Anda di halaman 1dari 17

MIKROBIOLOGI PANGAN

“PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN KIMIA


TERHADAP PERUMBUHAN MIKROORGANISME”

DISUSUN OLEH

[KELOMPOK II]
1. DITA FARHAH NABILAH
2. JONATHAN IMANUEL DEVERGIA
3. MERI GRISINTA
4. SOVIA LISDAYANTI PUTRI

DIII GIZI REG’XVIII


POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan, beberapa di antaranya
bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam tubuh
manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam
kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi
penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah.
Mikroba dapat disingkirkan, dihambat dengan atau dibunuh menggunakan bahan kimia.
Selain bahan kimia, pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh faktor-faktor lain yaitu oleh
sinar matahari, logam, suhu dll. Berbagai jenis bahan kimia yang dibuat secara sintetik telah
banyak dimanfaatkan orang untuk menyembuhkan luka dan telah diuji khasiatnya, zat yang
demikian disebut dengan zat antiseptik.
Zat antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya. Zat disenfektan adalah
suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
benda mati seperti meja, lantai, dan pisau bedah. Faktor yang mempengaruhi aktifitas
antimikroba invitro antara lain adalah PH lingkungan, komponen–komponen medium,
takaran inokolum, lamanya inkubasi dan aktifitas metabolisme organisme.
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk
alam yang berpotensi sebagai bahan antibakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Metode
uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk
alam yang berpotensi sebagai bahan antibakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji
sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.

2
B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat membedakan pengaruh berbagai bahan kimia terhadap daya
hambat pertumbuhan mikroorganisme.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antimikrobia
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh
dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini
terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah
satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba. Anti mikroba adalah senyawa
yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh
bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-
bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan
mikroorganisme hidup.
Salah satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan menggunakan
mikroba lain yang mempunyai sifat antagonis (antimikroba) sebagai pengganggu atau
penghambat metabolisme mikroba lainnya. Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan
antimikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba
yang dihasilkan oleh mikroba pada umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak
digunakan untuk proses pertumbuhan, tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan
mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lainlain.Senyawa
antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai antibakteri atau antifungi. Mikroba yang
memiliki Mikroba yang memiliki kemampuan antimikroba dan menghasilkan senyawa
antimikroba adalah bakteri, aktinomycetes, dan kapang Aktinomycetes dan kelompok
bakteri, seperti kelompok bakteri asam laktat dan bakteri Gram positif telah banyak diteliti
dan dikenal sebagai sumber berbagai senyawa antimikroba. Kapang tanah yang
mempunyai aktivitas antimikroba adalah genus Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces,
Trichoderma, dan Fusarium. Formalin merupakan senyawa kimia yang sering digunakan
sebagai bahan pengawet. Sebagai bahan pengawet zat ini mampu menghambat
pertumbuhan bakteri pembusuk. Oleh karena itulah larutan ini mampu mengahambat
pertumbuhan bakteri uji dan bahkan zona bening yang dihasilkannya paling besar.
Menurut Olson (1999) dalam Fithratyrrah (2005) formalin dapat digunakan untuk
mensterilkan peralatan kedokteran, desinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan
pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran. Bahan ini juga
efektif sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya serta digunakan untuk mengawetkan

4
spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.
B. Jenis-Jenis Antimikroba
Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan
yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para
peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun
berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin kapsul,
Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul.
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu
antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat.
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya tetracycline, erytromycin,
dan streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas.
C. Metode Uji
Umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan
sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri. Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik
tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri.

