Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis
kelamin (Marliani, 2007).

Tabel 2-1: Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun


Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik/Diastolik
Darah (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Jantung

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran) yang


membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke
dari dan jaringan tubuh (Kasron, 2011). Sistem kardiovaskuler di bangun
oleh :

1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari bentuk dan susunanya
sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot polos yaitu di
luar kemauan kita ( dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk
jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara
kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba
adanya jantung yang di sebut iktus kordis. Ukuran jantung kurang lebih
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira 250 – 300
gram.
2) Lapisan jantung
a) Perikardium (Epikardium) adalah suatu membran tipis di bagian luar
yang membungkus jantung.
b) Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah
dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender
yang melapisi rongga endotel atau selaput lender yang melapisi
permukaan rongga jantung.
c) Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot –
otot jantung, otot jantung ini membentk bundalan – bundalan otot
3) Katup – katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting artinya
dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung manusia.
a) Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan
ventrikel dextra terdiri dari 3 katup.
b) vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistra terediri 2 katup.
c) vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel dextra
dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir menuju ke paru –
paru.
d) vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra dengan
aorta tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.
4) Pembuluh darah
a) pembuluh darah arteri
Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung
yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel sinistra di sebut
aorta. Arteri membawa darah mengandung oksigen, jauh dari
jantung, kecuali arteri pulmonalis. Arteri sebagian besar sangat
terletak di tubuh berdinding tebal, tinggi berotot kecuali arteri
tengkorak dan tulang punggung. Arteri kemerahan dalam warna ini
menunjukkan gerakan spurty darah memberikan denyut nadi, darah
di arteri bergerak dengan tekanan. Jika dinding arteri terluka, darah
keluar seperti ‘air mancur’ di daerah besar di sekitar arteri.
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh.
Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah
yang lebih besar disebut vena.
c) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali vena
paru, vena adalah berdinding tipis, memiliki lumen lebar, katup
yang hadir yang memberikan arus searah darah, vena berwarna
kebiruan, ini menunjukkan gerakan lamban darah. Darah dalam
pembuluh darah bergerak di bawah tekanan yang sangat rendah,
jika dinding vena terluka, darah yang keluar, mengumpulkan di
tempat di daerah kecil di sekitar vena.
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung beberapa vena
yang penting :
1. Vena cava superior: Vena balik yang memasuki atrium kanan
membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax dan
ektremitas atas.
2. Vena cava inferor: Vena yang mengembalikan darah kotor ke
jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
3. Vena cava jugularis: Vena yang mengembalikan darah kotor
dari otak ke jantung.
b. Fisiologi jantung
Adapun fisilogi atau cara kerja jantung yaitu sebagai berikut :
1) Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspid.
2) Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
3) Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Vena membawa darah yang kaya oksigen ke atrium kiri.
4) Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk mencapai
ventrikel kiri.
5) Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu aorta dan
darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan ke organ-organ
bagian atas dan tubuh bagian bawah.
6) Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran darah ke
setiap sel tubuh kita.
7) Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka menyaring limbah
dari darah sebelum darah dalam perjalanan kembali ke jantung.
8) Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri. Tekanan diastole tekanan di
dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (pada orang dewasa
normal kira-kira 80 mm Hg) Tekanan sistole tekanan di dalam pembuluh
darah yang timbul pada saat jantung memompakan darah keluar (pada
orang dewasa normal kira-kira 120 mm Hg) perbedaan arteri dan vena.
Peredaran darah kecil Peredaran darah kecil adalah peredaran darah
yang hanya keluar dari jantung untuk melalui paru-paru saja kemudian
akan kembali lagi ke jantung. Peredaran darah besar adalah peredaran
darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel)
kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. (Price dan Wilson,
Lorraine, 2006).

3. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:
Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga
berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah
merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,
sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah dari hidung).

