PDF SL Buku Penuntun KK 3.2 2016 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 135

Tim Penyusun Buku Panduan Ketrampilan Klinik Blok 3.

2
Sistem Reproduksi

Koordinator : Dr. dr. Rajuddin, Sp.OG., KFER


Wakil : dr. Cut Asmaul Husna, M.Si
Anggota : dr. Maulina Debbyousha, Sp.PD
dr. Noviana Zara

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 1


Buku Panduan Ketrampilan Klinik
Blok 3.2. Sistem Reproduksi

Dekan Koordinator

Dr. dr. Rajuddin, Sp.OG.,KFER Dr. dr. Rajuddin,Sp.OG.,KFER


NIP. 196012271988031001 NIP. 196012271988031001

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 2


KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat


Allah SWT atas tersusunnya Buku Panduan Ketrampilan Klinik Blok 3.2 (Sistem
Reproduksi) tahun akademik 2016/2017. Panduan ini digunakan sebagai acuan bagi
instruktur dan mahasiswa dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran ketrampilan klinik
di blok 3.2 sesuai dengan jadwal kegiatan akademik yang terdapat didalamnya, disertai
dengan borang penilaian atas ketrampilan yang diujikan. Di dalam panduan ini terdapat 4
judul ketrampilan klinik yang terdiri dari 1 seri ketrampilan komunikasi, seri keterampilan
pemeriksaan fisik, seri keterampilan prosedural/diagnostik dan seri ketrampilan laboratorik
yang diharapkan dapat tercapainya ketrampilan mahasiswa yang diharapkan sesuai dengan
SKDI.
Terima kasih, kami sampaikan kepada tim yang telah menyusun buku panduan ini
dan para kontributor. Akhir kata, semoga panduan ini bermanfaat dan dapat dipedomani
agar aktivitas pembelajaran blok berjalan dengan baik. Kami juga menyadari bahwa
kemungkinan masih ada kekurangan dalam penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami perlukan.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Lhokseumawe, Oktober 2016

Tim Penyusun

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 3


DAFTAR ISI

Halaman

Tim penyusun buku panduan Ketrampilan Klinik Blok 3.2 i

Halaman pengesahan ii

Kata pengantar iii

Daftar isi iv

KK 3.2.1 SERI KETRAMPILAN KOMUNIKASI (KONSELING : KONTRASEPSI DAN LAKTASI) 1

KK 3.2.2. SERI KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK (PEMERIKSAAN KEHAMILAN) 2

KK.3.2.3 SERI KETERAMPILAN PROSEDURAL/DIAGNOSTIK (PROSES PERSALINAN

NORMAL DAN PEMERIKSAAN PASCA MELAHIRKAN NORMAL) 3

KK.3.2.4 SERI KETRAMPILAN LABORATORIK (TES KEHAMILAN) 4

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 4


1. SERI KETRAMPILAN KOMUNIKASI
1.1 Konseling Keluarga Berencana Paska Persalinan

Peningkatan pelayanan KB pasca persalinan sangat mendukung dan telah


sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan dan pada saat yang sama juga
ditunjang dengan situasi dan kondisi kesehatan ibu yang sesuai di mana begitu
banyak calon peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin) yang pernah kontak
dengan tenaga kesehatan. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak
antara penyedia pelayanan kesehatan kepada ibu hamil saat pemeriksaan
kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi mereka untuk menggunakan
kontrasepsi segera setelah persalinan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi
biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sepertinya waktu
setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu
menggunakan kontrasepsi.

A. Pengertian
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara
klien- petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi.

B. Keuntungan konseling adalah :


1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya
2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai
4. Membangun rasa saling percaya
5. Menghormati hak klien dan petugas

C. Hak dari klien dalamkonseling


1. Hak untuk memutuskan dalam menggunakan kontrasepsi atau tidak
2. Hak untuk memilih metode yang akan digunakan
3. Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 5


4. Hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan tepat
5. Hak untuk mengemukakan pendapatnya
6. Hak untuk menolak pemeriksaan yang akan dilakukan

D. Ciri-ciri komunikasi yang efektif yaitu :


1. Jadilah pendengar yang aktif
2. Gunakan gerakan non verbal untuk menunjukkan perhatian
3. Gunakan pertanyaanterbuka
4. Gunakan kata-katayang mendorong
5. Amati gerakan non verbal dari klien
6. Bantu klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka

E. Informasi yang harus diberikan dalam konseling meliputi :


1. Efektivitas dari metode kontrasepsi
2. Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
3. Kembalinya kesuburan
4. Efek samping jangka pendek dan jangka panjang
5. Gejala dan tanda yang membahayakan
6. Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual (seperti :
Chlamydia, HBV,HIV/AIDS)

F. Ciri konselor yang efektif :


1. Memperlakukan klien dengan baik
2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan
4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode
kontrasepsi
5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang
sesuai dengan kondisinya

G. Poin kunci konseling kontrasepsi pasca persalinan


1. Promosikan ASI eksklusif dan Metode Amenorea Laktasi (MAL)
2. Konseling waktu dan jarak kelahiran yang baik
3. Tanyakan kepada klien kontrasepsi untuk membatasi atau hanya memberi
jarak. Bila membatasi sarankan metode permanen

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 6


4. Waktu kontrasepsi pasca persalinan dimulai berdasarkan :
 Status menyusui
 Metode kontrasepsi yang dipilih
 Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya memberi jarak
5. Untuk ibu menyusui dapat diinformasikan :
 Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat diproteksi
sekurangnya enam bulan, setelah enam bulan harus menggunakan
metode kontrasepsi lainnya
 Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL)
hanya terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya
harus menggunakan kontrasepsi lain seperti metode hormonal progestin
yang dimulai 6 minggu pasca persalinan
 Dapat menggunakan kondom kapanpun
 Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang dimulai
post plasental atau 4 minggu pasca persalinan
 Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi
mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca
persalinan
6. Untuk ibu tidak menyusui dapat diinformasikan :
 Kontrasepsi harus dimulai sebelum terjadinya hubungan seksual yang
pertama kali pascapersalinan
 Metode hormonal progestin dapat dimulai segera pasca persalinan
 Metode hormonal kombinasi dapat dimulai setelah 3 minggu pasca
persalinan
 Dapat menggunakan kondom kapanpun
 Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang dimulai
post plasental atau 4 minggu pasca persalinan

7. Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi


mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca
persalinan.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 7


1.2. ALAT KONTRASEPSI
1.2.1.Program Keluarga Berencana ( KB )
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun
swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat
bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas,
dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.

Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom
dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader
desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan
kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.

A. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi dan
“Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma (Fertitest, 2010).
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya mencegah
kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa
menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 8


Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam
tiga kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara
kontrasepsi modern.
1. Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan
alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama
terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender.
Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan
kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisid.
2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang terdiri
dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). 2) IUD/AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi
tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto,
2003).

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN


A. NON HORMONAL
1. Metode Amenore Laktasi (MAL)
2. Kondom
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 9


B. HORMONAL
1. Progestin: pil, injeksi dan implan
2. Kombinasi: pil dan injeksi

NON HORMONAL
1. METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
- Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apa pun lainnya.
- Syarat untuk dapat menggunakan: Menyusui secara penuh (full breast
feeding), lebih efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari.
- Cara kerja: Penundaan/ penekanan ovulasi
- Efek samping: Tidak ada

 KEUNTUNGAN METODE AMENORE LAKTASI (MAL)


KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
- Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).
- Segera efektif.
- Tidak mengganggu senggama.
- Tidak ada efek samping secara sistemik.
- Tidak perlu pengawasan medis.
KEUNTUNGAN NONKONTRASEPSI
 Untuk Bayi:
- Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat
ASI)
- Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang
bayi yang optimal

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 10


- Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula, atau alat minum yang dipakai.

 Untuk Ibu:
- Mengurangi pendarahan pascapersalinan
- Mengurangi risiko anemia
- Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
 KETERBATASAN METODE AMENORE LAKTASI (MAL)
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan.
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
- Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan.
- Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
2. KONDOM
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit
kelamin pada saat bersenggama
Cara kerja:
 Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
 MANFAAT KONDOM
MANFAAT KONTRASEPSI
- Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar
- Tidak mengganggu produksi ASI

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 11


- Tidak mengganggu kesehatan klien
- Tidak mempunyai pengaruh sistemik
- Murah dan dapat dibeli secara umum
- Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
- Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda
MANFAAT NONKONTRASEPSI
- Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks)
- Mencegah penularan IMS, HIV
- Memberi dorongan kepada suami untuk ikit ber-KB
- Mencegah ejakulasi dini  Saling berinteraksi sesama pasangan
- Mencegah imuno infertilitas
 KETERBATASAN KONDOM
- Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
- Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
- Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
- Malu membeli kondom di tempat umum
- Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah
3. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM ( AKDR / IUD )
AKDR Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit
kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi
pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga
dan ada yang tidak.
Cara kerja:
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi
inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.

 KEUNTUNGAN
- Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam
1 tahun pertama)
- Dapat efektif segera setelah pemasangan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 12


- Metode jangka panjang
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
- Tidak mempengaruhi hubungan sosial
- Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
- Tidak ada efek samping hormonal
- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
- Tidak ada interaksi dengan obat-obat
- Membantu mencegah kehamilan ektopik

 KETERBATASAN
- Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS)
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
- Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
- Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
- Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

4. KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI & VASEKTOMI)

 TUBEKTOMI
Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi
mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi
dengan cara mengoklusi tuba falupii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

 WAKTU PENGGUNAAN
1. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
2. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar
3. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6
minggu.

 MANFAAT DAN KETERBATASAN TUBEKTOMI


MANFAAT
KONTRASEPSI
- Efektivitasnya tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 13
tahun pertama penggunaan)
- Tidak mempengaruhi proses menyusui
- Tidak bergantung pada faktor sanggama
- Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
- Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

NON KONTRASEPSI
- Berkurangnya risiko kanker ovarium

 KETERBATASAN
- Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
- Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

 VASEKTOMI
Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP) adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa
deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

 JENIS
1) Insisi
2) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

 WAKTU : Bisa dilakukan kapan saja

 KEUNTUNGAN DAN KETERBATASAN VASEKTOMI


KEUNTUNGAN
- Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
- Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
- Morbiditas dan mortalitas jarang
- Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
- Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi.

KETERBATASAN
- Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3
bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
- Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri
dibandingkan teknik insisi.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 14
HORMONAL
1. HORMON PROGESTIN
Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin,
yaitu bahan tiruan dari progesterone.
- Pil
- Injeksi/suntikan
- Implan
2. HORMON KOMBINASI
Hormon Kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
kombinasi hormon mengandung hormon esterogen dan progesterone.
- Pil
- Injeksi/suntikan

1.1. PIL PROGESTIN


KEUNTUNGAN
- Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5 kehamilan /
100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
- Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
- Tidak mempengaruhi ASI
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
- Mudah digunakan dan nyaman
- Efek samping kecil

KETERBATASAN
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
- Risiko kehamilan ektopik, tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil
- Efektifitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsy
- Tidak mencegah IMS

1.2. INJEKSI/SUNTIKAN PROGESTIN


KEUNTUNGAN
- Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama
- Pencegahan kehamilan jangka panjang
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
- Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
- Tidak mempengaruhi ASI
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 15
- Sedikit efek samping
- Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
- Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
- Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
- Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell)

KETERBATASAN
- Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali sesuai jadwal suntikan)
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
- Tidak mencegah IMS
- Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian

1.3. IMPLAN
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin
yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri.

KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
- Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan)
- Daya guna tinggi.
- Perlindungan jangka panjang(sampai 5 tahun).
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
- Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
- Bebas dari pengaruh estrogen.
- Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
- Tidak mengganggu ASI.

KEUNTUNGAN NONKONTRASEPSI
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi/memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker endometrium.
- Menurunkan angka kejadian kelainan tumor jinak payudara.
- Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
- Menurunkan angka kejadian endometriosis.

KETERBATASAN KONTRASEPSI IMPLAN


- Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
- Tidak mencegah infeksi menular seksual
- Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 16
harus pergi ke klinik untuk pencabutan
- Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberculosis atau obat epilepsi

2. PIL KOMBINASI
KEUNTUNGAN
- Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)
- Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Mudah dihentikan setiap saat
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
- Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
- Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
- Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, dismenore atau akne

KETERBATASAN
- Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
- Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui
- Tidak mencegah IMS

2.1. SUNTIKAN KOMBINASI


KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
- Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
- Risiko terhadap kesehatan kecil.
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
- Efek samping sangat kecil.

KEUNTUNGAN NON KONTRASEPSI


- Mengurangi jumlah perdarahan.
- Mengurangi nyeri saat haid.
- Mencegah anemia.
- Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
- Mengurangi penyakit tumor payudara jinak dan kista ovarium.
- Mencegah kehamilan ektopik.
- Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
- Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 17
KERUGIAN SUNTIKAN KOMBINASI
- Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan selama sampai
10 hari.
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
- Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
- Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsi (Fenitoin dan Barbiturat) atau obat tuberculosis (Rifampisin).
- Penambahan barat badan.
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
- Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 18


LEMBARAN PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS BLOK 3.2
KONSELING KONTRASEPSI PASKA PERSALINAN
Nama : ....................................... kelompok: .....................
No. BP : ....................................... tanggal: .........................
No Prosedur Skor
0 1 2 3
1 Menyapa klien calon aseptor KB
Memperlakukan klien dengan baik dan berinteraksi
2
positif dalam posisi seimbang
Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan
3
diingat serta tidak berlebihan
Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan
4
ketersediaan metode kontrasepsi
Memberikan penjelasan berupa (no. 5-10) :
5 Efektivitas dari metode kontrasepsi
6 Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
7 Kembalinya kesuburan
8 Efek samping jangka pendek dan jangka panjang
9 Gejala dan tanda yang membahayakan
Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular
10
Seksual (seperti : Chlamydia, HBV, HIV/AIDS)
Promosikan ASI eksklusif dan Metode Amenorea
11
Laktasi (MAL)
12 Konseling waktu dan jarak kelahiran yang baik

Memberikan penjelasan kontrasepsi sesuai dengan kondisi klien yaitu (no. 13-15):
13 Ibu yang menyusui anaknya
14 Ibu yang tidak menyusui anaknya
15 Klien yang tidak lagi menginginkan fertilitas
Membantu klien mengenali kebutuhannya dan
16
membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan Instruktur,
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik
NILAI AKHIR : Total x 100 = ................................. (................................)
48

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 19


TEKNIK MENYUSUI

1. PENGANTAR
Pemberian ASI bukanlah sekedar memberi makanan kepada bayi. Ketika
ibu mendekap bayi yang sedang disusukannya, pandang matanya tertuju kepada
bayi dengan nuansa kasih saying dan keinginan untuk dapat memahami
kebutuhan si bayi. Pengetahuan dan pelatihan ini dapat membantu peserta didik
untuk dapat membantu dan menjelaskan teknik laktasi kepada ibu yang
membutuhkan.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
2.1. Tujuan umum
Setelah melakukan pelatihan ini mahasiswa mampu mengedukasi ibu tentang
cara menyusui yang benar
2.2. Tujuan khusus
- Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah teknik laktasi yang benar
- Mahasiswa mampu mendeteksi kesalahan proses menyusui
- Mahasiswa mampu mengenali dan memperagakan posisi dan tanda-tanda
perlengkatan bayi yang benar
- Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda bayi mengisap dengan efektif
- Mahasiswa mampu menjelaskan tanda-tanda asi cukup
TEORI
Definisi
Air Susu Ibu merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan,
dan perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung lemak, karbohidrat,
protein, nutrient mikro dan antibodi dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan,
perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 30
menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui. Inisiasi menyusu dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22%
risiko kematian bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya penundaan IMD akan meningkatkan
risiko kematian.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 20


Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama, disesuaikan menurut kebutuhan bayi setiap saat.
Komposisi ASI akan bervariasi tergantung usia bayi, sehingga ada yang disebut
kolostrum, ASI peralihan dan ASI matur. Komposisi ASI juga bervariasi dari awal
hingga akhir menyusui. Foremilk (ASI awal) adalah ASI yang bening yang diproduksi
pada awal penyusuan, banyak mengandung laktosa dan protein. Hindmilk ( ASI akhir)
adalah ASIyang lebih putih pekat, diproduksi pada akhir penyusuan dan banyak
mengandung lemak yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pembentukan otak.
Anatomi dan Fisiologi
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan
fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang
kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada waktu
menyusui bisa mencapai 800 gram.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus ( badan ), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papila, atau puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi
susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok lobulus, kemudian
beberapa lobules berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus
ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Pada saat hamil seorang ibu harus dipersiapkan untuk menyusui. Anamnesis dan
pemeriksaan payudara yang teliti harus dilakukan, antara lain meliputi perencanaan ibu
untuk menyusui anaknya, riwayat menyusui sebelumnya, operasi atau tindakan bedah
lain terhadap payudara. Selain itu pemeriksaan terhadap payudara terutama bentuk
puting sangatlah penting, untuk menentukan temukan puting normal, datar atau justru
terbenam. Puting yang tidak normal dan tidak diantisipasi sebelumnya dapat menjadi
salah satu penyebab kegagalan menyusui. Apabila ditemukan puting datar atau

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 21


terbenam, cara yang dianjurkan adalah menyusui segera setelah lahir. Beberapa bayi
dapat menyusu dengan baik pada puting datar atau terbenam asalkan dia tidak
mendapatkan puting buatan segera setelah lahir.
Proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam tubuh manusia. Setelah
memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil sudah mulai memproduksi ASI,
tetapi produksi ASI tidak berlanjut karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir
dan plasenta keluar, hormon yang mempengaruhi ASI akan menjadi aktif, apalagi bila
dilakukan IMD. Hisapan bayi pada puting payudara akan menyebabkan sinyal terkirim
ke hipofisis. Hipofisis anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang berperan
dalam produksi ASI, sebagian besar prolaktin berada dalam darah selama 30 menit
setelah menyusu, hal ini berarti prolaktin membuat payudara memproduksi ASI
berikutnya.