5
Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif karena
permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram negatif. Jadi suatu
antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika
pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambatoleh
antibiotik tersebut.
D. Mekanisme Kerja Antimikroba
Mekanisme obat dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
bervariasi dan kompleks. Tahap-tahap atau perubahan secara simultan sering terjadi dan
membuatnya sulit untuk merubah efek primer dari efek sekundernya. Umumnya semua
efek bahan kimia yang dapat diamati pada bakteri, menyebabkan perubahan pada
komponen makromolekulnya. Beberapa perubahan ini merusak membran sel, membuat
inaktif protein secara irreversibel, dan menyebabkan kerusakan asam nukleat. Bahan yang
merusak membran sel, keutuhan struktur membran bergantung pada protein dan lipid yang
menyusunnya. Larutan organik dan deterjen merusak struktur tersebut, menyebabkan
gangguan fungsi pada membran yang normal. Pengaruhnya yang lain adalah melepaskan
metabolit kecil dari sel dan mengganggu transpor aktif dan metabolisme energi.
Disinfektan Aktif-permukaan Senyawa yang merubah hubungan timbal-balik energi
pada ruang-antara (interfaces), mengurangi permukaaan atau tekanan ruang-antara, oleh
karena itu senyawa tersebut dinamakan bahan aktif-permukaan. Bahan aktif-permukaan
merupakan senyawa yang memiliki grup hidrofilik dan hidrofobik. Ruang-antara antara
membran yang mengandung-lipid pada sel bakteri dan medium berair sekelilingnya,
tersedia sebagai target yang rentan terhadap tipe bahan seperti ini. Bagian molekul
hidrofobik, bersifat larut dalam-lemak, hidrokarbon ratai-panjang, sedangkan bagian
hidrofilik yang dapat terionisasi atau suatu nonionik tetapi merupakan struktur yang sangat
polar, yang termasuk bahan aktif-permukaan ialah kationik, anionik, nonionik, dan
senyawa amfoterik
E. Bawang Putih Sebagai Antimikroba
Zat antibakteri sangat banyak jenisnya, dapat berasal dari alam atau bisa dibuat oleh
manusia. Yang paling banyak didapatkan adalah yang berasal dari alam. Salah satu
tanaman yang mengandung zat anti bakteri adalah bawang putih (Allium sativum).
Bawang putih merupakan salah satu bahan alami yang bersifat menghambat bakteri.
Bawang putih memiliki banyak manfaat antara lain anti bakteri (membunuh bakteri E.
coli, P. mirabilis, S. thypii,V. cholerae), anti jamur (menghambat pertumbuhan Candida

6
albicans, Microsporum, Cryptococus neoformans. Bawang putih mampu membunuh
mikroba penyebab tuberkulose, dipteri, typhoid, disentri dan gonorhoe. Selain itu bawang
putih dapat menyembuhkan berbagai penyakit antara lain hipertensi, sakit kepala, flu,
disentri, batuk, bisul yang baru tumbuh, luka akibat terkena benda tajam berkarat,
cacingan, nyeri haid, migraine, perut kembung, cholera, maag, asma, masuk angin,
ambeien, lemah syahwat, digigit serangga beracun dan mempunyai kemampuan
menurunkan kadar kolesterol. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat
antibakteri dan antiseptik.
Bawang putih menghasilkan bau khas yang tidak sedap. Jenis senyawa yang
menentukan bau khas bawang putih yaitu allisin yang mempunyai daya antibakteri yang
kuat. Bawang putih dapat beraksi sebagai antibakteri dan antiviral karena bawang putih
mengandung ekstrak sulphur yang memberi nilai lebih dalam kesehatan. Adapun
kandungan zat dalam bawang putih adalah: protein 49%, minyak yang mengandung
karbohidrat 25%, lemak 22%, garam 47%, dan air 6%. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak bawang putih maka aktivitas antibakterinyaakan semakin tinggi. Salah satu bahan
kimia yang terkandung dalamekstrak bawang putih yang mempunyai khasiat sebagai
antibakteri adalah Allicin. Allicin dapat dihasilkan melalui prosesekstraksi dengan
mengiris dan menghaluskan umbi bawang putih, proses tersebut menyebabkan
enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis aliin menghasilkan intermediet asam allil
sulfenat, kondensasi asam tersebut menghasilkan allicin.
F. Efektifitas Bawang Putih sebagai Antimikroba
Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan
jumlah bakteri sudah banyak dilakukan oleh peneliti seperti, penelitian yang menyatakan
bahwa ekstrak bawang putih yang dilarutkan dalam air bersifat antibakteri terhadap bakteri
gram positif dan gram negatif. Bawang putih dapat menghambat pertumbuhan koloni
bakteri patogen Salmonella typhimurium. Bawang putih mampu melawan infeksi oleh
bakteri, virus, dan mikroorganisme yang lain, hal ini karena bawang putih memilki atau
mengandung zat aktif yaitu : ajene, allicin, allyl, methyl thiosulfinate, yang berfungsi
sebagai antibakteri.

