A. Terapi suportif
Menjaga jalan nafas dan kosongkan isi lambung dengan menggunakan pipa nasogastrik
untuk mencegah aspirasi pulmonal.
Monitoring jantung untuk memantau gelombang T bila terdapat hiper atau hipokalemia
Berikan oksigen pada pasien dengan gangguan sirkulasi atau syok
Berikan antibiotic pada pasien yang demam setelah sebelumnya dilakukan kultur darah
Pemasangan kateter dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran
B. Fase Akut
1. Resusitasi cairan
Tentukan derajat dehidrasi dan deficit cairan dalam 48 jam
Bila ditemukan renjatan
Berikan cairan (Nacl 0,9 % atau RL) 20 ml/Kg/jam, dapat diulang sampai renjatan
teratasi
Bila tidak ditemukan renjatan/ setelah renjatan teratasi, lakukan resusitasi cairan
untuk mengatasi dehidrasi. Cairan yang akan diberikan diperhitungkan untuk 48 jam
Jumlah cairan yang diberikan terdiri dari:
Cairan rehidrasi. Tentukan cairan yang dibutuhkan untuk rehidrasi berdasarkan
Tabel 1. Perhitungan cairan ini untuk 24 jam
Ringan Sedang Berat
Bayi 5% 10 % 15 %
50 ml/Kg/jam 100 ml/Kg/jam 150 ml/Kg/jam
Anak 3% 6% 9%
30 ml/Kg/jam 60 ml/Kg/jam 90 ml/Kg/jam
2. Pemberian insulin
Berikan regular insulin 0, 05 U – 0,1 U/Kg/jam secara intravena dan diberikan secara
terpisah dengan iv line untuk resusitasi cairan , dimulai setelah 1 -2 jam pemberian cairan
Cara pengencerannya : 50 U Insulin dimasukkan dalam 500 ml NS 0,9 % atau 10 U
insulin dalam 100 mo NS 0.9 % sehingga 1 ml = 0,01 U
Kadar gula darah tidak boleh turun > 100 mg/dL per jam
Dosis insulin harus dipertahankan 0,05 – 0,1 U/Kg sampai KAD teratasi (PH > 7,30,
HCO3 > 15 mmol/L
Apabila kadar gula darah telah mencapai 250 – 300 mg/dL hendaknya cairan resusitasi
ditambahkan dekstrose 5% dalam perbandingan 1:1 dengan cairan NaCL 0,9 %. Bila
perlu digunakan dextrose 10 % atau 12,5 % untuk mencegah hipoglikemia selama
penggunaan infuse insulin ( the two bag system)
Pertahankan kadar gula darah 200 – 250 mg/dL selama pemberian insulin intravena
4. Pemantauan
Awasi tanda – tanda vital
Pemantauan gula darah kapiler setiap jam, dan harus di cross cek dengan gula darah vena
pada 4 jam pertama dan selanjutnya setiap 4 jam
Periksa Na, K, Cl, Ca, Mg, Ph, ureum, Ht, gula darah, AGD, setiap 2 - 4 jam
Urin keton atau β-hidroksibutirat bila tersedia, setiap 2 jam
Waspadai terjadinya edema serebri pada jam jam pertama resusitasi dengan gejala
penurunan kesadaran, deselerasi detak jantung < 20 x/menit yang tidak membaik dengan
perbaiakan volume, muntah, sakit kepala, letaragi, TD diastolic < 90 mmHg.
Bila terjadi edema serebri, turunkan kecepatan cairan menjadi sepertiganya dan berikan
manitol 0,5 – 1 g/kgBB selama 20 menit, diulangi bila tidak ada perbaikan dalam 20
menit – 2 jam, salin hipotonik (3%) 5 – 10 ml/kgBB selama 3 menit bila manitol tidak
ada, elevasi kepala, bila memungkinkan CT scan kepala untuk mencari penyebab
lainnnya.
Cari faktor pencetus KAD (misalnya infeksi, noncompliance)
C. Fase pemulihan
Pasien dicoba minum bila klinis baik, sadar, tidak muntah, metabolic stabil (GDS <250
mg/dL, pH > 7,30, dan HCO3 > 15 mmol/L).
Pemberian insulin IV dapat digantikan dengan SC apabila:
Nyeri perut (-)
Kussmaull (-)
HCO3 > 15mEq/L
Toleransi intake oral baik
Untuk mencegah rebound hyperglycemia, injeksi SC harus diberikan 15 – 30 menit
(insulin kerja cepat) atau 1 – 2 jam (insulin regular) sebelum dihentikan insulin IV ,
dan dipertahan kan sampai 90 menit setelah insulin SC diberikan