Anda di halaman 1dari 2

KONTRA: KORUPTOR DIHUKUM MATI

Nama Kelompok:

1. Alya Putri Anggraeni (P1337420218081)


2. Wulandari Dewi Kenanga (P1337420218051)
3. Cahyo Prasetyo (P1337420218069)
4. Fergie Nugrahita (P1337420218059)
5. Panji Tri Wibowo (P1337420218048)
6. Ragil Ramadhani (P1337420218066)
7. Trivia Hanan Barokah (P1337420218054)

1. Kami tidak setuju bila hukuman mati diterapkan di Indonesia. Karena itu bertentangan
dengan HAM (Hak Asasi Manusia) yaitu hak bebas hidup dan sangat merendahkan
manusia. Tidak ada manusia yang berhak mencabut nyawa manusia lainnya. Selain itu,
dalam sistem pengadilan yang masih korup, orang yang tak bersalah bisa saja dihukum
mati (Miscarriage of Justice).
2. Hukuman mati dinilai bertentangan dengan pancasila sila kedua yaitu “Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab.” Selain itu, hukuman mati juga tidak taat dengan Pasal 28A dan
28I UUD 1945 bahwa ‘hak untuk hidup, tidak bisa dikurangi dengan alasan apapun.’
3. Hukuman mati tidak akan menimbulkan efek jera bagi para koruptor dan belum ada bukti
ilmiah yang membuktikan bahwa hukuman mati dapat memberikan efek bagi koruptor.
Tidak menutup kemungkinan, hukuman mati justru akan membuat para koruptor
melakukan cara yang lebih canggih dan kreatif dalam melakukan korupsi.
4. Tidak akan menyelesaikan masalah, karena bisa saja pengacara atau keluarga koruptor
membandingkan masalahnya dengan masalah lain. Seperti pembunuhan, seorang
pembunuh telah menghilangkan nyawa orang lain tetapi pembunuh tersebut hanya
dipenjara. Seharusnya nyawa dibayar nyawa, bukan hukuman penjara.
5. Jika disamakan dengan China dan Arab, Indonesia salah jika menerapkan hukuman mati.
Karena China adalah negara nomor 1 di dunia dengan kasus korupsi terbanyak. Padahal
China sudah menerapkan hukuman mati pada koruptor. Dan Arab adalah negara yang
menggunakan hukum Islam. Jadi wajar saja jika Arab menerapkan hukuman mati bagi
para koruptor. Sedangkan Indonesia menerapkan hukum Konstitusi, bukan hukum islam.
Sampai saat ini sudah 97 negara yang menghapuskan hukuman mati.
6. Berdasarkan indeks Persepsi Korupsi Transparasi Internasional tahun 2011 justru negra-
negara yang tidak menerapkan hukuman mati menempati ranking tertinggi sebagai negara
yang relatif bersih dari korupsi, yaitu Selandia Baru, Denmark, dan Swedia.
7. Hukuman yang tepat bagi para koruptor adalah memenjarakannya seumur hidup namun,
jangan sampai hukuman tersebut dimanfaatkan oleh pihak tertentu, dan dengan cara
memperbaiki hati nurani koruptor agar tiak mengulanginya.
8. Solusi dari kami adalah sanksi permiskinan dan sanksi sosial. Dua sanksi ini lebih efektif,
manusiawi, ketimbang memberikan hukuman mati kepada koruptor. Atau dilakukannya
seperti Amerika Serikat yang menggunakan hukuman akumulatif yang bisa saja sampai
100 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai