Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS ALIH JENIS

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


(PENGKAJIAN FASE POST PARTUM DENGAN KLIEN NY. A DENGAN
DIAGNOSA P2A0 POST SC + CPD)

Tanggal masuk : 02-08-2017 Jam masuk : 09.05 WITA


Ruang/kelas : Nifas/Lantai 2 Kamar No. :3I
Pengkajian tanggal : 03-08-2017 Jam : 11: 00 WITA

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny.A
Umur : 32 Tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan Dara Puntik Mandastana Barito Kuala
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : P2Ao Post SC + CPD
Tanggal Masuk Rs : 01-08-2017
2. Identitas penanggung jawab
Nama suami : Tn. J
Umur : 37 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tamban Kab. Barito Kuala
B. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
Nyeri mulai timbul sesaat sesudah operasi SC, timbul terutama ketika pasien
bergerak. Skala nyeri 5 dari 0-10 (sedang) dan nyeri dirasa hilang timbul.
Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk, ketika nyeri datang klien mengatakan nyeri
menyebar keseluruh bagian abdomen.

C. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini


Tipe persalinan saat ini adalah kelahiran buatan (SC ismika atau profundal)
indikasi operasi SC karena klien CPD (Cephalopelvic Disporpotion). Anastesi
yang digunakan pada saat operasi SC adalah Spinal anastesi. Tanggal operasi
02-08-2017 dan operasi berlangsung selama 1 jam, mulai dari jam 05.00-
06.00 WITA. Tidak ada masalah pada saat prosedur SC dilakukan. klien tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri
bekas luka post operasi SC.

D. Keadaan Bayi
Bayi berjenis kelamin perempuan, dengan BBL 3300 gr dan PB 53 cm. pusat
bayi normal, perawatan tali pusat menggunakan kapas steril. Anus bayi
berlubang, suhu badan bayi 36,7oC dan tidak ada kelainan pada kepala.

E. Keadaan Psikologi Ibu


Klien berada pada periode taking in, pasien sudah memberikan ASI pada
bayinya meskipun masih secara bertahap. Klien masih merasa nyeri pada luka
jahitannya.

F. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya. Persalinan anak sebelumnya dengan cara operasi SC lima
tahun yang lalu dengan indikasi pinggul sempit. Klien mengatakan apabila
sakit seperti demam dan batuk hanya minum obat yang dibeli di warung dan
apotik-apotik terdekat saja.

G. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus akan tetapi klien tidak
mengetahui dengan jelas apakah di keluarga nya mempunyai riwayat penyakit
keturunan lainnya.
Genogram:

Ny.A

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= Meninggal

= Tinggal serumah
H. Riwayat Ginekologi
Usia menarche klien pada usia 12 tahun (6 SD), siklus menstruasi teratur
dengan durasi kurang lebih 5 hari. Riwayat kelahiran P2A0, kelahiran bayi
sesuai dengan HPL (02 Agustus 2017). Saat hamil pasien mengeluh mual
muntah di bulan pertama sampai 4 bulan kehamilan dan pada trimester III
mengalami perdarahan tetapi hanya di minumi obat penambah darah saja.

I. Riwayat Keluarga Berencana


Klien menggunakan obat KB. Klien menggunakan kontrasepsi sejak anak
pertama dan tidak ada masalah saat menggunakan kontrasepsi tersebut. Saat
ini pasien menggunakan kontrasepsi KB.

J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemah dan sulit untuk bergerak, klien kadang tampak
meringis menahan nyeri, kadang-kadang klien melindungi daerah bekas
operasi dengan tangan. Terdapat luka jahitan pada abdomen. Infuse RL
terpasang pada ekstrimitas atas. Kesadaran Compos mentis (GCS
E4V5M6). BB : 60 Kg dan TB : 145 cm

2. TTV
TD : 90/60 mmHg N : 82 x/menit
S : 36,5oC R : 18 x/menit

3. Pemeriksaan Penglihatan
Mata pasien tampak simetris, pasien dapat menggerakan bola mata
kesemua arah. Fungsi penglihatan normal dan pasien tidak memakai alat
bantu penglihatan. Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik.
4. Pemeriksaan Pernafasan
Jalan napas pasien bersih, tidak ada sumbatan pada jalan napas. Pasien
tidak merasa sesak saat bernapas, pasien tidak menggunakan alat bantu
atau otot-otot pernapasan saat bernapas. Frekuensi napas 18x/menit.

