Anda di halaman 1dari 26

ASAM FOLAT

Asam folat adalah bentuk vitamin B kompleks yang larut dalam air. Vitamin
B atau asam folat diperlukan dalam pembangunan tubuh karena bersifat
multifungsi, mulai dari memproduksi DNA hingga membentuk sel darah merah.
Keberadaan nutrisi ini sudah sejak lama diketahui penting sebagai pemelihara
kesehatan bagi semua usia, mulai dari bayi di dalam kandungan hingga orang
dewasa. Menurut jurnal yang berjudul “Kontribusi Asam Folat dan Kadar
Haemoglobin Pada Ibu Hamil Terhadap Pertumbuhan Otak Janin di
Kabupaten Karawang Tahun 2011”, asam folat mempunyai peran yang sangat
vital dalam pencegahan cacat bawaan. Selain itu juga berperan dalam neuro
kognitif (Sulhub, et all, 2000). Asam folat sangat penting untuk mencegah
terjadinya cacat janin, menghindari anemia.

Tabel 1. Kebutuhan Asam Folat Harian Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi


(AKG) tahun 2013
Kategori Usia Kebutuhan Asam Folat (µg)
Bayi 0-6 bulan 65
Bayi 7-11 bulan 80
Anak 1-3 tahun 160
Anak 4-6 tahun 200
Anak 7-9 tahun 300
Anak 10-15 400
Remaja, Dewasa 400
Tambahan Bumil 200
Tambahan Busui 100

Asam folat adalah sumber vitamin yang sangat penting untuk sistem kerja
tubuh. Asam folat alami bisa didapatkan dari berbagai jenis makanan. Asam folat
merupakan zat gizi utama untuk calon ibu hamil dan ibu hamil dalam mencegah
berbagai macam masalah cacat pada saraf dan tulang belakang pada janin. Tapi
kandungan asam folat dalam berbagai jenis makanan juga penting untuk
memelihara sistem kekebalan tubuh, mencegah penyakit jantung, stroke dan
penting untuk menstimulasi pembentukan sel darah merah dalam tubuh. Tubuh
tidak menggunakan bentuk alami asam folat (folat) semudah bentuk buatan
manusia. Kita tidak bisa memastikan bahwa makan makanan yang mengandung
folat akan memiliki manfaat yang sama seperti mengkonsumsi suplemen asam
folat. Selain itu, bahkan jika menjalankan konsumsi makan sehat, diet seimbang,
mungkin saja nutrisi yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi dari makanan saja. Di
Amerika Serikat, sebagian besar wanita yang mengkonsumsi makanan yang
diperkaya dengan asam folat dan masih tidak mendapatkan semua yang mereka
butuhkan. Itulah mengapa konsumsi asam folat setiap hari itu penting. Tubuh
manusia tidak dapat mensintesis struktur folat, sehingga membutuhkan asupan
dari makanan. Walaupun banyak bahan makanan yang mengandung folat, tetapi
karena sifatnya termolabil dan larut dalam air, sering kali folat dari bahan-bahan
makanan tersebut rusak karena proses memasak. Pemanasan dapat merusak 50-
90% folat yang terdapat dalam makanan. Menurut jurnal yang berjudul
“Gambaran Pola Konsumsi Asam Folat dan Status Asam Folat Pada Ibu
Hamil di Kabupaten Gowa”, pada distribusi skor juga terdapat beberapa sumber
bahan makanan yang mengandung aam folat yang sering dikonsumsi oleh ibu
hamil antara lain kacang hijau, kangkung, telur, susu bubuk dan pisang. Jenis-
jenis makanan ini merupakan jenis sumber asam folat yang memiliki kandungan
asam folat sangat tinggi.