7
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat B. Bahan
Cawan petri steril Nutrient Agar (NA)
Lampu bunsen Air parit
Jarum ose Larutan formalin 1%
Pinset Larutan alcohol 70%
Pipet steril Jahe 70%
Autoklaf Bawang putih 70%
Kertas saring
Aquadest steril

C. Prosedur Kerja
Metode kertas saring (Paper Disk Assay method)
1. Panaskan Nutrient Agar di atas hotplate jika dalam keadaan membeku, dinginkan
sampai suhu sekitar 40oC.
2. Teteskan air parit sebanyak 1 mL ke dalam cawan petri.
3. Tuangkan Nutrient Agar secara aseptis ke dalam cawan petri yang sudah di sterilkan,
ratakan dengan membentuk angka 8 dan biarkan membeku.
4. Sterilkan pinset dan ambil satu kertas saring secara aseptis dan celupkan ke dalam
larutan (Jahe 70%, Bawang Putih 70%, Alkohol 70% dan Formalin 1%) dan
letakkan pada cawan petri yang sama dengan jarak tertentu.
5. Inkubasi pada suhu 30-32 oC selama 24-48 jam.
6. Amati pertumbuhan yang terjadi dan ukur diameter daerah bening yang timbul.
D. Diagram Alir

Panaskan larutan NA jika membeku,


dinginkan sampai suhu 40oC

Air parit 1 mL
Masukkan kedalam cawan petri

Nutrient Agar gerakkan secara merata membentuk angka 8, biarkan membeku

8
Masukkan kedalam cawan petri
Sterilkan pinset, kertas saring. Celupkan pada masing-masing bahan lalu
tempelkan ke dalam cawan petri dengan jarak tertentu

Inkubasi selama 24-48 jam

Amati pertumbuhan yang terjadi dan ukur diameter


daerah bening yang timbul

E. Fungsi bahan & Perlakuan

Nama Bahan Fungsi Perlakuan


Air Parit Sebagai bakteri indikator Di tuangkan kedalam cawan
yang diambil petri
Jahe 70%, Bawang Putih Sebagai anti mikroba Kertas saring steril, celupkan
70%, Formalin 1% dan pada masing-masing bahan lalu
Alkohol 70% tempelkan ke dalam cawan petri
dengan jarak tertentu
Kertas saring steril diameter Sebagai wadah anti Ambil satu kertas saring secara
1 cm mikroba aseptis dan celupkan kedalam
lautan bahan
Aquadest steril Sebagai pelarut / Di tambahkan dalam bahan Jahe
pengencer sampel. 70% dan Bawang Putih 70%
Media Nutrient Agar (NA) Sebagai media untuk Di tuangkan kedalam cawan
pertumbuhan bakteri petri dan biarkan mengeras

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Sebelum di inkubasi Setelah di inkubasi selama 48 jam

B. Pembahasan
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan antimikroba terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih
di sekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif.
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode
untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas
bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang
berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas
bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap
zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas

10
antibakteri.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan medium NA (Nutrien Agar)
karena medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri, metode yang digunakan
adalah metode kertas saring steril berdiamter 1 cm. Pada percobaan yang dilakukan
teteskan 1 mL Air Parit, lalu menuangkan NA secara aseptis ke dalam cawan yang
berisi Air Parit ratakan dan biarkan membeku. Kemudian sterilkan pinset dan ambil
satu kertas saring secara aseptis ke dalam larutan bahan (Jahe 70%, Bawang Putih 70%,
Alkohol 70% dan Formalin 1%) dan letakkan pada cawan petri yang sama dengan jarak
tertentu. Inkubasi pada suhu 30-32 oC selama 24-28 jam. Amati perubahan yang terjadi
dan ukur diameter daerah bening yang timbul.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 24 jam,
diperoleh hasil zona bening atau zona hambat yang di dapatkan dari tumbukan Jahe
70% dan Aquades Steril, Bawang Putih 70% dan Aquades Steril, Formalin 1% dan
Alkohol 70% sebesar 0 mm, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh pelarut
dalam zona bening yang dihasilkan tumbukan Jahe dan Bawang Putih. Tidak
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri, hal ini dapat disebabkan saat kami
meletakkan kertas saring ke dalam cawan petri tidak aseptis.

11
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa efisiensi daya
antimikroba yang digunakan pada praktikum ini tidak efisiensi karena hal ini dapat
disebabkan saat kami meletakkan kertas saring ke dalam cawan petri tidak aseptis.
B. Saran
Saran yang di berikan pada praktikum kali ini, agar mahasiswa mampu memahami
terlebih dahulu prosedur-prosedur yang harus di lakukan agar hasil yang di dapatkan sesuai
dengan praktikum yang di laksanakan

12
DAFTAR PUSTAKA

Arisanti S., Kuswytasari N.D. Dan Shovitri M., 2002, Uji Antimikroba Isolat Kapang Tanah
Wonorejo Surabaya, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Djide M.N, 2003, Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi UnHas, Makassar.


(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Ganiswarna S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Junairiah, Faizah H. dan Salamun, 2005, Aktivitas Antibakteri Dan Antifungi Ekstrak
Petroleum Eter Dumortiera Hirsuta, Prodi S-1 Biologi, Departermen Biologi,
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Paturusi A.A.E., 2008, Penelusuran Komponen Antimikroba dari Ekstrak “Daun” Buah
Makassar (Brucea Javanica (L) Merr.), Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin,
Makassar.
(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Pelczar M.J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.


(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

Sumadio H. dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.
(https://www.academia.edu/30078511/UJI_DAYA_KERJA_ANTI_MIKROBA)

13
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Jahe 70%
70 gr  30 ml air
2 gr  0,85 mL air
70 30 2 𝑥 30
x = = 0,85 mL air (8 tetes)
2 𝑚𝑙 70
Bawang Putih 70%
70 gr  30 mL air
2,5 gr  1,07 mL air
70 30 2,5 𝑥 30
x = = 1,07 mL air
2,5 𝑚𝑙 70

14
LAMPIRAN

1. Menuangkan 1 mL air parit, dan


menambahkan Nuterient Agar,
biarkan membeku

2. Hasil dari penghalusan bawang


putih, dan berat yang di dapatkan 2,5
gram

15
3. Hasil dari penghalusan jahe, dan
berat yang di dapatkan 1, 5 gram
(2 gram)

4. Melakukan sterilisasi cawan petri


dan kertas saring pada lampu bunsen

5. Melakukan sterilisasi pada lampu


Bunsen, dan melakukan pencelupan
kertas saring ke dalam bahan
formalin 1% dan alkohol 70%

16
6. Melakukan sterilisasi pada lampu
Bunsen, dan melakukan pencelupan
kertas saring ke dalam bahan bawang
putih dan jahe

7. Hasil penempelan kertas saring yang


di masukkan kedalam cawan petri

8. Hasil inkubasi selama 24 - 48 jam

17

Anda mungkin juga menyukai