5. Pemeriksaan jantung
Kecepatan denyut apical pasien 82x/menit, irama teratur, TD 90/60
mmHg, CRT < 2 detik. Klien tidak mengeluh sakit dada.

6. Pemeriksaan Pencernaan
Mulut klien tampak kotor dan tercium bau saat berbicara. Mukosa terlihat
kering dan bibir pecah-pecah. Klien memakai gigi palsu di atas.

7. Pemeriksaan Dada dan Axilla


Hanya terjadi sedikit pembesaran pada mammae pasien, daerah areolla
tanpak menghitam, papilla mammae tanpak menonjol, colostrum keluar
saat dilakukan pemencetan pada mammae. Tidak terjadi bendungan ASI
pada mammae pasien.

8. Pemeriksaan Abdomen
Terdapat linea negra dan striace albicans pada daerah abdomen, nyeri
tekan pada daerah abdomen. Tampak luka SC pada kuadran bawah
abdomen, sayatan melintang pada segmen bawah rahim kira-kira
sepanjang ±10 cm. luka dibalut dengan kassa steril dan hipapik. Pasien
mengalami distensi abdomen dan setelah dilakukan pembedahan pasien
belum ada flatus. Fundus uterus pasien berada 2 jari di bawah pusat.
Kontaksi uterus terjadi kurang lebih 2 kali dalam 10 menit dengan durasi
kurang lebih 1 menit.
9. Pemeriksaan Perineum
Perineum utuh, tidak terlihat luka efisiotomi atau ruftur pada perineum.
Ada lokhia pada perineum. Lokhia berwarna merah, jumlah kurang lebih
±300 cc/24 jam dan berbau amis (Lokhea Rubra). Tidak terjadi
perdarahan.

10. Pemeriksaan Ekstremitas Atas


Tidak ada pembatasan gerak pada ekstrimitas atas dengan skala kekuatan
otot 5 (kekuatan penuh). Tidak ada edema. Turgor kulit sedang. Terdapat
infuse (RL 20 tpm) pada tangan sebelah kiri.

11. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah


Klien ada keluhan pada ekstrimitas bawah. Klien Tidak terdapat edema,
turgor kulit sedang. Klien tampak lemah dalam pergerakan.

K. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola Nutrisi
Saat dilakukan pengkajian pasien sudah flatus dan masih belum
diperbolehkan untuk makan. Padahal klieen suka makan sayuran.
Tidak ada alergi atau pantangan terhadap makanan.

2. Pola eliminasi
a. BAK
Pasien tampak dipasang DC (dower catetter). Jumlah uren dari jam
08.00 sampai dilakukan pengkajian pada jam 15.00 kurang lebih
±300 cc dan urin berwarna kuning kecoklatan.
b. BAB
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan belum ada BAB
semenjak setelah dilakukan prosedur operasi SC.
L. Pola Personal Hygiene
1. Mandi
Semenjak ada di rumah sakit klien menjaga kebersihan tubuh dengan cara
diseka setiap pagi.

2. Oral hygiene
Setelah dilakukan prosedur operasi klien belum melakukan oral hygiene,
tercium bau saat klien berbicara.

3. Cuci Rambut
Klien tidak pernah mencuci rambut ketika di rumah sakit.

4. Pola istirahat dan Tidur


Klien tidur kurang lebih 4-5 jam/hari. Tidak ada keluhan tidur. Klien
mengatakan terbangun apabila bayinya terbangun karena haus dan
langsung memberikan ASI.
M. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal : 02-08-2017.
Para Result Ref Range Interpretasi
BC 09,00 4,0-10,0 Normal
Lymph# 1,6 x 0.8-4,0 Normal
Mid# 0.3 x 0,1-0,9 Normal
Gran# 7,5 x 2.0-7,0 Normal
Lymph % 23 % 20,0-40,0 Normal
Mid % 3,9 % 3,0-9,0 Normal
Gran % 78,6 % 50,0-70,0 Normal
HBG 9,9 a/dl 12,0-16,0 Rendah
RBC (Eritrosit) 4,49 x 3.50-5,50 Normal
HCT (Hematokrit) 35,4 % 37,0-50,0 Rendah
HBG 9,9 a/dl 12,0-16,0 Rendah
HbsAg Negatif Negatif Normal
Anti HbsAg Negatif Negatif Normal

Tanggal : 09-08-2017.
Para Result Ref Range Interpretasi
WBC (Leukosit) 15.7 4.8-10.8 Tinggi
RBC (Eritrosit) 3.78 4.2-5.4 Rendah
HGB (Hemoglobin) 10.7 12-16 Rendah
HCT (Hematokrit) 33.0 37-47 Rendah
MCV 87.3 79-99 Normal
MCH 29.3 27-31 Normal
MCHC 32.4 33-37 Normal
PLT (Trombosit) 264 150-450 Normal
N. Terapi yang diperoleh

Rute
Waktu pemberian Jenis Terapi Dosis Indikasi Terapi Kontra Indikasi
Pemberian
Jam 09.00 dan jam Ceftriaxone IV (injeksi) 2x1 gram Mengobati dan mencegah infeksi Hipersinsitif terhadap ceftriaxon atau sefalosporin lainnya.
21.00 WITA yang disebabkan oleh bakteri
Jam 01.00 Wita, Ketorolac IV (injeksi) 3x10 mg Untuk penatalaksanaan nyeri akut 1. Hipersinsitif terhadap ketorolac dan pernah
Jam 09.00 Wita dan (<5 hari) menunjukan alergi terhadap aspirin atau obat AINS
jam 17.00 WITA lainnya.
2. Pasien dengan atau yang memiliki riwayat ulkus
peptikum akut, perdarahan saluran cerna atau perporasi.
3. Penderita gangguan ginjal berat atau berisiko
mengalami gagal ginjal.
4. Pasien yang sedang mengalami proses persalinan.
5. Mendapatkan obat AINS lainnya.
6. Tidak boleh diberikan secara intratekal atau epidural.
Jam 05.00 WITA Ranitidine IV (injeksi) 2 x 50 mg Untuk pasien rawat inap di rumah Hipersensitif
dan jam 17.00 sakit dengan keadaan hipersekresi
WITA patologis atau ulkus usus dua belas
jari yang sulit diatasi, atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang
tidak bisa diberi ranitidin oral.
RL IV (infuse) 20 tpm Mengembalikan keseimbangan Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis
elektrolit pada keadaan dehidrasi laktat
dan syok hipovolemik. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena
menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
O. Analisa Data
No. Tanggal/jam Data Fokus Etiologi Problem
1 03-08-2017/ 11.00 Subjektif : Agen cedera fisik (luka post SC) Nyeri akut (000132)
1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
O :Nyeri mulai timbul sesaat sesudah dilakukan operasi SC
P : timbul terutama ketika pasien bergerak.
Q : Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk
R : ketika nyeri datang pasien mengatakan nyeri menyebar
keseluruh bagian abdomen.
S : Skala nyeri 5 (sedang)
T : nyeri dirasa hilang timbul

Objektif :
1. Pasien tampak meringis
2. kadang-kadang pasien tampak melidungi daerah bekas operasi
dengan tangan.
3. Terdapat luka jahitan pada abdomen

2 03-08-2017/ 11.00 1. Tampak terpasang DC Factor risiko : Risiko infeksi (00004)


2. Tampak luka SC pada kuadran bawah abdomen Prosedur infasif dan trauma
3. Pasien tidak melakukan oral hygiene jaringan

P. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b/d Agen cedera fisik (luka post SC) di tandai dengan luka post op sc (000132)
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur infasif dan trauma jaringan ditandai dengan klien tampak terpasang kateter (00004)
Q. Perencanaan Keperawatan
Kode Diagnosa
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 000132 Nyeri akut b/d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengkajian :
fisik (luka post SC) dalam 3x24 jam nyeri pasien berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. memberikan
dengan criteria hasil : komperhensip meliputi lokasi, informasi untuk
1. Pasien tidak mengeluh nyeri pada karakteristik, awitan dan durasi, membantu
daerah bekas operasi frekuensi, kualitas, intensitas atau memudahkan
2. Nyeri tidak timbul ketika pasien keparahan nyeri dan factor tindakan keperawatan
bergerak. presipitasinya.
3. Pasien tidak merasa nyeri yang seperti
ditusuk-tusuk 2. Observasi isyarat nonverbal 2. mengetahui tingkat
4. nyeri tidak menyebar keseluruh bagian ketidaknyamanan, nyeri pasien dari
abdomen ekspresi pasien.
5. Skala nyeri 4-6 (sedang) atau 1-3 Mandiri :
(ringan) 1. Kendalikan faktor lingkungan yang 1. lingkungan yang
6. Pasien tidak meringis lagi dapat mempengaruhi respon pasien panas, gaduh dan
7. Pasien tidak melindungi daerah operasi terhadap ketidaknyamanan. sebagainya dapat
mempengaruhi
keadaan pasien yang
dapat berdampak
2. Pastikan pemberian analgesia terapi pada rasa nyeri.
atau strategi nonfarmakologi sebelum 2. mencegah
melakukan prosedur yang bertambahnya rasa
menimbulkan nyeri. nyeri yang dirasakan
pasien
Penyuluhan pada pasien/ keluarga:
Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya : teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music,
kompres hangat atau dingin, masase dan Membantu mengurangi
tindakan pereda nyeri lainnya. nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
Kolaboratif :
Kolaborasi pemberian analgetik seperti
ketorolac jika nyeri tidak berkurang
dengan tindakan mandiri atau penyuluhan.

