PDF SL Buku Penuntun KK 3.2 2016 PDF
PDF SL Buku Penuntun KK 3.2 2016 PDF
PDF SL Buku Penuntun KK 3.2 2016 PDF
2
Sistem Reproduksi
Dekan Koordinator
Tim Penyusun
Halaman
Halaman pengesahan ii
Daftar isi iv
A. Pengertian
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara
klien- petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi.
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom
dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader
desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan
kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi dan
“Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma (Fertitest, 2010).
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya mencegah
kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi.
NON HORMONAL
1. METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
- Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apa pun lainnya.
- Syarat untuk dapat menggunakan: Menyusui secara penuh (full breast
feeding), lebih efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari.
- Cara kerja: Penundaan/ penekanan ovulasi
- Efek samping: Tidak ada
Untuk Ibu:
- Mengurangi pendarahan pascapersalinan
- Mengurangi risiko anemia
- Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
KETERBATASAN METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan.
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
- Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan.
- Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
2. KONDOM
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama
Cara kerja:
Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
MANFAAT KONDOM
MANFAAT KONTRASEPSI
- Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar
- Tidak mengganggu produksi ASI
KEUNTUNGAN
- Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam
1 tahun pertama)
- Dapat efektif segera setelah pemasangan
KETERBATASAN
- Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
- Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
- Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
- Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
TUBEKTOMI
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi
mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi
dengan cara mengoklusi tuba falupii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
WAKTU PENGGUNAAN
1. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
2. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar
3. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6
minggu.
NON KONTRASEPSI
- Berkurangnya risiko kanker ovarium
KETERBATASAN
- Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
- Dilakukan oleh dokter yang terlatih.
VASEKTOMI
Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP) adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
JENIS
1) Insisi
2) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
KETERBATASAN
- Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3
bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
- Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri
dibandingkan teknik insisi.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 14
HORMONAL
1. HORMON PROGESTIN
Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin,
yaitu bahan tiruan dari progesterone.
- Pil
- Injeksi/suntikan
- Implan
2. HORMON KOMBINASI
Hormon Kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
kombinasi hormon mengandung hormon esterogen dan progesterone.
- Pil
- Injeksi/suntikan
KETERBATASAN
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
- Risiko kehamilan ektopik, tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
- Efektifitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsy
- Tidak mencegah IMS
KETERBATASAN
- Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali sesuai jadwal suntikan)
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
- Tidak mencegah IMS
- Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian
1.3. IMPLAN
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin
yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri.
KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
- Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan)
- Daya guna tinggi.
- Perlindungan jangka panjang(sampai 5 tahun).
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
- Bebas dari pengaruh estrogen.
- Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
- Tidak mengganggu ASI.
KEUNTUNGAN NONKONTRASEPSI
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi/memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker endometrium.
- Menurunkan angka kejadian kelainan tumor jinak payudara.
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
- Menurunkan angka kejadian endometriosis.
2. PIL KOMBINASI
KEUNTUNGAN
- Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)
- Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Mudah dihentikan setiap saat
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
- Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
- Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
- Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, dismenore atau akne
KETERBATASAN
- Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
- Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui
- Tidak mencegah IMS
Memberikan penjelasan kontrasepsi sesuai dengan kondisi klien yaitu (no. 13-15):
13 Ibu yang menyusui anaknya
14 Ibu yang tidak menyusui anaknya
15 Klien yang tidak lagi menginginkan fertilitas
Membantu klien mengenali kebutuhannya dan
16
membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan Instruktur,
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik
NILAI AKHIR : Total x 100 = ................................. (................................)
48
1. PENGANTAR
Pemberian ASI bukanlah sekedar memberi makanan kepada bayi. Ketika
ibu mendekap bayi yang sedang disusukannya, pandang matanya tertuju kepada
bayi dengan nuansa kasih saying dan keinginan untuk dapat memahami
kebutuhan si bayi. Pengetahuan dan pelatihan ini dapat membantu peserta didik
untuk dapat membantu dan menjelaskan teknik laktasi kepada ibu yang
membutuhkan.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
2.1. Tujuan umum
Setelah melakukan pelatihan ini mahasiswa mampu mengedukasi ibu tentang
cara menyusui yang benar
2.2. Tujuan khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah teknik laktasi yang benar
- Mahasiswa mampu mendeteksi kesalahan proses menyusui
- Mahasiswa mampu mengenali dan memperagakan posisi dan tanda-tanda
perlengkatan bayi yang benar
- Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda bayi mengisap dengan efektif
- Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda asi cukup
TEORI
Definisi
Air Susu Ibu merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan,
dan perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung lemak, karbohidrat,
protein, nutrient mikro dan antibodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan,
perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 30
menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui. Inisiasi menyusu dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22%
risiko kematian bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya penundaan IMD akan meningkatkan
risiko kematian.
Keberhasilan menyusui tidak lepas dari perlekatan dan posisi menyusui yang
benar. Perlekatan mulut bayi pada payudara yang salah akan berakibat puting
lecet dan luka. Posisi yang salah akan menyebabkan ASI tidak lancar.
Keduanya akan mempengaruhi produksi asi selanjutnya atau bayi enggan
menyusu.
Beberapa tanda yang dapat dilihat untuk mengetahui bahwa bayi melekat secara
benar pada payudara:
- Dagu bayi menyentuh payudara
- Mulut terbukalebar
- Bibir bawah bayi melengkung keluar
- Pipi bulat atau datar
- Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, lebih banyak areola yang
terlihat di bagian atas mulut bayi dari pada dibawahnya.
