah sesungguhnya Allah masih sayang kepada kita karena ada
bencana, musibah, mengajarkan kita untuk waspada. Tetapi jika tidak ada teguran sama
sekali, sesungguhnya murka Allah sedang didepan mata. Malang tak dapat ditolak
untung tak dapat diraih. Andai masih ada yang mengingatkan "watawa saubil haq".
Bagaimana mungkin dia diingatkan sedangkan khutbah jumat tidak dia dengar,
bagaimana mungkin dia diingatkan sedangkan ceramah pengajian tidak mau datang.
Inilah hamba yang tersesat diantara yang sesat. Sampai pada akhirnya usia bertambah
"idzaa jaa-a ajaluhum" kalau ajal itu sampai, "laa yasta'khiruuna saa'atan", tidak ada
satupun yang dapat menundanya, "walaa yastaqdimuuna", tidak ada satupun yang
dapat memajukannya, mempercepat atau memperlambat.
Akhirnya yang ditunggu itu tiba juga "Sakratul Maut". Setiap manusia yang berdoa
kepada Allah "Allahumma Hawwin 'Alaina Fi Sakaratil Maut", ringankan aku saat
sakratul maut Ya Allah. Nabi berjumpa dengan orang saat Isra Mi'raj. Ada yang
mengaku [sakratul maut] seperti tebasan pedang ditempat yang sama beratus kali, ada
yang mengaku seperti kambing yang dikuliti hidup-hidup, ada seperti mata kail yang
dicabut dari kulit yang basah. Tapi dia tidak peduli dengan itu sampai dia sendiri yang
merasakan bagaimana meregang nyawa. Tersa sejuk dari ujung kaki, naik ke lutut
sampai ke pinggang, sampai ke perut, sampai ke dada. Akhirnya ruh itu di sentakkan
malaikat dengan satu tarikan. Keluarlah ia dan mata melihat ruh itu keluar. Dulu kakimu
tegap melangkah, tanganmu bisa mengayun, suara menggelegar tapi sampai masanya
untuk menutup kelopok matapun kau tak sanggup. "Hei kau yang sombong, dimana
kekuasaanmu? dimana hartamu? dimana ilmu? dimana titelmu yang panjang? dimana
sekolah yang hebat?" Hari itu pengharggan tak lagi bermakna, sertifikat tak lagi
berguna. Hari itu yang berguna adalah: anakmu datang berbisik ke telinga sebelah
kanan "Lailahailallah". Tapi anak itu tak pernah datang karena tidak dididik agama, dia
sibuk dengan dunia, kawan, sahabat, handaitolan, jiran/tetangga, berkirim pesan,
"kembalilah nak, ayahmu sedang sakit", "maaf sedang ada tugas". Ini kemalangan di
atas kemalangan. Hari itu kau mati dalam keadaan suul khotimah karena tidak ada
satupun yang membisikkan ke telingamu "Lailahailallah". Karena dulu saat anakmu
lahirpun tidak kau bisikkan ke telinga di "Ashhadualaila hailallah".
Sampai akhirnya ruh mu dicabut malaikat maut lalu dibawa ke tempat bernama, yang
baik-baik tempatnya Illiyyin, yang jahat-jahat tempatnya Sijjin. Belum lagi hari kiamat,
masih lagi alam barzakh. Disebut barzakh karena dia pemisah, tidak disebut akhirat
karena dunia belum kiamat, tidak disebut dunia karena sudah mati meninggalkan dunia.
Pemisah antara dunia dan akhirat adalah barzakh. Di alam sepi senyap dan sejuk, tapi
bagimu amat sangat panas.
‫ع ِشيًّا‬ ُ ‫علَ ْي َها‬
َ ‫غد ًُّوا َو‬ ُ َّ‫الن‬
َ َ‫ار يُ ْع َرضُون‬
Hari itu api neraka ditampakkan pagi dan petang. Malaikat munkar dan nakir datang
membawa palu godam yang besar. Dipukulkan ke kepalamu, saat itu juga hancur
berkeping berderai, utuh kembali sempurna, begitulah sampai hari kiamat tiba. Berapa
lamanya? Andai kau mati tahun 2018, maka sampai kiamat itulah penderitaan. Itulah
setiap kita lewat makam kita berkata "Assalaamu 'alaikum ahladdiyaari minal mu'miniina
wal muslimiina wainnaa insyaa Allaahu bikum laahiquuna nas'alullaaha lanaa walakumul
'aafiyah". Untuk apa mengucapkan salam untuk orang mati, dia sudah mati.
Asslamualaikum kepada orang Islam, assalamualaikum kepada orang beriman, untuk
apa diucapkan salam kepada orang mati? Selamat engkau dari azab kubur. Sebelum
salam (shalat) jangan lupa mengucapkan empat permintaan :