Penanganan nyeri dengan


farmakologi.
2 00004 Risiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengkajian :
factor risiko prosedur dalam 3x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi 1. suhu yang meningkat,
infasif dan trauma jaringan criteria hasil : (misalnya : suhu tubuh, denyut dapat menunjukkan
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi jantung, penanpilan luka, suhu terjadinya infeksi
(kulor, tumor, dulor, rubor dan fungsio tubuh,lesi kulit, keletihan dan malaise). (culor)
leasa) pada daerah pemasangan Dc dan 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
luka post SC. reaksi terhadap infeksi (usia dan 2. usia pasien dan
2. Luka kering dan membaik nutrisi). kurangnya nutrisi
dapat mempengaruhi
terjadinya infeksi.
3. Pantau hasil lab. 3. Risiko infeksi pasca
melahirkan dan
penyembuhan buruk
meningkat bila kadar
hemoglobin rendah
dan kehilangan darah
berlebihan.
4. Amati penampilan praktik hygiene 4. mencegah
personal untuk melindungi terhadap kontaminasi
infeksi. silang/penyebaran
organisme infeksius.
Mandiri
1. Lindungi pasien terhadap kontaminasi 1. mencegah terjadinya
silang. proses infeksi
2. mencegah
2. Bersihkan lingkungan dengan benar. kontaminasi
silang/penyebaran
organisme infeksius.
3. Batasi pengunjung, jika perlu. 3. pengunjung yang
datang dapat
membawa organisme
infeksius karena telah
terpapar dengan
lingkungan luar
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
1. Instruksikan untuk menjaga hygiene 1. mencegah
untuk melindungi tubuh terhadap kontaminasi
infeksi. silang/penyebaran
organisme infeksius.
2. Ajarkan pasien teknik mencuci 2. mencuci tangan
tanagan yang benar. merupakan cara
terbaik untuk
mencegah
kontaminasi
silang/penyebaran
organisme infeksius.
Kolaborasi
1. Berikan terapi antibiotic, jika perlu. mencegah terjadinya
proses infeksi.
R. Implementasi,
Jum’at, 04-08-2017
NO Jam Nomor Daignosa Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
Tindakan NANDA
1. 1. 09.10 00132 1. menganjurkan pasien penggunaan teknik 1. Klien bisa melakukan teknik relaksasi dan distraksi
nonfarmakologi (teknik relaksasi dan distraksi serta 2. Klien dan keluarga mampu mengendalikan lingkungan
masase) jika nyeri datang. 3. Klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi
2. 09.15 2. mengendalikan faktor lingkungan yang dapat 4. Perawat melakukan injeksi pemberian analgesik
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan dengan cara mengurangi
penerangan lampu, meminta keluarga untuk tidak
sampiran.
3. 09.20 3. melakukan strategi nonfarmakologi (teknik relaksasi
dan distraksi) sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
4. 10.00 4. memberikan analgetik melalui injeksi IV (ketorolac,
10 mg yang diencerkan dengan 9 cc aquades) untuk
mengurangi nyeri yang dirasa pasien.