Selama 3 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali
ke berat badan lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai
atau bahkan diatas grafik sampai usia 3 bulan. Penurunan berat badan bayi
selama 2 minggu pertama kehidupan tidak melebihi 10%.
2. Bayi menyusun 10-12 kali sehari, dengan perlekatan yang benar pada
setiap payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit
pada setiap payudara.
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan sering kali tertidur pada
saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua.
4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari.
5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling
tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas dipopok bayi
pada bayi usia 4 hari sampai 4minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB
setiap kali menyusu, hal ini normal.
Total skor: 19
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Dilakukan dengan sempurna
Untuk nomor 1 (0= tidak dilakukan 1 = dilakukan)
Nilai:
Instruktur,
(..............................)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam
kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa
dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana menyambut
anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami
ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang
tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal.
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Imunisasi TT
Interval
Antigen Lama perlindungan % perlindungan
(Selang waktu minimal)
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS(Wanita Usia Subur) tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
PENILAIAN KLINIK
Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama
antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada pemeriksaan 6
minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
Riwayat Sosial
Riwayat Kehamilan ini Riwayat Obstetri lalu Riwayat Penyakit
Ekonomi
Usia ibu hamil Jumlah kehamilan Jantung Status perkawinan
Hari pertama haid Jumlah persalinan Tekanan darah Respon ibu dan
terakhir, siklus haid Jumlah persalinan tinggi keluarga tehadap
Perdarahan per cukup bulan Diabetes kehamilan
vaginam Jumlah persalinan mellitus Jumlah keluarga
Keputihan premature TBC di rumah yang
Mual dan muntah Jumlah anak hidup Pernah operasi membantu
Masalah/kelainan Jumlah keguguran Alergi Siapa pembuat
pada kehamilan Jumlah aborsi obat/makanan keputusan dalam
sekarang Perdarahan pada Ginjal keluarga
Pemakaian obat- obat kehamilan, persalinan, Asma Kebiasaan makan
(termasik jamu- nifas terdahulu Epilepsi dan minum
jamuan) Adanya hipertensi Penyakit hati Kebiasaan
dalam kehamilan pada Pernah merokok,
kehamilan terdahulu kecelakaan menggunakan
Berat bayi < 2,5 kg obat-obata dan
atau berat bayi > 4 kg alkohol
Adanya masalah- Kehidupan
masalah selama seksual
kehamilan, persalinan, Pekerjaan dan
nifas terdahulu aktivitas sehari-
hari
Pilhan tempat
untuk melahirkan
Pendidikan
Penghasilan
Tinggi Fundus
Diagnosis
Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :
Kategori Gambaran
Kehamilan normal Mempunyai tanda-tanda positif : Perubahan warna
pada serviks
Warna areola lebih gelap, pembesaran payudara
Pembesaran abdomen
+ detak jantung Qjanin (jika terlihat > 20 minggu)
Ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
Kehamilan normal dengan Seperti masalahkeluarga atau psiko-sosial,
masalah khusus kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan financial,
dll
Seluruh hasil anamnesis dan pemeriksaan dicatat dam Kartu Bumil (Kartu Ibu Hamil)
Kategori Gambaran
Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada
kunjungan antenatal pertama
Lihat bagaian penilaian
2. Memantau kemajuan pada kunjungan berikutnya
Memantau tekanan darah – di bawah 140/90,
adanya peningkatan ≤ 30 mm sistolik atas tidak
hamil garis dasar triwulan pertama
Bertabahnya berat badan minimal 10 kg selama
kehamilan
Edema hanya pada ekstremitas
Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari-jari
tangan dapat disamakan dengan usia kehamilan
Detak jatung janin 120 sampai 160 detak per
menit
Gerakan janin + 18-20 minggu hingga
melahirkan
3. Memberikan zat besi (lihat jadwal)
4. Memberikan imunisai TT (lihat jadwal)
Kategori Gambaran
Memberikan konseling
1. Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga
300 kalori per hari, mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi, minum
cukup cairan (menu seimbang)
2. Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika
lelah
3. Perubahan fisiologi : tambah
berat badan,
Riwayat Kehamilan √ √ √ √
Riwayat Kebidanan
Riwayat Kesehatan √
Riwayat Sosial √
Jika ada Jika ada Jika ada
Pemeriksaan
√ indikasi indikasi indikasi
keseluruhan (umum)
terbatas terbatas terbatas
Pemeriksaan
√ √ √ √
kebidanan (dari luar)
Pemeriksaan Jika ada Jika ada Jika ada
√
kebidanan (dari dalam) indikasi indikasi indikasi
Cek kembali
Hb; dan
Pemeriksaan pemeriksaan
√ √ √
laboratorium laboratorium
lain jika ada
indikasi
Penanganan
Pemberian tetanus
TT1 (0,5 cc) TT2 (0,5 cc)
Toksoid
Pemberian tablet 90 hari
tambah darah
Konseling Umum √ Memperkuat Memperkuat Memperkuat
Perencanaan khusus √ √
Perencanaan
penanganan √ √ √ √
komplikasi
Kebiasaan Keterangan
Mengurangi garam untuk Peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria
mencegah preeklampsia tidka semata-mata karena penyakit pembuluh
darah, namun karena perubahan akibat
kehamilan
Membatasi hubungan seksual Belum ada bukti bahwa abortus dan kelahiran
untuk mencegah abortus dan prematur disebabkan karena hubungan
kelahiran premature seksual. Dikhawatirkan terjadinya penularan
penyakit seksual
Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-mata disebabkan
mencegah kram pada kaki kekurangan kalsium
Pemeriksaan Auskultasi
Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop
monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding
perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang
memanjang dan rata)
Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi
(pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut
kurang jelas, upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum)
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi
jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relative
tipis yaitu 3 sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).
