Jump 1
Jump 1
JUMP 2
JUMP 3
Predisposisi pria sebenarnya lebih kecil daripada wanita. Karena pada wanita
frekuensi fundamental plica vokalis lebih tinggi, epitel lebih tipis, asam
hialuronat dan fibronektin lebih sedikit. Secara histoanatomi plica vokalis
wanita lebih sempit, larynx lebih pendek, sel goblet lebih sedikit.
1) Fase oral
Terjadi secara volunter makanan yang telah dikunyah dan bercapur
dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga
mulut melalui dorsum lidah. Kontraksi musculus levator veli palatini
mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole
terangkat dan bagian superior dari dinding posterior faring akan terangkat.
Bolus terdorong ke posterior, dan nasofaring tertutup.Selanjutnya terjadi
kontraksi musculus palatoglossus sehingga isthmus fausium tertutup, lalu
kontraksi musculus palatopharingeus mencegah terjadinya refluks makanan ke
cavum oris.
2) Fase faringeal
Terjadi secara refeks akibat adanya bolus makanan. Faring dan laring
bergerak ke atas oleh kontraksi musculus sylopharingeus, musculus
salpingopharyngeus, musculus tyrohyoideus dan musculus palatopharyngeus.
Aditus laryngis tertutup oleh epiglottis. Bersamaan dengan ini juga terjadi
penghentian aliran udara ke laring. Selanjutnya bolus makanan meluncur ke
esofagus.
3) Fase esofageal
Terjadi perpindahan bolus makanan dari esofagus ke gaster. Adanya
rangsangan bolus makanan, terjadi relaksasi musculus criocopharyngeus,
sehingga jalan masuk ke esofagus terbuka dan bolus makanan bisa masuk.
Setelah bolus lewat, sphincter superior berkontraksi lebih kuat sehingga bolus
makanan tidak kembali ke faring. Gerak bolus makanan di superior esofagus
dipengaruhi oleh kontraksi musculus constrictor pharyngeus inferior pada
akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus didorong ke arah distal esofagus oleh
gerakan peristaltik.Pada akhir fase ini, sphincter gaster-esophageal akan
terbuka secara refleks.
b. Fisiologi bersuara
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.
Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring,
dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai
cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi
nadadengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan
pita suara sejati. Berikut teori Myoelastik – Aerodinamik:
“Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak
langsung menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot
laring akan memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi)
dan menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan
dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara
ruang subglotis meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot
sehingga celah glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari
posterior ke anterior. Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis
yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada
akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara ruang
subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling
mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik).
Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara yang melewati celah
sempit menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli).
Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara
ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali”.
6. a. Anatomi faring
Gambar 1. Anatomi Faring Atlas of Human Anatomy 4thEdition
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada
bagian anterior kolum vertebra.Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui ismus fausium.Sedangkan laring di sebelah bawah
berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan
esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14
cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.Dinding faring
dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler,
pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring
(hipofaring).Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket)
dan otot. Faring terdiri atas :
A. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah
adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta
berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa
Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.
glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,
bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.
B. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,
sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
C. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis,
batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior
ialah vertebra servikal.Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah
valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.
Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa orang,
kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula
terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang – kadang bentuk
infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya.Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat
bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.
Ruang Faringal. Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring
yang secara klinis mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang
parafaring. Ruang retrofaring ( Retropharyngeal space), dinding anterior ruang
ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia
faringobasilaris dan otot –otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan
fasia prevertebralis.Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai
batas paling bawah dari fasia servikalis.Serat – serat jaringan ikat di garis tengah
mengikatnya pada vertebra. Di sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa
faringomaksila.
Ruang parafaring (Pharyngomaxillary Fossa), ruang ini berbentuk
kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat foramen
jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid.Ruang ini dibatasi di bagian
dalam oleh m. konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden
mandibula yang melekat dengan m. pterigoid interna dan bagian posterior
kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya
oleh os stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid)
adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai
akibat tonsil yang meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau
dari karies dentis. Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid)
berisi a.karotis interna, v. jugularis interna, n. vagus yang dibungkus dalam suatu
sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari
ruang retrofaring oleh sesuatu lapisan fasia yang tipis .
b. Anatomi laring
KARTILAGO.
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
a) Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :
⦁ kartilago tiroidea, 1 buah
⦁ kartilago krikoidea, 1 buah
⦁kartilago aritenoidea, 2 buah
b) Kartilago minor, terdiri dari :
⦁kartilago kornikulata santorini, 2 buah
⦁kartilago kuneiforme wrisberg, 2 buah
⦁ kartilago epiglotis, 1 buah
LIGAMENTUM DAN MEMBRANA
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu
a) Ligamentum ekstrinsik, terdiri dari :
⦁ Membran tirohioid
⦁ Ligamentum tirohioid
⦁ Ligamentum tiroepiglotis
⦁Ligamentum hioepiglotis
⦁Ligamentum krikotrakeal
b) Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
⦁ Membran quadrangularis
⦁Ligamentum vestibular
⦁Konus elastikus
⦁Ligamentum krikotiroid media
⦁Ligamentum vokalis
⦁ Membrana laring dari posterior (Kartilago Ariteoid kanan digeser ke lateral)
C. OTOT - OTOT
Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik
dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
a) Otot-otot ekstrinsik
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot
ini menggerakkan laring secara keseluruhan.
Terbagi atas :
1) Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
- M. stilohioideus - M. milohioideus
- M. geniohioideus - M. digastrikus
- M. genioglosus - M. hioglosus
2) Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
- M. omohioideus
- M. sternokleidomastoideus
- M. tirohioideus
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossus C2 dan C3 dan
penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi).
Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat
pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.
b) Otot-otot intrinsik
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan
struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.
Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses
pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m. interaritenoideus
berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga menyebabkan
adduksi pita suara. Yang termasukdalamkelompokotot intrinsic adalah :
1) Otot-otot adduktor :
Mm. interaritenoideitransversalesdanoblikui
M. krikotiroideus
M. krikotiroideus lateral.
Berfungsi untuk menutup pita suara.
2) Otot-ototabduktor :
M. krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3) Otot-otottensor :
Tensor Internus : M. tiroaritenoideus dan M. vokalis
Tensor Eksternus : M. krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
1. Bagaimana histologi faring dan laring?
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya (Soepardi,
2014).Pada nasofaring karena dekat dengan saluran respirasi, maka mukosanya
bersilia dan epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet.Di bagian
orofaring dan laringofaring, epitelnya skuamous kompleks non kornifikasi dan
tidak bersilia karena termasuk saluran pencernaan.Di sepanjang faring dapat
ditemukan banyak sel jaringan limfoid.