27 DESEMBER 2019
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR ... TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PENGGUNAAN DANA
ALOKASI KHUSUS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut DAK Nonfisik adalah dana yang
dialokasikan ke daerah untuk membiayai operasional
kegiatan program prioritas nasional di bidang kesehatan
yang menjadi urusan daerah guna meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah.
2. Dana Alokasi Khusus Nonfisik Pengawasan Obat dan
Makanan yang selanjutnya disebut DAK POM adalah dana
yang dialokasikan ke daerah untuk membiayai operasional
pengawasan obat dan makanan yang menjadi urusan
daerah.
3. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
--2--
-3-
Pasal 2
Petunjuk Operasional Penggunaan DAK POM merupakan
acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
pengelolaan dana kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Pasal 3
DAK POM terdiri atas:
a. pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian; dan
b. pengawasan makanan minuman industri rumah tangga
(IRT).
Pasal 4
Pengelolaan DAK POM meliputi:
a. penyusunan rencana kegiatan dan penganggaran
b. pelaksanaan kegiatan;
c. monitoring dan evaluasi; dan
d. pelaporan.
Pasal 5
--3--
-4-
--4--
-5-
Pasal 6
Pelaksanaan kegiatan DAK POM sebagaimana dimaksud pada
Pasal 4 huruf b mengacu kepada Petunjuk Operasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 7
(1) Monitoring dan Evaluasi kegiatan DAK POM sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4 huruf c, terdiri dari monitoring
pelaksanaan kegiatan serta monitoring capaian anggaran dan
capaian output.
(2) Monitoring pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diunggah menggunakan aplikasi SMART POM.
(3) Monitoring capaian anggaran dan capaian output sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diinput melalui aplikasi E-RENGGAR
Kementerian Kesehatan.
Pasal 8
(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf d
dilakukan oleh Kepala dinas kabupaten/kota menyampaikan
laporan triwulan, semesteran, dan tahunan yang memuat
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK POM secara
kumulatif kepada Kepala Badan.
(2) Laporan triwulan, semesteran, dan tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat menu, kegiatan, subkegiatan,
lokasi kegiatan, realisasi fisik (output kegiatan), realisasi
keuangan, dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK.
--5--
-6-
Pasal 9
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
PENNY K. LUKITO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
--6--
-7-
LAMPIRAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN
NOMOR … TAHUN 2019
TENTANG
PETUNJUK OPERASIONAL
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat dan makanan merupakan dua kebutuhan yang sangat erat dengan
kehidupan manusia. Tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar,
sejatinya obat dan makanan juga menjadi penentu kualitas kehidupan
manusia. Dengan demikian, pengawasan obat dan makanan berfungsi
strategis dalam upaya perlindungan dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat Indonesia. Menyadari hal tersebut, pemerintah telah
memberikan mandat kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
sebagai lembaga non kementerian untuk menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan. Hal ini tercantum dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 tentang
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sistem pengawasan obat dan makanan bersifat luas dan berlapis yang
melibatkan berbagai elemen pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha di
bidang obat dan makanan. Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah
daerahpun memiliki kewajiban dalam melaksanakan pengawasan obat dan
makanan di lingkungan masyarakatnya sebagaimana tercantum dalam
Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan
BPOM memiliki fungsi koordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan
makanan dengan instansi pemerintah pusat dan daerah disamping fungsi
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional di bidang pengawasan
obat dan makanan.
--7--
-8-
B. Prinsip Dasar
Pemanfaatan DAK POM berlandaskan pada prinsip–prinsip:
1. Keterpaduan;
DAK POM direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu dan
terintegrasi untuk mencapai tujuan kegiatan melalui koordinasi lintas
--8--
-9-
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Petunjuk Operasional ini adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang
2. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
3. Kriteria dan Alokasi
4. Keluaran dan Indikator Keluaran
5. Pelaksanaan Kegiatan
6. Pembiayaan
7. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
8. Formulir
D. Pengertian Umum
Dalam Petunjuk Operasional ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
--9--
- 10 -
- - 10 - -
- 11 -
16. Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat
SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
17. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
18. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.
19. Pangan Produksi IRTP adalah pangan olahan hasil produksi IRTP yang
diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel.
20. Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali, dan/atau mengubah bentuk pangan.
21. Penyuluh Keamanan Pangan yang selanjutnya disebut PKP adalah
Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kualifikasi PKP dan mempunyai
kompetensi sesuai dengan bidangnya dalam produksi pangan serta diberi
tugas untuk melakukan penyuluhan keamanan pangan dari organisasi
yang kompeten.
22. Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) adalah
Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai kualifikasi DFI dan mempunyai
kompetensi sesuai dengan bidangnya dalam produksi pangan serta diberi
tugas untuk melakukan pengawasan keamanan pangan IRTP dalam
rantai pangan dari organisasi yang kompeten.
23. Nomor P-IRT adalah nomor Pangan Produksi IRTP yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari SPP-IRT dan wajib dicantumkan pada label
pangan produksi IRTP.