A. Manfaat asam folat


Asam folat memiliki berbagai manfaat yang penting bagi tubuh, antara lain
sebagai berikut.
1. Menyuburkan Kandungan Asam folat cocok dikonsumsi oleh pasangan yang
mendambakan momongan. Bagi pasangan yang belum dikaruniai momongan
ada baiknya mengkonsumsi supplemen asam folat dam juga mengkonsumsi
makanan yang mengandung asam folat. Asam folat bisa digunakan untuk
menyuburkan kandungan atau menyuburkan sel telur. Banyak orang yang
belum dikaruniai momongan dikarenakan sel sperma pria maupun sel telur
pada wanita tidak subur.
2. Menguatkan Sel Telur dan Menghindari Keguguran Tidak hanya
menyuburkan kandungan atau menyuburkan sel telur saja, asam folat juga
bisa digunakan untuk menguatkan sel telur sehingga sel telur itu akan kuat
menempel di dinding rahim. Banyak yang gagal hamil dikarenakan sebelum
berkembang menjadi embrio sel telur itu sudah gugur dari dinding rahim. Sel
telur yang kuat tidak akan mudah terlepas dari dinding rahim. Manfaat asam
folat untuk ibu hanil yang digunakan untuk menguatkan sel telur, terbukti
mampu menghindarkan dari gugurnya sel telur dari dinding rahim. Sel telur
itu akan menjadi embrio dan berubah menjadi bakal janin. Embrio yang
kekurangan asam folat dia akan lemah dan tidak mampu kuat menempel pada
dinding rahim sehingga embrio itu akan luruh dan terjadilah keguguran.
3. Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Sperma Bagi pria, manfaat asam folat
adalah menambah jumlah atau volume sperma. Asam folat yang dikonsumsi
oleh pria bisa meningkatkan jumlah atau kuantitas sperma sampai dengan 74
persen. Peningkatan jumlah atau kuantitas sperma ini berguna untuk
meningkatkan peluang kehamilan seseorang. Hal itu dikarenakan dibutuhkan
ribuan sel sperma untuk bisa membuahi sel telur. Jumlah sperma yang sedikit
bisa menghasilkan sel sperma yang sedikit pula sehingga pembuahan akan
minim terjadi. Asam folat yang diminum oleh pria memiliki manfaat sebagai
peningkat kualitas sel sperma. Untuk terjadinya kehamilan tidak hanya
dibutuhkan sperma yang banyak saja namun juga dibutuhkan sperma yang
berkualitas dikarenakan dari sel sperma yang berkualitaslah yang bisa
membuahi sel telur dengan berkualitas pula. Asam folat yang diminum oleh
pihak pria juga memiliki manfaat untuk menurunkan jumlah sel sperma yang
tidak normal sehingga semakin kecil sel sperma yang tidak normal kecil
kemungkinannya pembuahan itu akan gagal.
4. Mengurangi Kecacatan Bayi dan Mencegah Down Sindrome Kualitas sperma
juga bisa mencegah penyakit lain pada bayi atau kelainan kromoson pada
bayi. Kelainan kromosom itu disebabkan oleh sperma tidak berkualitas yang
berhasil membuahi sel telur. Penyakit kelainan kromosom bisa menyebabkan
janin yang ada di dalam kandungan mengalami penyakit baby down
sindrome. Bayi bisa cacat sejak dalam kandungan, oleh sebab itu diperlukan
kandungan asam folat untuk bisa mencegah kecacatan tersebut. Ternyata
kecacatan ini bisa muncul sejak terjadinya pembuahan. Sperma tidak
berkualitas yang membuahi sel telur bisa menyebabkan bayi menjadi cacat di
dalam kandungan. Asam folat yang dikonsumsi oleh ibu hamil bermanfaat
untuk menghindarkan janin dari kecacatan fisik. Kecacatan fisik tiu bisa
terjadi saat dalam kandungan. Janin yang di dalam kandungan butuh asam
folat untuk membentuk jaringan dalam organ bayi. Misalnya saja adalah
untuk membentuk tangan dan kaki, asam folat akan menyusun jaringan di
dalamnya sehingga tangan dan kaki bisa terbentuk dengan sempurna.
Menurut jurnal yang berjudul “Performance of Pregnant Women on Folic
Acid Intake”, ada hubungan yang signifikan antara asupan asam folat
dengan riwayat melahirkan bayi dengan NTD. Asam folat atau vitamin B9,
juga dikenal sebagai asam folinat, folacin dan asam pteroyl-glutamat, sangat
penting untuk sintesis asam nukleat, adenin dan tiamin, yang terlibat dalam
struktur DNA kromosom. Keterlambatan dalam sintesis DNA dapat
menyebabkan pengurangan proliferasi sel, hal tersebut dapat menyebabkan
keterlambatan produksi dan selanjutnya menghasilkan peristiwa morfologis
seperti pelipatan dan perlekatan pelat saraf. Peran asam folat pertama kali
dilaporkan pada tahun 1964 dan beberapa uji klinis menunjukkan bahwa
risiko kambuh dan kejadian kelainan ini menurun dengan pemberian
suplemen asam folat sebelum kehamilan. Layanan Kesehatan Masyarakat
Amerika Serikat dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, sejak
tahun 1992 menganjurkan asupan harian 400 mikrogram asam folat sebelum
konsepsi dan mengkonsumsi 4 mg pada wanita yang telah melahirkan bayi
dengan cacat tabung saraf.
5. Perkembangan Syaraf Otak
Bagi ibu yang sedang hamil pengkonsumsian asam folat bermanfaat untuk
mengembangkan syaraf pusat yang ada di otak bayi. Selama dalam
kandungan sel syaraf pusat bayi dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan. Jika tidak berkembang, janin yang ada di dalam kandungan
rawan untuk terkena kecacatan otak. Bayi yang cacat otak akan mengalami
kemampuan berfikir yang kurang. Tidak hanya itu saja, perkembangan syaraf
pusat yang terganggu akan memungkinkan syaraf pada tubuh bayi lainnya
akan mengalami gangguan pula misalnya syaraf penglihatan, pendengaran
dan lain sebagainya. Menurut jurnal yang berjudul “Kontribusi Asam Folat
dan Kadar Haemoglobin pada Ibu Hamil Terhadap Pertumbuhan Otak
Janin di Kabupaten Karawang Tahun 2011”, anemia defisiensi besi pada
kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungan terganggu, dan
munculnya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang tentu saja akan berakibat
pada kecilnya pertumbuhan otak pada janin tersebut. kadar asam folat dan
haemoglobin dalam darah ibu memberi pengaruh sebesar 34,4 persen
terhadap ukuran lingkar kepala janin dengan demikian tentu pertumbuhan
otak janin juga akan lebih baik, dan sisanya sebesar 65,6 persen dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dengan demikian penelitian ini
membuktikan bahwa kadar asam folat dalam darah ibu hamil secara
signifikan mempengaruhi pertumbuhan otak intra uterin. Proses pertumbuhan
sel neuron otak terjadi pada minggu ke-20 hingga ke-36, dan disempurnakan
hingga bayi berusia dua tahun. Menurut Arif Achmad, dokter gizi medik,
pertumbuhan massa sel otak ini dimulai semenjak janin di dalam kandungan
hingga menjadi balita. Sel otak sangat membutuhkan makanan bergizi untuk
membantu agar dia dapat berkembang dengan baik. Meskipun masa otak
janin hanya sekitar 16% dari tubuhnya, dibandingkan dengan organ tubuh