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan
sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung
menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi yang
dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan
vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan
perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu
kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar
kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah
feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan
hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
Pathways
Usia di atas 50 tahun

Penebalan dinding aorta & pembuluh


darah

Elastisitas pembuluh darah menurun

Tahanan perifer menurun

Jantung bekerja keras untuk memompa

Cemas
Hipertensi Defisien pengetahuan

Ginjal
Otak Kenaikan beban
kerja jantung
Resistensi
pembuluh darah
Resistensi otak meningkat Hipertrofi otot
Suplai O2 otak
menurun pembuluh darah jantung
otak meningkat Vasokonstriksi
pembuluh darah
Resiko terjadi ginjal Penurunan fungsi
gangguan Tekanan otot jantung
perfusi pembuluh darah
jarinagan meningkat Blood flow
Resiko
serebral menurun
penurunan curah
jantung
Nyeri kepala Respon RAA

Vasokonstriksi Intoleransi
Gangguan rasa aktivitas
nyaman nyeri
Ransang aldosteron

Gangguan
Retesi Urin keseimbangan
Odem
cairan

Gangguan pola
tidur
5. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah keareah otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami
aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
b. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban
jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikl kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi.
Jantung akan semakin terancam seiring parahnya aterosklorsis coroner.
Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyakit atrial coroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah
akibat penambahan massa miokard.
c. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk
pada percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria
kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang disebabkan
oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di
sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke
miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria.

6. Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2012), penatalaksanaan dari hipertensi yaitu:

a. Penatalaksanaan Farmakologis
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95
mmHg serta bila sistolik nya berada diatas 130 atau 139 mmHg, maka
perlu dimulai terapi obat-obatan anti hipertensi.
Terapi farmakologis/terapi obat-obatan antihipertensi dapat digunakan
sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat
antihipertensi dibagi menjadi lima kategori yaitu:
1) Diuretik: Chlorthadilon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja
2) melalui berbagai mekanisme mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya.
3) Simpatolitik
Penghambat adrenergic yang bekerja di sentral simpatolitik.
Penghambat adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic
diklasifikasikan sebagai penekan simpatelik, atau simpatolitik.
Penghambat adrenergic beta yang telah dibahas sebelumnya juga
dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta.
4) Vasodilator arteriol langsung
Vasodilator yang bkerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh darah terutama
arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya
vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natirum serta air tertahan,
sehingga terjadi edema perifer.
Diuretic dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang
bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflex takikardi -
disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.
Penghambat beta sering kali diberikan bersama-sama dengan
vasodilator untuk menurunkan denyut jantung, hal ini untuk melawan
reflex takikardi. Dua dari vasodilator yang bekerja langsungm dalah
hidralazin dan minoksidil. Obat ini digunakan untuk pengobatan
hipertensi yang sedang dan berat. Nitroprusid dan diazoksid diresepkan
untuk hipertensi akut yang darurat. Kedua obat terakhir ini merupakan
vasodilator kuat yang dengan cepat menurunkan tekanan darah.
Nitroprusid bekerja pad apembuluh darah arteri dan vena. Sedangkan
diazoksid bekrja hanya pada pembuluh arteri.
Efek samping hidralazin cukup banyak, antara lain: takikardi,
palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan
saluran cerna, gejala-gejala sperti lupus, dan geja neurologis
(kesemutan, baal). Minoksidil memiliki efek samping yang serupa,
yaitu: takikardi, edema, dan pertumbuhan rambut yang berlebihan.
Dapat menyebabkan serangan angina. Nitroprusid dan diazoksid dapat
menyebabkan reflex takikardi, palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan
bingung. Hperglikemi dapat timbul dengan diaziksid karena obat ini
menghambat pelepasan insulin dan sel-sel pankreas.
5) Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan eksresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium
dieksresikan bersama-sama dengan air. Katropril, enalapril, lisinopril
adalah ketiga antagonus angiotensin. Obat-obat ini dapat digunakan
pada klien yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.
Efek samping dari obat-obatan ini adalah mual, muntah, diare,
sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang berlebihan
(hiperkalemia), dan takikardia. Akibatnya risiko hiperkalemia obat-
obat ini tidak boleh digunakan bersama-sama diuretic hemat kalsium.
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan yaitu: diet rendah garam, diet tinggi kalium, diet kaya buah
dan sayur, diet rendah kolesterol.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Beberapa studi
menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian huipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiri.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti jalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunka tekanan darah tinggi dan memperbaiki keadaan
jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah tinnggi.
Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arteroklerosis akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jatung.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Bararah & Jauhar (2013) dan Aspiani (2014),
a. pemeriksaan awal laboratorium meliputi:
1) Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder.
2) hemoglobin/hematokrit.
3) Elektrolit darah: kalium.
4) Ureum/kreatinin.
5) Gula darah puasa.
6) Kolesterol total.
b. Juga perlu dilakukan pemeriksaan EKG yaitu:
1) Hipertrofi ventrikel kiri.
2) Iskemia atau infark miokard.
3) Peninggian gelombang P.
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari tiga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebarnya paru.
3) Hipertrofi parenkim ginjal.
4) Hipertrofi vascular ginjal
B. PENGKAJIAN
1. FORMAT RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Klien/Data Biografis
Nama, Alamat/Telephon, Tempat dan tanggal lahir/umur, Jenis
Kelamin, Suku, Agama, Status Perkawinan, Pendidikan, Orang yang
paling dekat yang dapat dihubungi
b. Riwayat Keluarga
PASANGAN
Hidup, Status kesehatan, Umur, Pekerjaan, Kematian, Tahun
meninggal, Penyebab kematian
ANAK-ANAK
Hidup, Nama dan alamat, Tahun meninggal, Penyebab kematian
c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, Pekerjaan sebelumnya, Sumber-sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
d. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal, Jumlah kamar, Jumlah orang yang tinggal di
rumah, Derajat privasi, Tetangga terdekat
e. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat, Keanggotaan organisasi, Liburan/perjalanan
f. Sumber/Sistem Pendukung yang Digunakan
a) Dokter :
b) Rumah sakit/Klinik :
g. Status Kesehatan Saat Ini
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu status
Kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, Keluhan-keluhan