2. 1. 10.15 00004 1. memantau tanda dan gejala infeksi seperti suhu 1. Tampak terpasang DC
tubuh juga keadaan DC yang terpasang. 2. Klien mampu melakukan cuci tangan bersih
2. 10.23 2. melindungi pasien terhadap kontaminasi silang 3. Keluarga klien sudah menjaga lingkungan dengan benar
dengan cara mencuci tangan setiap sebelum 4. Perawat telah menyuntikkan terapi antibiotic ceftriaxon
melakukan tindakan. 10mg via IV
3. 10.30 3. meminta keluarga pasien untuk menjaga kebersihan 5. Pengunjung sudah tidak ada di tempat
lingkungan dengan benar.
4. 10.40 4. memberikan terapi antibiotic (Ceftriaxon, 10 mg
dicampur dengan aquades 5 cc) melalui injeksi IV
5. 11.00 5. membatasi pengunjung yang datang menjenguk
pasien.
S. Evaluasi
Jum’at, 04-08-2017
NO Jam Nomor Daignosa Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis Masalah (A) Perencanaan Selanjutnya (P) Paraf
Evaluasi NANDA
1. 15.00 00132 Klien mengatakan masih merasa Klien tampak masih meringis Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
nyeri di bagian luka post op SC kesakitan 1. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
2. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya: teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music,
kompres hangat atau dingin, masase
dan tindakan pereda nyeri lainnya.
3. Pastikan pemberian analgesia terapi
atau strategi nonfarmakologi
sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
4. Kolaborasi pemberian analgetik
seperti ketorolac jika nyeri tidak
berkurang dengan tindakan mandiri
atau penyuluhan
2. 15.10 00004 Tampak terpasang DC Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
1. Pantau tanda dan gejala infeksi
(misalnya : suhu tubuh, denyut
jantung, penanpilan luka, suhu
tubuh,lesi kulit, keletihan dan
malaise).
2. Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang.
3. Bersihkan lingkungan dengan benar.
4. Batasi pengunjung, jika perlu
5. Berikan terapi antibiotic, jika perlu.
T. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Keperawan (Catatan Perkembangan)
Kode Diagnosa
No Implementasi dan Evaluasi (SOAPIE) Paraf
NANDA
1 00132 Sabtu, 05-08- 2017 (08.30)
S : pasien masih mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi dengan skala 4 (sedang)
O : pasien tidak terlalu meringis lagi
A : masalah teratasi sebagian, Nyeri akut b/d Agen cedera fisik (luka post SC)
P:
1. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
2. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya: teknik relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau
dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
3. Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
4. Kolaborasi pemberian analgetik seperti ketorolac jika nyeri tidak berkurang dengan tindakan mandiri atau penyuluhan
I:
1. 08.35 : Ners muda menganjurkan pasien penggunaan teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi dan distraksi serta masase) jika
nyeri datang.
2. 08.40 WITA : Ners muda mengedalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
dengan cara mengurangi penerangan lampu, meminta keluarga untuk tidak ribut dan menutup sampiran.
3. 08.45 WITA : Perawat melakukan strategi nonfarmakologi (teknik relaksasi dan distraksi) sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
4. 09.00 WITA : Ners muda memberikan analgetik melalui injeksi IV (ketorolac, 10 mg yang diencerkan dengan 9 cc aquades)
untuk mengurangi nyeri yang dirasa pasien.

E: Jam 12.00 wita


S: Pasien mengeluh nyeri dengan skala hanya 3 (ringan)
O: Pasien tampak rileks
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.
2. 00004 Sabtu, 05-08- 2017 (09.45)
S:-
O : pasien terpasang DC dan luka post SC tertutup kassa pada pada kuadran bawah abdomen
A : masalah, Risiko infeksi dengan factor risiko prosedur infasif dan trauma jaringan
P:
1. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut jantung, penanpilan luka, suhu tubuh,lesi kulit, keletihan dan
malaise).
2. Lakukan perawatan luka post SC
3. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang.
4. Bersihkan lingkungan dengan benar.
5. Batasi pengunjung, jika perlu
6. Berikan terapi antibiotic, jika perlu.
I:
1. 10.05 WITA : Ners muda memantau tanda dan gejala infeksi seperti suhu tubuh juga keadaan DC yang terpasang.
2. 10.10 WITA : Ners muda melindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan cara mencuci tangan setiap sebelum
melakukan tindakan.
3. 10.15 WITA : Ners muda meminta keluarga pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan benar.
4. 12.00 WITA : Ners muda memberikan terapi antibiotic (Ceftriaxon, 10 mg dicampur dengan aquades 5 cc) melalui injeksi IV
5. 13.00 WITA Ners muda membatasi pengunjung yang datang menjenguk pasien.

E : (14.00 WITA)
S:-
O : pasien terpasang DC dan luka post SC tertutup kassa pada pada kuadran bawah abdomen
A : masalah, Risiko infeksi dengan factor risiko prosedur infasif dan trauma jaringan
P : lanjutkan intervensi
1. Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
2. Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
3. Berikan terapi antibiotic, jika perlu.
Banjarmasin, Agustus 2017

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

(Norma Ariatie, S. Kep., Ns) (Hj. Ruslinawati, Ns., M. Kep)

Anda mungkin juga menyukai