lain, otak paling banyak memerlukan energi (lebih dari 70%) untuk proses
tumbuh kembangnya. Dari hasil penelitian ini ditemukan hasil dimana kadar
asam folat dalam darah ibu hamil dikategorikan berdasarkan kategori tinggi
dan rendah yaitu >27 nmol/l dan <27 nmol/l, maka ditemukan hasil 80% ibu
dengan kadar asam folat tinggi melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala
bayi yang normal, sementara pada ibu yang kadar asam folatnya rendah
hanya 15,4 persen yang melahirkan bayi dengan ukuran lingkar kepala yang
normal. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji statistik dimana ditemui nilai
p=0,022 atau lebih kecil dari nilai p yang ditetapkan (p=0,05) yang berarti
bahwa ada hubungan antara kadar asam folat dalam darah ibu dengan ukuran
lingkar kepala bayi. Bahkan dari nilai OR pun diketahui ibu dengan kadar
asam folat yang tinggi 22 kali lebih besar kemungkinan melahirkan anak
dengan ukuran lingkar kepala bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan Crukelly yang mengatakan bahwa pertumbuhan otak
dalam kehamilan di pengaruhi oleh empat zat gizi, salah satunya adalah asam
folat dengan besar kebutuhan 600μg per hari dan ini akan mempengaruhi
pertumbuhan otak sebesar 70 persen dibandingkan zat gizi yang lainnya Uji
korelasi pada penelitian ini juga ditemukan kekuatan hubungan berpola
positif dan menunjukkan kekuatan hubungan yang kuat antara kadar asam
folat dengan pertumbuhan otak intra uterin. Hasil ini menunjukkan
peningkatan kadar asam folat dalam darah ibu disertai dengan pertumbuhan
otak intra uterin. Lebih lanjut pada uji regresi ditemukan hasil yang
menunjukkan bahwa kadar asam folat dalam darah ibu memberikan
kontribusi sebesar 26,7 persen terhadap ukuran lingkar kepala janin.
6. Perkembangan Syaraf Motorik
Syaraf motorik pada janin juga berkembang dari waktu ke waktu. Syaraf
motorik ini ada di otak dan sangat penting bagi janin yang ada di dalam
kandungan. Syaraf motorik merupakan syaraf yang menggerakkan tubuh
bayi. Hal itu karena syaraf ini merupakan syaraf yang memberikan sinyal dari
otak ke otot di bagian sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang ini
adalah otot yang berfungsi untuk menggerakan otot-otot di seluruh tubuh.
Jika syaraf motorik terganggu bayi saat besar nanti akan mengalami masalah
dengan gerakannya misalnya saja adalah bayi tidak bisa menggerakkan
tubuhnya sendiri dan dia akan membutuhkan bantuan dari orang lain.
7. Mencerdaskan Anak
Ibu hamil yang menjaga kehamilannya dengan baik bisa melahirkan anak-
anak cerdas yang membanggakan. Hal itu dikarenakan ibu hamil sangat
memperhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya. Ibu yang menjaga
kehamilannya dengan baik senantiasa mengkonsumsi asam folat sejak
dinyatakan hamil pertama kali. Asam folat yang dikonsumsi oleh ibu hamil
bisa mencerdaskan janin yang ada di dalam kandungannya sebab asam folat
itu mampu menjaga perkembangan otak janin sehingga otak janin terbetuk
dengan sempurna, tidak hanya itu saja sel darah merah yang diproduksi oleh
asam folat bisa membuat aliran darah manusia dan oksigen berjalan lancar
terutama ketika menuju ke bagian otak janin. Kecerdasan dan kemampuan
berfikir janin akan dipergaruhi oleh sel darah merah dan oksigen yang ada di
kepalanya. Banyak fakta menunjukkan bahwa orang yang mengalami anemia
dia akan sulit konsentrasi sebab di kepalanya kekurangan oksigen dan sel
darah merah.
8. Bayi Prematur
Ibu hamil yang kurang dalam mengkinsumsi asam folat dia akan beresiko
melahirkan bayi prematur. Bayi prematur memiliki banyak kelemahan sebab
organ-organ yang ada di dalamnya belum berkembang dengan sempurna.
Angka hidup pada bayi prematur tergolong rendah terutama jika banyak
organ bayi banyak yang belum matang.
9. Memproduksi Sel Darah Merah
Selain obat penambah darah ternyata asam folat juga mampu digunakan
untuk memproduksi sel darah merah di dalam tubuh. Sel darah merah sangat
penting bagi ibu hamil. Kekurangan sel darah merah bisa menyebabkan ibu
hamil mengalami anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia akan merasakan
pusing, lesu, lemas dan gejala anemia lainnya. Ibu hamil yang terkena anemia
juga rentan menurunkan anemia itu kepada janinnya. Janin pada ibu yang
terkena anemia rentan untuk terkena kelainan darah. Janin juga akan
kekurangan oksigen di dalam tubuh sebab sel darah merah juga berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Oksigen yang kurang pada tubuh janin membuat
kecerdasan bayi di bawah rata-rata. Menurut jurnal yang berjudul
“Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil
Terhadap Pertumbuhan Otak Janin di Kabupaten Karawang Tahun
2011”, kekurangan asam folat dalam kehamilan akan menyebabkan gangguan
pematangan inti eritrosit, sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk
dan ukuran abnormal yang disebut sebagai Anemia megaloblastik, lebih jauh
gangguan metabolisme asam folat akan menyebabkan gangguan replikasi
DNA dan proses pembelahan sel, dan ini akan mempengarui kerja seluruh sel
tubuh, termasuk dalam metabolisme besi. Sehingga kita menemukan
kenyataan bahwa defisiensi folat dan defisiensi besi secara bersamaan.
Menurut penelitian yang dilakukan di Puskesmas PONED Kabupaten Karawang
menemukan 72,2 persen ibu hamil dengan kadar asam folat rendah dan mengalami
anemia sebanyak 38,9 persen.
10. Meningkatkan Daya Ingat
Mengkonsumsi asam folat secara rutin bisa digunakan sebagai peningkat
daya ingat. Saat seseorang mudah lupa hal itu menandakan bahwa aliran
oksigen dan aliran sel darah merah ke otak menjadi terganggu. Terganggunya
oksigen dan sel darah merah yang menuju ke otak bisa diatasi dengan
mengkonsumsi asam folat hal itu dikarenakan asam folat bisa digunakan
untuk memproduksi sel darah merah dan meningkatkan jumlah sel darah
merah di dalam tubuh manusia.
11. Mengobati Depresi
Penelitian yang dilakukan menemukan fakta bahwa orang yang kekurangan
asam folat akan mudah terkena depresi. Tidak haya itu saja, asam folat juga
dipercaya bisa digunakan untuk mengobati depresi pada manusia. Sebanyak
35 pasien depresi di dalam dirinya mengandung sedikit asam folat.
12. Menghindarkan dari Penyakit Jantung
Asam folat bisa digunakan untuk menghindarkan dari penyakit jantung.
Fungsi asam folat yang bisa digunakan untuk memproduksi sel darah merah
bisa mencegah terjadinya penggumpalan darah yang ada di dalam tubuh
manusia. Jika tubuh mengalami penggumpalan darah maka, aliran darah tidak
bisa mengalir dengan sempurna begitupula dengan darah yang menuju ke
jantung.