kesehatan utama, Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan
masalah kesehatan (mis., diet khusus, mengganti balutan ), Derajat
keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa
medis
Obat-obatan:
Nama, Dosis, Bagaimana/kapan menggunakannya,dokter yang
menginstruksikan, Tanggal resep.Pada pengkajian obat-obatan yang
diapakai, perlu dikaji Masalah-masalah dengan ketaatan (aturan yang
rumit dengan jumlah dab jenis obat yangbanyak, defisit penglihatan,
efek samping takmenyenangkan, persepsi keefektifan, kesulitan
memperoleh clan kemampuan menghasilkan).
Alergi (catatan agen clan reaksi spesifik)
Obat-obatan, Makanan, Kontak substansi, Faktor-faktor lingkungan.
Nutrisi
Catat kembali diet 24 jam (termasuk masukan cairan), Diet
khusus, pembatasan makanan, atau makanan pilihan,
Riwayatpeningkatan/penurunan berat badan, Pola konsumsi
makanan dan minuman (mis., frekuensi, sendiri atau dengan orang
lain), Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan dan
minuman (mis., pendapatan tidak adekuat, kurang transportasi,
masalah menelan/mengunyah, stres emosional), Kebiasaan yang
mempengaruhi pola makan dan minum.
h. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit masa kanak-kanak, Penyakit serius atau kronik, Trauma:,
Perawatan di rumah sakit (catat alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter),
Operasi (perhatikan jenis, tanggal, tempat, alasan, dokter),Riwayat
obstetric.
i. Riwayat Keluarga
Gambarkan silsilah (identifikasi kakek/nenek, orangtua, paman,
bibi, saudara kar dung, pasangan,anak-anak).Survai hal berikut ini:
kanker, diabetes, penyakitjantung, hipertensi, ganggguan ke jang,
penyakit ginjal, artritis, alkoholisme, masalah kesehatan mental,
anemia.
j. Tinjuan Sistem
a) umum
Masalah yang dikaji :
Kelelahan, Perubahan berat badan setahun yang lalu, Perubahan
napsu makan, Demam, Keringat malam, Kesulitan tidur, Sering
pilek, infeksi.
Penilaian diri terhadap seluruh status kesehatan, Kemampuan untuk
melakukan AKS/ADL (aktivitas kehidupan sehari-hari).
b) integumen
Masalah yang dikaji :
Lesi/luka, Pruritus, Perubahan pigmentasi, Perubahan tekstur,
Perubahan nevi, Sering memar, Perubahan rambut, Perubahan
kuku, Katimumul pada jari-jari kaki, kalus, Pemajanan lama
terhadap matahari
Pola penyembuhan lesi:
c) Hemopoetik
Masalah yang dikaji :
Perdarahan/memar abnormal, Pembengkakan kelenjar limfa,
Anemia, Riwayat transfusi darah.
d) Kepala
Masalah yang dikaji :
Sakit kepala, Trauma berarti pada masa lalu, Pusing
e) Perubahan penglihatan
Masalah yang dikaji :
Kaca mata/lensa kontak, Nyeri, Air mata berlebihan, Pruritus,
Bengkak sekitar mata, Floater, Diplopia, Kabur, Fotofobia,
Skotomata, Riwayat infeksiTanggal pemeriksaan paling akhir,
tanggal pemeriksaan glaukoma paling akhir, dampak pada
penampilan AKS
f) Telinga
Masalah yang dikaji :
Perubahan pendengaran, Tinitus, Vertigo, Sensitivitas
pendengaran, Alat-alat prostesa, Riwayat infeksiTanggal
pemeriksaan paling akhir, Kebiasaan perawatan telinga, Dampak
pada penampilan AKS
g) Hidung dan Sinus
Masalah yang perlu dikaji :
Rinorea, Epistaksis, Obstruksi, Mendengkur, Nyeri pada sinus,
Drip postnasal, Alergi, Riwayat infeksi, Penilaian diri pada
kemampuan olfaktori
h) Mulut dan Tenggorok
Masalah yang perlu dikaji :
Sakit tengorok, Lesi/ulkus Serak, Perubahan suara, Kesulitan
menelan, Perdarahan gusi, Karies, Kesulitan menelan, Alat-alat
prostesa, Riwayat infeksi, Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir,
Pola menggosok gigi, Pola flossing, Masalah dan kebiasaan
membersihkan gigi palsu:
i) Leher
Masalah yang perlu dikaji :
Kekakuan, Nyeri/nyeri tekan, Benjolan/massa, Keterbatasan gerak
j) Abdomen
Inspeksi (melihat)
- Melihat bagian hati dan lambung pada kuwdran I dan II jika ada
benjolan bererti ada pembesaran pada hati, dan jika ada bentol-
bentol berarti terkena kanker hati.
- Melihat perut simetris atau tidak apabila tidak simetris berarti
kemungkinan ada HEPATOMEGALI (pembesaran hati).
- Lihat apakan ada luka dan luka-luka hitam atau tidak jika ada
berarti ada luka dalam perut
Auskultasi
Bising usus pertama di usus halus (berbunyi kriuk-kriuk 12-25
X/menit lalu usus besar.
Palpasi
Lakukan penekanan pada bagian hati, lambung usus besar (usus
buntu), dan usus halus lalu usus besar lagi, (untuk mengetahui ada
tidaknya nyeri pada pasien, normalnya tidak ada jika ada berarti
pasien menderita TYPOIDI (typus) usus halus akan sakit pada saat
dilakukan penekanan.
Perkusi
- Membandingkan bunyi ketukan (Mengetuk dibagian perut
normalnya (plog) karena tidak ada masa, apabila terdengar seperti
suara perkusi jantung bererti dalam perut ada tumor).
- Kuwadran I (kanan) atas (hati) susaranya pekak
- Suara perkusi lambung dan usus timpani (banyak rongga)
k) Pernapasan
Inspeksi/ observasi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar
perawat dapat membedakan warna, bentuk, dan kebersihan tubuh
klien. Di antara observasi umum yang harus diperhatikan pada
pemeriksaan awal klien adalah:
- Postur dan tinggi
Klien yang mengalami kesulitan bernapas (dispnea) akibat
penyakit jantung biasanya lebih suka duduk dan mungkin akan
mengeluh perasaan sesak bila disuruh berbaring. Klien yang
menderita emfisema tidak hanya duduk tegak tetapi juga
memperlihatkan postur tubuh yang khas.
- Gerakan tubuh
Abnormalitas gerakan tubuh dibagi dua, yaitu disrupsi umum
gerakan volunter (involunter) dan gerakan yang asimetris.
- Pola bicara dan suhu tubuh
Kerusakan syaraf laringeus rekuren akan menyebabkan suara
serak, begitu juga penyakit yang menyebabkan edema atau