Dengarkan bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit) penuh (normal 120
– 160 kali/menit)
h. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
NO URAIAN SKOR
A. ANAMNESIS 0 1 2 3
1. Ucapkan salam
2. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu (nama,
umur, alamat)
3. Tanyakan tentang :
Riwayat terlambat haid dan hari pertama
haid terakhir (HPHT)
Riwayat mual, muntah, dan perdarahan.
Riwayat nyeri perut, trauma, dan keputihan.
Riwayat haid dan Gangguannya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat perkawinan (berapa dan tahun)
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
sebelumnya (kesulitan persalinan yang lalu)
4. Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis
haid dan buat taksiran persalinan
B. PEMERIKSAAN 0 1 2 3
5. UMUM
Keadaan umum
Berat badan
Tinggi badan
Tanda vital (Tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu tubuh)
6. KHUSUS
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan
khawatir atau tidak enak tetapi tidak
akan membahayakan bayi yang ada
dalam kandungan
b. Persilahkan ibu untuk berbaring
pasien
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
TOTAL
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Instruktur,
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Dilakukan dengan sempurna
Untuk nomor 1 (0 = tidak dilakukan atau 1 = dilakukan) (………………………)
Nilai = Total x 100
64
Genitalia eksternal wanita atau vulva (gambar 1 ) terdiri dari: mons veneris, labia
majora, labia minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya, introitus vaginal, meatus urethra
and clitoris. Saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8 cm. Uretra bermuara sekitar 2,5 cm
dibawah klitoris dan terletak tepat didepan vagina.
- Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis pubis.
- Labia mayora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral
vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian anterior di mons veneris untuk
membentuk komisura anterior. Labia mayor dan mons veneneris mempunyai folikel
rambut dan kelenjar sebasea.
- Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria. Labia minora adalah lipatan kulit
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 59
yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan menutupi vestibulum,
yang merupakan daerah diantara kedua labia minora. Diantara anterior, kedua labia
minora membentuk prepusium klitoris.
- Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari jaringan erektil dan banyak
mengandung ujung saraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua korpora kavernosa.
Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vestibulum dibawah kritoris.
- Kelenjar parauretra, atau kelenjar Skene, adalah kelenjar –kelenjar kecil yang
bermuara di lateral uretra. Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini melindungi jaringan
yang rentan terhadap urin.
- Kelenjer Bartholin terdiri dari struktur kecil,ukuran diameter sekitar 0,5 sampai 1
cm, merupakan kelenjer vestibular mayor, terdapat pada batas sisi luar orifisium
vagina kearah fourchette.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, usahakan untuk menyentuh pasien dengan
punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan genitalia. Ini
diperlukan agar pasien merasa nyaman.
Tahap Pelaksanaan
A. Pemeriksaan genitalia wanita eksterna
Hal yang harus diperiksa/dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genitalia
eksternal wanita adalah:
1. Genitalia eksterna dan rambut pubis
Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat melakukan penilaian antara lain Mons
veneris untuk melihat adanya lesi atau pembengkakan. Rambut pubis untuk melihat
pola dan kutu pubis. Kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi, massa,
leukoplakia dan pigmentasi. Jika menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan
palpasi.
2. Labia mayor dan minor
Saat pemeriksan labia ini, sampaikan pada pasien bahwa anda akan membuka labia.
Dengan tangan kanan, labia mayor dan minor dibuka di buka terpisah oleh ibu jari
dan jari telunjuk tangan kanan.
Lihat apakah ada pus atau peradangan pada meatus eksternal uretra.
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
1. Kemampuan menerangkan indikasi pemeriksaan
genetalia eksterna
2. Kemampuan untuk melakukan inform concent
kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan
genetalia eksterna
3. Kemampuan melakukan pemeriksaan
pendahuluan genetalia eksterna wanita
- Pemeriksaan genitalia eksterna dan rambut
pubis
- Pemeriksaan labia mayor dan minor
- Perubahan warna dan pembengkakan pada
kulit disekitar genitalia
- Muara meatus eksterna
4. Mencuci tangan
5. Melaksanakan dokumentasi :
- Catat tindakan yang dilakukan dan hasil
serta respon klien pada lembar catatan
klien
- Catat tanggal dan jam melakukan tindakan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan
klien
6. Kemampuan menerangkan cara pemeriksaan
genetalia eksterna secara benar
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik
(................................)
LANGKAH KLINIK
A. ANAMNESIS DAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis:
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Perlangsungan penyakit/keluhan
- Jumlah anak dan siklus haid
- Riwayat penyakit
- Riwayat berobat
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
4. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
5. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan
6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
PASIEN
Kapas dan larutan antiseptic
Tampong tang
Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
Meja instrumen
Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
Lampu sorot
PEMERIKSA
Sarung tangan DTT
Apron dan baju periksa
Sabun dan air bersih
Handuk bersih dan kering
C. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
2. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi
3. Atur pasien pada posisi litotomi.
4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
D. MEMAKAI SARUNG TANGAN
1. Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih.
2. Buka lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan pada bagian sebelah dalam kemudian pasang sesuai dengan jarijari
tangan kiri. Tarik pangkat/gelang sarung tangan untuk mengencangkannya.
3. Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan sarung
tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung tangan,
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 64
kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan kiri.
4. Pasang sarung tersebut pada tangan kanan, sesuaikan dengan alur masing-masing
jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik pangkal/gekang sarung
tangan.
E. PEMERIKSAAN
1. Duduklah pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis
penderita.
2. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vagina, vulva dan perineum.
3. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
4. Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan introitus (bila
kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan kateter untuk
mengeluarkan air kemih)
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar
Bartolin) dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan catat kelainan-kelainan
yang ditemukan).
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus
(agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus (yakinkan
bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya ke
arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
8. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas (perhatikan
ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks).
9. Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
(................................)
I. PENGANTAR
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran.
Jika bayi tidak lahir setelah 60menit, dan kepala juga tidak turun, kemungkinan adalah
disproporsi kepala panggul (CPD).
Penilaian yang dilakukan selama kala dua persalinan:
1. Nadi ibu setiap 30 menit
2. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
3. Djj setiap selesai meneran
PENDAHULUAN
Pada kala IV persalinan , apabila kontraksi uterus baik selanjutnya di nilai perlukaan
jalan lahir apakan spontan (laserasi ) atau berupa luka episiotomi. Perbaikan laserasi
yang efektif memerlukan pengetahuan tentang anatomi perineum dan teknik
pembedahan untuk itu. Laserasi perineum dikelompokkan menurut kedalamannya. Bila
laserasi mengenai sfingter ani, maka perhatian khusus harus diberikan pada anatomi dan
teknik bedah karena insidensi luaran fungsional yang buruk sangat tinggi setelah repair.
1. ANATOMI PERINEUM
Perineum terletak antara vagina dan rektum, dibentuk terutama oleh otot
bulbokavernosus dan muskulus perineum transversal (gambar 1). Selain itu juga ada
muskulus puborektalis dan muskulus sfingter ani eksternus sebagai tambahan.
Kompleks sfingter ani terletak inferior dari perineum (gambar 2). Sfingter ani eksternus
terdiri dari otot lurik. Sfingter ani eksternus yang tumpah tindih dan terletak diatas
sfingter ani eksternus, terdiri dari otot polos dan bersambungan dengan otot polos dari
kolon. Kompleks sfingter ani bisa selebar 3-4 cm.
Sfingter ani internus memberikan kontribusi terhadap sebagian besar tonus anus
dalam keadaan istirahat yang penting untuk menjaga kontinensia. Hal yang menarik
repair sfingter ani internal tidak dijelaskan dalam buku-buku teks obstetrik standar.
Dalam repair perineum, jahitan pada kulit telah dibuktikan meningkatkan insiden nyeri
perineum pada 3 bulan setelah persalinan
EPISIOTOMI
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
Episiotomi dilakukan untuk memperluas jalan lahir sehingga bayi lebih mudah
untuk dilahirkan. Selain itu episiotomi juga dilakukan pada primigravida atau pada
wanita dengan perineum yang kaku dan atas indikasi lain.
Tujuan Episiotomi
Saat ini terdapat banyak kontroversi terhadap tindakan tersebut. Sejumlah
penelitian observasi dan uji coba secara acak menunjukkan bahwa episiotomi rutin
menyebabkan peningkatan insiden robekan sfingter ani dan rektrum.
Selain itu penelitian-penelitian lain juga menunjukkan adanya peningkatan
inkontinensia platus , inkontinensia alvi, bahkan inkontinensia awal jangka panjang.
Eason dan Feldman menyimpulkan bahwa episiotomi tidak boleh dilakukan secara
rutin. Prosedur harus diaplikasikan secara selektif untuk indikasi yang tepat, beberapa
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 73
diantaranya termasuk indikasi janin seperti distosia bahu dan bahir sungsang; ekstraksi
forsep atau vakum, dan pada keadaan apabila episiotomi tidak dilakukan kemungkinan
besar terjadi ruptur prenium. Bila episiotomi akan dilakukan, terdapat variabel penting
yang meliputi waktu insisi dilakukan, jenis insisi, dan teknik perbaikan.
Waktu Episiotomi
Lazimnya episiotomi dilakukan saat kepala terlihat selama kontraksi sampai
diameter 3-4 cm dan bila perineum telah menipis serta kepala janin tidak masuk kembali
ke dalam vagina.
Indikasi
1. Indikasi janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuannya untuk mencegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam,
ekstraksi vakum, dan janin besar.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.
Teknik Episiotomi
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas
atas otot-otot sfingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi infiltrasi
antara lain dengan larutan procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan
Xylocain 1%-2%. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan
gunting yang tajam dimulai dari bagian terbawah introitus hingga kepala dapat
dilahirkan.
2. Episiotomi mediolateral
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke
arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.
Insisi ini dapat dipilih untul melindungi sfingter ani dan rektum dari laserasi derajat tiga
atau empat, terutama apabila perineum pendek, arkus subpubik sempit atau diantisipasi
3. Episiotomi lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3
atau 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat
pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang menganggu
penderita.
Karakteristik
Mediana Mediolateral
Kadang tidak
Hasil anatomi Sangat baik
sempurna
Perbaikan episiotomi
Perbaikan episiotomi paling sering dilaksanakan setelah plasenta dilahirkan, hal
ini dilakukan untuk memberikan perhatian penuh pada tanda-tanda pelepasan dan
pelahiran plasenta. Pelahiran plasenta sesegera mungkin dipercaya menurunkan
perdarahan dari tempat implantasi karena mencegah timbulnya perdarahan retroplasenta
yang luas. Selain itu perbaikan episiotomi tidak terputus atau menjadi rusak oleh
tindakan melahirkan plasenta khususnya kalau harus dilakukan pelepasan manual.
a. Jahitan kontinu dengan benang kromik 2-0 atau 3-0 digunakan untuk menutup
mukosa dan submukosa di mulai 1 cm dari puncak luka.
b. Setelah menutup insisi vagina dan melakukan aproksimasi kembali tepi cincin
himen yang terpotong, jahitan diikat dan dipotong. Berikutnya otot dan fasia
perineum yang terpotong dijahit secara terputus dengan kromik 2-0 atau 3-0.
—Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta
atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase
disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu dibedakan antara retensio
plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang
belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta
merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan
post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.
—Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala
dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
—Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas
sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta
belum lepas dari dinding uterus bisa karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 79
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium.
—Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.
—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan
pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin
dengan keluhan perdarahan
Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g
oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x
500mg oral.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah
atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
—
TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
—Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :
A. PERASAT CREDE’
—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1. Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2. Teknik pelaksanaan
Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari
terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan
permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik,
maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk.
perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena
dapat menimbulkan inversion uteri.
—Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati
serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi
dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi.
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
—Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara
dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan
seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara
tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas.
Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8
C. KOMPRESI BIMANUAL
Kompresi bimanual dilakukan pada kasus atonia uteri dengan tujuan untuk mengurangi
jumlah perdarahan. Langkah-langkah kompresi bimanual adalah sebagai berikut :
Masukkan tangan dalam posisi obstetri ke dalam lumen vagina, ubah menjadi kepalan, dan
letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior dan dorong
segmen bawah uterus ke kranio-anterior.
Upayakan tangan luar mencakup bagian belakang korpus uteri sebanyak mungkin.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal
oleh asisten/anggota keluarga.
Tekan dinding belakang uterus dan korpus uteri di antara genggaman ibu jari dan keempat
jari lain, serta dinding depan uterus dengan kepalan tangan yang lain.
Sementara itu:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IV.
o Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCL/Ringer laktat IV 60 tetes/ menit dan metil
ergometrin 0,4 mg.
CATATAN: Perhatikan kondisi pasien selama tindakan dan pasca persalinan. Bila 5 menit
pasca kompresi bimanual interna tidak berkontraksi maka tindakan dilanjutkan dengan
kompresi bimanual eksterna dalam persiapan rujukan. Komplikasi yang dapat timbul adalah
robekan pada dinding vagina.
Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas jumlah dan warna lochea akan
berkurang secara progresif. Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir.
Macam-macam lochea :
a. Lochea rubra (2 - 3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah, dan bekuan mengandung
desidua dan tropoblast.
b. Lochea serosa (hari ketiga sampai kesepuluh)
Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa), mengandung
serum leukosit dan jaringan mati.
c. Lochea alba (hari kesebelas sampai dua minggu)
Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna, mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukosa, serum. Bau lochea normal seperti bau darah
menstruasi(amis).
Bau lochea normal adalah seperti bau darah menstruasi (amis) dan jumlah lochea
normal 240 - 270 cc. hal penting yang perlu diingat bahwa semua daerah yang keluar
pervaginam tidak selalu merupakan lochea. Hal lain yang merupakan sumber
pendarahan pervaginam setelah melahirkan adalah adanya laserasi serviks atau
adanya robekan pada vagina (Bobak, 2005)
KEGIATAN SKOR
0 1 2 3
PENATALAKSANAAN KALA II DAN EPISIOTOMI
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
1. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2. Perineum tampak menonjol
3. Vulva dan anus membuka
2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih,
kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
- Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
5. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% langkah # 9)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
8. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
21. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering.Biarkan bayi di atas perut ibu.
Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan, langkah tugas atau keterampilan tidak di lakukan oleh peserta
pada saat dievaluasi oleh pelatih
1 = Tidak memuaskan: langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai prosedur atau
panduan Standard, perlu banyak perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
Jumlah
Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan, langkah tugas atau keterampilan tidak di lakukan oleh peserta
pada saat dievaluasi oleh pelatih
1 = Tidak memuaskan: langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai prosedur atau
panduan Standard, perlu banyak perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
( __________________________ )
5. Mengeluarkan Plasenta
- Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
- Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
- Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik
plasenta keluar (hindari percikan darah).
- Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
- Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar)
ke dorso-kranial setelah plasenta lahir.
Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan yang keluar.
2. TEORI
Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan apusan Pap terdiri dari sekret vagina, sekret eksoserviks, sekret
endoserviks, sekret endometrial dan sekret forniks posterior. Setiap sekret mempunyai
manfaat penggunaan yang khusus, dimana untuk tujuan pemeriksaan tertentu sediaan
apusan yang dibaca harus berasal dari lokasi tertentu pula. Oleh sebab itu dalam membuat
sediaan apusan Pap, pengambilan bahan sediaan harus disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan.
a. Sekret Vagina
Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga bagian
atas.
PROSEDUR KERJA
Tahap persiapan
Alat dan Bahan
1. Kaca objek (Object glass)
2. Bahan fiksasi basah (alkohol 96%), atau bahan fiksasi kering .
3. Pensil gelas
4. Spatula Ayre dari kayu model standar /modifikasi
5. Lidi kapas atau cytobrush
6. Sapu endometrium (balai endometre)
7. Spekulum vagina cocor bebek (spekulum cusco)
8. Lampu sorot
Tahap Pelaksanaan:
Cara Mengambil Sediaan
Sebelum dilakukan pengambilan bahan apusan Pap, pasien diberi nasehat untuk tidak
melakukan koitus selama 24 jam, tidak memakai krem vagina selama 1 minggu dan
pembersihan/ pencucian (douche) vagina selama 48 jam.
a) Sekret Vagina
Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga atas,
dengan spatula Ayre bagian yang bulat lonjong seperti lidah.