B. Dampak Kekurangan Asam Folat


Defisiensi asam folat terjadi apabila seseorang kekurangan asupan asam folat
baik dalam jangka waktu yang lama maupun dalam waktu singkat namun pada
saat yang rawan (misalnya pada saat hamil), bahaya yang dapat terjadi adalah :
1. Tidak ada kontrol untuk buang air besar maupun buang air kecil
2. Pada Ibu Hamil dan janin
Kebutuhan Asam Folat harus disiapkan sejak sebelum kehamilan. United
States Centers for Disease Control & Prevention (CDC) melaporkan, bahwa
makanan kaya asam Folat terbukti dapat mencegah terjadinya NTD hingga
70%. Risiko NTD ini bisa dihindari bila ibu hamil cukup mengkonsumsi
makanan yang mengandung folat. Wanita yang mengkonsumsi tambahan
folat 2-3 bulan sebelum dan di awal kehamilan dapat mengurangi risiko
kelahiran bayi dengan cacat pada otak. Menurut jurnal yang berjudul
“Gambaran Pola Konsumsi Asam Folat dan Status Asam Folat Pada Ibu
Hamil di Kabupaten Gowa”, rendahnya status asam folat dalam darah pada
ibu hamil akan berpengaruh terhadap perkembangan janin, apabila ibu hamil
mengalami defisiensi akan berdampak buruk terhadap bayi selain itu ibu
hamil akan mengalami anemia megaloblastik yang bisa mengakibatkan cacat
pada bayi, Oleh karena itu asupan asam folat harus lebih diperhatikan
sehingga status asam folat pun meningkat dan tidak terjadi defisiensi
(Purwani, 2008).
3. Persalinan prematur
4. Plasenta lepas sebelum waktunya
5. Keguguran.
6. Gangguan sesak napas
7. Diare Karena kekurangan asam folat dapat menyebabkan sakit maag dan
penyakit di usus lainnya. Sehingga dapat mengakibatkan diare. Diare sendiri
berarti membuang air besar lebih banyak dari biasanya dan biasanya
mengandung lebih banyak air. Ini disebabkan asam folat yang
mengoptimalkan kerja usus tidak dapat terjadi. Seperti penyerapan air dalam
usus besar tidak terjadi. Sehingga penderita diare bisa mengalami dehidrasi
akut. Jika ini menyerang pada bayi, bisa menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan dalam tubuhnya.
8. Sariawan Walaupun banyak yang mengira bahwa sariawan terjadi karena
tubuh kekurangan vitamin C. Ternyata kekurangan asam folat pun dapat
memicu sariawan ini. Konsumsi rutin vitamin B kompleks dapat meredakan
sariawan, karena sariawan akan hilang pada mulut setidaknya dalam jangka
waktu 7 sampai 14 hari.
9. Lidah Bengkak Lidah bengkak ini mirip dengan gejala pada sariawan saat
tubuh mengalami kekurangan vitamin B. Lidah bengkak biasanya berwarna
keputihan atau mengungu. Lidah yang bengkak mengalami gejala adanya
fungsi lidah yang terganggu, tidak mampu merasakan rasa pada umumnya.
Atau lidah menjadi kasar dan pecah-pecah sehingga bagian tenggorokan pun
terasa sakit untuk menelan. Hal ini terjadi saat asam folat kurang dikonsumsi
sehingga metabolisme tubuh untuk menjaga fungsi tubuh yang sering
digunakan seperti lidah tidak dapat terjadi. Bisa juga lidah bengkak ini
disertai dengan sariawan. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, baik usia muda
atau dewasa.