- - 11 - -
- 12 -
BAB II
PENGAWASAN FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
A. Latar Belakang
Secara umum, pengawasan sediaan farmasi (khususnya obat) di peredaran
tidak terlepas dari pengawasan terhadap sarana produksi, fasilitas distribusi
dan fasilitas pelayanan kefarmasian, baik pengawasan yang dilakukan oleh
BPOM, Kementerian Kesehatan maupun Pemerintah Daerah. Berbeda
dengan sarana produksi dan fasilitas distribusi, penerbitan izin fasilitas
pelayanan kefarmasian (khususnya apotek dan toko obat) sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan sub-urusan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Minuman sepenuhnya merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan
kabupaten/kota. Pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian oleh
Pemerintah Daerah juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan perizinan
(termasuk di dalamnya perizinan apotek dan toko obat) wajib dilakukan
pengawasan, sehingga fasilitas pelayanan kefarmasian dapat senantiasa
memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di dalam menjalankan operasional/kegiatannya.
- - 12 - -
- 13 -
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan kepatuhan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan.
2. Khusus
a. Meningkatkan validitas data perizinan fasilitas pelayanan kefarmasian
yang ada di daerah.
- - 13 - -
- 14 -
2) Kriteria mutlak
a. Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dalam hal ini Dinas
Kesehatan kabupaten/kota harus memiliki minimal 2 (dua) orang
petugas pengawas fasilitas pelayanan kefarmasian; dan
b. Terdapat minimal 36 (tiga puluh enam) fasilitas pelayanan
kefarmasian yang terdiri dari apotek dan toko obat di wilayah
kabupaten/kota setempat.
2. Alokasi
Pengalokasian DAK POM menu pengawasan fasilitas pelayanan
kefarmasian menggunakan prinsip standar minimal dengan besaran
alokasi anggaran yang mengacu pada Anak Lampiran I.1 dan target
output yang mengacu pada Anak Lampiran I.2.
- - 14 - -
- 15 -
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan Pengawasan Apotek dan Toko Obat terhadap Pemenuhan
Standar dan Persyaratan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Ruang Lingkup
Pengawasan dilakukan dengan cara audit/pemeriksaan dalam rangka
verifikasi dan pengkajian ulang data-data terkait izin operasional
apotek dan toko obat yang terdapat di wilayah kabupaten/kota
setempat.
b. Pelaksanaan Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang Petugas Pengawas
yang kompeten dengan membawa Surat Tugas yang diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan Ceklis Pemeriksaan sesuai Formulir II.1. Jika
diperlukan, Petugas Pengawas dapat mengajukan pertanyaan untuk
memperkuat hasil observasi. Petugas Pengawas juga disarankan
mencatat sendiri hal-hal lain yang ditemukan selama pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan selanjutnya direkap sesuai dengan Formulir II.2.
c. Jumlah Pengawasan
Kegiatan pengawasan izin operasional apotek dan toko obat berupa trip
(hari) perjalanan dengan target pemeriksaan apotek dan/atau toko
obat sebagaimana tercantum pada Anak Lampiran I.2. Dalam satu kali
perjalanan (satu hari), pengawas diharapkan mampu memeriksa
minimal 2 (dua) fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek dan/atau toko
obat). Jumlah trip perjalanan dapat disesuaikan dengan ketentuan
pelaksanaan perjalanan dinas dan kondisi di daerah selama target
output dalam satu tahun dapat tercapai.
- - 15 - -
- 16 -
e. Tindak Lanjut
Terhadap hasil pemeriksaan, apabila ditemukan ketidaksesuaian
terkait perizinan, maka agar dilakukan tindak lanjut sesuai dengan
ketentuan perizinan yang berlaku.
- - 16 - -
- 17 -
Jika jumlah tenaga kefarmasian yang ada melebihi dari target peserta
yang dapat diberikan bimbingan teknis, maka tenaga kefarmasian
yang diprioritaskan untuk diberikan bimbingan teknis ditentukan
dengan mempertimbangkan hal sebagai berikut:
1) belum pernah dikunjungi (diperiksa atau dibina) oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selama kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir atau lebih;
2) belum pernah diperiksa oleh UPT BPOM setempat selama kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir atau lebih; dan
3) fasilitas pelayanan kefarmasian yang pernah melakukan
pelanggaran berat atau mendapatkan sanksi dari UPT BPOM
dalam pengelolaan sediaan farmasi.
b. Narasumber
Narasumber pada bimbingan teknis ini adalah Tenaga Pengawas
fasilitas pelayanan kefarmasian yang kompeten dari Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan/atau UPT BPOM setempat atau dari instansi lain
yang kompeten di bidangnya.
c. Penyelenggara
Penyelenggara atas pelaksanaan bimbingan teknis ini adalah Dinas
Kesehatan kabupaten/kota. Dalam sekali penyelenggaraan bimbingan
teknis, dapat diikuti sejumlah maksimal 50 (lima puluh) orang yang
terdiri atas 10 (sepuluh) orang panitia termasuk narasumber dan 40
(empat puluh) orang peserta. Dalam hal kapasitas ruangan yang
terbatas maka penyelenggaraan bimbingan teknis dapat dilakukan
dengan jumlah peserta minimal 20 (dua puluh) orang.
Penyelenggaraan dapat dilaksanakan sebanyak minimal 2 (dua) kali
per tahun. Jumlah tenaga kefarmasian yang diberikan bimbingan
teknis dalam satu tahun adalah minimal sebanyak 80 (delapan puluh)
orang.
- - 17 - -
- 18 -
f. Tempat
Tempat pelaksanaan dapat menggunakan ruang rapat/balai
pertemuan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan
kabupaten/kota setempat atau menyewa ruang pertemuan yang
dimiliki pihak swasta sesuai dengan Standar Satuan Harga (SSH) di
daerah masing-masing. Tempat pelaksanaan bimbingan teknis agar
dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran,
mempertimbangkan kenyamanan dan keterjangkauan peserta dengan
tetap mempertimbangkan efisiensi dana dan kualitas pelatihan.