pembengkakan pita suara.
Palpasi
Palpasi merupakan bagian yang vital dalam pemeriksaan fisik.
Banyak struktur tubuh yang meskipun tidak terlihat, tetapi dapat dicapai
dengan tangan dan bisa dikaji dengan sentuhan. Tangan dan jari-jari
adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data
melalui temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
Sebagai contoh, suara ditransmisikan sepanjang bronkus ke perifer
paru. Hal tersebut dapat dirasakan dengan sentuhan dan dapat berubah
oleh keadaan penyakit tertentu di paru-paru (fenomena tactile fremitus).
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh
lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi
bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai
alat untuk menghasilkan suara. Prinsipnya adalah menggunakan
dinding dada atau abdomen dengan cara mengetuk dengan benda keras.
Suara yang dihasilkan merupakan refleksi densitas struktur di
bawahnya.
Perkusi akan memberikan kita kapasitas untuk mengkaji detil
anatomis normal sejauh mana diafragma akan bergerak ke bawah
selama inspirasi. Suara di atas jaringan paru normalnya sonor,
sementara suara di atas diafragma pekak. Adapun suara-suara yang
dijumpai pada perkusi dari yang kurang padat sampai yang paling padat
adalah:
1) Timpani
Suara yang menyerupai gendang dihasilkan dengan melakukan
perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asma kronik.
2) Sonor
Suara perkusi jaringan yang normal/ yang dihasilkan oleh paru yang
penuh udara
3) Hipersonor
Suara pada jaringan paru yang sangat mengembang, seperti pada
penderita emfisema.
4) Pekak
Perkusi jaringan padat, seperti pada hepar.
5) Redup
Suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paha.
Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dan biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. Suara
tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus,
sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
2) Ronchi: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila
klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3) Wheezing: bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada
fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronkitis akut,
asma.
4) Pleura Friction Rub: bunyi yang terdengar “kering” seperti suara
gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan
peradangan pleura.
l) Kardiovaskuler
Inspeksi Jantung :
Tanda-tanda yang diamati :
a) Bentuk precordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris, Prekordium
yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis
atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis, Prekordium yang
gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung,efusi
epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum
b) Denyut pada apeks jantung
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat di dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra
c) Denyut nadi pada dada
apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta.Aneurisma aorta ascenden dapat
menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan, sedangkan
denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan
adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden
d) Denyut vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutanv.Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena
jugularis interna dan eksterna
Palpasi Jantung
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba
dinilai kuat angkat atau tidak, Kadang-kadang kita tidak dapat
melihat, tetapi dapat meraba iktus, Padakeadaan normal iktus
cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2
cm) dari linea midklavikularis kiri
2) Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub
bawaan atau penyakit jantung congenital.
Disini harus diperhatikan :
 Lokalisasi dari getaran
 Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
 Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung
dan darah akan mengalir lebih cepat.
 Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung
3) Pemeriksaan gerakan trachea
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena
anatomi trachea berhubungan dengan arkus aorta.Pada aneurisma
aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat
teraba.
Perkusi Jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
 Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.Perubahan
antara bunyi sonor dari paruparu ke redup relatif kita tetapkan
sebagai batas jantung kiri.
 Batas kanan jantung
Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial. Disini agak sulit
menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding
depan thorak.
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung
yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta.
Auskultasi Jantung
 Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang
memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian.
 Corong pertama berbentuk kerucut (bell)yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks)
 Corong yang kedua berbentuk lingkaran (diafragma) yang sangat
baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah
Pada auskultasi diperhatikan 2 hal, yaitu :
1) Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II.
BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikularis,
yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II: Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan
a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira
pada permulaan diastole
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I