C. Dampak Kelebihan Asam Folat


Konsumsi asam folat yang berlebihan dalam jangka waktu panjang dapat
menimbulkan dampak yang negatif pada tubuh, antara lain sebagai berikut.
1. Gejala Kelebihan Vitamin B Asam Folat Pertama gejala seperti kejang,
insomnia, dan ruam adalah gejala primer dari kelebihan asam folat. Untuk
overdosis vitamin B pada sumber makanan alami tidaklah mungkin, namun
kelebihan asam folat bisa terjadi dengan penggunaan atau konsumsi
suplemen. Menurut jurnal yang berjudul “Effect of Folic Acid
Supplementation in Pregnancy on Preeclampsia: The Folic Acid Clinical
Trial Study”, SOGC (Ahli Obstetri dan Ginekologi Kanada) mengubah
rekomendasi mereka mengenai pemberian dosis tinggi suplementasi asam
folat, namun masih banyak dokter bertahan dalam penggunaan suplemen
asam folat dosis tinggi untuk pasien dengan indikasi seperti diabetes dan
obesitas sepanjang kehamilan (Dr. Mark Walker, SIOGCC hair, personal
communication). Banyak bukti menunjukkan bahwa suplementasi asam folat
dosis tinggi tidak terlalu bermanfaat, namun dalam praktek masih dilakukan
pemberian peningkatan dosis suplementasi asam folat secara bertahap
terutama karena saat ini tidak ada terapi efektif lain yang ditawarkan.
Seharusnya suplemen asam folat dosis tinggi dapat terbukti berbahaya.
2. Interaksi Dengan Vitamin B. Interaksi ini merupakan gejala sekunder
kelebihan vitamin B. Dosis berlebihan yang menimbulkan akibat negatif
adalah saat asam folat berinteraksi dengan vitamin B 12. Saat tubuh
mengalami kelebihan vitamin B ternyata tubuh akan sulit memenuhi
kebutuhan akan vitamin B hal ini dikarenakan kelebihan vitamin B
menghalanginya. Walaupun begitu kelebihan vitamin B dapat mencegah
terjadinya anemia megaloblastik. Namun tetap saja defisiensi vitamin B tidak
dapat teratasi. Sehingga perlu mengurangi penggunaan vitamin B terlebih
dahulu lalu memenuhi kembali kebutuhan vitamin B12 dalam tubuh. Jika hal
ini dibiarkan, menurut penelitian, sistem saraf tubuh bisa rusak karena tidak
tercukupinya vitamin B12. Saraf yang rusak menyebabkan mati rasa dan
kesemutan.
TABLET TAMBAH DARAH

A. Pengertian Tablet Tambah Darah


Tablet tambah darah adalah suplemen yang mengandung zat besi. Zat besi
adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (Hemoglobin)
(Soebroto, 2009)

B. Fungsi Zat Besi.


Menurut Almatsier (2002) fungsi zat besi adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
2. Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
3. Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan.

Menurut jurnal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe)


Terhadap Peningkatan Kadar Hematokrit Pada Ibu Hamil Yang Mengalami
Anemia” mengatakan bahwa fungsi zat besi, antara lain: memproduksi sel darah
merah dan sel otot, serta menghindari terjadinya anemia besi, memproduksi energi
dan kesehatan sistem kekebalan tubuh, mengangkut oksigen di dalam sel darah
merah ke otak, dan sebagai pelarut obat-obatan. Obat-obatan yang tidak larut air,
oleh enzim mengandumg besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari
tubuh.

C. Sumber makanan yang mengandung zat besi


1. Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan, telur.
2. Zat besi yang berasal dari nabati yaitu;kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
pisang ambon. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran protein
hewani, vitmin C, Vitamin A, Asam folat, zat gizi mikro lain dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan
vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber
vitamin A (Almatsier, 2002).
D. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Kebutuhan akan zat-zat selama kehamilan meningkat, peningkatan ini
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan
janin memerlukan banyak darah zat besi, pertumbuhan plasenta dan peningkatan
volume darah ibu, jumlahnya enzim 1000mg selamahamil (Arisman, 2007).
Kebutuhan zat besi akan meningkat pada trimester dua dan tiga yaitu sekitar
6,3 mg perhari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini dapat diambil dari
cadangan zat besi dan peningkatan adaptif penyerapan zat besi melalui saluran
cerna. Apabila cadangan zat besi sangat sedikit atau tidak ada sama sekali
sedangkan kandungan dan serapan zat besi dari makanan sedikit, maka pemberian
suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil
(Arisman, 2007).Kebutuhan zat besi menurut Waryana,(2010) adalah sebagai
berikut:
1. TrimesterI: Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2. Trimester II : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.
3. Trimester III : Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditamabah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus
223mg.Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan
vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium
dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu
sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat
memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe
sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan.
Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari
makanan.

Menurut jurnal yang berjudul “Pemberian Zat Besi (Fe) Dalam Kehamilan
oleh Is Susiloningtyas” mengatakan bahwa perhitungan makan 3x sehari atau
1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun
hanya 1-2 mg yang di absorpsi.jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka
diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka
total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi
harian ibu.

E. Efek Samping Terapi Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil


Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung,
nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang-kadang diare). Namun derajat mual yang
ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung pada jumlah element zat besi yang
diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang
tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam
pemakaian obat jadi tablet zat besi denagan dosis rendah lebih cenderung
ditoleransi (dan diminum) dari pada dosisi tinggi. Bagi banyak wanita dosis
rendah sudah memadai (Soe jordan, 2003).