- - 18 - -
- 19 -
F. Pembiayaan
DAK POM menu pengawasan fasilitas pelayanan kefarmasian dapat
digunakan untuk pembiayaan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengawasan Apotek dan Toko Obat terhadap Pemenuhan Standar dan
Persyaratan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Belanja Bahan
Belanja bahan yaitu termasuk biaya konsumsi dan snack rapat
koordinasi, serta penggandaan dan pelaporan
1) Biaya konsumsi dan snack rapat koordinasi dalam rangka
persiapan, monitoring dan evaluasi mengacu pada Standar
Satuan Harga (SSH) di daerah masing-masing. Rapat koordinasi
dapat dilaksanakan lebih dari 1 (satu) kali dengan menyesuaikan
jumlah anggaran yang tersedia dan dapat mengundang instansi
terkait (Dinas PM-PTSP, UPT BPOM) dan organisasi profesi (IAI,
PAFI) di wilayah kabupaten/kota setempat.
- - 19 - -
- 20 -
- - 20 - -
- 21 -
- - 21 - -
- 22 -
2. Alur Pelaporan
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
rutin setiap triwulan dan semesteran paling lambat 14 hari setelah
periode triwulan dan semester berakhir, yang di dalamnya termasuk
dokumentasi dan laporan keuangan, kepada Kepala BPOM cq.
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor dengan tembusan Kepala UPT BPOM dan
Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota setempat, melalui SMART POM
(http://smartbpom.pom.go.id/). Apabila terdapat kendala pelaporan
melalui SMART POM (http://smartbpom.pom.go.id/), maka laporan
dapat dikirimkan melalui alamat email smartbpom@pom.go.id
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
tahunan paling lambat pada tanggal 31 Januari tahun berikutnya,
sesuai alur sebagaimana disebutkan pada butir (a). Laporan tahunan
dilengkapi dengan penyampaian rekomendasi yang dapat dilakukan
sebagai tindak lanjut bagi lintas sektor terkait. Selain melalui SMART
POM (http://smartbpom.pom.go.id/), laporan tahunan secara fisik
juga dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap yang diperuntukkan 1 (satu)
rangkap bagi BPOM Pusat, 1 (satu) rangkap UPT BPOM setempat, 1
(satu) rangkap Walikota/Bupati c.q Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota, 1 (satu) rangkap Dinas Kesehatan Provinsi dan 1
(satu) rangkap sebagai arsip Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- - 22 - -
- 23 -
3. Kepatuhan Pelaporan
Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan kinerja program dan
keuangan serta progres peningkatan capaian pelaksanaan pengawasan
fasilitas pelayanan kefarmasian dan bimbingan teknis fasilitas pelayanan
kefarmasian akan dijadikan pertimbangan dalam pengalokasian DAK
POM pada tahun berikutnya sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai atau mengukur sejauh mana
pelaksanaan pengelolaan DAK POM menu pengawasan fasilitas
pelayanan kefarmasian telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ditetapkan. Apabila dalam pelaksanaan DAK POM menu
- - 23 - -
- 24 -
- - 24 - -
- 25 -
Formulir II.1
CEKLIS PEMERIKSAAN
IZIN OPERASIONAL FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
TAHUN 2020
I. PELAKSANAAN
1. Hari/Tanggal Pemeriksaan :
2. Petugas Pemeriksa
a. Nama Petugas :
Jabatan :
Instansi :
b. Nama Petugas :
Jabatan :
Instansi :
- - 25 - -
- 26 -
B. PERSONALIA
1. Apakah Penanggungjawab sarana (Apoteker/TTK) masih bekerja di fasilitas
pelayanan kefarmasian sesuai dengan SIPA/SIPTTK?
☐ Ya ☐ Tidak
Jika memilih ”Tidak” sebutkan alasannya:
- - 26 - -
- 27 -
- - 27 - -
- 28 -
Apakah obat yang dijual oleh fasilitas pelayanan kefarmasian adalah obat
yang memiliki Nomor Izin Edar dari Badan POM? (sampling 10 obat keras
10.
fast moving dan cek melalui https://cekbpom.pom.go.id/ dan/atau Aplikasi
BPOM Mobile)
☐ Ya ☐ Tidak
Jika menjawab “Ya”, sebutkan nama produk dan zat aktif obat:
☐ Ya ☐ Tidak
Jika menjawab “Ya”, sebutkan nama obat dan jenis kerusakan dimaksud:
☐ Ya ☐ Tidak
14. Apakah di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian tersedia buku/referensi
peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraaan pelayanan
kefarmasian?
☐ Ya ☐ Tidak
15. Apakah di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian tersedia sarana prasarana
penunjang berikut?
☐ listrik yang memadai ☐ Air bersih (PDAM/Sumur)
16. Apakah fasilitas pelayanan kefarmasian melakukan kegiatan di luar
fungsinya, misal melakukan kegiatan produksi dan/atau
distribusi/penyaluran obat?
☐ Ya ☐ Tidak
IV. CATATAN PETUGAS
(Catatan diisi oleh Petugas Pemeriksa apabila ada hal lain yang perlu
dilaporkan)
- - 28 - -
- 29 -
2. (Tanda tangan, nama lengkap dan jabatan) 2. (Tanda tangan, nama lengkap)
- - 29 - -
- 30 -
Formulir II.2
REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN DALAM RANGKA PENGKAJIAN IZIN
FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN TAHUN 2020
TRIWULAN KE-/SEMESTER KE-
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Keterangan:
- Kolom Kesimpulan diisi “Sesuai” jika sarana beroperasi sesuai dengan keterangan yang ada di perizinan atau “Tidak Sesuai”
jika sarana beroperasi tidak sesuai dengan keterangan yang ada di izin.
- Tindak lanjut pemeriksaan diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Formulir II.3
REKAP LAPORAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS TENAGA KEFARMASIAN
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM PEMENUHAN STANDAR DAN PERSYARATAN
TRIWULAN KE-/SEMESTER KE-
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
- - 31 - -
- 32 -
Formulir II.4
Anggaran Output
% %
No Subkegiatan Pagu Capaian Capaian Capaia Satuan Capaia Kendala Tindak Lanjut
Target
Anggaran Anggaran Anggaran n n
Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A. Menu Pengawasan Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian
1 Pelaksanaan Pengawasan Apotek dan Fasyanfar
Toko Obat Terhadap Pemenuhan
Standar dan Persyaratan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota
2 Melakukan Bimtek Petugas Pengelola Peserta
Sarana Apotek dan Toko Obat dalam
pemenuhan standar dan persyaratan
sarana pelayanan kefarmasian oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota
Ttd
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 32 - -
- 33 -
Petunjuk Pengisian :
Kolom (1) : sudah jelas
Kolom (2) : sudah jelas
Kolom (3) : diisi pagu DAK POM per menu (untuk baris menu) dan per subkegiatan (untuk baris subkegiatan) sesuai BA yang telah divalidasi
Kolom (4) : diisi besaran angka rupiah anggaran yang telah digunakan/dilaksanakan
Kolom (5) : diisi persentase perbandingan antara capaian anggaran (kolom 4) dengan pagu anggaran (kolom 3)
Kolom (6) : diisi dengan target yang telah disepakati dan tertuang dalam TOR dan/atau RAB yang telah diverifikasi saat desk
Kolom (7) : diisi dengan capaian output kegiatan yang telah dilaksanakan
Kolom (8) : sudah jelas
Kolom (9) : diisi persentase perbandingan antara capaian output (kolom 7) dengan target output (kolom 6)
Kolom (10) : diisi dengan kendala-kendala yang dihadapi saat pelaksanaan kegiatan (jika ada)
Kolom (11) : diisi dengan tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada (kolom 10)
- - 33 - -
- 34 -
BAB III
PENGAWASAN MAKANAN MINUMAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
A. Latar Belakang
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting dalam
sistem keamanan pangan di Indonesia. Pada umumnya IRTP merupakan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jumlah yang cukup besar
yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Menurut data dari Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM yang ada sebanyak
56 juta dan sejumlah 39,2 juta (70%) bergerak dibidang pangan.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi sektor pangan yang mencapai
8.8%, yang dicerminkan pada tingkat pertumbuhan dan ditopang tingkat
konsumsi masyarakat. Pada tahun 2018, Sektor makanan dan minuman
berkontribusi di atas 35 persen terhadap PDB industri non migas.
Mengingat potensi ekonomi yang sangat strategis dan penting, serta potensi
risiko produknya maka perlu diselaraskan dengan pertumbuhan IRTP yang
sangat cepat sekaligus meningkatkan keamanan dan mutu produknya.
Dalam hal pengawalan terkait aspek keamanan dan mutu Pangan Industri
Rumah Tangga (P-IRT) tersebut, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan pada pasal 108 ayat (3) diatur diantaranya
adalah BPOM melakukan pengawasan keamanan pangan, mutu pangan dan
gizi pangan untuk pangan olahan. Pangan olahan tersebut termasuk Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT). Disamping itu, pada PP Nomor 28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pengawasan keamanan P-
IRT harus dilakukan secara terpadu dengan Pemerintah Daerah dalam hal
ini kabupaten/kota. BPOM sebagai koordinator pengawasan obat dan
makanan nasional sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017
tentang Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, bertanggung jawab
untuk menyiapkan dan menggembangkan
kebijakan/regulasi/standar/pedoman pengawasan pangan olahan
termasuk P-IRT.
- - 35 - -
- 36 -
2. Alokasi
Penetapan alokasi DAK POM menu pengawasan makanan minuman IRT
berdasarkan jumlah target output per daerah, khususnya pada target
jumlah sarana yang diperiksa dan jumlah sampel yang diuji.
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi (Jumlah IRTP)
e = margin of error (10%)
Jumlah sarana yang menjadi target permeriksaan adalah 50% dari hasil
sampling size.
Penetapan target jumlah sampel PIRT yang disampling dan diuji per
daerah menggunakan formula:
- - 36 - -
- 37 -
2. Indikator Keluaran
a. Jumlah sarana IRTP Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) dan Memenuhi
Ketentuan (MK).
Jumlah sarana yang dilakukan pemeriksaan yang didalamnya terdiri
dari jumlah sarana TMK dengan hasil pemeriksaan Level III dan IV
serta jumlah sarana MK dengan hasil pemeriksaan Level I dan II.
b. Jumlah produk IRTP yang Memenuhi Syarat (MS) dan Tidak Memenuhi
Syarat (TMS) berdasarkan hasil uji.