2) Bising jantung / cardiac murmur


Bunyi jantung 1
Daerah auskultasi untuk BJ I :
 Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
 Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum : katub
trikuspidalis terdengar disini
 Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan
tempat yang baik pula untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
 stenosis mitral - interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
 pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat
misalnya pada kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.
Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
 shock hebat
 interval PR yang memanjang
 decompensasi hebat.
Bunyi jantung 2
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
 Hipertensi
 arterisklerosis aorta yang sangat.
Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
 Kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan
bilik kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor
congenital BJ I dan II akan melemah pada :
 orang yang gemuk - emfisema paru-paru - perikarditis
eksudatif

m) Gastrointestinal
Masalah yang dikaji :
Disfagia, Takdapat mencerna, Nyeri ulu hati, Mual/muntah,
Hematemesia, Perubahan napsu makan, Intoleran makanan,
Ulkus, Nyeri, Ikterik, Benjolan/massa, Perubahan kebiasaan
defekasi, Diare, Konstipasi, Melena, Hemoroid, Perdarahan
rektum.Pola defekasi biasanya
n) Perkemihan
Masalah yang dikaji :
Disuria, Frekuensi, Ragu-ragu, Menetes, Ragu-ragu, Dorongan,
Hematuria, Poliuria, Oliguria, Nokturia, Inkontinensia, Nyeri
saat berkemih, Batu, infeksi
o) Genitoreproduksi-Pria
Masalah yang dikaji :
Lesi, Nyeri testikuler, Massa testikuler, Masalah prostat,
Penyakit kelamin, Perubahan hasrat seksual, Impotensi, Masalah:
aktivitas seksual.
p) Genitoreprodnksi-Wanita
Masalah yang dikaji :
Lesi, Perdarahan pasca-senggama, Nyeri pelvik,
Sistokel/rektokel/prolapse, Penyakit kelamin, Infeksi, Masalah:
aktivitas seksual, Dispareunia.
Riwayat menstruasi (usia awaitan, tanggal periode menstruasi
terakhir), Riwayat menopause (usia, gejala, masaiah-masalah
pasca-menopause), Tanggal dan hasil tes Papsmear paling akhir:
G: P: A:
q) Muskuloskeletal
Masalah yang dikaji :
Nyeri persendian, Kekakuan, Pembengkakan sendi, Deformitas,
Spasme, Kram, Kelemahan otot, Masalah cara berjalan, Nyeri
punggung, Prostesa, Pola kebiasaan latihan, Dampak pada
penampilan AKS
r) Sistem Saraf Pusat:
Masalah yang dikaji :
Sakit kepala, Kejang, Sinkope/serangan jatuh, Paralisis, Paresis,
Masalah koordinasi, Tic/tremor/spasme, Parestesia, Cedera kepala,
Masalah memori
s) Sistem Endokrin
Masalah yang dikaji :
Intoleran panas, Intoleran dingin, Goiter, Pigmentasi
kulit/tekstur, Perubahan rambut, Polifagia, Polidipsia,Poliuria.
t) Psikososial
Masalah yang dikaji :
Cemas, Depresi, Insomnia, Menangis, Gugup, Takut, Masalah
dalam mengambil keputusan, Kesulitan berkonsentrasi.
Pernyataan perasaan umum mengenai kepuasan/frustrasi:
Mekanisme koping yang biasa, Stres saat ini, Masalah tentang
kematian , Dampak penampilan AKS
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
7. Gangguan keseimbangan cairan b/d intake yang kurang
8. Resiko gangguan perfusi jaringan serebral b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi oksigen, hypervolemia hipoventilasi, gangguan aliran
arteri dan vena

Anda mungkin juga menyukai