Gambar 1. Anatomi payudara

Hipofisis posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan


masuk ke dalam aliran darah dan menumbulkan reflex oksitosin untuk
kontraksi otot yang ada disekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang telah
diproduksi akan dapat dikeluarkan. Kelelahan ataupun masalah-masalah
psikologis pada ibu dapat menghambat kerja oksitosin seperti kekhawatiran
ibu, perselisihan antar keluarga yang lain. Sebaliknya perasaan bahagia akan
menyebabkan oksitosin keluar.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 22


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 23
Gambar 2. Keuntungan menyusui

Posisi dan Perlekatan

Keberhasilan menyusui tidak lepas dari perlekatan dan posisi menyusui yang
benar. Perlekatan mulut bayi pada payudara yang salah akan berakibat puting
lecet dan luka. Posisi yang salah akan menyebabkan ASI tidak lancar.
Keduanya akan mempengaruhi produksi asi selanjutnya atau bayi enggan
menyusu.

Gambar 3. Posisi menyusui yang umum

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 24


Tanda-tanda bahwa Posisi menyusui sudah benar:
1. Badan bayi rapat dengan badan ibu, menghadap ke payudara
2. Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus
3. Dagu bayi menyentuh payudara
4. Seluruh badan bayi disangga, tidak hanya kepala dan badan ( terutama
bayi baru lahir)
5. Ibu merasa nyaman dan santai.

Gambar. 4 Posisi meyusui yang tepat dan yang


salah

Beberapa tanda yang dapat dilihat untuk mengetahui bahwa bayi melekat secara
benar pada payudara:
- Dagu bayi menyentuh payudara
- Mulut terbukalebar
- Bibir bawah bayi melengkung keluar
- Pipi bulat atau datar
- Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, lebih banyak areola yang
terlihat di bagian atas mulut bayi dari pada dibawahnya.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 25


Gambar 5. Bayi melekat dengan benar pada payudara ibu

Gambar 6. Perbandingan melekat yang benar dan yang salah

Gambar 7. Refleks yang terlibat saat menyusu

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 26


Langkah-langkah menyusui yang benar
a. Cucilah tangan dengan bersih
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada ptting
susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
 Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik mengunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
 Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi
tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu,dan yang satu di
depan
 Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari-jari yang lain menopang
di bawah. Jangan menekan puting susu atau areola saja.
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
 Menyentuh pipi dengan puting susu atau
 Menyentuh sisi mulut bayi
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi;
 Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 27


 Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.

g. Perhatikan apakah bayi mengisap dengan efektif


h. Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
ganti menyusu pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi:
 Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau,
 Dagu bayi ditekan ke bawah
i. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan
(yang dihisapterakhir)
j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
k. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:
 Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan,atau
 Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu,kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.

Tanda-tanda bayi mengisap dengan efektif


Untuk mengetahui bahwa teknik menyusui telah benar dan bayi menghisap
dengan efektif, dapat dilihat dari tanda-tanda berikut:
 Bayi menghisap dengan dalam dan pelan
 Bayi terlihat menelan
 Terdengar gulping sound saat bayi menelan, bukan smacking sound saat
bayi menghisap
 Bayi terlihat puas dan tertidur setelah menyusu

Produksi dan kecukupan ASI


Produksi ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi, oleh karena itu

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 28


sangat dianjurkan untuk menyusui secara on demand yang artinya sesuai
dengan keinginan bayi. Rerata volume ASI pada ibu yang menyusui bayi 1-6
bulan secara eksklusif dan on demand mendapatan hasil sebagai berikut:
1. Bayi menyusu 10-12 kali dalam 1 hari
2. Rata-rata produksi ASI adalah 800 ml/hari
3. Produksi ASI setiap kali menyusu adalah 90 ml/kali, yang dihasilkan 2
payudara
4. Umunya bayi akan menyusu pada payudara pertama sebanyak 75ml dan
dilanjutkan 50 ml pada payudara kedua

Selama 3 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali
ke berat badan lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai
atau bahkan diatas grafik sampai usia 3 bulan. Penurunan berat badan bayi
selama 2 minggu pertama kehidupan tidak melebihi 10%.

Tanda kecukupan ASI


1. Produksi ASI akan melimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah
melahirkan, Nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih
hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan

2. Bayi menyusun 10-12 kali sehari, dengan perlekatan yang benar pada
setiap payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 menit
pada setiap payudara.
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan sering kali tertidur pada
saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua.
4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari.
5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling
tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas dipopok bayi
pada bayi usia 4 hari sampai 4minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB
setiap kali menyusu, hal ini normal.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 29


6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu
diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila
setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekonium ( bewarna
hitam seperti ter),atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini
merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI.
7. Puting payudara ibu akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama
menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5-7hari,
lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa
bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera
ditangani dengan benar maka hal ini akan menurunkan produksi ASI.
8. Berat badan tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir pada 10
hari pertama
9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir usia 10 sampai 14 hari setelah
lahir.
10. Dalam bulan pertama berat badan bertambah sekitar 200 gram per minggu.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 30


PENILAIAN SKILLS LAB TEKNIK MENYUSUI
Nama Mahasiswa : Tanggal :
NIM : Kelompok :
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Memperkenalkan diri kepada orangtua bayi
- mengucapkan salam
- menyapa ibu
- memperkenalkan nama
2 Menjelaskan langkah-langkah teknik menyusui
- mencuci tangan
- ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya.
- Ibu duduk atau berbaring santai
- Bayi diletakkan menghadap perut ibu dan
payudara.
- Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh tertengadah dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
- Satu tangan bayi diletakkan dibelakang
badan ibu, dan yang satu lagi di depan. Perut
bayi menempel badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara. Ibu menatap bayi
dengan kasih sayang.
- Payudara dipegang dengan ibu jari diatas
dan jari yang lain menopang di bawah.
Jangan menekan puting susu atau areola
saja.
- Bayi diberi rangsangan untuk membuka
mulut
- ( rooting reflex)
- Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke payudara ibu
dengan puting serta areola dimasukkan ke
mulut bayi;

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 31


- Setelah bayi mulai menghisap, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi
- Perhatikan apakah bayi mengisap dengan
efektif
- Menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong sebelum pindah ke payudara yang
lain
- Menyusui berikutnya mulai dari payudara
yang belum terkosongkan (yang dihisap
terakhir)
- Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya.
- Menyendawakan bayi
3 Menjelaskan tanda-tanda posisi menyusui yang
benar
- Badan bayi rapat dan menghadap ke payudara
- Kepala dan badan bayi lurus
- Dagu bayi menyentuh payudara
- Badan belakang bayi ditopang ( terutama
pada bayi baru lahir)
- Ibu merasa santai dan nyaman
4 Menjelaskan tentang tanda perlengkatan yang benar:
- Dagu bayi menyentuh payudara
- Mulut terbuka lebar
- Bibir bawah bayi melengkung keluar
- Pipi bulat atau datar
- Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi,
lebih banyak areola yang terlihat di bagian
atas mulut bayi daripada dibawahnya.
5 Menjelaskan tanda-tanda bayi menghisap
dengan efektif
 Bayi menghisap dengan dalam dan pelan
 Bayi terlihat menelan
 Terdengar gulping sound saat bayi
menelan, bukan smacking sound saat bayi
menghisap
 Bayi terlihat puas dan tertidur setelah
menyusu

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 32


6 Menjelaskan tanda-tanda kecukupan ASI:
 Produksi ASI akan melimpah pada hari ke-2
sampai ke-4 setelah melahirkan, Nampak
dengan payudara bertambah besar, berat,
lebih hangat dan seringkali ASI menetes
dengan spontan
 Bayi menyusu 10-12 kali sehari, dengan
perlekatan yang benar pada setiap payudara
dan mengisap secara teraturselama minimal
10 menit pada setiap payudara.
 Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan
sering kali tertidur pada saat menyusu
 Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali
sehari.
 Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali
sehari
 Berat badan tidak turun lebih dari 10%
dibanding berat lahir
 Berat badan bayi kembali seperti berat lahir
usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.
 Berat badan bertambah sekitar 200gram per
minggu

Total skor: 19

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Dilakukan dengan sempurna
Untuk nomor 1 (0= tidak dilakukan 1 = dilakukan)
Nilai:
Instruktur,

(..............................)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 33


II. SERI KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
PENDAHULUAN

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Jarang seorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam
kondisi yang biasanya sehat dan normal. Mereka menghadapi suatu tugas yang tidak biasa
dalam memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam rencana menyambut
anggota keluarga baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami
ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang
tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan
bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kehamilan normal.
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Tujuan asuhan antenatal


o Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
o Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
o Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 34


o Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin
o Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif
o Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
o Satu kali pada triwulan pertama
o Satu kali pada triwulan kedua
o Dua kali pada triwulan ketiga

Pelayanan asuhan standar minimal termasuk "7T"


o (Timbang) berat badan
o Ukur (Tekanan) darah
o Ukur (Tinggi) fundus uteri
o Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
o Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
o Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
o Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
WHO:
 Birth Planning
 Danger Signs
 Emergency Preparedness
 Social Support
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen- komponen sebagai
berikut:

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 35


o Mengupayakan kehamilan yang sehat
o Melakukan deteksi dini kompikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan
bila diperlukan
o Persiapan persalinan yang bersih dan aman
o Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi

Pemberian vitamin Zat Besi


Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang. Tiap tablet mengandung FeSOa 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 pg,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau
kopi, karena akan mengganggu penyerapan.

Imunisasi TT
Interval
Antigen Lama perlindungan % perlindungan
(Selang waktu minimal)

TT1 Pada kunjungan antenatal - -


pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99

Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS(Wanita Usia Subur) tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).

PENILAIAN KLINIK

Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai pada kontak pertama
antara petugas kesehatan dengan ibu hamil dan secara optimal berakhir pada pemeriksaan 6
minggu setelah persalinan. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.

Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan dari hari


pertama siklus haid (HPHT) dengan menggunakan rumus Naegele dengan syarat
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 36
menstruasi haruslah teratur setiap 28 hari dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Rumus Naegele adalah cara standar perhitungan tanggal jatuh tempo untuk kehamilan. Hal
ini dinamai Franz Karl Naegele (1778-1851), dokter kandungan Jerman yang merancang
aturan ini.

Aturan ini memperkirakan tanggal taksiran persalinan (TP), berdasarkan HPHT


dengan cara menambahkan tahun satu, mengurangkan tiga pada bulan dan menambahkan
tujuh pada hari untuk tanggal tersebut . Hal ini mendekati dengan rata-rata kehamilan
manusia normal yang berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dari HPHT, atau 38
minggu (266 hari) dari tanggal pembuahan.

1. Kriteria tertentu harus diikuti untuk menerapkan aturan Naegele, yaitu:


2. Sebelumnya 12 siklus harus teratur dan siklus 28-30 hari;
3. Ke-12 siklus sebelumnya tidak boleh dengan menggunakan pil kontrasepsi oral.
Periode menstruasi terakhir harus normal, yaitu perdarahan haid durasi 3-5 hari dan
rata-rata jumlah pada berubah per hari adalah 3.

Tinggi fundus uteri disesuaikan dengan umur kehamilan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 37


Pengukuran dengan pita pengukur tinggi fundus uteri

Berdasarkan tinggi fundus dapat ditentukan taksiran berat anak dengan


menggunakan rumus dari Johnson – Toshach. Johnson dan Toshach (1954) menggunakan
suatu metode untuk menaksir berat janin dengan pengukuran (TFU) tinggi fundus uteri,
yaitu mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis sampai puncak fundus uteri dengan
mengikuti lengukungan uterus, memakai pita pengukur serta melakukan pemeriksaan
dalam (vaginal toucher) untuk mengetahui penurunan bagian terendah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengukuran atau taksiran dan
diperkirakan tidak dapat dikoreksi seperti tumor rahim, hidramnion, plasenta previa,
kehamilan ganda. Sehingga pada keadaan diatas rumus dari Johnson Toshach tidak dapat
digunakan. Rumus yang dikemukakan adalah :
W (gram) = (tinggi fundus uteri – station) x 155
Untuk station minus = 13, untuk station nol = 12, dan untuk station plus = 11

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 38


Anamnesis

Riwayat Sosial
Riwayat Kehamilan ini Riwayat Obstetri lalu Riwayat Penyakit
Ekonomi
 Usia ibu hamil  Jumlah kehamilan  Jantung  Status perkawinan
 Hari pertama haid  Jumlah persalinan  Tekanan darah  Respon ibu dan
terakhir, siklus haid  Jumlah persalinan tinggi keluarga tehadap
 Perdarahan per cukup bulan  Diabetes kehamilan
vaginam  Jumlah persalinan mellitus  Jumlah keluarga
 Keputihan premature  TBC di rumah yang
 Mual dan muntah  Jumlah anak hidup  Pernah operasi membantu
 Masalah/kelainan  Jumlah keguguran  Alergi  Siapa pembuat
pada kehamilan  Jumlah aborsi obat/makanan keputusan dalam
sekarang  Perdarahan pada  Ginjal keluarga
 Pemakaian obat- obat kehamilan, persalinan,  Asma  Kebiasaan makan
(termasik jamu- nifas terdahulu  Epilepsi dan minum
jamuan)  Adanya hipertensi  Penyakit hati  Kebiasaan
dalam kehamilan pada  Pernah merokok,
kehamilan terdahulu kecelakaan menggunakan
 Berat bayi < 2,5 kg obat-obata dan
atau berat bayi > 4 kg alkohol
 Adanya masalah-  Kehidupan
masalah selama seksual
kehamilan, persalinan,  Pekerjaan dan
nifas terdahulu aktivitas sehari-
hari
 Pilhan tempat
untuk melahirkan
 Pendidikan
 Penghasilan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 39


Pemeriksaan

Fisik Umum Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam Laboratorium

Kunjungan Pertama Pada setiap kunjungan : Pada kunjungan Kunjungan


pertama : Pertama :
Mengukur tinggi fundus
Tekanan darah Suhu badan uteri Pemeriksaan Darah
Nadi Pernapasan Berat Palpasi untuk menentukan Vulva/Perineum Hemoglobin
badan Tinggi badan letak janin (atau untuk :
Muka : edema, pucat lebih 28 minggu) Varises Kondiloma Urin :
Mulut dan gigi : Auskultasi detak jantung Edema Hemoroid Warna, bau,
kebersihan,karang janin Kelainan lain kejernihan
Tiroid/gondok Protein Glukosa
Tulangbelakang/punggung Pemeriksaan dengan
: skoliosis Spekulum untuk
Payudara : puting susu menilai :
Abdomen : bekas operasi Serviks Tanda-tanda
Ektremitas : edema, varises, infeksi Pengeluaran
refleks patella cairan dari osteum
Costovertebral Angle uteri
Tenderness (CVAT)
Kulit : kebersihan/ Pemeriksaan untuk
penyakit kulit menilai :
Serviks* Uterus*
Adneksa* Bartholin*
Kunjungan berikutnya : Skene Uretra Bila
Tekanan darah Berat badan usia
Edema kehamilan < 12
Masalah dari kunjungan minggu
pertama

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 40


Memantau tumbuh kembang janin (nilai normal)

Tinggi Fundus

Usia Kehamilan Menggunakan petunjuk-


Dalam cm petunjuk badan
Hanya teraba di atas simfisis
13 minggu -
pubis
Di tengah, antar simfisis pubis
16 minggu -
dan umbilicus
20 minggu 20 cm (± 2 cm) Pada umbilicus
Usia kehamilan dalam
22-27 minggu minggu = cm (± 2 cm) -