Jumlah produk IRTP MS dan TMS yang telah dilakukan pengujian
berdasarkan parameter uji pengujian yang telah ditentukan.
E. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan meliputi beberapa tahapan, yaitu:
1. Pengawasan Pre-Market IRTP Dalam Rangka Penerbitan Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
a. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Penyuluhan Keamanan Pangan
bagi Pelaku Usaha IRTP.
Pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan mengacu pada Peraturan
Badan POM Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
- - 37 - -
- 38 -
1) Peserta
Penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada minimal 30
pemilik atau penanggung jawab IRTP di wilayah kabupaten/kota
setempat yang belum pernah mengikuti penyuluhan keamanan
pangan. Data peserta yang membutuhkan penyuluhan
didapatkan dari data Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Narasumber
Narasumber pada penyuluhan ini adalah tenaga Penyuluh
Keamanan Pangan (PKP)/DFI yang kompeten dari Dinas
Kesehatan kabupaten/kota atau UPT BPOM setempat atau dari
instansi lembaga lain yang kompeten di bidangnya.
3) Penyelenggara
Penyelenggara penyuluhan adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota. Panitia penyelenggara penyuluhan memiliki
tugas:
• Mengoordinasi pelaksanaan Bimtek
• Menyiapkan dan memastikan kesiapan dan kesesuaian
materi dan tenaga narasumber
• Menyelesaikan kelengkapan administrasi
• Menyusun laporan kegiatan
- - 38 - -
- 39 -
6) Tempat
Tempat pelaksanaan yang digunakan dalam pelatihan harus
mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan disesuaikan
dengan kebutuhan pelatihan. Prasarana pelatihan dapat
menggunakan balai/gedung bangunan milik Pemerintah Daerah
dan/atau tempat lain yang representatif dengan tetap
mempertimbangkan kenyamanan dan kemudahan dijangkau
peserta serta efisiensi dana dan kualitas pelatihan. Penggunaan
sewa gedung dimungkinkan apabila peserta Bimtek minimal 40
orang.
- - 39 - -
- 40 -
- - 40 - -
- 41 -
- - 41 - -
- 42 -
- - 42 - -
- 43 -
- - 43 - -
- 44 -
- - 44 - -
- 45 -
2) Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diuji sesuai dengan target output per daerah
yang telah dinilai dan disahkan oleh BPOM sebagaimana
tercantum pada Anak Lampiran I.2.
3) Pengujian Sampel
Pengujian dapat dilakukan setelah dilakukan evaluasi sampel
yang mencakup label (jika ada), legalitas produk, masa
kedaluwarsa produk dan kondisi produk (rusak/berkarat/dsb).
Pengujian sampel dilakukan di laboratorium pemerintah maupun
laboratorium swasta yang terakreditasi. Pengujian sampel
mengacu pada Parameter Uji Kimia Bahan Berbahaya, Cemaran
Mikrobiologi, Cemaran Logam Berat, serta Kadar BTP
sebagaimana tercantum pada Anak Lampiran I.4.
- - 45 - -
- 46 -
2) Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah petugas Dinas Kesehatan dengan
mengundang peserta lintas sektor terkait.
- - 46 - -
- 47 -
2) Pelaksanaan kegiatan
• Dalam pelaksanaan kegiatan harus memegang teguh prinsip
akuntabilitas dan tertib administrasi keuangan;
• Selama pelaksanaan kegiatan KIE berlangsung, setiap
narasumber tidak diperkenankan untuk mengampanyekan
salah satu calon presiden dan calon wakil presiden, partai
politik tertentu, serta calon legislatif tertentu dan tidak
diperkenankan memasang spanduk/umbul-umbul dan
atribut partai;
• Souvenir/goody bag seminar kit (contohnya: pensil, pulpen,
block note, dan flashdisk) disesuaikan dengan peraturan
yang berlaku dan anggaran yang tersedia;
• Pemberian souvenir/goody bag oleh siapapun selain dari
panitia KIE kepada para peserta tidak diperkenankan selama
KIE berlangsung;
3) Peserta
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) keamanan pangan
dilakukan minimal kepada 200 orang masyarakat per satu tahun
pelaksanaan.
4) Narasumber
Narasumber pada kegiatan KIE ini adalah dengan mengundang
narasumber dari UPT BPOM setempat atau BPOM pusat, Dinas
Kesehatan atau dari instansi terkait.
5) Penyelenggara
Penyelenggara KIE adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Panitia penyelenggara KIE memiliki tugas:
• Mengoordinasikan pelaksanaan KIE
- - 47 - -
- 48 -
7) Tempat
Tempat pelaksanaan yang digunakan dalam KIE harus
mendukung terlaksananya kegiatan. Prasarana KIE dapat
menyewa gedung atau mengunakan gedung milik pemerintah
yang representatif dengan tetap mempertimbangkan
kenyamanan, kualitas KIE, efisiensi anggaran dan kemudahan
jangkauan oleh peserta.
F. Pembiayaan
1. Biaya Pengawasan PreMarket Industri Rumah Tangga Pangan Dalam
Rangka Penerbitan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
a. Biaya Bimbingan Teknis untuk Penyelenggaraan Penyuluhan
Keamanan Pangan Bagi Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan.
Pembiayaan dikelola oleh panitia dari Dinas Kesehatan tiap-tiap
kabupaten/kota penerima DAK. Pembiayaan berupa:
Mata
No Uraian Keterangan
Anggaran
1 Belanja Konsumsi Minimal 30 orang
Bahan peserta. Biaya
disesuaikan dengan
peraturan daerah yang
berlaku, apabila tidak
diatur dapat
menggunakan standar
rata-rata SBM nasional
Seminar Kit Biaya Maksimal
(contohnya buku, Rp 100.000 per paket
pulpen, nametag, atau disesuaikan
flashdisk berisi dengan peraturan
peraturan pangan daerah yang berlaku.
IRTP, serta biaya Biaya tersebut sudah
cetak sertifikat PKP, termasuk cetak
dan goodie bag) sertifikat bagi peserta
- - 48 - -
- 49 -
Mata
No Uraian Keterangan
Anggaran
Penggandaan dan Standar biaya sesuai
Pelaporan (laporan dengan standar biaya
kegiatan dan laporan yang berlaku didaerah
keuangan) masing-masing.
2 Belanja Paket meeting dalam Minimal 30 orang
Perjalanan kota meliputi biaya peserta. Biaya
Dinas transport lokal dan disesuaikan dengan
biaya uang harian peraturan daerah yang
berlaku, apabila tidak
diatur dapat
menggunakan standar
rata-rata SBM nasional
3 Belanja Sewa Sewa gedung Biaya disesuaikan
dengan peraturan
daerah yang berlaku,
apabila tidak diatur
dapat menggunakan
standar rata-rata SBM
nasional. Dapat
mencakup biaya untuk
peralatan elektronik,
penyediaan kursi dan
meja acara, serta
spanduk. Biaya sewa
gedung dapat
digunakan apabila
peserta minimal 40
orang
- - 49 - -
- 50 -
Mata
No Uraian Keterangan
Anggaran
market. Penggandaan form-form
pengawasan seperti Form Berita
Acara, Form CAPA (Correction
Action Preventive Action)/Form
Tindak Lanjut, dan Form
Pemeriksaan Sarana IRTP sesuai
kebutuhan pemeriksaan sarana
yang dilakukan. Standar biaya
sesuai dengan standar biaya
yang berlaku di daerah masing-
masing.
2 Belanja Biaya Perjalanan dinas dilakukan
Perjalanan transport dan untuk minimal 30 sarana.
Dinas uang harian Jumlah minimal dikecualikan
dalam kota bagi kabupaten/kota yang telah
melaporkan tidak memiliki
sarana IRTP. Pengawasan
dilakukan minimal 2 (dua)
orang setiap perjalanan. Biaya
disesuaikan dengan peraturan
daerah yang berlaku, apabila
tidak diatur dapat menggunakan
standar rata-rata SBM nasional.
- - 50 - -
- 51 -
Mata
No Uraian Keterangan
Anggaran
1 Belanja Biaya Kegiatan dilakukan oleh tenaga
Bahan konsumsi PKP, DFI, dan pengawas pangan
dari Dinas Kesehatan bersama
petugas dari dinas terkait yaitu
seperti petugas dari Dinas
UMKM, Dinas Perindustrian dan
perdagangan, Dinas Pertanian,
dan Badan Ketahanan Pangan,
serta petugas dari Dinas
Penanaman Modal dan PTSP.
Biaya disesuaikan dengan
peraturan daerah yang berlaku,
apabila tidak diatur dapat
menggunakan standar rata-rata
SBM nasional. Kaji ulang
minimal dilakukan sebanyak 2
(dua) kali
- - 51 - -
- 52 -
Mata
No Uraian Keterangan
Anggaran
Berat, dan Kadar BTP (Anak
Lampiran I.4)
- Biaya
pengiriman/pengantaran
sampel ke laboratorium
pengujian dapat dibebankan
pada DAK dengan
mempertimbangkan faktor
keamanan sampel,
ketersediaan anggaran dan
tidak mengurangi output
kegiatan lainnya.
- Jumlah sampel sesuai
dengan jumlah sampel yang
telah ditentukan untuk tiap
kabupaten/kota dalam Anak
Lampiran I.2.
- - 52 - -
- 53 -
- - 53 - -
- 54 -
2. Pelaporan
Sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi,
pelaporan memiliki peranan penting dalam memberikan informasi terkait
perkembangan sejauh mana pelaksanaan pengawasan IRTP melalui DAK
POM menu pengawasan makanan minuman IRT telah dilaksanakan oleh
daerah dalam suatu periode tertentu. Selain itu, pelaporan dimaksudkan
sebagai fungsi kendali dalam optimalisasi efektivitas keikutsertaan
daerah penerima anggaran. Oleh karena itu, Petunjuk Operasional ini
mengatur kewajiban daerah penerima agar dapat memberikan laporan
sesuai dengan perkembangan kondisi terkini secara periodik.
- - 54 - -
- 55 -
- - 55 - -
- 56 -
d. Laporan Akhir
Laporan akhir merupakan laporan tahunan pelaksanaan kegiatan
DAK POM menu pengawasan makanan minuman IRT. Laporan akhir
disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun
berikutnya. Laporan tahunan disampaikan sebagaimana pelaporan
triwulan dan semesteran. Laporan tahunan juga disampaikan kepada
Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan provinsi sesuai mekanisme
pelaporan di daerah. Laporan tahunan dilengkapi dengan
penyampaian rekomendasi bagi lintas sektor terkait sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan DAK POM.
- - 56 - -
- 57 -
Formulir III.1
1 Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
2 Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Kesimpulan dan :
Saran
Demikian Berita Acara ini dibuat
dengan sebenarnya.
………………………………………………………
………………………………
…
……………………
…………… 2
………………………………
…
- - 57 - -
- 58 -
Formulir III.2
FORMULIR
PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
- - 58 - -
- 59 -
C. PERALATAN PRODUKSI MI MA SE KR OK
- - 59 - -
- 60 -
H. PENYIMPANAN MI MA SE KR OK
- - 60 - -
- 61 -
I. PENGENDALIAN PROSES MI MA SE KR OK
J. PELABELAN PANGAN MI MA SE KR OK
- - 61 - -
- 62 -
L. PENARIKAN PRODUK MI MA SE KR OK
N. PELATIHAN KARYAWAN MI MA SE KR OK
- - 62 - -
- 63 -
Catatan :
• SPP-IRT diberikan apabila IRTP masuk level I – II
• IRTP yang masuk peringkat level I, harus melakukan audit internal dengan
frekuensi minimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan
• IRTP yang masuk peringkat level II, harus melakukan audit internal
dengan frekuensi minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
• IRTP yang masuk peringkat level III, harus melakukan audit internal
dengan frekuensi minimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu
• IRTP yang masuk level IV, harus melakukan audit internal dengan
frekuensi setiap hari
- - 63 - -
- 64 -
Formulir III.3
FORMULIR
RINCIAN LAPORAN KETIDAKSESUAIAN
- - 64 - -
- 65 -
Formulir III.4
FORMULIR
LAPORAN TINDAKAN KOREKSI DAN STATUS (CAPA)
STATUS
KETIDAK
KRITERIA (sesuai/tidak
SESUAIAN
KETIDAKSESUAIA sesuai)
TINDAKAN
No N
(PLOR= Problem, PERBAIKAN
(Minor, Mayor, Diverifikasi oleh
Location,
Serius, Kritis Pengawas Pangan
Objective, efidence,
Kabupaten/Kota
Reference)
- - 65 - -
- 66 -
Formulir III.5
REKAP LAPORAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS KEAMANAN PANGAN
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Peserta Bimbingan Teknis
Tanggal Tempat Nama
No Kegiatan Pelaksanaan Nama Peserta Pemilik/Penanggung Nama Sarana Jenis Pangan* Alamat Sarana No telp/Email
jawab sarana
Keterangan:
*Jenis Pangan sesuai dengan Peraturan BPOM 22 Tahun 2018
Laporan dibuat 14 hari kerja setelah kegiatan
Tempat, Tanggal
Pengesahan
Mengetahui,
ttd.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 66 - -
- 67 -
Formulir III.6
REKAPITULASI HASIL PENGAWASAN PIRT PRE-MARKET
TAHUN 2020
TRIWULAN KE-/ SEMESTER KE-
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Nama
Kesimpulan
Penanggung Nomor
Tanggal Nama Nama Jenis Alamat Nomor Hasil Pemeriksaan Tanggal Masa
No Jawab/ Telepon/ No PIRT
Periksa Petugas Sarana Pangan Sarana NPWP Temuan (Level Terbit Berlaku
Pemilik email
I/II/III/IV)
Sarana
- - 67 - -
- 68 -
Formulir III.7
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
No Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah Peserta Hasil Pembahasan Rapat
Keterangan: Hasil Pembahasan berisi info PIRT dan IRTP (telah dicabut, masih berlaku, atau penambahan PIRT dan IRTP baru)
Tempat, Tanggal
Pengesahan
Mengetahui,
ttd.
Kepala Dinas Kesehetan Kabupaten/Kota
- - 68 - -
- 69 -
Formulir III.8
INVENTARISASI PIRT DALAM RANGKA PENGAWASAN POST-MARKET
SEMESTER KE:
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Tanggal Tempat Jumlah
No Hasil Pembahasan Rapat
Pelaksanaan Pelaksanaan Peserta
Keterangan: Hasil Pembahasan berisi info PIRT dan IRTP (telah dicabut, masih berlaku, atau penambahan PIRT dan IRTP baru)
untuk pemetaan dan sikronisasi data dengan PTSP
Upload data PIRT dan IRTP
Tempat, Tanggal
Pengesahan
Mengetahui,
ttd.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 69 - -
- 70 -
Formulir III.9
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Nama Kesimpulan
No Tanggal Nama Jenis Penanggung Alamat Nomor Pemeriksaan No PIRT Tanggal Masa
Nama Nomor Hasil
Periksa Sarana Pangan Jawab/ Sarana Telepon/ (Level Terbit Berlaku
Petugas NPWP Temuan
Pemilik email I/II/III/IV)
Sarana
Keterangan: Hasil Temuan dan kesimpulan pemeriksaan sesuai dengan hasil pemeriksaan berdasarkan form pemeriksaan PIRT
Tempat, Tanggal
Mengetahui,
ttd
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 70 - -
- 71 -
Formulir III.10
REKAPITULASI HASIL SAMPLING DAN PENGUJIAN
TAHUN 2020
TRIWULAN KE-/SEMESTER KE-
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Nama Kesimpulan Kesimpulan
Tanggal Nama No Jenis Sarana Alamat Parameter
No Petugas Metode Uji label sampel
Sampling Sampel PIRT Pangan Sampling Sarana Uji
Sampling (MK/TMK)* (MS/TMS)*
Keterangan:
MS : Memenuhi Syarat hasil pengujian dibandingkan syarat berdasarkan peraturan
TMS : Tidak Memenuhi Syarat hasil pengujian dibandingkan syarat berdasarkan peraturan (disebutkan TMS apa)
MK : Memenuhi Ketentuan yang berlaku
TMK : Tidak Memenuhi Ketentuan yang berlaku (PP 69 Tahun 1999 dan Peraturan Badan POM Nomor 31 Tahun 2018)
*: Pilih salah satu
Tempat, Tanggal
Mengetahui,
ttd
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 71 - -
- 72 -
Formulir III.11
REKAP LAPORAN KEGIATAN KIE
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Narasumber
Tanggal Tempat
Jumlah Peserta Organisasi/ Perkumpulan*
Kegiatan Pelaksanaan Nama Jabatan Instansi
Keterangan:
*Organisasi/Perkumpulan diisi dengan asal organisasi/perkumpulan yang mengikuti KIE, contoh: anggota saka pramuka, PKK,
organisasi perempuan, organisasi profesi, dll
Laporan dibuat 14 hari kerja setelah kegiatan
Tempat, Tanggal
Mengetahui,
Pengesahan
ttd
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 72 - -
- 73 -
Formulir III.12
KABUPATEN/KOTA :
PROVINSI :
Anggaran Output
Tindak
No Subkegiatan Pagu Capaian % Capaian % Capaian Kendala
Target Capaian Satuan Lanjut
Anggaran Anggaran Anggaran Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
B. Menu Pengawasan Makanan Minuman IRT
3 Penyelenggaraan Bimtek Keamanan Pangan Sarana
Bagi Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga IRTP
Pangan
4 Pengawasan Dalam Rangka Penerbitan Sarana
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga
5 Pengkajian Ulang Sertifikasi Produksi Pangan Frekuensi
Industri Rumah Tangga Rapat
6 Inventarisasi Sarana Industri Rumah Tangga Frekuensi
Pangan (IRTP) Rapat
7 Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Frekuensi
Sarana Industri Rumah Tangga Pangan Rapat
8 Pengawasan Sarana Industri Rumah Tangga Sarana
Pangan (IRTP)
9 Sampling Dan Pengujian Pangan Industri Sampel
Rumah Tangga
- - 73 - -
- 74 -
Anggaran Output
Tindak
No Subkegiatan Pagu Capaian % Capaian % Capaian Kendala
Target Capaian Satuan Lanjut
Anggaran Anggaran Anggaran Output
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
10 KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi) Peserta
Keamanan Pangan
Tempat, Tanggal
Mengetahui,
Pengesahan
ttd
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- - 74 - -
- 75 -
Petunjuk Pengisian :
Kolom (1) : sudah jelas
Kolom (2) : sudah jelas
Kolom (3) : diisi pagu DAK POM per menu (untuk baris menu) dan per subkegiatan (untuk baris subkegiatan) sesuai BA yang telah divalidasi
Kolom (4) : diisi besaran angka rupiah anggaran yang telah digunakan/dilaksanakan
Kolom (5) : diisi persentase perbandingan antara capaian anggaran (kolom 4) dengan pagu anggaran (kolom 3)
Kolom (6) : diisi dengan target yang telah disepakati dan tertuang dalam TOR dan/atau RAB yang telah diverifikasi saat desk
Kolom (7) : diisi dengan capaian output kegiatan yang telah dilaksanakan
Kolom (8) : sudah jelas
Kolom (9) : diisi persentase perbandingan antara capaian output (kolom 7) dengan target output (kolom 6)
Kolom (10) : diisi dengan kendala-kendala yang dihadapi saat pelaksanaan kegiatan (jika ada)
Kolom (11) : diisi dengan tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada (kolom 10)
- - 75 - -
- 76 -
BAB IV
PENUTUP
- - 76 - -
- 77 -
- - 77 - -
- 78 -
- - 78 - -
- 79 -
- - 79 - -
- 80 -
- - 80 - -
- 81 -
- - 81 - -
- 82 -
- - 82 - -
- 83 -
- - 83 - -
- 84 -
- - 84 - -
- 85 -
- - 85 - -
- 86 -
- - 86 - -
- 87 -
- - 87 - -
- 88 -
- - 88 - -
- 89 -
- - 89 - -
- 90 -
- - 90 - -
- 91 -
- - 91 - -
- 92 -
- - 92 - -
- 93 -
- - 93 - -
- 94 -
- - 94 - -
- 95 -
- - 95 - -
- 96 -
- - 96 - -
- 97 -
- - 97 - -
- 98 -
- - 98 - -
- 99 -
- - 99 - -
- 100 -
- - 100 - -
- 101 -
- - 101 - -
- 102 -
- - 102 - -
- 103 -
- - 103 - -
- 104 -
- - 104 - -
- 105 -
- - 105 - -
- 106 -
- - 106 - -
- 107 -
Perencanaan
sampling
Pemilihan lokasi
sampling
Pengambilan
sampel
ya
TIE Tidak diuji , dilaporkan,
? dan ditindaklanjuti
tidak
ya
- - 107 - -
- 108 -
- - 108 - -
- 109 -
- - 109 - -
- 110 -
- - 110 - -
- 111 -
- - 111 - -
- 112 -
- - 112 - -
- 113 -
- - 113 - -
- 114 -
- - 114 - -
- 115 -
- - 115 - -
116