Ulaskan sekret ke kaca objek
Fiksasi segera
Untuk penilaian hormonal pada siklus haid dengan infertilitas pengambilan bahan pada
siklus haid hari ke 8, 14, 19 dan 22 atau hari ke 8, 15 dan 22. Pada postmaturitas, bahan
sediaan diambil bila usia hamil telah lewat 2 minggu dari tanggal taksiran partus. Pengambilan
sekret harus pada keadaan vagina normal tanpa infeksi dan tanpa pemakaian obat lokal
minimal 48 jam terakhir.
b) Sekret Eksoservikal
Sekret diambil dengan spatula Ayre bagian yang bulat lonjong seperti lidah, diusap
pada seluruh permukaan portio serviks. Gerakan searah jarum jam, diputar melingkar
360 derajat.
Ulaskan sekret pada kaca objek
Fiksasi segera
Pengambilan apusan Pap dapat dilakukan sesudah siklus haid hari ke 7 sampai saat
premenstruasi.
Fiksasi yang tepat memegang peranan penting untuk dapat menghasilkan sediaan yang
baik. Prinsip fiksasi adalah agar sel-sel tidak mengalami kerusakan/perubahan dengan
mempertahankan keadaan seperti pada saat sel tersebut diambil. Jika terlambat akan terjadi
defek pengeringan pada sediaan.
Macam-macam bahan fiksasi :
a. Fiksasi basah
Memakai alkohol 96%
Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan , setelah
kering siap dikirim ke laboratorium
b. Fiksasi kering
Memakai hair spray, dry-fix atau cytotrep
Jarak penyemprotan 10 – 15 cm, sebanyak 2 – 4 kali semprotan, setelah kering siap
dikirim ke laboratorium
Pulasan Sediaan
Pewarnaan yang dipakai adalah pulasan Papanicolaou, yang menggunakan zat-zat
warna Harris Hematoxylin untuk pewarnaan inti, Orange–G dan polychrome (EA 50) untuk
pewarnaan sitoplasma. Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi
dan dehidrasi sel.
Hasil pulasan: Inti sel epitel berwarna biru gelap atau hitam gelap. Nukleoli berwarna
merah, sitoplasma sel epitel berwarna merah muda (eosinofil) atau hijau kebiruan. Sel darah
merah berwarna merah terang, sel lekosit berwarna biru muda dengan inti berwarna biru hitam.
Bakteri berwarna abu-abu, monilia dengan hyphae merah muda dan spora merah. Trikomonas
biru keabu-abuan.
Tahap interpretasi:
Kegunaan Diagnosis Sitologi
Penggunaan optimal sitologi klinik bergantung pada 2 hal yaitu teknik pengambilan
sediaan (sampel) dan pemeriksaan (interpretasi) sediaan tersebut. Sudah pasti sediaan yang
Evalusi Sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan sitologi
apusan Pap yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral
vagina sepertiga bagian atas. Dasar sitohormonal adalah adanya respon spesifik dari epitel
vagina terhadap stimulasi hormon steroid, terutama yang berasal dari hormon ovarium dan
plasenta. Korelasi antara fungsi hormonal dan perubahan dinding vagina dinyatakan dalam
indeks maturasi (Maturation Index, MI), yaitu % sel parabasal : % sel intermedier : % sel
superfisial. Caranya dengan menghitung 100 sel kemudian dibagi dalam 3 golongan
berdasarkan gambaran inti dan sitoplasma, yaitu sel parabasal, sel intermedier dan
superfisial. Dengan mempelajari perubahan-perubahan pada sel- sel epitel vagina dapat
kita peroleh gambaran mengenai keadaan hormonal seorang wanita.
Efek hormon-hormon tersebut :
a. Estrogen
Menyebabkan pematangan sel-sel epitel, terdiri dari sel-sel superfisial.
Bila efek estrogen jelas (kadar estrogen tinggi) akan tampak :
Nukleus sedikit
Leukosit jarang
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
Stadium pra-ovulasi (estrogen peak)
Stein-Leventhal Syndrome
Tumor ovarium yang menghasilkan estrogen
b. Progesteron
Menyebabkan penebalan lapisan intermedia epitel. Maka apabila efek
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 104
progesteron nyata, maka maturasi epitel tidak sempurna, terhambat
sampai lapisan intermediate. Hasil apusannya sebagai berikut :
Mukus lebih banyak
Leukosit lebih sering ditemukan
Sel-sel intermediate banyak, berkelompok dan pinggir sel
melipat, inti besar dan bening. Sel seperti ini disebut
“Naviculare Cell”, seperti yang ditemukan saat kehamilan.
Bila estrogen dan progesteron tidak ada, maka tampak gambaran
“apusan atrofis”. Tidak tampak maturasi sel-sel, sehingga pada apusan
akan tampak sel-sel parabasal dan tidak ditemukan sel-sel superfisial.
c. Penentuan saat ovulasi
Pemeriksaan sitologi untuk penentuan saat ovulasi memakai indeks
kariopiknotik yaitu penghitungan sel-sel dengan inti piknotik dari
sel epitel superfisial dibanding dengan inti yang tidak piknotik dari sel
intermediate. Pada saat ovulasi didapatkan jumlah inti piknotik yang
terbanyak karena pengaruh estrogen tertinggi. Pada siklus tak
berovulasi maka tidak tampak dengan jelas kenaikan dari indeks
kariopiknotik. Kadang-kadang tampak pengaruh estrogen sejak awal
memang sudah tinggi pada kasus dengan hiperestrogenisme. Setelah
indeks kariopiknotik mencapai puncaknya pada ovulasi, maka pada
tahap berikut terlihat pengaruh progesteron yang berupa terjadinya
pelipatan sitoplasma sel-sel intermedia.
Mendiagnosis Peradangan
Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan sitologi apusan Pap, karena baik peradangan akut maupun kronis,
sebagian besar akan memberikan gambaran perubahan sel yang khas. Radang akut
ditandai oleh nekrosis (kematian) dan pelepasan jaringan, dan dijumpai sel
polimorfonuklear yang banyak. Pada radang kronis mengakibatkan sedikit kerusakan
jaringan yang berlangsung lambat dan diimbangi penyembuhan. Sel radang yang
ditemukan adalah limfosit, kadang-kadang sel plasma.
Vaginitis dan servisitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri non spesifik. Bakteri
non spesifik yang sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis (40 60%) dan
sisanya disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoea (GO), Staphilococcus, Streptococcus
dan Chlamydia trachomatis. Mikroorganisme lainnya adalah Trichomonas, Candida,
Leptotrix, Herpes genitalis, Human papilloma virus (HPV), dan kadang-kadang
Actinomyces, dan juga amoeba. Pap’s smear tidak dapat dipakai untuk menentukan jasad
renik secara pasti karena pewarnaan Papanicolaou tidak dapat mewarnai kuman dengan
baik meskipun demikian beberapa di antaranya dapat diidentifikasi.
a. Gardnerella vaginalis
Dulu disebut Haemophillus vaginalis, gram negatif, berbentuk batang pendek. Dalam
sediaan sering menutupi sebagian atau seluruh sitoplasma sel epitel, sehingga batas sel
menjadi kabur. Dan juga sitoplasmanya tampak granuler, berbercak-bercak, dan disebut
sebagai “Clue Cell”.
Berupa diplococcus kecil, gram negatif. Tidak dapat dipastikan dengan apusan Pap. Untuk
memastikan diagnosis diperlukan pulasan gram atau pembiakan.
c. Chlamydia trachomatis
Suatu bakteri tipe rickettsia yang merupakan bakteri intraseluler. Pada sediaan apusan Pap
sel-sel yang terinfeksi menjadi besar, sitoplasma mengandung banyak vakuola-vakuola dan
sering perinuklear. Vakuol atau badan inklusi (inclusion bodies) ini sering mengandung
satu atau lebih organisme yang terlihat sebagai titik merah kecil. Sel-sel tersebut akhirnya
menunjukkan perubahan degenerasi dan lisis. Tes immunofluoresen menggunakan antibodi
terhadap Chlamydia sangat spesifik dan dapat dilakukan pada sediaan apusan Pap.
d. Actinomyces israelli
Adalah bakteri berbentuk filamen, membentuk koloni. Dulu dianggap sebagai jamur.
Koloni Actinomyces terlihat sebagai gumpalan besar benda-benda basofilik granuler
dengan benang yang tampak di perifer, berwarna biru atau coklat, dikelilingi sel leukosit
PMN dan makrophage.
Infeksi HPV walaupun belum dapat secara lengkap dibuktikan sebagai penyebab
kanker, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan kanker serviks, terutama tipe 16
dan 18. Hipotesis menyebutkan bahwa sinergisme dengan cofaktor tambahan
diperlukan untuk metransformasi sel yang terinfeksi HPV menjadi HPV yang
berkaitan dengan keganasan. Cofaktor tersebut belum dapat diidentifikasikan secara
jelas, tetapi bisa termasuk infeksi organisme (virus herpes simpleks) atau toksin
(nikotin). Gejala infeksi HPV pada serviks tidak khas, sebagian besar tanpa gejala,
sebagian dengan gejala fluor albus ringan, tidak berbau, dan biasanya tanpa rasa gatal.
Pada apusan Pap dijumpai sel-sel epitel skuamosa yang biasanya berdeskuamasi dalam
kelompok dan lipatan epitel cukup banyak, disertai adanya hyphae-hyphae dan spora candida
yang menyusup di antara sel-sel epitel.
h. Infeksi Trikkomonas
Gambaran infeksi Trikkomonas pada apusan Pap menunjukkan banyak sel lekosit PMN, sel
histiosit dengan latar belakang kotor, mengandung banyak sel parabasal dan Trikomonas
berupa parasit-parasit berbentuk bulat lonjong seperti buah peer, berwarna abu-abu dengan inti
terletak di bagian tengah dan kadang–kadang mengandung granula–granula berwarna merah.
i. Vaginitis Amoeba
Deteksi Keganasan
Manfaat sitologi apusan Pap yang banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker (displasia) atau kanker(karsinoma) serviks.
Dengan kemajuan-kemajuan penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan Pap maka saat ini
sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker
serviks, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi. Walau demikian untuk pemastian diagnosis tetap dengan
pemeriksaan histopatologik. Hal itu berarti setiap diagnostik sitologi kanker harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan histopatologik jaringan biopsi serviks, sebelum dilakukan tindakan
berikutnya.
Telah diketahui bahwa keganasan pada serviks dimulai dari tingkat kelainan
dini yang biasanya tidak memberikan keluhan- keluhan. Sel–sel epitel berubah dari
normal menjadi displasia ringan, sedang, dan berat yang selanjutnya menjadi karsinoma
in situ dan akhirnya berlanjut menjadi karsinoma invasif.
Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epital skuamosa
yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi
persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in–
situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh.
Penilaian keganasan serviks secara sitologik dibagi 2
B. Kanker Serviks
1. Karsinoma Skuamosa
Jenis ini dijumpai kurang lebih 95 % dari seluruh kanker serviks. Karsinoma
dengan pertandukkan, latar belakang biasanya bersih tetapi dapat dijumpai darah,
sel epitel skuamosa besar –besar dengan pleomorfi yang nyata dan jarang didapatkan
makronukleoli.
2. Adenokarsinoma Serviks
Jenis ini hanya kurang lebih 5 %. Di sini tampak sel-sel endoserviks mengalami
perubahan ke arah keganasan dengan inti mempunyai makronukleoli, kromatin
yang besar dan tidak rata. Sitoplasma rapuh, inti lebih besar, tapi tidak
menunjukkan pleomorfi.
Pada terminologi ini displasia berat dan karsinoma in situ digabung karena
secara sitologi sulit dibedakan. Terminologi ini tidak terlalu disukai karena istilah
neoplasia, karena tidak semua perubahan awal ini manjadi neoplastik dan tidak semua
lesi menjadi karsinoma. Keluhan lain adalah pada NIS I yang menyatakan potensi
keganasan tetapi meliputi kelompok besar displasia ringan yang sebagian besar hanya
akibat peradangan.
Pada tahun 1988 dan 1991 pertemuan para ahli sitopatologi melahirkan sistim
Adekuasi Sediaan :
Memuaskan ( endoserviks atau sel metaplastik )
Tidak memuaskan
Memuaskan tetapi terganggu karena tak tampak sel endoserviks/
metaplastik.
Kategori Umum :
Penatalaksanaan IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah
dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul
plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau
kelainan pra kanker.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher
rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker
bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang
menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu
yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh,
dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya
perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan
human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang
lain.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 118
EVALUASI
Skor
No. Langkah / 0 1 2 3
Tugas
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah. Perkenalkan
diri.
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang akan
di alami ibu
3. Meminta persetujuan Ibu (Informed Consent)
4. Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter
telah tersedia dan siap digunakan
Memeriksa apakah ibu telah buang air kecil dan
5. membersihkan daerah genitalnya bila diperlukan
Meminta ibu untuk melepaskan celana dalam serta
6. memakai sarung atau selimut yang tersedia.
Membantu Ibu naik ke meja periksa
7. Meminta ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan
kedua lengan di samping
8. Memposisikan ibu dalam posisi litotomi dengan
kedua paha ditopang dengan penahan kaki.
9. Mencuci tangan dan mengeringkannya
Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke
10.
daerah genital.
11. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru
atau telah di-DTT.
12 Melakukan tindakan disinfeksi dengan kapas
sublimat pada daerah vulva dari atas kebawah dan
1/3 proksimal paha bagian depan dan dalam
Menyentuh paha sebelah dalam sebelum
13.
menyentuh daerah genital ibu.
Memasang spekulum cocor bebek dengan perlahan
14 dimana jari tangan kiri menekan perineum agar
otot vagina rileks
Melakukan pengamatan terhadap keadaan vagina
15 dan portio
Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding
16 lateral vagina sepertiga atas, dengan spatula Ayre
bagian yang bulat lonjong seperti lidah.
Sekret eksoservikal diambil dengan spatula Ayre
bagian yang bulat lonjong seperti lidah, diusap pada
17 seluruh permukaan portio serviks. Gerakan searah
jarum jam, diputar melingkar 360 derajat
Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan : langkah tugas atau keterampilan tidak di
lakukan oleh peserta pada saat dievaluasi oleh
pelatih
1 = Tidak memuaskan : langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai
prosedur atau panduan Standard, perlu banyak
perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai
dengan prosedur atau panduan standar
i. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau
bidan) yang terlatih.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 123
j. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
l. Periksa genitaliaeksterna.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Pendahuluan
Prinsip Kerja
Semua tes kehamilan bekerja dengan mendeteksi suatu hormon tertentu dalam
urin atau darah yang hanya ada ketika seorang wanita sedang hamil. Hormon ini
disebut human chorionic gonadotropin atau hCG. Hal ini juga disebut hormon
kehamilan.hCG dibuat ketika sebuah implan telur dibuahi di dalam rahim. Hal ini
biasanya terjadi sekitar enam hari setelah telur dan sperma bergabung. Tetapi studi
menunjukkan bahwa pada sampai dengan 10 persen wanita, implantasi tidak terjadi.
Ada dua jenis tes kehamilan. Satu tes darah untuk hormon kehamilan, hCG,
yang lain memeriksa urine untuk hormon hCG.
Cara Pemeriksaan
PROSEDUR KERJA
Tahap Persiapan:
Media dan Alat Pembelajaran :
a. Penuntun Belajar seri keterampilan laboratorium tes kehamilan
b. KIT pemeriksaan kehamilan, botol urin
c. Kertas, pensil, dan pena.
Tahap Pelaksanaan:
a. Ucapkan salam dengan sopan dan tanyakan identitas ibu
b. Terangkan mengenai prinsip pemeriksaan tes kehamilan kepada ibu
c. Terangkan indikasi dan kegunaan pemeriksaan tes kehamilan
d. Minta ibu untuk mengambil contoh urinnya dengan memasukan
kedalam botolurin
e. Buka KIT pemeriksaan tes kehamilan dan terangkan cara
penggunaannya.
f. Celupkan KIT pemeriksaan kedalam urin ibu sesuai dengan petunjuk
penggunaan KIT
g. Menginterpretasikan Hasil pemeriksaan KIT tes kehamilan.
NO URAIAN SKOR
A. ANAMNESIS 0 1 2 3
1. Ucapkan salam dengan sopan
2 Tanyakan Identitas Ibu (nama, umur, alamat)
Keterangan:
0 : Tidakdilakukan
1 : Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 : Dilakukan dengan sempurna
Untuk soal nomor 1: 0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan
3: Dilakukan dengan baik
Instruktur,
NILAI AKHIR : Total x 100 = .................................
22
(.................................)