Di tengah, antar umbilikus dan


28 minggu 28 cm (± 2 cm)
prosesus sifoideus

Usia kehamilan dalam


29-35 minggu minggu = cm (± 2 cm) -

36 minggu 36 cm (± 2 cm) Pada prosesus sifoideus

Diagnosis
Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

Kategori Gambaran
Kehamilan normal Mempunyai tanda-tanda positif : Perubahan warna
pada serviks
Warna areola lebih gelap, pembesaran payudara
Pembesaran abdomen
+ detak jantung Qjanin (jika terlihat > 20 minggu)
Ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal
Kehamilan normal dengan Seperti masalahkeluarga atau psiko-sosial,
masalah khusus kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan financial,
dll

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 41


Kehamilan dengan masalah Seperti hipertensi, anemia berat, preeklampsia,
kesehatan yang membutuhkan tumbuh kembang janin terhambat di dalam uterus.
rujukan untuk konsultasi dan atau Infeksi saluran kemih, penyakit kelmain dan kondisi
kerjasama penanganannya lain- lain yang dapat memburuk selama kehamilan

Kehamilan dengan kondisi Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini,


kegawatdaruran yang atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu
membutuhkan rujukan segera dan bayi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 42


Rekam Medik

Seluruh hasil anamnesis dan pemeriksaan dicatat dam Kartu Bumil (Kartu Ibu Hamil)

Kategori Gambaran
Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada
kunjungan antenatal pertama
 Lihat bagaian penilaian
2. Memantau kemajuan pada kunjungan berikutnya
 Memantau tekanan darah – di bawah 140/90,
adanya peningkatan ≤ 30 mm sistolik atas tidak
hamil garis dasar triwulan pertama
 Bertabahnya berat badan minimal 10 kg selama
kehamilan
 Edema hanya pada ekstremitas
 Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari-jari
tangan dapat disamakan dengan usia kehamilan
 Detak jatung janin 120 sampai 160 detak per
menit
 Gerakan janin + 18-20 minggu hingga
melahirkan
3. Memberikan zat besi (lihat jadwal)
4. Memberikan imunisai TT (lihat jadwal)

Kategori Gambaran
Memberikan konseling
1. Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga
300 kalori per hari, mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein, zat besi, minum
cukup cairan (menu seimbang)
2. Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika
lelah
3. Perubahan fisiologi : tambah
berat badan,

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 43


perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa
menurun, “penyakit mual di pagi hari”, selama triwulan
pertama, rasa panas dalam perut, dan/atau varises,
hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama
kehamilan
4. Memberitahukan kepada ibu kapan kembali
untuk pemantauan lanjutan kehamilan
5. Menasehati ibu untuk mencari pertolongan
segera jika ia mendapati tanda-tanda bahaya
sebagai berikut :
 Perdarahan per vagina
 Sakit kepala lebih dari bisa
 Gangguan penglihatan
 Pembengkakan pada wajah/tangan
 Nyeri abdomen (epigastrik)
 Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
6. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran
yang bersih dan aman di rumah (untuk tingkat
desa)
 Sabun dan air
 Handuk dan selimut bersih untuk bayi
 Makanan dan minuman untuk ibu selama
persalinan
 Mendiskusikan praktek-praktek
tradisional, posisi melahirkan dan harapan-
harapan
 Mengidentifikasi siapa yang dapat menolong
bidan selama persalinan di rumah
7. Petunjuk dini: untuk mencegah keterlambatan
dalam pengambilan keputusan dan upaya
rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat
lepada ibu hamil, suaminya, ibunya atau
anggota keluarga yang lain untuk:
mengidentifikasi sumber transportasi dan
menyisihkan cukup dana untuk menutup
biaya-biaya perawatan kegawatdaruratan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 44


8. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit
(ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan
dikeringkan. Menjelaskan cara merawat
payudara terutama pada ibu yang mempunyai
puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu
diajarkan cara mengeluarkan puting susu : yaitu
tekan puting susu dengan menggunakan kedua
ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.

Kehamilan normal 1. Memberikan seluruh layanan/asuhan


dengan kebutuhan antenatal seperti di atas
khusus 2. Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan
ibu dan masalah-masalahnya

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 45


Ibu hamil dengan 1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi
masalah  Menolong ibu menentukan pilihan yang tepat
kesehatan/komplikasi untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter
yang membutuhkan obgin, dsb)
rujukan untuk 2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut
konsultasi atau surat rujukan
kerjasama 3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan
penanganan membawa surat dengan hasil dari rujukan
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi
selama kehamilan
5. Memberikan layanan/asuhan antenatal
6. Perencanaan dini jika tidak aman bagi melahirkan
di rumah :
7. Menyepakati diantara para pengambil keputusan
dalam keluarga tentang rencana melahirkan
(terutama suami dan ibu atau ibu mertua)
8. Persiapan/pengaturan transportasi untuk ke tempat
persalinan dengan aman, terutama pada malam
hari atau selama musim hujan
9. Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan
di tempat persalinan yanga aman. Apakah ibu
hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah
ia meminta dana masyarakat ?
10. Periapan asuhan anak jika dibutuhkan selama
persalinan
Kegawatdaruratan 1. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di
mana tersedia pelayanan kegawatdaruratan
obstetrik yang sesuai
2. Sambil menunggu transportasi
 Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan,
jika perlu berikan pengobatan
 Mulai memberikan cairan infus (i.v)
Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu
hamil dan surat rujukan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 46


Ringkasan penilaian klinik dan penanganan kehamilan

Penilaian Antenatal Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III Kunjungan IV

Riwayat Kehamilan √ √ √ √
Riwayat Kebidanan
Riwayat Kesehatan √
Riwayat Sosial √
Jika ada Jika ada Jika ada
Pemeriksaan
√ indikasi indikasi indikasi
keseluruhan (umum)
terbatas terbatas terbatas
Pemeriksaan
√ √ √ √
kebidanan (dari luar)
Pemeriksaan Jika ada Jika ada Jika ada

kebidanan (dari dalam) indikasi indikasi indikasi
Cek kembali
Hb; dan
Pemeriksaan pemeriksaan
√ √ √
laboratorium laboratorium
lain jika ada
indikasi
Penanganan
Pemberian tetanus
TT1 (0,5 cc) TT2 (0,5 cc)
Toksoid
Pemberian tablet 90 hari
tambah darah
Konseling Umum √ Memperkuat Memperkuat Memperkuat

Jika ada Jika ada Jika ada Jika ada


Konseling Khusus
indikasi indikasi indikasi indikasi

Perencanaan khusus √ √

Perencanaan
penanganan √ √ √ √
komplikasi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 47


 Jadwal kunjungan ulang :
 Kunjungan I 16 minggu dilakukan untuk :
 Penapisan dan pengobatan anemia
 Perencanaan persalinan
 Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
 Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk:
 Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
 Penapisan preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan, MAP
 Mengulang perencanaan persalinan
 Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir
 Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
 Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
 Memantapkan rencana persalinan
 Mengenali tanda-tanda persalinan

Kebiasaan yang lazim dilakukan namun tidak menguntungkan:

Kebiasaan Keterangan
 Mengurangi garam untuk Peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria
mencegah preeklampsia tidka semata-mata karena penyakit pembuluh
darah, namun karena perubahan akibat
kehamilan
 Membatasi hubungan seksual Belum ada bukti bahwa abortus dan kelahiran
untuk mencegah abortus dan prematur disebabkan karena hubungan
kelahiran premature seksual. Dikhawatirkan terjadinya penularan
penyakit seksual
 Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-mata disebabkan
mencegah kram pada kaki kekurangan kalsium

 Membatasi makan dan minum Bayi besar disebabkan karena gangguan


untuk mencegah bayi besar metabolisme pada ibu seperti diabetes mellitus

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 48


1. PROSEDUR KERJA
1.1. Tahap Persiapan:
Media dan Alat Pembelajaran :
a. Penuntun Belajar untuk anamnesa pada kunjungan antenatal
b. Penuntun Belajar untuk pemeriksaan fisik luar obstetri
c. Manekin Maternity, Stetoskop (monoaural/Laenec dan binaural), pita meteran,
termometer, timbangan, réflex, Hammer, model anatomic, sarung tangan, kain
penutup tubuh, ember untuk cairan dekontaminasi, sabun dan wastafel untuk
simulasi mencuci tangan
d. Kertas, pensil, pena dan kartu ibu.

1.2. Tahap Pelaksanaan:


1.2.1. ANAMNESIS
a. Ucapkan salam
b. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu (nama, umur, alamat)
c. Tanyakan tentang :
- Riwayat terlambat haid dan hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Riwayat mual, muntah, dan perdarahan.
- Riwayat nyeri perut, trauma, dan keputihan.
- Riwayat haid dan Gangguannya.
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit keluarga
- Riwayat perkawinan (berapa dan tahun)
- Riwayat Kehamilan dan Persalinan sebelumnya (kesulitan persalinan yang
lalu)
d. Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid dan buat taksiran persalinan.
1.2.2. PEMERIKSAAN
UMUM
- Keadaan umum
- Berat badan
- Tinggi badan
- Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 49


KHUSUS
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan

ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi


tidak akan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan
b. Persilahkan ibu untuk berbaring
c. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut ibu tampak jelas sampai batas
dibawah proc. Xypoideus, kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua
telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha
(coxae) dan lutut (genu), untuk mengurangi ketegangan dinding perut
d. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
e. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk
f. Pemeriksa berada disisi kanan ibu mengahadap bagian lateral kanan
g. Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan
Leopold 1 :
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas
simfisis)
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atr posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian keapala ibu
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara
lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Leopold 2 :
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 50


adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (eksteremitas)
Leopold 3 :
 Pemeriksa tetap menghadap ke muka pasien
 Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
 Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala) dan
tentukan sudah terfiksir atau belum.
Leopold 4 :
 Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki pasien
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau
divergen)

Pemeriksaan Auskultasi
 Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop
monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding
perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang
memanjang dan rata)
 Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi
(pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut
kurang jelas, upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum)
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi
jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relative
tipis yaitu 3 sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).
 Dengarkan bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit) penuh (normal 120
– 160 kali/menit)
h. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 51


i. Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan pada tempat semula
j. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain
penutup dan rapikan kembali pakaian ibu
k. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada
lembar yang telah tersedia di dalam status pasien.

1.3. Tahap penjelasan/interpretasi hasil pemeriksaan


Jelaskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik luar kehamilan berupa
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus leopold dan auskultasi yang meliputi
- Usia kehamilan dan taksiran persalinan
- Komplikasi pada kehamilan seperti perdarahan, mual dan muntah
- Adanya komplikasi pada kehamilan dan persalinan sebelumnya
- Adanya infertilitas
- Keadaan janin termasuk letak dan posisi janin
- Taksiran berat janin berdasarkan tinggi fundus
- Kondisi janin (sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi)
Rencana Asuhan Antenatal:
- Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu dan kondisi kehamilannya
- Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan tentang langkah atau asuhan
lanjutan serta jadwal pemeriksaan ulangan
- Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang (walaupun diluar jadwal yang
telah ditentukan) bila ada keluhan
- Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan ucapkan salam.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 52


EVALUASI

NO URAIAN SKOR
A. ANAMNESIS 0 1 2 3
1. Ucapkan salam
2. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu (nama,
umur, alamat)
3. Tanyakan tentang :
 Riwayat terlambat haid dan hari pertama
haid terakhir (HPHT)
 Riwayat mual, muntah, dan perdarahan.
 Riwayat nyeri perut, trauma, dan keputihan.
 Riwayat haid dan Gangguannya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Penyakit keluarga
 Riwayat perkawinan (berapa dan tahun)
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
sebelumnya (kesulitan persalinan yang lalu)
4. Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis
haid dan buat taksiran persalinan
B. PEMERIKSAAN 0 1 2 3
5. UMUM
 Keadaan umum
 Berat badan
 Tinggi badan
 Tanda vital (Tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu tubuh)
6. KHUSUS
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan
khawatir atau tidak enak tetapi tidak
akan membahayakan bayi yang ada
dalam kandungan
b. Persilahkan ibu untuk berbaring

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 53


c. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh
perut ibu tampak jelas kemudian minta
ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki
pada ranjang sehingga terjadi sedikit
fleksi pada sendi paha (coxae) dan lutut
(genu), untuk mengurangi ketegangan
dinding perut
d. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain
yang telah disediakan
e. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun,
bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan
handuk
f. Pemeriksa berada disisi kanan ibu
mengahadap bagian lateral kanan
g. Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa
akan memulai proses pemeriksaan
7. Leopold 1 :
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada

fundus uteri untuk menentukan tinggi


fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus ke bawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah denga
meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis)
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang

memfiksasi uterus bawah) kemudian atr


posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian keapala ibu
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan

kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian


bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan
secara bergantian

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 54


8. Leopold 2 :
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding

perut lateral kanan dan telapak tangan


kanan pada dinding perut lateral kiri ibu
secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama
 Mulai dari bagian atas, tekan secara

bergantian atau bersamaan (simultan)


telapak tangan kiri dan kanan, kemudian
geser ke arah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang
(punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas)
9. Leopold 3 :
- Pemeriksa tetap menghadap ke muka pasien
- Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi
bagian bawah Rahim
- Dengan keempat jari dan ibu jari pegang
bagian terbawah janin (kepala) dan tentukan
sudah terfiksir atau belum bagian terbawah
janin tersebut
10. Leopold 4 :
 Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki

pasien
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan

kanan pada lateral kiri dan kanan uterus


bawah, ujung- ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan,

kemudian rapatkan semua jari-jari tangan


yang meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-

jari kiri dan kanan (konvergen atau


divergen)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 55


 Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi)
 Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu
atas panggul kemudian letakkan jari-jari
tangan kanan di antara tangan kiri dan
simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas
panggul
C. Pemeriksaan Auskultasi
11. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu
kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya
pada dinding perut ibu yang sesuai dengan
posisi punggung bayi (bagian yang memanjang
dan rata)
12. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan
dengarkan bunyi jantung bayi (pindahkan titik
dengar apabila pada titik pertama, bunyi
jantung tersebut kurang jelas, upayakan untuk
mendapatkan punctum maksimum)
 Apabila dinding perut cukup tebal
sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi
jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop
pada dinding perut yang relative tipis yaitu
3 sentimeter di bawah pusat (sub-
umbilikus)
13. Dengarkan dan bunyi jantung bayi dalam 60
detik (1 menit) penuh (normal 120 – 160
kali/menit)
14. Letakkan semua peralatan yang telah
digunakan pada tempat semula
15. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah
selesai, angkat kain penutup dan rapikan
kembali pakaian ibu

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 56


16. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat
hasil pemeriksaan pada lembar yang telah
tersedia di dalam status pasien
D. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN 0 1 2 3
17. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan
auskultasi yang meliputi :
 Usia kehamilan

 Letak janin (memanjang, melintang, oblik)

 Posisi janin (punggung kanan/kiri,


superior/inferior)
 Presentasi (kepala, sungsang, lintang,
ganda)
 Kondisi
E. RENCANA ASUHANjanin ANTENATAL
(sesuai dengan hasil 0 1 2 3
18. Jelaskan hasil temuan
pemeriksaan atau penilaian klinis ibu
auskultasi)
dan kondisi kehamilannya
19. Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal
berkaitan dengan hasil temuan tersebut
20. Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan
tentang langkah atau asuhan lanjutan serta
jadwal pemeriksaan ulangan
21. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang
(walaupun diluar jadwal yang telah ditentukan)
bila ada keluhan
22. Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan
ucapkan salam

TOTAL

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan Instruktur,
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Dilakukan dengan sempurna
Untuk nomor 1 (0 = tidak dilakukan atau 1 = dilakukan) (………………………)
Nilai = Total x 100
64

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 57


PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA
A. GENITALIA EKSTERNAL WANITA

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 58


Gambar 1. Anatomi genitalia eksterna wanita

Genitalia eksternal wanita atau vulva (gambar 1 ) terdiri dari: mons veneris, labia
majora, labia minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya, introitus vaginal, meatus urethra
and clitoris. Saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8 cm. Uretra bermuara sekitar 2,5 cm
dibawah klitoris dan terletak tepat didepan vagina.
- Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis pubis.
- Labia mayora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral
vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian anterior di mons veneris untuk
membentuk komisura anterior. Labia mayor dan mons veneneris mempunyai folikel
rambut dan kelenjar sebasea.
- Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria. Labia minora adalah lipatan kulit
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 59
yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan menutupi vestibulum,
yang merupakan daerah diantara kedua labia minora. Diantara anterior, kedua labia
minora membentuk prepusium klitoris.
- Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari jaringan erektil dan banyak
mengandung ujung saraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua korpora kavernosa.
Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vestibulum dibawah kritoris.
- Kelenjar parauretra, atau kelenjar Skene, adalah kelenjar –kelenjar kecil yang
bermuara di lateral uretra. Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini melindungi jaringan
yang rentan terhadap urin.
- Kelenjer Bartholin terdiri dari struktur kecil,ukuran diameter sekitar 0,5 sampai 1
cm, merupakan kelenjer vestibular mayor, terdapat pada batas sisi luar orifisium
vagina kearah fourchette.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, usahakan untuk menyentuh pasien dengan
punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan genitalia. Ini
diperlukan agar pasien merasa nyaman.

Tahap Pelaksanaan
A. Pemeriksaan genitalia wanita eksterna
Hal yang harus diperiksa/dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genitalia
eksternal wanita adalah:
1. Genitalia eksterna dan rambut pubis
Pada genitalia eksterna pemeriksa dapat melakukan penilaian antara lain Mons
veneris untuk melihat adanya lesi atau pembengkakan. Rambut pubis untuk melihat
pola dan kutu pubis. Kulit vulva untuk melihat adanya kemerahan, ekskoriasi, massa,
leukoplakia dan pigmentasi. Jika menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan
palpasi.
2. Labia mayor dan minor
Saat pemeriksan labia ini, sampaikan pada pasien bahwa anda akan membuka labia.
Dengan tangan kanan, labia mayor dan minor dibuka di buka terpisah oleh ibu jari
dan jari telunjuk tangan kanan.
Lihat apakah ada pus atau peradangan pada meatus eksternal uretra.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 60


Tahap penyelesaian
1. Klien dirapikan kembali
2. Mencuci tangan
3. Melaksanakan dokumentasi :
- Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
- Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan
tanda tangan/paraf pada lembar catatan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 61


LEMBARAN PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS BLOK 3.2
PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA
Nama : ....................................... kelompok: .....................
No. BP : ....................................... tanggal: .........................

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
1. Kemampuan menerangkan indikasi pemeriksaan
genetalia eksterna
2. Kemampuan untuk melakukan inform concent
kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan
genetalia eksterna
3. Kemampuan melakukan pemeriksaan
pendahuluan genetalia eksterna wanita
- Pemeriksaan genitalia eksterna dan rambut
pubis
- Pemeriksaan labia mayor dan minor
- Perubahan warna dan pembengkakan pada
kulit disekitar genitalia
- Muara meatus eksterna
4. Mencuci tangan
5. Melaksanakan dokumentasi :
- Catat tindakan yang dilakukan dan hasil
serta respon klien pada lembar catatan
klien
- Catat tanggal dan jam melakukan tindakan
dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan
klien
6. Kemampuan menerangkan cara pemeriksaan
genetalia eksterna secara benar
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik

NILAI AKHIR : Total x 100 = ........................


18 Instruktur,

(................................)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 62


PEMERIKSAAN GINEKOLOGI (PEMERIKSAAN BIMANUAL)

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara


bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita, berkaitan
dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada bagian tersebut.
Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari suatu prosedur pemeriksaan yang lengkap
sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus pada tampilan genitalia eksterna dan upaya untuk
mengetahui arah, besar, konsistensi uterus dan serviks, kondisi adneksa, parametrium dan
organ-organ disekitar genitalia interna (rongga pelvik).
INDIKASI
 Pemeriksaan bentuk, arah, besar, dan konsistensi uterus
 Pemeriksaan adneksa dan parametrium
 Pemeriksaan ballotemen
 Konfirmasi kehamilan intra atau ektra uterin
 Konfirmasi peradangaan atau infeksi
 Pemeriksaan flour albus, perdarahan, tumor pelvik
TUJUAN PEMBELAJARAN :
TIU: Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ginekologi dengan benar TIK:
Pada akhir pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu untuk :
1. Melakukan anamnesis yang berhubungan dengan keluhan organ genitalia wanita
2. Melakukan pemasangan spekulum vagina dengan benar dan aman
3. Melakukan pemeriksaan bimanual dengan benar
4. Menegakkan diagnosis dan atau diagnosis banding
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN :
1. Penuntun Belajar untuk pemasangan spekulum vagina
2. Penuntun Belajar untuk pemeriksaan bimanual
3. Kapas dan larutan antiseptik, spekulum cocor bebek (Grave’s speculum), meja
instrumen, lampu sorot, sarung tangan, sabun dan wastafel/air bersih untuk cuci
tangan, handuk bersih dan kering.
4. Kertas, pensil, pena dan kartu ibu.
CARA PELATIHAN : Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 63


PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

LANGKAH KLINIK
A. ANAMNESIS DAN PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis:
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Perlangsungan penyakit/keluhan
- Jumlah anak dan siklus haid
- Riwayat penyakit
- Riwayat berobat
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
4. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
5. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan
6. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan
7. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
PASIEN
 Kapas dan larutan antiseptic
 Tampong tang
 Spekulum cocor bebek (Grave’s speculum)
 Meja instrumen
 Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
 Lampu sorot
PEMERIKSA
 Sarung tangan DTT
 Apron dan baju periksa
 Sabun dan air bersih
 Handuk bersih dan kering
C. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam
2. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi
3. Atur pasien pada posisi litotomi.
4. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
D. MEMAKAI SARUNG TANGAN
1. Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih.
2. Buka lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan pada bagian sebelah dalam kemudian pasang sesuai dengan jarijari
tangan kiri. Tarik pangkat/gelang sarung tangan untuk mengencangkannya.
3. Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan sarung
tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung tangan,
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 64
kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan kiri.
4. Pasang sarung tersebut pada tangan kanan, sesuaikan dengan alur masing-masing
jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik pangkal/gekang sarung
tangan.
E. PEMERIKSAAN
1. Duduklah pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis
penderita.
2. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah
vagina, vulva dan perineum.
3. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum
4. Buka celah antara kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan introitus (bila
kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan kateter untuk
mengeluarkan air kemih)
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar
Bartolin) dengan ibu jari dan ujung telunjuk (perhatikan dan catat kelainan-kelainan
yang ditemukan).
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus
(agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus (yakinkan
bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah ke dalam lumen vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90º hingga tangkainya ke
arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas
bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
8. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas (perhatikan
ukuran dan warna porsio, dinding dan sekret vagina atau forniks).
9. Setelah periksa pandang selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.

GAMBAR 1. PEMERIKSAAN INSPEKULO


10. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan
11. Berdirilah untuk melakukan tuse vaginal, buka labium mayus kiri dan kanan
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan tengah tangan
kanan ke dalam vagina (vaginal toucher).
12. Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi fundus
uteri (apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari luar).
 Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian secara bimanual tentukan
besar uterus, konsistensi dan arahnya. Periksa konsistensi serviks, keadaan
parametrium dan kedua adneksa.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 65


 Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam ke bagian isthmus (tentukan apakah ada
tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan kedua ujung jari tangan luar
dan dalam).

GAMBAR 2. PEMERIKSAAN BIMANUAL UNTUK MENILAI UTERUS

GAMBAR 3. PEMERIKSAAN BIMANUAL UNTUK MENILAI ADNEKSA


F. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan dalam
wadah yang berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan (tempat
sampah medis). Seka bagian-bagian yang dicemari sekret/cairan tubuh dengan
larutan klorin 0,5%.
3. Masukkan tangan ke dalam lauratan klorin 0,5%, bersihkan dari sekret/cairan
tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut selama 10 menit.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5. Keringkan dengan handuk yang bersih
G. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang diagnosis dan rencana pengobatan
3. Pastikan pasien mengerti apa yang telah dijelaskan
4. Minta persetujuan tertulis (apabila akan dilakukan pemeriksaan atau tindakan
lanjutan).
5. Persilahkan ibu ke ruang tunggu (apabila pemeriksaan selesai) atau ke ruang
tindakan (untuk proses/tindakan lanjutan).
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 66
LEMBARAN PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS BLOK 3.2
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Nama : ....................................... kelompok: .....................
No. BP : ....................................... tanggal: .........................
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
Ananmnesis
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Lakukan anamnesis secara sistematis
3. Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
4. Jelaskan prosedur pemeriksaan
5. Minta persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan Pemeriksaan
6. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
7. Pastikan kandung kemih pasien sudah dikosongkan
8. Kandidat akan melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisis umum
9. Kandidat lakukan pemeriksaan fisis abdomen
Pemeriksaan Ginekologi
10. Beri instruksi berbaring dengan posisi litotomi dan melepaskan pakaian dalam
11. Cuci tangan dan pakai sarung tangan dengan baik dan benar
12. Pemeriksa duduk menghadap ke aspektus genitalis:
- Lakukan inspeksi genitalia interna
- Lakukan palpasi genitalia eksterna
- Lakukan inspekulo dengan memasukkan speculum
13. Pemeriksa berdiri untuk melakukan pemeriksaan bimanual
Tindakan Pasca Pemeriksaan
14. Lakukan dekontaminasi alat dalam larutan chlorin 0,5% selama 10 menit
15. Buang sampah habis pakai pada tempat yang tersedia
16. Buka sarung tangan dan cuci tangan pasca tindakan
17. Menyampaikan hasil pemeriksaan dan diagnosis
18. Menyampaikan rencana pemeriksaan selanjutnya
Jumlah Nilai
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik

NILAI AKHIR : Total x 100 = .................................


63 Instruktur,

(................................)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 67


III. SERI KETERAMPILAN PROSEDURAL/DIAGNOSTIK

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

I. PENGANTAR

Keterampilan menolong persalinan normal merupakan keterampilan wajib yang harus


dimiliki dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang akademik/preklinik.
Keterampilan ini meliputi ; membantu persalinan normal, melakukan episiotomi serta
penjahitannya dan penanganan bayi baru lahir. Keterampilan ini termasuk level kompetensi
IV pada KKI.

Dalam proses persalinan, penolong persalinan harus memiliki pengetahuan dan


keterampilan, sehingga menghasilkan out come yang baik untuk ibu dan bayi baru lahir.
Asuhan persalinan berdasarkan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan,
hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN:

2.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah skill lab pertolongan Persalinan Normal, Episiotomi dan penjahitan episiotomi
diharapkan mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal, melakukan
episiotmi serta penjahitnya.
2.2 Tujuan Instruktional Khusus :
- Mahasiswa mampu menjelaskan proses persalinan normal, episitiotomi dan
penjahitannya serta perawatan bayi baru lahir, dan pemeriksaan pasca melahirkan
normal.
- Mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal dengan benar.
- Mahasiswa mampu melakukan episiotomi sesuai indikasi.
- Mahasiswa mampu menjahit luka episiotomi dengan benar.
- Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan pasca melahirkan normal.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 68


III. TEORI ASUHAN PERSALINAN NORMAL

3.1. KALA DUA PERSALINAN

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran.

Beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :


o ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
o ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
o perineum terlihat menonjol
o vulva dan anus terbuka
o peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Persiapan penolong persalinan :


1. Memakai sarung tangan
2. Memakai perlengkapan pelindung pribadi ( penutup kepala, masker, kacamata)
3. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan.( partus set, hecting set dan
resusitasi bayi baru lahir)
4. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
5. Persiapan ibu dan keluarga
6. Membersihkan perineum ibu
7. Pengosongan kandung kemih
8. Amniotomi
9. Memulai meneran ( anjurkan ibu untuk mulai meneran pada saat puncak setiap
kontraksi)
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam
yang menunjukkan pembukaan telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi pada
introitus vagina. Penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan didasarkan pada prinsip
bahwa kala dua merupakan peristiwa normal yang akan diakhiri dengan kelahiran normal
tanpa adanya intervensi. Anjurkan ibu untuk beristirahat antara dua kontraksi.
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
untuk mengambil posisi yang nyaman . Stimulasi puting susu juga dapat memacu kontraksi
uterus secara alamiah. Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap
selama 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak setiap kontraksi.

Jika bayi tidak lahir setelah 60menit, dan kepala juga tidak turun, kemungkinan adalah
disproporsi kepala panggul (CPD).
Penilaian yang dilakukan selama kala dua persalinan:
1. Nadi ibu setiap 30 menit
2. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
3. Djj setiap selesai meneran

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 69


4. Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen(leopold)
5. Warna dan cairan ketuban
6. Apakah ada presentasi majemuk
7. Putaran paksi luar segera setelah kepala lahir
8. Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya (setelah bayi pertama
lahir) semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan

Posisi ibu saat melahirkan


Perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman baginya, posisi telentang (
supine position), oleh karena berat uterus dan isinya ( janin, cairan ketuban, plasenta, dll)
akan menekan vena kava inferior. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah
dari ibu ke plasenta, sehingga dapat menyebabkan hipoksia/defisiensi oksigen pada janin.

Melahirkan kepala janin :


 Saat kepala sudah mulai membuka vulva sekitar 5-6 cm, letakkan kain atau handuk
bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir. Lindungi
perineum dari robekan total dengan cara menahan perineum dengan jari-jari tangan
kanan pada saat meneran dan lindungi robekan uretra dan klitoris dengan
mengendalikan keluarnya kepala bayi dengan cara menahan kepala tetap pada posisi
fleksi dengan telapak tangan kiri dengan hati-hati agar dapat mengurangi robekan
pada vagina dan perineum.Saat kepala lahir, usap muka bayi dengan kasa DTT untuk
membersihkan hidung dari lendir dan darah. Isap lendir pada mulut dan hidung
dilakukan pada cairan ketuban yang mengandung mekonium.
 Periksa adanya lilitan tali pusat pada leher, jika terdapat lilitan segera longgarkan,
atau dapat di klem pada 2 tempat dan di gunting (jika perlu).
 Lahirkan bahu anterior dengan tarikan lembut ke arah bawah dan luar dengan
pegangan 2 tangan penolong pada biparietal bayi.
 Lahirkan bahu posterior; dengan pegangan yang sama dengan tarikan lembut kearah
atas dan luar.
 Lahirkan bagian tubuh bayi yang lain, gunakan jari-jari tangan untuk mengendalikan
dan menahan tubuh bayi saat lahir.
 Keringkan dan rangsang taktil bayi.
 Memotong tali pusat : tali pusat di klem pada dua tempat, klem pertama ditempatkan
pada jarak 5 cm dari pusat bayi. Klem kedua 1 cm dari klem pertama, tali pusat di
potong diantara dua klem, kemudian di jepit/diikat dan di rawat.

3.2 ASUHAN BAYI BARU LAHIR


Penatalaksanaan awal bayi baru lahir meliputi :
1. Persalinan bersih dan aman, dengan menerapkan upaya pencegahan infeksi
2. Memulai/inisiasi pernafasan spontan ( 0-30 detik), evaluasi :

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 70


o Ketuban jernih atau mengandung mekonium
o Bayi bernafas spontan atau tidak
o Kulit bayi kemerahan?
o Apakah tonus bayi cukup?
o Apakah kehamilan cukup bulan?
Bila salah satu pertanyaan diatas jawabannya ’Tidak’ maka segera dilakukan
resusitasi bayi baru lahir. Rangsang taktil dapat menstimulasi pernafasan spontan
bayi.
3. Stabilisasi temperatur tubuh bayi/ menjaga agar bayi tetap hangat
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan dengan cara :
 Keringkan bayi dengan seksama
 Selimuti bayi dengan handuk hangat
 Tutup kepala bayi
 Anjurkan ibu memeluk dan memberi ASI
 Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
4. ASI dini dan eksklusif
5. Pencegahan infeksi ( tetes obat mata atau salep antibiotik harus diberikan dalam
waktu satu jam pertama setelah persalinan)
6. Pemberian imunisasi

3.3. KALA TIGA DAN EMPAT PERSALINAN


Kala tiga dan empat disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
Tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba-tiba.

Manajemen aktif kala tiga :


1. Pemberian suntikan oksitosin 10 IU, intra muskuler , segra setelah bayi lahir.
2. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
3. Rangsangan taktil ( pemijatan ) fundus uteri ( masase)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 71


Manajemen aktif kala tiga dilakukan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Kala empat ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala empat ini
penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena atonia uteri masih
mengancam. Yang perlu diperhatikan dalam kala empat :
1. Mengawasi perdarahan postpartum
2. Menjahit robekan perineum
3. Memeriksa bayi.

IV. EPISIOTOMI DAN REPAIR EPISIOTOMI

PENDAHULUAN

Pada kala IV persalinan , apabila kontraksi uterus baik selanjutnya di nilai perlukaan
jalan lahir apakan spontan (laserasi ) atau berupa luka episiotomi. Perbaikan laserasi
yang efektif memerlukan pengetahuan tentang anatomi perineum dan teknik
pembedahan untuk itu. Laserasi perineum dikelompokkan menurut kedalamannya. Bila
laserasi mengenai sfingter ani, maka perhatian khusus harus diberikan pada anatomi dan
teknik bedah karena insidensi luaran fungsional yang buruk sangat tinggi setelah repair.

1. ANATOMI PERINEUM

Perineum terletak antara vagina dan rektum, dibentuk terutama oleh otot
bulbokavernosus dan muskulus perineum transversal (gambar 1). Selain itu juga ada
muskulus puborektalis dan muskulus sfingter ani eksternus sebagai tambahan.
Kompleks sfingter ani terletak inferior dari perineum (gambar 2). Sfingter ani eksternus
terdiri dari otot lurik. Sfingter ani eksternus yang tumpah tindih dan terletak diatas
sfingter ani eksternus, terdiri dari otot polos dan bersambungan dengan otot polos dari
kolon. Kompleks sfingter ani bisa selebar 3-4 cm.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 72


Gambar 1. Muskulus pada perineum. Gambar 2.Sfingter ani (diseksi kadaver)

Sfingter ani internus memberikan kontribusi terhadap sebagian besar tonus anus
dalam keadaan istirahat yang penting untuk menjaga kontinensia. Hal yang menarik
repair sfingter ani internal tidak dijelaskan dalam buku-buku teks obstetrik standar.
Dalam repair perineum, jahitan pada kulit telah dibuktikan meningkatkan insiden nyeri
perineum pada 3 bulan setelah persalinan

EPISIOTOMI
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
Episiotomi dilakukan untuk memperluas jalan lahir sehingga bayi lebih mudah
untuk dilahirkan. Selain itu episiotomi juga dilakukan pada primigravida atau pada
wanita dengan perineum yang kaku dan atas indikasi lain.

Tujuan Episiotomi
Saat ini terdapat banyak kontroversi terhadap tindakan tersebut. Sejumlah
penelitian observasi dan uji coba secara acak menunjukkan bahwa episiotomi rutin
menyebabkan peningkatan insiden robekan sfingter ani dan rektrum.
Selain itu penelitian-penelitian lain juga menunjukkan adanya peningkatan
inkontinensia platus , inkontinensia alvi, bahkan inkontinensia awal jangka panjang.
Eason dan Feldman menyimpulkan bahwa episiotomi tidak boleh dilakukan secara
rutin. Prosedur harus diaplikasikan secara selektif untuk indikasi yang tepat, beberapa
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 73
diantaranya termasuk indikasi janin seperti distosia bahu dan bahir sungsang; ekstraksi
forsep atau vakum, dan pada keadaan apabila episiotomi tidak dilakukan kemungkinan
besar terjadi ruptur prenium. Bila episiotomi akan dilakukan, terdapat variabel penting
yang meliputi waktu insisi dilakukan, jenis insisi, dan teknik perbaikan.

Waktu Episiotomi
Lazimnya episiotomi dilakukan saat kepala terlihat selama kontraksi sampai
diameter 3-4 cm dan bila perineum telah menipis serta kepala janin tidak masuk kembali
ke dalam vagina.

Indikasi
1. Indikasi janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuannya untuk mencegah terjadinya
trauma yang berlebihan pada kepala janin.
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam,
ekstraksi vakum, dan janin besar.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.
Teknik Episiotomi

Gambar 1. Teknik Episiotomi


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 74
1. Episiotomi mediana

Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas
atas otot-otot sfingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi infiltrasi
antara lain dengan larutan procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan
Xylocain 1%-2%. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan
gunting yang tajam dimulai dari bagian terbawah introitus hingga kepala dapat
dilahirkan.

2. Episiotomi mediolateral

Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke

arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri,

tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.

Insisi ini dapat dipilih untul melindungi sfingter ani dan rektum dari laserasi derajat tiga

atau empat, terutama apabila perineum pendek, arkus subpubik sempit atau diantisipasi

suatu kelahiran yang sulit.

3. Episiotomi lateralis

Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3
atau 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena
banyak menimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat
pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang menganggu
penderita.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 75


Tabel 1. Keuntungan dan kerugian episiotomi mediana dan mediolateral
Tipe episiotomi

Karakteristik
Mediana Mediolateral

Perbaikan secara bedah Mudah Lebih Sulit

Penyembuhan yang tidak


Jarang lebih sering
Sempurna

Nyeri pasca operasi Minimal Lazim

Kadang tidak
Hasil anatomi Sangat baik
sempurna

Kehilangan darah Kurang Banyak

Dispareuni Jarang Kadang-kadang

Pelebaran Lazim Tidak lazim

Perbaikan episiotomi
Perbaikan episiotomi paling sering dilaksanakan setelah plasenta dilahirkan, hal
ini dilakukan untuk memberikan perhatian penuh pada tanda-tanda pelepasan dan
pelahiran plasenta. Pelahiran plasenta sesegera mungkin dipercaya menurunkan
perdarahan dari tempat implantasi karena mencegah timbulnya perdarahan retroplasenta
yang luas. Selain itu perbaikan episiotomi tidak terputus atau menjadi rusak oleh
tindakan melahirkan plasenta khususnya kalau harus dilakukan pelepasan manual.

1. Perbaikan episiotomi mediana

a. Jahitan kontinu dengan benang kromik 2-0 atau 3-0 digunakan untuk menutup
mukosa dan submukosa di mulai 1 cm dari puncak luka.
b. Setelah menutup insisi vagina dan melakukan aproksimasi kembali tepi cincin
himen yang terpotong, jahitan diikat dan dipotong. Berikutnya otot dan fasia
perineum yang terpotong dijahit secara terputus dengan kromik 2-0 atau 3-0.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 76


c. Arahkan jahitan kontinu ke arah bawah untuk menyatukan fasia superfisial.
d. Penyelesaian perbaikan, jahitan kontinu mengarah ke atas sebagai jahitan
subkutikular. (suatu metode alternatif penutupan kulit dan fasia subkutan)
e. Penyelesaian perbaikan episiotomi mediana. Beberap jahitan terputus kromik 3-0
dijahitkan pada kulit dan fasia subkutan serta diikat longgar. Penutupan ini
menghindari tertutupnya dua lapisan jahitan pada lapisan perineum yang lebih
superfisial.

Gambar 2. Perbaikan episiotomi mediana


2. Perbaikan Episiotomi Mediolateralis
Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama dengan teknik
menjahit episiotomi mediana, jahitan pertama di mulai 1 cm diatas puncak luka.
Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus
simetris.

Gambar 3. Perbaikan episiotomi mediolateral


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 77
PEMERIKSAAN POST PARTUM (PASKA MELAHIRKAN NORMAL)

A. PEMERIKSAAN TINGGI FUNDUS UTERI POST PARTUM

Perubahan Uterus (Involusi Uterus) Pada Periode Postpartum Setelah proses


persalinan, uterus akan kembali ke bentuk semula seperti saat sebelum hamil. Proses ini
disebut dengan roses involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos (Bobak, 2004).
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/ endometrium dan
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta
perubahan lokasi uterus yang ditandai dengan warna dan jumlah lokia (Varney, 2007)
Perubahan letak dan ukuran uterus pada periode postpartum dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber: Rustam, 1998
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggungjawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama masa kehamilan. Pada periode postpartum, terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya autolisis atau perusakan
secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Apabila uterus gagal untuk kembali ke
keadaan seperti saat belum hamil maka disebut subinvolusi (Bobak, 2004).
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan
dengan menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan ketepatan
pengukuran, pengukuran sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama (Bobak, 2004).
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri
adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana keadaan
uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukkan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 78


bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus juga berpengaruh terhadap
hasil pengukuran (Bobak, 2004).
Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan. Kedua cara ini
dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara tersebut adalah (Bobak, 2004):
a) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan pengukuran
dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas
fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus.
b) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis dengan satu
tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di antara
jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari
mengapit meteran.

B. RETENSIO PLASENTA/ SISA PLASENTA (PLASENTA REST)

—Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta
atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuretase
disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu dibedakan antara retensio
plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana retensio plasenta adalah plasenta yang
belum lahir seluruhnya dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta
merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan
post partum primer atau perdarahan post partum sekunder.
—Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala
dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
—Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
—Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas
sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta
belum lepas dari dinding uterus bisa karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 79
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium.
—Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta.
—Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
 Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan
pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat bersalin
dengan keluhan perdarahan
 Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g
oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x
500mg oral.
 Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah
atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase
 Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

 TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
—Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :
A. PERASAT CREDE’
—Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum terlepas dengan ekspresi :
1. Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2. Teknik pelaksanaan
 Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari
terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan
permukaan belakang. setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik,
maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas jeruk.
perasat Crede’ tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena
dapat menimbulkan inversion uteri.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 80


 Perasat Crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta secara
manual.

B. MANUAL PLASENTA
Indikasi
—Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase,
retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti
forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali
pusat putus.7
Teknik Plasenta Manual
—Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita
diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan
kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular.
Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan
vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain
(tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut

—Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati
serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi
dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 81


Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil
menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke
plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga,
biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.8

Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

—Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara
dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan
seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara
tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas.
Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.8

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 82


—Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada
bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi
sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan
untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan
lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya
laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.

C. KOMPRESI BIMANUAL

Kompresi bimanual dilakukan pada kasus atonia uteri dengan tujuan untuk mengurangi
jumlah perdarahan. Langkah-langkah kompresi bimanual adalah sebagai berikut :

 Berikan dukungan emosional.


 Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
 Kosongkan kandung kemih.
 Pastikan plasenta lahir lengkap.
 Pastikan perdarahan karena atonia uteri.
 Segera lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit

 Masukkan tangan dalam posisi obstetri ke dalam lumen vagina, ubah menjadi kepalan, dan
letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior dan dorong
segmen bawah uterus ke kranio-anterior.
 Upayakan tangan luar mencakup bagian belakang korpus uteri sebanyak mungkin.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 83


 Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan telapak tangan luar dan kepalan tangan
dalam.
 Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi.
 Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
berkontraksi dengan baik, dan secara perlahan lepaskan kedua tangan lanjutkan pemantauan
secara ketat.

 Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal
oleh asisten/anggota keluarga.
 Tekan dinding belakang uterus dan korpus uteri di antara genggaman ibu jari dan keempat
jari lain, serta dinding depan uterus dengan kepalan tangan yang lain.
 Sementara itu:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IV.
o Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCL/Ringer laktat IV 60 tetes/ menit dan metil
ergometrin 0,4 mg.

CATATAN: Perhatikan kondisi pasien selama tindakan dan pasca persalinan. Bila 5 menit
pasca kompresi bimanual interna tidak berkontraksi maka tindakan dilanjutkan dengan
kompresi bimanual eksterna dalam persiapan rujukan. Komplikasi yang dapat timbul adalah
robekan pada dinding vagina.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 84


D. Lochea

Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas jumlah dan warna lochea akan
berkurang secara progresif. Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir.
Macam-macam lochea :
a. Lochea rubra (2 - 3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah, dan bekuan mengandung
desidua dan tropoblast.
b. Lochea serosa (hari ketiga sampai kesepuluh)
Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa), mengandung
serum leukosit dan jaringan mati.
c. Lochea alba (hari kesebelas sampai dua minggu)
Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna, mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukosa, serum. Bau lochea normal seperti bau darah
menstruasi(amis).
Bau lochea normal adalah seperti bau darah menstruasi (amis) dan jumlah lochea
normal 240 - 270 cc. hal penting yang perlu diingat bahwa semua daerah yang keluar
pervaginam tidak selalu merupakan lochea. Hal lain yang merupakan sumber
pendarahan pervaginam setelah melahirkan adalah adanya laserasi serviks atau
adanya robekan pada vagina (Bobak, 2005)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 85


DAFTAR TILIK LATIHAN SKILLS LAB
ASUHAN PERSALINAN NORMAL, EPISIOTOMI DAN REPAIR PERINEUM

KEGIATAN SKOR
0 1 2 3
PENATALAKSANAAN KALA II DAN EPISIOTOMI
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
1. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2. Perineum tampak menonjol
3. Vulva dan anus membuka
2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusitasi  tempat datar, rata, bersih,
kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
- Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai
di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic
4. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
5. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
6. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%  langkah # 9)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi
8. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 86


9. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 – 160x/ menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
10. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
11. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
12. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
13. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
14. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 3-4 cm membuka
vulva, dan perineum sudah menipis saat kepala turun oleh karena
HIS, dimasukan 2 jari tangan kiri diantara perineum dan kepala,
dilakukan anestesi lokal infiltrasi pada daerah perineum yang akan
dilakukan episiotomi, kemudian dilakukan episiotomi
15. Saat perineum membuka 5-6 cm lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
16. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
17. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
18. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
19. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
20. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
[[

21. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering.Biarkan bayi di atas perut ibu.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 87


22. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal).
23. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
24. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
25. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat
ke arah distal(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
26. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
 pusat di antara 2 klem tersebut. 
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
 dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya 
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
 disediakan 
27. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu
28. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi.
PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA ,
REPAIR PERINENUM
29. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
30. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
31. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
32. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
33. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 88


34. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
35. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
36. Lakukan penjahitan episiotomi
Penjahitan dilakukan mulai dari puncak luka episiotomi
dengan jelujur dan diikat pada batas introitus, kemudian
jahitan dilanjutkan pada perineum.
37. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
38. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan per vaginam
  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan 
  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan 
  Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan 
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
 asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 
39. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan 
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
 tidak normal 
40. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk
pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali /
menit), suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC).
 Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit. 
  Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk. 
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut. 

Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan, langkah tugas atau keterampilan tidak di lakukan oleh peserta
pada saat dievaluasi oleh pelatih
1 = Tidak memuaskan: langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai prosedur atau
panduan Standard, perlu banyak perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 89


LEMBAR PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.2
KETERAMPILAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL,
EPISIOTOMI DAN REPAIR PERINEUM

Nama: ....................................... No. BP: ...................................


KEGIATAN SKOR
0 1 2 3
PENATALAKSANAAN KALA II DAN EPISIOTOMI DAN
REPAIR PERINEUM

1. Menyebutkan 3 tanda kala II

2. Menyebutkan persiapan pasien, bayi dan penolong

3. Memastikan Diagnosis Kala II dengan VT.

4. Memimpin persalinan, melakukan episiotomy dengan anestesi


(atas indikasi)
5. Melahirkan kepala bayi dengan benar (termasuk bila ada tali
pusat di leher)

6. Melahirkan bahu bayi dengan benar.


7. Melahirkan bagian tubuh bayi yang lain dan pertolongan bayi
baru lahir dengan benar sampai IMD.

8. Melakukan manajemen aktif kala III.

9. Melakukan penjahitan episiotomy dengan benar.

10. Menyebutkan kala IV dan pengawasannya.

Jumlah
Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan, langkah tugas atau keterampilan tidak di lakukan oleh peserta
pada saat dievaluasi oleh pelatih
1 = Tidak memuaskan: langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai prosedur atau
panduan Standard, perlu banyak perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar

Nilai Keterampilan rata-rata = total skor/30 x 100 % = ……….....

Lhokseumawe, …… ........ 2016


Instruktur

( __________________________ )

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 90


PENILAIAN KOMPRESI BIMANUAL
NO KOMPONEN PENILAIAN
0 1 2 3
LANGKAH KLINIK
I Persiapan Sebelum Tindakan
A. Persiapan alat, perlengkapan dan obat
 Infus set dan cairan (RL)
 Celemek dan perlengkapan perlindungan diri lainnya (sepatu
boot, kaca mata pelindung dan handuk pribadi)
 Sarung tangan DTT/steril panjang : 1 pasang
 Sarung tangan DTT/steril : 1 pasang
 Waskom berisi larutan clorin 0.5% dan larutan DTT
 Ergometrin 0,2 mg
 Oksitosin
 Spuit 3 cc
 Lampu sorot
 Tensimeter, stetoskop dan termometer
 Washlap 2 buah
 Tempat sampah :
 Warna merah untuk sampah kering
 Warna kuning untuk sampah infeksius
 Warna hitam untuk pakaian kotor
 Savety box
Persiapan Pasien
 Persiapan Tindakan Medik ( Informed Concent )\
1. Beritahu pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
2. Berikan dukungan emosional
3. Memberitahukan suami/keluarga terdekat akan kondisi
ibu dan tindakan yang akan dilakukan
 Posisi litotomi
 Pastikan kembali kelengkapan alat dan kondisi pasien
 Penerangan yang cukup
 Tempat yang hangat
Persiapan Penolong
Persiapan Lingkungan
II Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
 Kenakan pelindung pribadi
 Cuci tangan
 Keringkan tangan dan gunakan sarung tangan panjang
disinfektan tingkat tinggi atau steril
III Tindakan
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
1 Dengan lembut masukan tangan ( dengan menyatukan kelima ujung

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 91


jari ) ke introitus vagina dan kedalam vagina ibu
2 Periksa vagina dan serviks
(jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri,
mungkin uterus tidak akan berkontraksi secara penuh)
3 Ubah tangan tersebut menjadi kepalan tinju dan letakkan kepalan
tangan pada forniks anterior. Tekan dinding anterior uteri (usahakan
seluruh dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking
menyentuh fornik anterior), sementara telapak tangan lain pada
abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus kearah
kepalan tangan dalam.
4 Tetap berikan tekanan pada uterus dengan kedua tangan secara kuat
sampai perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi. Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di
dalam dinding uterus dan merangsang miometrium untuk
berkontraksi
5 Evaluasi Keberhasilan :
 Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan – lahan
keluarkan tangan dari dalam vagina pantau kondisi ibu
selama kala IV.
 Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung,
periksa perineum, vagina dan serviks apakah ada laserasi di
bagian tersebut. Segera lakukan penjahitan jika ditemukan
laserasi
 Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,
lanjutkan langkah berikut
KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA
6 Ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (
KBE ) sementara penolong melanjutkan dengan langkah – langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya :
a. Mencuci tangan pada larutan klorin 0,5% dan melepaskannya
b. Menggunakan sarung tangan steril
c. Berikan ergometrin 0,2 mg IM
d. Pasang infus (RL) dengan 20 unit oksitosin
7 Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus uteri agar
telapak tangan kiri dapat mencakup dinding belakang uterus.
8 Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan dapat
menekan korpus uteri bagian depan
9 Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dan kanan dan perhatikan perdarahan yang terjadi.
10 Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
dapat berkontraksi dengan baik. Serta lanjutkan ke langkah berikut:
IV DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA
TINDAKAN
V PERAWATAN LANJUTAN

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 92


Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit
dalam 2 jam pertama
Tuliskan hasil tindakan dan instruksi perawatan lanjutan, jelaskan
dan serahkan pemantauan dan status pada petugas
Beritahukan kepada pasien dan keluarganya tentang tindakan dan
hasilnya serta perawatan lanjutan yang masih diperlukan.
Dokumentasikan tindakan yang dilakukan
11 Namun apabila setelah KBE, perdarahan belum berhenti, lakukan
inform consent untuk perujukan, dan selama perujukan lanjutkan ke
langkah berikut
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
Raba pulsasi arteri femoralis pada lipatan paha
Kepalkan tangan kiri dan tekan bagian punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada umbilikus ke arah kolumna vetebralis
dengan arah tegak lurus
Dengan tangan lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk mengetahui
cukup tidaknya kompresi :
- Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi masih
belum cukup
- Jika kepalan tangan mencapai aorta abdominalis, maka
pulsasi arteri femoralis akan berkurang / berhenti
Jika perdarahan pervaginam berhenti, pertahankan posisi tersebut
dan pemijatan uterus (dengan bantuan asisten) hingga uterus
berkontraksi baik
Jika perdarahan maih berlanjut :
- Lakukan ligasi arteri uterina adan utero-ovarika
- Jika perdarahan masih terus banyak, lakukan histerektomi
supravaginal

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 93


PENILAIAN MANUAL PLASENTA

NO LANGKAH DAN TUGAS NILAI


1. Persiapan Sebelum Tindakan:
Pasien
- Infus dan cairan
- Oksitosin
- Verbal-anestesia atau analgesia per rektal
- Kateter nelaton steril dan penampung urin
- Klem penjepit atau kocher
- Kain alas bokong
- Tensimeter dan stetoskop.
Penolong
- Sarung tangan panjang DTT (untuk tangan dalam)
- Sarung tangan DTT (untuk tangan luar)
- Topi, masker, kaca mata pelindung, celemek.

2. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan


- Kenakan pelindung diri (barier protektif)
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Keringkan tangan dan pakai sarung tangan DTT.
- Bersihkan vulva dan perineum dengan air DTT atau sabun
antiseptik.
- Pasang alas bokong yang bersih dan kering.

3. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri


- Lakukan anestesi-verbal atau analgesia per rektal sehingga
perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit.
- Lakukan kateterisasi kandung kemih:
 Pastikan kateter masuk dengan benar.
 Cabut kateter setelah kandung kemih
dikosongkan.
- Jepit tali pusat dengan klem/kocher, kemudian tegangkan
tali pusat sejajar lantai.
- Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan
ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat.
- Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten
atau keluarga untuk memegang kocher, kemudian tangan
lain penolong menahan fundus uteri.
- Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 94


plasenta.
- Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke pangkal jari telunjuk).

4. Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus


- Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang
paling bawah.
Bila implantasi di korpus belakang, tangan dalam
tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila implantasi di
korpus depan pindahkan tangan dalam ke sisi atas
tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke
atas.
Implantasi di korpus belakang  lepaskan plasenta
dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan
ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus,
dengan punggung tangan pada dinding dalam uterus
bagian belakang (menghadap sisi bawah tali pusat).
Implantasi di korpus depan  lakukan penyisipan
ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus
dengan punggung tangan pada dinding dalam uterus
bagian depan (menghadap sisi atas tali pusat).
- Kemudian gerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan.
Catatan:
Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi
penyulit.

5. Mengeluarkan Plasenta
- Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
- Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
- Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik
plasenta keluar (hindari percikan darah).
- Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
- Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar)
ke dorso-kranial setelah plasenta lahir.
 Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan yang keluar.

6. Pencegahan infeksi pasca tindakan


- Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 95
semua barang, bahan atau instrumen bekas pakai dan
bersihkan tubuh ibu dan ranjang tindakan.
- Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua
peralatan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya.
- Lepaskan sarung tangan dan segera cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir.
- Keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan
kering.

7. Perawatan Pasca Tindakan


- Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan
tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan.
- Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam
kolom yang tersedia.
- Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting
untuk dipantau.
- Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
- Ajarkan ibu dan keluarga tentang asuhan mandiri dan
tanda bahaya yang mungkin terjadi. Minta keluarga segera
melapor pada penolong jika terjadi gangguan kesehatan ibu
atau timbul tanda-tanda bahaya tersebut.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 96


PAP SMEAR
1. PENGANTAR:
Keterampilan pemeriksaan merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang
akademik/preklinik.
Pemeriksaan ginekologi meliputi banyak prosedur yamg masing-masing
berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Salah satu pemeriksaan fisik
dalam yang penting di bidang ginekologi adalah endoservikal swab yang dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan PAP Smear.
1. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1.1 . Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan pelatihan seri ketrampilan prosedural ini, mahasiswa mampu


melakukan pemeriksaan endoservikal swab dan PAP smear.
1.2 . Tujuan Instruktional Khusus :
- Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan endoservikal swab dan PAP
Smear.
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan endoservikal swab sesuai dengan
prosedur.
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan PAP Smear.
- Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil pemeriksaan /endoservikal swab
dan PAP Smear.
- Mahasiswa mampu membuat interpretasi dan prognosis berdasarkan kesimpulan
pemeriksaan endoservikal swab dan PAP Smear.

2. TEORI
Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan apusan Pap terdiri dari sekret vagina, sekret eksoserviks, sekret
endoserviks, sekret endometrial dan sekret forniks posterior. Setiap sekret mempunyai
manfaat penggunaan yang khusus, dimana untuk tujuan pemeriksaan tertentu sediaan
apusan yang dibaca harus berasal dari lokasi tertentu pula. Oleh sebab itu dalam membuat
sediaan apusan Pap, pengambilan bahan sediaan harus disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan.
a. Sekret Vagina
Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga bagian
atas.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 97


Kegunaannya :
 Untuk interpretasi status hormonal seorang wanita dan menentukan
ada tidaknya ovulasi dengan pemeriksaan serial sitohormonal.
 Menentukan maturitas dari suatu kehamilan dengan menilai apakah
kehamilan masih dalam evolusi, aterm atau postterm.
b. Sekret Eksoservikal
Sekret eksoservikal diambil dengan mengapus seluruh permukaan portio
serviks sekitar oificium uteri eksternum (OUE). Kegunaannya :
 Untuk menentukan penyebab infeksi serviks pada wanita yang
mengalami keputihan (leukorrhoea).
 Untuk mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker (displasia) dan
kanker serviks.
c. Sekret Endoservikal
Sekret endoservikal diambil dengan mengapus permukaan mukosa
endoserviks dan daerah squamo–columnar junction, dengan alat lidi kapas,
atau cytobrush.
Kegunaan :
 Mendiagnosis dan deteksi dini lesi prakanker, di mana predileksi
kanker serviks paling sering dijumpai di daerah squamo-columnar
junction.
 Mendiagnosis penyakit infeksi di daerah endoserviks, terutama
chlamydia yang sering bersarang pada sel epitel endoserviks dan sel
metaplastik.
d. Sekret Endometrial
Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa endometrium
dengan alat khusus yang disebut sapu endometrium (balai endometre).
Kegunaan : Interpretasi sitohormonal, mendiagnosis penyakit-penyakit
ketidak-seimbangan hormonal, penyakit infeksi, tumor jinak (polip), dan
tumor ganas endometrium.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 98


e. Sekret Forniks Posterior
Sekret ini diambil dengan cara aspirasi dengan pipet panjang terbuat dari
plastik yang dihubungkan dengan sebuah pompa dari karet. Dapat pula dipakai
spatula Ayre. Sekret ini dapat mengumpulkan sel dari seluruh bagian saluran
genital, sehingga apabila ditemukan sel ganas, agak sulit menentukan dari
mana asal sel ganas tersebut. Kegunaan : masih sering digunakan untuk
mendeteksi kanker endometrium, jika alat sapu endometrium tidak tersedia

PROSEDUR KERJA
 Tahap persiapan
Alat dan Bahan
1. Kaca objek (Object glass)
2. Bahan fiksasi basah (alkohol 96%), atau bahan fiksasi kering .
3. Pensil gelas
4. Spatula Ayre dari kayu model standar /modifikasi
5. Lidi kapas atau cytobrush
6. Sapu endometrium (balai endometre)
7. Spekulum vagina cocor bebek (spekulum cusco)
8. Lampu sorot
 Tahap Pelaksanaan:
Cara Mengambil Sediaan
Sebelum dilakukan pengambilan bahan apusan Pap, pasien diberi nasehat untuk tidak
melakukan koitus selama 24 jam, tidak memakai krem vagina selama 1 minggu dan
pembersihan/ pencucian (douche) vagina selama 48 jam.
a) Sekret Vagina
 Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga atas,
dengan spatula Ayre bagian yang bulat lonjong seperti lidah.
 Ulaskan sekret ke kaca objek
 Fiksasi segera

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 99


Gambar 1. Cara Mengambil Sekret Dinding Lateral Vagina

Untuk penilaian hormonal pada siklus haid dengan infertilitas pengambilan bahan pada
siklus haid hari ke 8, 14, 19 dan 22 atau hari ke 8, 15 dan 22. Pada postmaturitas, bahan
sediaan diambil bila usia hamil telah lewat 2 minggu dari tanggal taksiran partus. Pengambilan
sekret harus pada keadaan vagina normal tanpa infeksi dan tanpa pemakaian obat lokal
minimal 48 jam terakhir.
b) Sekret Eksoservikal
 Sekret diambil dengan spatula Ayre bagian yang bulat lonjong seperti lidah, diusap
pada seluruh permukaan portio serviks. Gerakan searah jarum jam, diputar melingkar
360 derajat.
 Ulaskan sekret pada kaca objek
 Fiksasi segera

Gambar 2. Cara Mengambil Sekret Eksoservikal

Pengambilan apusan Pap dapat dilakukan sesudah siklus haid hari ke 7 sampai saat
premenstruasi.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 100


c). Sekret Endoservikal
 Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa kanalis endoserviks dan
daerah SSK, dengan lidi kapas atau cytobrush. Putar secara melingkar 360 derajat
 Ulaskan sekret pada kaca objek
 Fiksasi segera, minimal 30 menit

Gambar 3. Cara Mengambil Sekret Endoservikal dengan Cytobrush


Untuk mendapatkan sediaan endoservikal yang representatif harus digunakan alat
cytobrush, karena dengan alat ini 96 % mengandung lebih dari 50 sel endoservikal.

d). Sekret Endometrial

 Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa endometrium dalam kavum


uteri dengan alat sapu endometrium (balai endometre). Setelah masuk di
dalam kavum uteri, bagian alat yang berfungsi menampung sekret endometrial
dikeluarkan, diputar 360 derajat beberapa kali.

 Sekret diulaskan pada kaca objek dan difiksasi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 101


Gambar 4. Cara Mengambil Sekret Endometrial dengan Sapu Endometrium

e). Sekret Forniks Posterior


 Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa forniks posterior dengan
spatula Ayre atau pipet kaca/plastik.
 Sekret diulaskan pada kaca objek dan difiksasi

Gambar 5. Cara Mengambil Sekret Forniks Posterior

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 102


Fiksasi Sediaan

Fiksasi yang tepat memegang peranan penting untuk dapat menghasilkan sediaan yang
baik. Prinsip fiksasi adalah agar sel-sel tidak mengalami kerusakan/perubahan dengan
mempertahankan keadaan seperti pada saat sel tersebut diambil. Jika terlambat akan terjadi
defek pengeringan pada sediaan.
Macam-macam bahan fiksasi :
a. Fiksasi basah
 Memakai alkohol 96%
 Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan , setelah
kering siap dikirim ke laboratorium
b. Fiksasi kering
 Memakai hair spray, dry-fix atau cytotrep
 Jarak penyemprotan 10 – 15 cm, sebanyak 2 – 4 kali semprotan, setelah kering siap
dikirim ke laboratorium
Pulasan Sediaan
Pewarnaan yang dipakai adalah pulasan Papanicolaou, yang menggunakan zat-zat
warna Harris Hematoxylin untuk pewarnaan inti, Orange–G dan polychrome (EA 50) untuk
pewarnaan sitoplasma. Prinsip pewarnaan Papanicolaou adalah melakukan pewarnaan, hidrasi
dan dehidrasi sel.
Hasil pulasan: Inti sel epitel berwarna biru gelap atau hitam gelap. Nukleoli berwarna
merah, sitoplasma sel epitel berwarna merah muda (eosinofil) atau hijau kebiruan. Sel darah
merah berwarna merah terang, sel lekosit berwarna biru muda dengan inti berwarna biru hitam.
Bakteri berwarna abu-abu, monilia dengan hyphae merah muda dan spora merah. Trikomonas
biru keabu-abuan.

Tahap interpretasi:
Kegunaan Diagnosis Sitologi
Penggunaan optimal sitologi klinik bergantung pada 2 hal yaitu teknik pengambilan
sediaan (sampel) dan pemeriksaan (interpretasi) sediaan tersebut. Sudah pasti sediaan yang

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 103


tidak representatif tidak dapat diambil kesimpulan. Dengan meluasnya penggunaan sitologi di
bidang ginekologi bertambah luas pula penggunaannya, mencakup antara lain:
 Evaluasi sitohormonal
 Mendiagnosis peradangan
 Identifikasi mikroorganisme penyebab peradangan
 Deteksi keganasan
 Memantau hasil terapi

Evalusi Sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan sitologi
apusan Pap yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral
vagina sepertiga bagian atas. Dasar sitohormonal adalah adanya respon spesifik dari epitel
vagina terhadap stimulasi hormon steroid, terutama yang berasal dari hormon ovarium dan
plasenta. Korelasi antara fungsi hormonal dan perubahan dinding vagina dinyatakan dalam
indeks maturasi (Maturation Index, MI), yaitu % sel parabasal : % sel intermedier : % sel
superfisial. Caranya dengan menghitung 100 sel kemudian dibagi dalam 3 golongan
berdasarkan gambaran inti dan sitoplasma, yaitu sel parabasal, sel intermedier dan
superfisial. Dengan mempelajari perubahan-perubahan pada sel- sel epitel vagina dapat
kita peroleh gambaran mengenai keadaan hormonal seorang wanita.
Efek hormon-hormon tersebut :
a. Estrogen
Menyebabkan pematangan sel-sel epitel, terdiri dari sel-sel superfisial.
Bila efek estrogen jelas (kadar estrogen tinggi) akan tampak :
 Nukleus sedikit
 Leukosit jarang
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
 Stadium pra-ovulasi (estrogen peak)
 Stein-Leventhal Syndrome
 Tumor ovarium yang menghasilkan estrogen
b. Progesteron
Menyebabkan penebalan lapisan intermedia epitel. Maka apabila efek
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 104
progesteron nyata, maka maturasi epitel tidak sempurna, terhambat
sampai lapisan intermediate. Hasil apusannya sebagai berikut :
 Mukus lebih banyak
 Leukosit lebih sering ditemukan
 Sel-sel intermediate banyak, berkelompok dan pinggir sel
melipat, inti besar dan bening. Sel seperti ini disebut
“Naviculare Cell”, seperti yang ditemukan saat kehamilan.
Bila estrogen dan progesteron tidak ada, maka tampak gambaran
“apusan atrofis”. Tidak tampak maturasi sel-sel, sehingga pada apusan
akan tampak sel-sel parabasal dan tidak ditemukan sel-sel superfisial.
c. Penentuan saat ovulasi
Pemeriksaan sitologi untuk penentuan saat ovulasi memakai indeks
kariopiknotik yaitu penghitungan sel-sel dengan inti piknotik dari
sel epitel superfisial dibanding dengan inti yang tidak piknotik dari sel
intermediate. Pada saat ovulasi didapatkan jumlah inti piknotik yang
terbanyak karena pengaruh estrogen tertinggi. Pada siklus tak
berovulasi maka tidak tampak dengan jelas kenaikan dari indeks
kariopiknotik. Kadang-kadang tampak pengaruh estrogen sejak awal
memang sudah tinggi pada kasus dengan hiperestrogenisme. Setelah
indeks kariopiknotik mencapai puncaknya pada ovulasi, maka pada
tahap berikut terlihat pengaruh progesteron yang berupa terjadinya
pelipatan sitoplasma sel-sel intermedia.

Dalam penilaian ovulasi yang penting adalah perubahan yang terjadi


dari gambaran estrogen ke gambaran progesteron. Apabila selama 1
siklus efek estrogen dan progesteron tidak tampak, dapat disimpulkan
adanya hambatan pertumbuhan folikel, insufisiensi ovarium atau
hipofise /hipotalamus.
d. Sitologi pada kehamilan
Saat hamil estrogen dan progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan
kemudian oleh plasenta. Pada trimester I banyak ditemukan sel

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 105


navicular dan sedikit sel superfisial. Pada trimester II, banyak sel
intermediate dalam kelompok- kelompok dengan berisi glikogen. Pada
minggu-minggu akhir kehamilan sel navicular pecah menjadi
kelompok-kelompok kecil dan akhirnya hanya sel-sel tersendiri.
Kemudian sel intermediate diganti sel superfisial, disebut aterm, dan
permulaan kelahiran diharapkan dalam 48 – 72 jam.

Mendiagnosis Peradangan

Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan sitologi apusan Pap, karena baik peradangan akut maupun kronis,
sebagian besar akan memberikan gambaran perubahan sel yang khas. Radang akut
ditandai oleh nekrosis (kematian) dan pelepasan jaringan, dan dijumpai sel
polimorfonuklear yang banyak. Pada radang kronis mengakibatkan sedikit kerusakan
jaringan yang berlangsung lambat dan diimbangi penyembuhan. Sel radang yang
ditemukan adalah limfosit, kadang-kadang sel plasma.

Identifikasi Mikroorganisme Penyebab Peradangan

Vaginitis dan servisitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri non spesifik. Bakteri
non spesifik yang sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis (40 60%) dan
sisanya disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoea (GO), Staphilococcus, Streptococcus
dan Chlamydia trachomatis. Mikroorganisme lainnya adalah Trichomonas, Candida,
Leptotrix, Herpes genitalis, Human papilloma virus (HPV), dan kadang-kadang
Actinomyces, dan juga amoeba. Pap’s smear tidak dapat dipakai untuk menentukan jasad
renik secara pasti karena pewarnaan Papanicolaou tidak dapat mewarnai kuman dengan
baik meskipun demikian beberapa di antaranya dapat diidentifikasi.

a. Gardnerella vaginalis

Dulu disebut Haemophillus vaginalis, gram negatif, berbentuk batang pendek. Dalam
sediaan sering menutupi sebagian atau seluruh sitoplasma sel epitel, sehingga batas sel
menjadi kabur. Dan juga sitoplasmanya tampak granuler, berbercak-bercak, dan disebut
sebagai “Clue Cell”.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 106


b. Neisseria gonorrhoea (GO)

Berupa diplococcus kecil, gram negatif. Tidak dapat dipastikan dengan apusan Pap. Untuk
memastikan diagnosis diperlukan pulasan gram atau pembiakan.

c. Chlamydia trachomatis

Suatu bakteri tipe rickettsia yang merupakan bakteri intraseluler. Pada sediaan apusan Pap
sel-sel yang terinfeksi menjadi besar, sitoplasma mengandung banyak vakuola-vakuola dan
sering perinuklear. Vakuol atau badan inklusi (inclusion bodies) ini sering mengandung
satu atau lebih organisme yang terlihat sebagai titik merah kecil. Sel-sel tersebut akhirnya
menunjukkan perubahan degenerasi dan lisis. Tes immunofluoresen menggunakan antibodi
terhadap Chlamydia sangat spesifik dan dapat dilakukan pada sediaan apusan Pap.

d. Actinomyces israelli

Adalah bakteri berbentuk filamen, membentuk koloni. Dulu dianggap sebagai jamur.
Koloni Actinomyces terlihat sebagai gumpalan besar benda-benda basofilik granuler
dengan benang yang tampak di perifer, berwarna biru atau coklat, dikelilingi sel leukosit
PMN dan makrophage.

e. Human Papilloma Virus ( HPV)

Infeksi HPV walaupun belum dapat secara lengkap dibuktikan sebagai penyebab
kanker, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan kanker serviks, terutama tipe 16
dan 18. Hipotesis menyebutkan bahwa sinergisme dengan cofaktor tambahan
diperlukan untuk metransformasi sel yang terinfeksi HPV menjadi HPV yang
berkaitan dengan keganasan. Cofaktor tersebut belum dapat diidentifikasikan secara
jelas, tetapi bisa termasuk infeksi organisme (virus herpes simpleks) atau toksin
(nikotin). Gejala infeksi HPV pada serviks tidak khas, sebagian besar tanpa gejala,
sebagian dengan gejala fluor albus ringan, tidak berbau, dan biasanya tanpa rasa gatal.

Gambar sitologi infeksi HPV pada apusan Pap :


 Koilositosis (sel koilosit)
 Diskeratosis (sel diskeratosit)
 Binukleasi (inti ganda) atau multinukleasi (inti banyak)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 107


 Inti-inti gelap atau piknotik.
 Sel parabasal kondilomatosa (sel parabasal dengan sitoplasma amphofilik)
 Lembaran atau kelompokan sel dengan batas sel yang tidak jelas.
 Sel metaplastik terinfeksi HPV.
 Makrositosis dengan proporsi inti sitoplasma yang menetap.
f. Virus Herpes Simpleks (HSV)
HSV dibagi dua tipe, HSV1 biasanya menyerang bibir, mulut, kerongkongan (faring),
dan kadang-kadang otak. HSV2 berhubungan dengan saluran genital wanita dan
daerah perianal. Pada sediaan apusan Pap tampak sel- sel yang terinfeksi dengan inti
membesar dan kromatin mengalami degenerasi hidropik. Kromatin menjadi sangat
halus tersebar merata di dalam inti sel dan mengandung isi inti sel yang homogen,
buram, warna basofilik lemah, dan menunjukkan gambaran seperti kaca susu (ground-
glass). Gambaran itu disebabkan oleh masuknya virus ke dalam inti sel dan merupakan
ciri diagnostik yang penting pada infeksi stadium dini (infeksi primer). Inti-inti terlihat
terikat erat di dalam sel dan menunjukkan tumpukan inti. Pada stadium lanjut, badan
inklusi intra nuklear dikelilingi oleh halo. Badan inklusi dapat berbentuk bulat, oval
atau tak teratur bentuknya, pewarnaan eosinofilik. Ini adalah gambaran diagnostik yang
penting dari HSV2.
g. Infeksi Candida

Pada apusan Pap dijumpai sel-sel epitel skuamosa yang biasanya berdeskuamasi dalam
kelompok dan lipatan epitel cukup banyak, disertai adanya hyphae-hyphae dan spora candida
yang menyusup di antara sel-sel epitel.

h. Infeksi Trikkomonas

Gambaran infeksi Trikkomonas pada apusan Pap menunjukkan banyak sel lekosit PMN, sel
histiosit dengan latar belakang kotor, mengandung banyak sel parabasal dan Trikomonas
berupa parasit-parasit berbentuk bulat lonjong seperti buah peer, berwarna abu-abu dengan inti
terletak di bagian tengah dan kadang–kadang mengandung granula–granula berwarna merah.

i. Vaginitis Amoeba

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 108


Sangat jarang dijumpai pada sediaan apus vaginal. Pada sediaan dijumpai banyak sel radang
PMN, sel- sel nekrotik dan bentuk tropozoit dan Entamoeba histolytica.

Deteksi Keganasan

Manfaat sitologi apusan Pap yang banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker (displasia) atau kanker(karsinoma) serviks.
Dengan kemajuan-kemajuan penelitian mutakhir di bidang sitologi apusan Pap maka saat ini
sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker
serviks, kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks dengan
ketepatan diagnostik yang tinggi. Walau demikian untuk pemastian diagnosis tetap dengan
pemeriksaan histopatologik. Hal itu berarti setiap diagnostik sitologi kanker harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan histopatologik jaringan biopsi serviks, sebelum dilakukan tindakan
berikutnya.

Telah diketahui bahwa keganasan pada serviks dimulai dari tingkat kelainan
dini yang biasanya tidak memberikan keluhan- keluhan. Sel–sel epitel berubah dari
normal menjadi displasia ringan, sedang, dan berat yang selanjutnya menjadi karsinoma
in situ dan akhirnya berlanjut menjadi karsinoma invasif.
Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epital skuamosa
yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi
persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in–
situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh.
Penilaian keganasan serviks secara sitologik dibagi 2

 Prakanker : Displasia s/d karsinoma in situ.


 Kanker : Terbanyak karsinoma skuamosa, kemudian
adenokarsinoma endoserviks.
A. Prakanker
1. Displasia
Displasia ditandai oleh perubahan diskariosis pada inti sitoplasma yang normal.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 109


Displasia terdiri dari displasia ringan, sedang dan berat, tergantung dari derajat
kelainan inti. Perbedaan-perbedaan ini secara sitologi dilihat pada
(1) abnormalitas inti, (2) variabilitas dalam bentuk / ukuran sel, perbandingan inti-
sitoplasma, bentuk dan ukuran inti, struktur inti, dan derajat kromasia.
2. Karsinoma InSitu
Pada karsinoma in situ tampak inti lebih besar dari sel normal, inti lebih gelap,
batas inti tidak rata, kromatin tersebar rata dalam inti atau berbutir padat dan tak
rata, variasi sel satu dengan lainnya disertai variabilitas inti, pleomorfi ukuran-
ukuran sel. Sel displastik sering didapatkan bersamaan dengan karsinoma insitu.

B. Kanker Serviks
1. Karsinoma Skuamosa
Jenis ini dijumpai kurang lebih 95 % dari seluruh kanker serviks. Karsinoma
dengan pertandukkan, latar belakang biasanya bersih tetapi dapat dijumpai darah,
sel epitel skuamosa besar –besar dengan pleomorfi yang nyata dan jarang didapatkan
makronukleoli.
2. Adenokarsinoma Serviks
Jenis ini hanya kurang lebih 5 %. Di sini tampak sel-sel endoserviks mengalami
perubahan ke arah keganasan dengan inti mempunyai makronukleoli, kromatin
yang besar dan tidak rata. Sitoplasma rapuh, inti lebih besar, tapi tidak
menunjukkan pleomorfi.

Terminologi Pelaporan Sitologi

Terminologi yang semula banyak digunakan dalam pelaporan mengacu pada


klasifikasi Papanicolaou ( Papanicolaou & Traut 1943 ) yang dinyatakan dalam
kelas I s/d kelas V. Papanicolaou membagi sel abnormal dalam 5 kelas:
 Kelas I : Tidak ditemukan sel atipik atau sel abnormal
 Kelas II : Sitologi atipik tetapi tidak ditemukan keganasan
 Kelas III : Sitologi sugestif tetapi tidak konklusif keganasan
 Kelas IV : Sitologi sangat sugestif keganasan
 Kelas V : Sitologi konklusif keganasan

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 110


Klasifikasi ini sekarang banyak ditinggalkan karena :
1. Tidak mencerminkan pengertian neoplasia serviks / vagina.
2. Tidak memiliki padanan dengan terminologi histopatologi.
3. Tidak mencantumkan diagnosis non kanker
4. Interpretasinya tidakseragam
5. Tidak menunjukkan pernyataan diagnosis

Pada tahun 1953 Reagen mengajukan terminologi displasia-karsinoma in situ dan


karsinoma invasif. Terminologi ini terdiri dari :
1. Negatif : Tidak ditemukan sel ganas.
2. Inkonklusif : Sediaan tidak memuaskan
3. Displasia : Ditemukan sel diskariotik
4. Positif : Ditemukan sel ganas
Cara pelaporan ini menjelaskan perubahan prainvasif dengan memakai istilah
displasia–karsinoma in situ. Displasia artinya maturasi abnormal, tetapi tidak
menggambarkan perubahan premaligna dan juga tidak menggambarkan perubahan
yang berkesinambungan seperti karsinogenesis serviks.
Kelemahan terminologi ini yakni adanya ketidaksinambungan pengertian akibat
adanya perbedaan antara displasia berat dan karsinoma in situ. Untuk memperbaiki
kekurangan tersebut pada tahun 1967 Richart mengajukan terminologi neoplasia
intraepitelial serviks (NIS) atau cervical intraepithelial neoplasia (CIN).
 NIS I : Displasia ringan
 NIS II : Displasia sedang
 NIS III : Displasia berat dan karsinoma in situ.

Pada terminologi ini displasia berat dan karsinoma in situ digabung karena
secara sitologi sulit dibedakan. Terminologi ini tidak terlalu disukai karena istilah
neoplasia, karena tidak semua perubahan awal ini manjadi neoplastik dan tidak semua
lesi menjadi karsinoma. Keluhan lain adalah pada NIS I yang menyatakan potensi
keganasan tetapi meliputi kelompok besar displasia ringan yang sebagian besar hanya
akibat peradangan.

Pada tahun 1988 dan 1991 pertemuan para ahli sitopatologi melahirkan sistim

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 111


Bethesda (The Bethesda System) sebagai sistim pelaporan sitopatologi baru yang
bertujuan :
1. Menghilangkan kelas – kelas Papanicolaou
2. Menciptakan terminologi seragam memakai istilah diagnostik
3. Memasukkan pernyataan adekuasi
4. Membuat sitologi sebagai konsultasi medik antar ahli sitologi
dan klinikus.

Kelebihan cara pelaporan The Bethesda System adalah penyederhanaan


terminologi dengan memakai terminologi diagnostik yang jelas untuk kategori umum:
1. Dalam batas normal.
2. Perubahan seluler jinak
3. Abnormalitas sel epitel.

The Bethesda System

Adekuasi Sediaan :
 Memuaskan ( endoserviks atau sel metaplastik )
 Tidak memuaskan
 Memuaskan tetapi terganggu karena tak tampak sel endoserviks/
metaplastik.

Kategori Umum :

 Dalam batas normal


 Perubahan seluler jinak
 Abnormalitas sel epitel

CARA PELAPORAN BETHESDA


KUALITAS SEDIAAN
 Memuaskan untuk evaluasi
 Memuaskan untuk evaluasi, tetapi terbatas oleh ……………
 Tidak memuaskan, karena ………………….. (sebutkan alasannya)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 112


DIAGNOSIS DESKRIPTIF :
A. SEL-SEL EPITEL DALAM BATAS NORMAL
B. PERUBAHAN SELULER JINAK
Infeksi :
 Trikhomonas
 Candida
 Coco Bacilus
 Herpes Simpleks Virus
 Lain-lain ……………..
C. PERUBAHAN REAKTIF :
 Perubahan seluler reaktif disebabkan inflamasi (termasuk repair tipik)
 Atrophy dengan inflamasi (vaginitis Atrofik)
 Radiasi
 IUD
 Lain-lain

 Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)


Definisi
Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara
inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang.
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara
memulas leher rahim dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat 3-5%.
TujuanPemeriksaan IVA
- Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan
- Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim
Jadwal Penatalaksanaan IVA
Program Skrining yang dianjurkan oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun.
2. Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 113
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan,
bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

Syarat Mengikuti Test IVA


- Sudah pernah melakukan hubungan seksual
- Tidak sedang datang bulan/haid
- Tidak sedang hamil
- 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Bahan dan Alat
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
c. Spekulum vagina
d. Asam asetat (3-5%)
e. Swab-lidi berkapas
f. Sarung tangan

Bahan dan alat pemeriksaan IVA

Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 114


Pasien yang siap diperiksa ditempatkan pada meja gynekologi dengan posisi lithotomi.
Dengan spekulum, pemeriksa melihat leher rahim yang dipulas dengan kapas yang dibasahi
dengan asam asetat 3-5%. Tunggu selama 1-2 menit kemudian melihat hasil pemeriksaan. Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum.
Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite) pada
lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka).
Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak
dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Perempuan yang sudah
menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining dengan metode IVA karena zona
transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya berada pada endoserviks rahim dalam
kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan
diskrining berada dalam posisi litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang
cukup, dilakukan inspeksi terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang
ditemukan, bila ada, dicatat. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda,
sementara hasil positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih. Lesi
prakanker ringan/jinak (NIS 1) menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan
sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah (NIS 2-3 seterusnya) menunjukkan lesi
putih tebal dengan batas yang tegas, dimana salah satu tepinya selalu berbatasan dengan
sambungan skuamokolumnar (SSK) . Beberapa kategori temuan IVA tampak seperti tabel
berikut :

Kategori Temuan IVA


Normal Licin, merah muda, bentuk portio normal
Infeksi Servisitis (inflamasi, hiperemis)
Banyak fluor
Ektropion
Polip
Positif IVA Plak putih
Epitel acetowhite (bercak putih)
Kanker leher Rahim Pertumbuhan seperti bunga kol
Mudah berdarah

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 115


Temuan Interpretasi
Negatif - tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)
- bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi
- garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan
skuamokolumnar
Positif 1 (+) - samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih
yang ireguler pada serviks
- lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular),
geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari
sambungan skuamokolumnar
Positif 2 (++) - lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
ke sambungan skuamokolumnar
- lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas,
tebal dan padat
- pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 116


Deskripsi  VIA positif. Berwarna keputihan agak tebal, berbatas tegas, pada pewarnaan
acetowhite sekitar os serviks sampai skuamokolumnar junction. Terdapat acetowhite ringan
pada epitel metaplastic imatur meluas sampai ke endoserviks.
Baku emas untuk penegakan diagnosis lesi prakanker leher rahim adalah biopsi yang dipandu
oleh kolposkopi. Apabila hasil skrining positif, perempuan yang diskrining menjalani prosedur
selanjutnya yaitu konfirmasi untuk penegakan diagnosis melalui biopsi yang dipandu oleh
kolposkopi. Setelah itu baru dilakukan pengobatan lesi prakanker. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan yaitu kuretase endoservikal, krioterapi, atau loop electrosurgical excision
procedure (LEEP)1, laser, konisasi, sampai histerektomi simpel.

Akurasi Pemeriksaan dengan Metode IVA


Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa metode IVA berpotensi menjadi
alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki sumber daya
terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis masih terus dikaji di
berbagai negara berkembang.
Sensitivitas IVA dibanding pemeriksaan sitologi (Tes Pap) berturut-turut adalah 76,7%
dan 44,3%. Meskipun begitu, dilaporkan juga bahwa metode IVA ini kurang spesifik, angka
spesifisitas IVA hanya 64,1% dibanding sitologi 90,6%.48 Penelitian lainnya mengambil
sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina, dilakukan oleh Belinson JL dan kawan-
kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih
tinggi, dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi leher rahim. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa angka sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71%, sementara angka
spesifisitas 74%.2 Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik daripada

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 117


sitologi. Claey et al.3 melaporkan penelitiannya di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat
mendeteksi kasus LDT (Lesi Derajat Tinggi) dan kanker invasif 2 kali lebih banyak daripada
Tes Pap. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa skrining dengan metode IVA lebih
mudah, praktis dan lebih sederhana, mudah, nyaman, praktis dan murah. Pada tabel dibawah
ini dapat dilihat perbandingkan antara pap smear dan IVA dalam berbagai aspek pelayanan.

Penatalaksanaan IVA
 Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah
dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul
plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau
kelainan pra kanker.
 Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher
rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker
bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang
menjadi kanker stadium lanjut.
 Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu
yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh,
dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
 Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya
perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan
human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang
lain.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 118
EVALUASI

Skor
No. Langkah / 0 1 2 3
Tugas
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah. Perkenalkan
diri.
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang akan
di alami ibu
3. Meminta persetujuan Ibu (Informed Consent)
4. Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter
telah tersedia dan siap digunakan
Memeriksa apakah ibu telah buang air kecil dan
5. membersihkan daerah genitalnya bila diperlukan
Meminta ibu untuk melepaskan celana dalam serta
6. memakai sarung atau selimut yang tersedia.
Membantu Ibu naik ke meja periksa
7. Meminta ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan
kedua lengan di samping
8. Memposisikan ibu dalam posisi litotomi dengan
kedua paha ditopang dengan penahan kaki.
9. Mencuci tangan dan mengeringkannya
Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke
10.
daerah genital.
11. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru
atau telah di-DTT.
12 Melakukan tindakan disinfeksi dengan kapas
sublimat pada daerah vulva dari atas kebawah dan
1/3 proksimal paha bagian depan dan dalam
Menyentuh paha sebelah dalam sebelum
13.
menyentuh daerah genital ibu.
Memasang spekulum cocor bebek dengan perlahan
14 dimana jari tangan kiri menekan perineum agar
otot vagina rileks
Melakukan pengamatan terhadap keadaan vagina
15 dan portio
Sekret vagina diambil dengan mengapus dinding
16 lateral vagina sepertiga atas, dengan spatula Ayre
bagian yang bulat lonjong seperti lidah.
Sekret eksoservikal diambil dengan spatula Ayre
bagian yang bulat lonjong seperti lidah, diusap pada
17 seluruh permukaan portio serviks. Gerakan searah
jarum jam, diputar melingkar 360 derajat

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 119


Sekret endoservikal diambil dengan mengapus
permukaan mukosa kanalis endoserviks dan daerah
18 SSK, dengan lidi kapas atau cytobrush. Putar secara
melingkar 360 derajat
Sekret endometrial diambil dengan mengapus
19 permukaan mukosa endometrium dalam kavum uteri
dengan alat sapu endometrium (balai endometre).
Sekret forniks posterior diambil dengan mengapus
20 permukaan mukosa forniks posterior dengan lidi kapas
steril
Menghapuskan sedian yang diambil pada objek glas
21 dan memfiksasinya dengan larutan fiksasi
Membuka kembali spekulum cocor bebek dengan
22
perlahan
23 Menjelaskan hasil pemeriksaan dan interpretasinya

Keterangan skor:
0 = Tidak dilakukan : langkah tugas atau keterampilan tidak di
lakukan oleh peserta pada saat dievaluasi oleh
pelatih
1 = Tidak memuaskan : langkah atau tugas tidak di lakukan sesuai
prosedur atau panduan Standard, perlu banyak
perbaikan
2 = Kurang memuaskan : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Memuaskan : langkah atau tugas yang di lakukan sesuai
dengan prosedur atau panduan standar

Untuk soal normor 1: 0 = tidak dilakukan, 1 = dilakukan

Nilai = Total x 100 =


67

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 120


INSERSI DAN EKSTRAKSI IUD
Pengertian IUD ( Intra Uterine Device )
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan
dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan
metode tersebut diatas.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode
kerja mencegah masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba.
Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga
medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual.

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :


a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 121


d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D
berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah
bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastik.

Gambar 1: Jenis-jenis AKDR


Keterangan: Dari kiri ke kanan berturut-turut: Copper-T, Copper-7,
Multiload, Lippes loop

Cara Kerja IUD


Cara kerja dari IUD antara lain yaitu :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan dan Kelemahan IUD

Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni :


d. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 122


e. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
f. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
g. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
h. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
i. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
j. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
k. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
l. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
m. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
n. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :


a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya
pada
b. bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
c. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang
apabila pemasangan benar).
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan.
f. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
g. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam
pemasangan IUD
h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari

i. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau
bidan) yang terlatih.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 123
j. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)

k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

Waktu Penggunaan IUD


Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
laktasi (MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

Waktu Kontrol IUD


Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk
memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang
harus diperhatikan adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulanberikutnya
d. Bila terlambat haid 1minggu
e. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

Gambar 2: Bagian-bagian IUD Copper-T


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 124
Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi
besar, akan tetapi wajib menggunakan instrumen yang telah disterilisasi atau di
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan di ruangan yang bersih. Bahan-
bahan yang diperlukan dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
- Alat dan instrumen dasar yang biasanya ditemukan pada suatu klinik KB.
- Alat khusus untuk pemasangan/pencabutan AKDR (misalnya: kit
pemasangan/ pencabutan).
- Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan
mengurangi penyebaran penyakit serius seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS.
Persiapan :
a. Petugas harus siap ditempat dan memahami anatomi genitalia.

Gambar 3: Anatomi Genitalia Wanita

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 125


b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
d. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan AKDR :
- Gyn bed - Sym speculum
- Sonde Rahim - Tensimeter dan stetoskop
- Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya. - IUD set steril
- Kogel tang - Bengkok
- Pincet dan gunting - Lampu
- Meja dengan duk steril.

Gambar 4: Alat-alat pemasangan IUD

Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk pencabutan AKDR.


Instrumen dan bahan yang diperlukan adalah:
- Bivalve speculum (kecil, sedang, atau besar)
- Forsep/korentang
- Mangkuk untuk larutan antiseptik
- Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan
periksa yang baru)
- Cairan antiseptik (mis.: povidon iodin) untuk membersihkan serviks .
- Kain kasa atau kapas
- Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 126


Langkah-langkah pemasangan AKDR:

a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping


dan cara menanggulangi efek samping.
b. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan.
c. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-
langkah tersebut.
d. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.

e. Melaksanakan anamnese umum, keluarga.

f. Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter.

g. Siapkanalat-alat yang diperlukan.

h. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi


Lithotomi.
i. Petugas cuci tangan

j. Pakai sarung tangan kanan dan kiri

k. Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas sublimat

l. Periksa genitaliaeksterna.

m. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk menentukan keadaan posisi


uterus.
- Pasang speculum sym.
- Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
- Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk
rahim.
n. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga
rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter
dikeluarkan.
- Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya.
- Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 127
- Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau
sampai terasa ada tahanan.
- Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal
technique). Tarik keluar pendorong.
- Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke
dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.
- Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3 - 4 cm
panjangnya.
- Cara lain, tarik keluar seluruh tabung inserter, jepit benang AKDR dengan
menggunakan forsep kira-kira 3-4 cm dari serviks dan potong benang AKDR
pada tempattersebut.

Gambar 5: Pemasangan IUD


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 128
o. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim
(forniks).
p. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
q. Alat-alat dibersihkan
- Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung
tangan.
- Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
r. Petugas cuci tangan
s. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi /

dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol


t. Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan
menggunakan model bila tersedia).
u. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan
AKDR Catatan :
- Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan)
konsultasi dengan dokter spesialis.
- Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa,
kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter
spesialis.
- Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang
rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
- Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 129


LEMBARAN PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.2
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
Nama : ........................ kelompok: .......................
No. BP : .......................... tanggal:..........................
No Prosedur Skor
0 1 2 3
1 Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai
keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek
samping.
2 Melaksanakan anamnese umum, dan keluarga
3 Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter
4 Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih
5 Siapkan alat-alat yang diperlukan
6 Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed
gynaecologi dengan posisi Lithotomi
7 Petugas cuci tangan
8 Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9 Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas first aid
10 Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan
keadaan posisi uterus
11 Pasang speculum sym
12 Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix
13 Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran,
posisi dan bentuk rahim
14 Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga
AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan
15 Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16 Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke
samping mulut rahim
17 Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18 Alat-alat dibersihkan
19 Petugas cuci tangan
20 Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang
mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan
kapan harus kontrol
Keterangan:
Skor 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan dengan banyak perbaikan
2: Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3: Dilakukan dengan baik Instruktur,
NILAI AKHIR : Total x 100 = .................................
60
(.................................)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 130


TES KEHAMILAN
PENGANTAR:

Keterampilan pemeriksaan kehamilan, merupakan keterampilan yang harus


dimiliki oleh seorang dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di
jenjang akademik/preklinik. Keterampilan ini sangat membantu seorang
menentukan kondisi dan perkembangan kehamilan dari seorang pasien.
Pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan turut berperan dalam
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Pemeriksaan kehamilan termasuk pemeriksaan laboratorium sederhana
berupa pemeriksaan urin untuk tes kehamilan dengan KIT. Pemeriksaan ini
telah sangat berkembang dan mudah dilakukan oleh siapun pun, oleh karena itu
diharapkan seorang dokter perlu memahami prinsip dasar pemeriksaan, cara dan
bagaimana menginterpretasikan hasil tes kehamilan ini.

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Instruksional Umum


Setelah melakukan pelatihan seri ketrampilan Laboratorium Tes Kehamilan
mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan dengan benar pemeriksaan tes
kehamilan dengan KIT.

Tujuan Instruktional Khusus :

 Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan tes kehamilan dengan


KIT.
 Mahasis mampu menjelaskan dasar teori pemeriksaan tes kehamilan
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tes kehamilan dengan KIT
 Mahasiswa mampumenginterpretasikan hasil pemeriksaan

Pendahuluan

Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon glikoprotein yang disekresi


oleh berkembangplasenta segera setelah pembuahan. Padakehamilan normal, hCG dapat
dideteksi dalam serum sebagai awalsebagai 7 hari setelah pembuahan .(1-4) Konsentrasi

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 131


hCG. terus meningkat pesat,sering melebihi 100 mIU / ml dengan periode menstruasi
pertama terjawab (2-5) dan memuncak pada30-200,000 mIU / ml dengan kisaran 10-12
minggu dalam kehamilan. Munculnya hCG segera setelahkonsepsi dan bangkit kembali
dalam konsentrasi selama pertumbuhan awal kehamilan menjadikannyapenanda yang
sangat baik untuk deteksi awal kehamilan.

Prinsip Kerja

Semua tes kehamilan bekerja dengan mendeteksi suatu hormon tertentu dalam
urin atau darah yang hanya ada ketika seorang wanita sedang hamil. Hormon ini
disebut human chorionic gonadotropin atau hCG. Hal ini juga disebut hormon
kehamilan.hCG dibuat ketika sebuah implan telur dibuahi di dalam rahim. Hal ini
biasanya terjadi sekitar enam hari setelah telur dan sperma bergabung. Tetapi studi
menunjukkan bahwa pada sampai dengan 10 persen wanita, implantasi tidak terjadi.
Ada dua jenis tes kehamilan. Satu tes darah untuk hormon kehamilan, hCG,
yang lain memeriksa urine untuk hormon hCG.

Cara Pemeriksaan

Kebanyakan KIT bekerja dalam cara yang sama. Banyak menginstruksikan


pengguna untuk memegang stik dalam aliran urin. Lainnya melibatkan urin dalam
cangkir dan kemudian mencelupkan stik ke dalamnya. Setidaknya ada satu merek
memberitahu seorang wanita untuk mengumpulkan air seni dalam cangkir dan
kemudian menggunakan pipet untuk menaruh beberapa tetes urin ke dalam wadah
khusus. Kemudian wanita itu harus menunggu beberapa menit. Jika pada stik tersebut
muncul 2 garis, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwasanya wanita
tersebut hamil, jika muncul satu garis saja, maka kesimpulan sementara wanita
tersebut tidak hamil. Proses pembacaannya sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan pada alat tes kehamilan tersebut, biasanya sekitar 8-10 menit. Lewat dari
itu, maka akan terbaca positif palsu karena akan tampak 2 garis pada stiktersebut.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 132


Gambar 1: Pemeriksaan Tes Kehamilan dengan KIT

PROSEDUR KERJA

Tahap Persiapan:
Media dan Alat Pembelajaran :
a. Penuntun Belajar seri keterampilan laboratorium tes kehamilan
b. KIT pemeriksaan kehamilan, botol urin
c. Kertas, pensil, dan pena.

Tahap Pelaksanaan:
a. Ucapkan salam dengan sopan dan tanyakan identitas ibu
b. Terangkan mengenai prinsip pemeriksaan tes kehamilan kepada ibu
c. Terangkan indikasi dan kegunaan pemeriksaan tes kehamilan
d. Minta ibu untuk mengambil contoh urinnya dengan memasukan
kedalam botolurin
e. Buka KIT pemeriksaan tes kehamilan dan terangkan cara
penggunaannya.
f. Celupkan KIT pemeriksaan kedalam urin ibu sesuai dengan petunjuk
penggunaan KIT
g. Menginterpretasikan Hasil pemeriksaan KIT tes kehamilan.

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 133


EVALUASI

NO URAIAN SKOR
A. ANAMNESIS 0 1 2 3
1. Ucapkan salam dengan sopan
2 Tanyakan Identitas Ibu (nama, umur, alamat)

3 Terangkan mengenai prinsip pemeriksaan


tes kehamilan kepada ibu
4 Terangkan indikasi dan kegunaan
pemeriksaan tes kehamilan

5 Minta ibu untuk mengambil contoh


urinnya dengan memasukan kedalam
botol urin
6 Buka KIT pemeriksaan tes kehamilan
dan terangkan cara penggunaannya.
7 Celupkan KIT pemeriksaan kedalam urin
ibu sesuai dengan petunjuk penggunaan
KIT
8 Menginterpretasikan Hasil pemeriksaan KIT
tes kehamilan.
Total

Keterangan:
0 : Tidakdilakukan
1 : Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 : Dilakukan dengan sempurna
Untuk soal nomor 1: 0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan
3: Dilakukan dengan baik
Instruktur,
NILAI AKHIR : Total x 100 = .................................
22
(.................................)

Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 Page 134


Panduan Keterampilan Klinis Blok 3.2 135

Anda mungkin juga menyukai