ِ ‫ت َوش َِر ْال َمس‬


‫ِيح ال َّدجَّا ِل‬ ِ ‫ار َوفِتْنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬ َ ‫ب ْالقَب ِْر َو‬
ِ ‫عذَا‬
ِ َّ‫ب الن‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِنِى أَعُوذُ بِكَ مِ ْن‬
ِ ‫عذَا‬
“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal
mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal [Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-
Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan
Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim no. 588)
Satu dari permintaan sebelum salam adalah jauhkan aku dari azab kubur. Tapi orang ini
tidak selamat dari azab kubur karena mulutnya tidak pernah meminta selamat dari aza
kubur, bahkan percayapun dia tidak. "mana itu azab kubur, mana dia, kalau ada
malaikat itu mana dia," Sekarang mata kau melihat dan merasakan bagaimana sakitnya.
Sampai anjing mendengar teriakanmu, ayam berkotek keras mendengar azabmu,
sampai keledai bersuara keras tidak tahan mendengar azab yang diberikan Allah
Subhana Wa Taala. Apa hendak di kata, penyesalan tak lagi bermakna. Andai yang
sudah mati ini dihidupkan lagi, apa yang akan dilakukan?
َّ َ ‫ب فَأ‬
َ‫صدَّق‬ ٍ ‫ب لَ ْو ََل أ َ َّخ ْرتَنِي ِإلَى أ َ َج ٍل قَ ِري‬
ِ ‫َر‬
“Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi,
maka aku dapat bersedekah…” {QS. Al Munafiqun: 10}
Oleh sebab itu yang sehat bersyukurlah, hari ini masih dapat datang ke mesjid. Berapa
banyak diluar sana orang-orang yang sehat walafiat tetapi tidak ada sedikitpun hatinya
terbuka. Ada pula yang dalam keadaan hatinya terbuka tapi menangis di rumah sakit
mendengar sayup-sayup masuk kedinding kamar suara azan "Hayya alasholah". Kalau
pernah kau ajarkan anakmu bagaimana bertayamum nanti dia akan mengajarkanmu
bertayamum saat sakit.
Sampai akhirnya langit terbelah, planet bertabrakan seperti untaian tasbih yang putus
tali jatuh bertebaran diatas lantai. Begitulah planet, bumi dan matahari hancur
berkeping. Hancur semuanya. Semua yang dikubur dibangkitkan. Manusia itu tidur,
yang kaya tidur, yang miskin tidur, yang berkuasa tidur, rakyat jelata tidur, yang alim
tidur. Ada satu yang terjaga, siapa dia? Orang yang kenal akan kemana dia kembali.
Ketika mereka dibangunkan mereka sadar ternyata harta yang banyak seperti mimpi di
siang bolong, kekuasaan yang tinggi hanyalah fatamorgana.
‫ما أكلت فأفنيت‬
yang kau makan sudah busuk,
‫أو لبست فأبليت‬
yang kau pakai sudah lapuk,
‫أو تصدقت فأمضيت‬
kalau kau pernah bersedekah dulu, itulah yang kau bawa menghadap Allah.
Kalau sempat dengan kekuasaanmu itu kau membangun mesjid "siapa yang
membangun mesjid, dibuatkan Allah satu istana untuknya di surga".
Kalaulah sempat dengan kekayaan, kekuasaan itu menyantuni anak yatim dan fakir
miskin "Aku dan orang yang menyantuni anak yatim seperti ujung telunjuk dan jari
tengah (dekat) dalam surga".
Siapa yang melepaskan kesulitan orang susah, Allah memberikan kemudahan
baginya dihari kiamat.
Apa mau dikata, mesjid tak sempat terbina, sekolah anak yatim tak pernah dibantu,
pada akhirnya harta yang tinggal itu di ambil seperti mengeroyok makanan di atas meja
makan, tak bersisa, hanya meninggalkan sampah. Dimana anak yang dulu
menghabiskan biaya begitu besar, dimana istri yang dulu dibelikan gelang emas besar,
kemana mereka?
Yauma yafirrul mar-u min akhi ih
Pada hari itu seseorang lari dari saudaranya.

Wa ummihii wa abiih
Dan (dari) ibu bapaknya.

Wa shaahibatihii wa baniih
Dan (dari) isteri dan anaknya.
Begitulah kau akan datang sendirian.
Pada hari itu tidak ada yang dapat menolong. Siapa yang dapat menolong?
Kalau ada mulutmu membaca Al Qur'an "siapa yang membaca Yasin pada suatu
malam, dosa-dosanya diampuni" maka baca Al Qur'an. Qur'an akan datang menolong
pada hari kiamat pada orang yang membacanya. Sesibuk apapun sempatkan membaca
Qur'an.
Kalau sempat kau usap kepala anak yatim, kalau sempat bersedekah ke mesjid,
itulah yang akan menolong dihadapan Allah Subhana Wa Taala. Lain daripada itu hilang
tak bermakna.
Kau datang menghadap Allah dengan pahala yang banyak, tetapi kau sudah menzalimi
orang, memakan gaji supirmu, pegawaimu, ini akan dituntut di hadapan Allah Subhana
Wa Taala.
Kau ingin hidup, silahkan hidup sesuka hatimu. Tetapi ingat, kau akan jadi mayat. Kau
akan jadi bangkai, kau akan mati, setumpuk daging busuk yang akan dimakan cacing
tanah. Saat azab sudah menggelora di depan mata saat itulah kau baru berkata:
"Robbana absorna wa sami'na farji'na na'mal solihan inna mu qinun"
Ya Allah, kami telah melihat, kami telah mendengar, maka kembalikan kami (ke dunia),
kami akan mengerjakan amal sholeh, sesungguhnya kami adalah orang yang yakin.
Barakallahuli walaku

Anda mungkin juga menyukai