F. Dosis tablet tambah darah pada ibu hamil


Pemberian tablet tambah darah selama kehamilan merupakan salah satu cara
yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap
yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe.
Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal
diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan diberikan sejak
pemeriksaan ibu hamil pertama.
1. Pemberian tablet tambah darahi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat
sebelum tidur malam.
2. Pemberian tablet tambah darah harus dibagi serta dilakukan dengan interval
sedikitnya 6-8 jam , dan kemudian interval ini di tingkatkan hingga 12 atau
24 jam jika tinbul efek samping.
3. Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini
toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan)
dosis zat besi dengan segera.
4. Minum tablet tambah darah pada saat makan atau segera sesudah makan
selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan
menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi (Soe Jordan, 2003).
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi
Menurut almatsier (2002), absorpsi terjadi dibagian atas usus halus
(duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut
protein didalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi, yaitu
transferindan feritin. Transferin yaitu protein yang disintetis didalam hati. Banyak
faktor berpengaruh terhadap absorpsi besi antara lain :
1. Bentuk besi
Bentuk besi didalam makanan berpengaruh terhadap penyerapanya. Besi hem
yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat
didalam daging hewan yang dapat diserap dua kali lipat daripada besi non
hem. Besi non hem terdapat didalam telur, sereal, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan buah-buahan.
2. Asam organik
Vitamin C sangat membantu penyerapan besi non hemdengan merubah
bentuk ferimenjadi fero.
3. Tanin
Tanin terdapat didalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah yang
menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.
4. Tingkat keasaman lambung meningkat daya larut besi.
Penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi
absorbsi besi.
5. Kebutuhan tubuh
Kebutuhan tubuh akan besi sangat berpengaruh besar terhadap absorbsi besi.
Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa
pertumbuhan, absorpsi besi non hemdapat meningkat sampai sepuluh kali,
sedangkan besi hemdua kali.

H. Akibat kekurangan Zat Besi


Defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia,
yaitu terhadap kemampuan dan produktifitas kerja. Kekurangan besi dapat terjadi
karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi.
Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing,
kurang nafsu makan, menurunya kebugaran tubuh, menurunya kemampuan kerja,
menurunya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu
kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada ibu hamil kekurangan Zat Besi
mengakibatkan penyakit anemia pada ibu hamil.
Menurut jurnal yang berjudul “Adherence to Iron With Folic Acid
Supplementation and Its Associated Factors Among Pregnant Women
Attending Antenatal Care Follow Up at Debre Tabor General Hospital,
Ethiopia, 2017” mengatakan bahwa Secara global, 1,62 miliar orang menderita
anemia yang merupakan 24,8% dari populasi dunia. Diperkirakan 56,4 juta wanita
hamil yang terkena anemia dan Afrika memiliki 17,2 juta wanita hamil yang
terkena anemia.
Menurut jurnal yang berjudul “Pemberian Zat Besi (Fe) dalam
Kehamilan” mengatakan bahwa anemia defisiensi besi dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran premature selain itu Anemia
defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil memerlukan
banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada saat melahirkan biasanya
darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi anemia akan memperburuk
keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan perdarahan akut merupakan penyebab
utama kematian ibu hamil saat melahirkan.
IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT)

A. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Ibu hamil, bayi dan
anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
(Depkes RI 2005). Imunisasi menurut IDAI (Ikatan DokterAnak Indonesia)
adalah suatu cara untuk meingkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar pada antigen serupa, tidak terjadi
penyakit. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan
kuman penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat
membuat antibody sendiri terhadap kuman penyakit yang sama (WHO, 2002 dan
IDAI, 2008).
Imunisasi untuk memicu imunitas dengan cara memasukan kuman yang
sudah dilemahkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk menimbulkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, imunisasi diberikan kepada balita
atau ibu hamil untuk mencegah penyakit PD3I (Penyakit yang dapat Dicegah
Dengan Imunisasi) sehingga jika terpapar dengan penyakir tersebut tidak akan
sakit berat atau sakit ringan (Depkes RI 2005). Vaksin adalah antigen yaitu dapat
berupa bibit penyakit yang sudah dilumpuhkan atau dimatikan (bakteri, virus atau
riketsia), dapat berupa tiroid dan rekayasa genetika (rekombinasi) (Depkes RI,
2004). Vaksin Tetanus Toksoid (TT) adalah vaksin yang mengandung toksoid
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan dimurnikan yang terabsorbsi kedalam 3
mg/ml aluminium fosfat. Vaksin Tetanus Toksid dipergunakan
untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan cara mengimunisasi ibu
yang sedang hamil, dan juga untuk mencegah tetanus.
Berdasarakan dari cara timbulnya, maka terdapat dua jenis kekebalan. (IDAI,
2002) yaitu
1. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan
dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh.
2. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpapar pada antigen seperti pada manusia (antara lain imunisasi TT), atau
terpapar secara ilmiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lama karena
adanya memori imunologik.Tetanus Toksoid (TT) adalah antigen yang sangat
aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apa
bila ibu hamil mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

Menurut jurnal yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Difteri pada Ibu Hamil”, imunisasi Tetanus
Difteri adalah imunisasi yang bertujuan membangun kekebalan di dalam diri ibu
dan bayi agar terhindar dari infeksi tetanus. Kasus Tetanus Neonatorum pada
tahun 2014 di Indonesia berjumlah 54 kasus dengan status tidak melakukan
imunisasi Tetanus Difteri. Jumlah ibu hamil yang menjadi sasaran imunisasi
Tetanus Difteri di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Burneh Kabupaten
Bangkalan yaitu sebesar 1.073 ibu hamil tahun 2016, namun cakupan imunisasi
Tetanus Difteri yang tercatat tahun 2016 berjumlah 585 ibu hamil. Penelitian ini
dilakukan dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 93 ibu yang menjadi sasaran imunisasi Tetanus Difteri, dan telah
melahirkan di tahun 2016 dengan menggunakan simple random sampling.

B. Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid


Tujuan diberikannya imunisasi Tetanus Toksoid antara lain : untuk
melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum, melindungi ibu terhadap
kemungkinan tetaus apabila terluka, pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi
kebal terhadap kuman tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada
bayi baru lahir. Menurut jurnal berjudul “Faktor yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Difteri pada Ibu Hamil”, tujuan penelitian ini
untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu hamil dalam
pelaksanaan imunisasi Tetanus Difteri di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Burneh tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden
sebagian besar berusia 20 sampai 30 tahun, dengan jumlah anak yang dimiliki
oleh responden sebagian besar berjumlah satu. Pengetahuan yang dimiliki oleh
responden kategori kurang tentang penyakit tetanus dan imunisasi Tetanus Difteri.
Saran penelitian yaitu petugas kesehatan dan peran keluarga memiliki peran
penting untuk mendorong responden memiliki kesadaran untuk melakukan
imunisasi Tetanus Difteri saat kehamilan.

C. Sasaran Program Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Untuk pelayanan program imunisasi tetanus toksoid (TT) dilakukan pada ibu
hamil, diberikana 2 kali dengan jarak waktu paling sedikit 1 bulan antara dosis
pertama dan dosis kedua. Sebaiknya dosis kedua diberikan paling lambat satu
bulan sebelum melahirkan agar menimbulkan kekebalan yang mantap. Menurut
jurnal yang berjudul “Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Suntik Tetanus
Toksoid Dengan Pelaksanaannya”, untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi pemerintah mengharuskan setiap pasangan calon pengantin melakukan test
kesehatan pranikah. Salah satu yang harus dipenuhi yaitu melakukan suntik
Tetanus Toksoid (TT) pada saat sebelum menikah dan menempatkan bidan di
tengah-tengah masyarakat khususnya di daerah pedesaan.

D. Faktor –faktor yang mempengaruhi suntik TT


1. Faktor predisposisi : pengetahuan dan karakteristik individu seperti
pendidikan, usia, paritas dan status ekonomi.
2. Faktor pemungkin : ketersediaan sarana dan prasarana, jarak ke tempat
pelayanan dan biaya.
3. Faktor penguat : dukungan suami dan tenaga kesehatan

Menurut jurnal yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pelaksananaan Imunisasi Tetanus Difteri pada Ibu Hamil”, tabel ini akan
memaparkan data hasil penelitian mengenai frekuensi karakteristik responden
pada penelitian imunisasi Tetanus Difteri sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor dengan Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Difteri di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Burneh
Kabupaten Bangkalan tahun 2016
Faktor Frekuensi Persentase
(%)
Usia
< 20 Tahun 26 28,0
≥20 Tahun 67 72,0
Total 93 100,0
Pendidikan
Tinggi 24 25,8
Rendah 69 74,2
Total 93 100
Paritas
Jumlah anak 1 72 77,4
Jumlah anak ≥ 21 22,6
2
Total 93 100,0
Pengetahuan
Baik 20 21,5
Kurang 73 78,5
Total 93 100,0
Dukungan Suami
Mendukung 43 46,2
Kurang 50 53,8
Mendukung
Total 93 100,0
Sikap Petugas Kesehatan
Baik 77 82,2
Kurang 16 17,8
Total 93 100,0
1. Gambaran Umum Usia Responden
Penelitian ini memaparkan mengenai karakteristik responden yaitu usia
responden. Pengambilan data dilakukan untuk memudahkan peneliti mengetahui
frekuensi usia ibu hamil yang menjadi sasaran imunisasi Tetanus Difteri di
Kecamatan Burneh.
Gambaran usia responden yaitu usia yang ditanyakan saat ibu menjadi
responden pada penelitian ini. Usia responden dikelompokkan menjadi 2 kategori
yaitu usia <20 tahun dan usia ≥20 tahun. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dengan usia ≥20 tahun sebanyak 67 (72,0%) orang dan
responden usia <20 tahun sebanyak 26 (28,0%) orang dalam penelitian ini. Hal
ini menunjukkan bahwa usia yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini
sudah dapat dikatakan matang untuk menjadi seorang ibu, dan bertanggungjawab
dengan apa yang telah dimiliki karena mereka sudah dapat berpikir dewasa.
Selain itu juga memiliki mental yang siap untuk menjadi seorang ibu. Responden
pada penelitian ini memiliki usia yang sudah muda atau menjadi ibu muda karena
memiliki usia dibawah 20 tahun (Cahyono, 2010).

2. Gambaran Umum Tingkat Pendidikan


Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan yang rendah, sehingga pemahaman mereka mengenai penyakit
tetanus dan imunisasi Tetanus Difteri juga terbatas. Responden dengan tingkat
pendidikan terakhir pada perguruan tinggi sebanyak 24 (25,8%) orang, sebagai
upaya meningkatkan pengetahuan yang lebih baik.
Responden yang berpendidikan tinggi memiliki wawasan lebih luas karena
tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dan akses informasi yang lebih luas
membuat responden mendapatkan pengalaman dari teman sekolah yang telah
mengetahui tentang penyakit tetanus dan imunisasi Tetanus Difteri.

3. Gambaran Umum Paritas


Penelitian ini memaparkan tentang paritas yang dimiliki oleh responden yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki responden dengan status
yang melakukan imunisasi Tetanus Difteri dan yang tidak melakukan imunisasi
Tetanus Difteri. Kehamilan anak pertama dan kehamilan yang sudah berkali-kali
akan dikelompokan pada penelitian ini untuk memudahkan peneliti melakukan
analisis data. Tabel 1 menjelaskan tentang jumlah anak pada setiap keluarga yang
dimiliki oleh responden. Responden yang memiliki jumlah anak ≥2 sebesar 21
responden, dan sebagian besar responden memiliki jumlah anak 1 sebesar 72
responden. Pada penelitian ini, sebagian besar responden memiliki anak pertama
dan pertama kali pengalaman mereka melahirkan pada tahun 2016.

4. Tingkat Pengetahuan Responden


Tabel ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang
imunisasi Tetanus Difteri, sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang sebesar 73 (78,5%) responden, dan responden yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi Tetanus Difteri sebesar 20
(21,5%) orang. Sebagian besar responden hanya pernah mendengarkan saja
tentang penyakit tetanus dan tentang adanya imunisasi Tetanus Difteri dari
petugas kesehatan.

5. Dukungan Suami
Tetanus Difteri saat kehamilan sebanyak 50 (53,8%) responden, dan suami
yang mendukung sebesar 43 (46,2%) responden. Menurut hasil penelitian yang
telah dilakukan, sebagian besar suami hanya memberikan ijin dan mengantarkan
istri dalam pelaksanaan imunisasi Tetanus Difteri di bidan desa atau puskesmas.
Sebagian besar ibu hamil tetap melakukan pekerjaan rumah terlebih dahulu
sebelum ibu pergi melakukan imunisasi Tetanus Difteri. Sehingga suami tidak
perlu membantu melakukan pekerjaan rumah yang telah dilakukan sebelumnya
oleh istri.

6. Sikap Petugas Tenaga Kesehatan


Hasil penelitian ini tentang sikap petugas kesehatan dapat dilihat pada Tabel
1, responden berpendapat bahwa sebagian besar sikap petugas kesehatan sudah
baik sebesar 77 (82,2%) orang, dan responden yang berpendapat bahwa sikap
petugas kesehatan kurang baik sebesar 16 (17,8%) orang.
Sikap petugas kesehatan dikatakan baik menurut responden karena petugas
selalu memberikan pelayanan yang baik, selalu menanyakan keluhan yang
dialami dan mengingatkan pemeriksaan yang harus dilakukan selanjutnya seperti
imunisasi Tetanus Difteri.

E. Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil adalah :
1. Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum.
2. Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan terjadinya
tetanus apabila terluka pada saat persalinan.
3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan penting dalam mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi
secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal tetanus neonatorum (Depkes
RI, 2004).

F. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid


Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc
disuntikkan secara intramuskuler atausubkutan. Sebaiknya imunisasi TT diberikan
sebelum kehamilan 8 bulan. Suntikan TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif
hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan (Depkes RI, 2000). Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan
TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin, 2001 dan Depkes RI,
2005).2.1.6Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

G. Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid


1. Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung 1-2
hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan tindakan/pengobatan
(Depkes RI, 2002).
2. Imunisas Tetanus Toksoid adalah antigen yang sangat aman dan juga aman
untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT
tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi. Imunisasi Interval Persentasi (%)
Perlindungan Durasi Perlindungan TT 1 pada kunjungan antenatal pertama
atau sedini mungkin kehamilan, TT 2 Minimal 4 minggu setelah TT I. TT 3
Minimal 6 bulan setelah TT 2 atau selama kehamilan berikutnya. TT 4
Minimal setahun setelah TT 3 atau selama kehamilan berikutnya. TT 5
Minimal setahun setelah TT 4 atau kehamilan berikutnya atau seumur hidup

H. Keberhasilan Imunisasi Tetanus Toksoid


Tidak semua ibu hamil dan bayi yang baru lahir terbebas dari serangan
penyakit. Semua tergantung pada tingkatan keberhasilan imunisasi yang
dilakukan. Bigitu pula, waktu perlindungan yang terjadi pun bervariasi.
Keberhasilan imunisasi tetanus toksoid tergantung pada beberapa faktor :
1. Waktu Pemberian
Vaksin yang diberikan ketika ibu hamil masih memiliki kadar antibodi yang
masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Untuk waktu
pemberian yang efektif pada minusisasi TT harus diberikan sessuai dengan
jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil.
2. Kematangan Imunologik
Pada ibu hamil belum memiliki fungsi imun yang matang sehingga akan
memberikan hasil yang kurang efektif. Individu dengan status imun rendah,
seperti pasien yang mendapat mengobatan imunosupresan atau sedang
mengalami infeksi, makan akan mempengaruhi keberhasilan imunitas.
3. Keadaan Gizi
Gizi yang kurang akan menyebabkan kemampuan sistem imun lemah.
Meskipun kadar imunoglobulin normal atau meningkat, namun tidak mampu
meningkatkan antigen dengan baik karena kekurangan asam amino yang
dibutuhkan dalam pembentukan antibodi
4. Cara Pemberian Vaksin
Cara pemberian mempengaruhi respon yang timbul. Vaksin polio oral (lewat
mulut) akan menimbulkan imunitas lokal dan sistematik.
5. Dosis Vaksin
Dosis yang terlalu sedikit akan menimbulkan respon imun yang kurang pula.
Dosis yang terlalu timggi juga akan menghambat sistem kekebalan yang
diharapkan.

6. Frekuensi Pemberian
Jarak pemberian yang terlalu dekat, pada saat kadar antibodi masih tinggi,
maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi tersebut sehingga
tidak sempat merangsang sistem kekebalan. (National Health and Medical
Research Council, 2008).

I. Kontraindikasi.
Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mepunyai kontra indikasi.
Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada Ibu dengan riwayat
reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya, .Ibu dengan panas tinggi
dan sakit berat. Namun demikian ibu tersebut dapat di imunisasi segera setelah
sembuh (Kemeskas RI, 2011).

J. Tempat pelayanan
Menurut Depkes RI (2004), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi
TT antara lain puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin,
polindes, posyandu, rumah sakit swasta dokter praktektempat-tempat pelayanan
milik pemerintah yang memberikan pelayanan imunisasi diberikan dengan gratis.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya (hlm:187)


Purnomo, E. 2008. Vaksin Tetanus Mencegah Kematian Ibu dan Bayi

Anda mungkin juga menyukai