A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny.A
Umur : 32 Tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan Dara Puntik Mandastana Barito Kuala
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : P2Ao Post SC + CPD
Tanggal Masuk Rs : 01-08-2017
2. Identitas penanggung jawab
Nama suami : Tn. J
Umur : 37 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tamban Kab. Barito Kuala
B. Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
Nyeri mulai timbul sesaat sesudah operasi SC, timbul terutama ketika pasien
bergerak. Skala nyeri 5 dari 0-10 (sedang) dan nyeri dirasa hilang timbul.
Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk, ketika nyeri datang klien mengatakan nyeri
menyebar keseluruh bagian abdomen.
D. Keadaan Bayi
Bayi berjenis kelamin perempuan, dengan BBL 3300 gr dan PB 53 cm. pusat
bayi normal, perawatan tali pusat menggunakan kapas steril. Anus bayi
berlubang, suhu badan bayi 36,7oC dan tidak ada kelainan pada kepala.
Ny.A
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Meninggal
= Tinggal serumah
H. Riwayat Ginekologi
Usia menarche klien pada usia 12 tahun (6 SD), siklus menstruasi teratur
dengan durasi kurang lebih 5 hari. Riwayat kelahiran P2A0, kelahiran bayi
sesuai dengan HPL (02 Agustus 2017). Saat hamil pasien mengeluh mual
muntah di bulan pertama sampai 4 bulan kehamilan dan pada trimester III
mengalami perdarahan tetapi hanya di minumi obat penambah darah saja.
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemah dan sulit untuk bergerak, klien kadang tampak
meringis menahan nyeri, kadang-kadang klien melindungi daerah bekas
operasi dengan tangan. Terdapat luka jahitan pada abdomen. Infuse RL
terpasang pada ekstrimitas atas. Kesadaran Compos mentis (GCS
E4V5M6). BB : 60 Kg dan TB : 145 cm
2. TTV
TD : 90/60 mmHg N : 82 x/menit
S : 36,5oC R : 18 x/menit
3. Pemeriksaan Penglihatan
Mata pasien tampak simetris, pasien dapat menggerakan bola mata
kesemua arah. Fungsi penglihatan normal dan pasien tidak memakai alat
bantu penglihatan. Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik.
4. Pemeriksaan Pernafasan
Jalan napas pasien bersih, tidak ada sumbatan pada jalan napas. Pasien
tidak merasa sesak saat bernapas, pasien tidak menggunakan alat bantu
atau otot-otot pernapasan saat bernapas. Frekuensi napas 18x/menit.
5. Pemeriksaan jantung
Kecepatan denyut apical pasien 82x/menit, irama teratur, TD 90/60
mmHg, CRT < 2 detik. Klien tidak mengeluh sakit dada.
6. Pemeriksaan Pencernaan
Mulut klien tampak kotor dan tercium bau saat berbicara. Mukosa terlihat
kering dan bibir pecah-pecah. Klien memakai gigi palsu di atas.
8. Pemeriksaan Abdomen
Terdapat linea negra dan striace albicans pada daerah abdomen, nyeri
tekan pada daerah abdomen. Tampak luka SC pada kuadran bawah
abdomen, sayatan melintang pada segmen bawah rahim kira-kira
sepanjang ±10 cm. luka dibalut dengan kassa steril dan hipapik. Pasien
mengalami distensi abdomen dan setelah dilakukan pembedahan pasien
belum ada flatus. Fundus uterus pasien berada 2 jari di bawah pusat.
Kontaksi uterus terjadi kurang lebih 2 kali dalam 10 menit dengan durasi
kurang lebih 1 menit.
9. Pemeriksaan Perineum
Perineum utuh, tidak terlihat luka efisiotomi atau ruftur pada perineum.
Ada lokhia pada perineum. Lokhia berwarna merah, jumlah kurang lebih
±300 cc/24 jam dan berbau amis (Lokhea Rubra). Tidak terjadi
perdarahan.
2. Pola eliminasi
a. BAK
Pasien tampak dipasang DC (dower catetter). Jumlah uren dari jam
08.00 sampai dilakukan pengkajian pada jam 15.00 kurang lebih
±300 cc dan urin berwarna kuning kecoklatan.
b. BAB
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan belum ada BAB
semenjak setelah dilakukan prosedur operasi SC.
L. Pola Personal Hygiene
1. Mandi
Semenjak ada di rumah sakit klien menjaga kebersihan tubuh dengan cara
diseka setiap pagi.
2. Oral hygiene
Setelah dilakukan prosedur operasi klien belum melakukan oral hygiene,
tercium bau saat klien berbicara.
3. Cuci Rambut
Klien tidak pernah mencuci rambut ketika di rumah sakit.
Tanggal : 09-08-2017.
Para Result Ref Range Interpretasi
WBC (Leukosit) 15.7 4.8-10.8 Tinggi
RBC (Eritrosit) 3.78 4.2-5.4 Rendah
HGB (Hemoglobin) 10.7 12-16 Rendah
HCT (Hematokrit) 33.0 37-47 Rendah
MCV 87.3 79-99 Normal
MCH 29.3 27-31 Normal
MCHC 32.4 33-37 Normal
PLT (Trombosit) 264 150-450 Normal
N. Terapi yang diperoleh
Rute
Waktu pemberian Jenis Terapi Dosis Indikasi Terapi Kontra Indikasi
Pemberian
Jam 09.00 dan jam Ceftriaxone IV (injeksi) 2x1 gram Mengobati dan mencegah infeksi Hipersinsitif terhadap ceftriaxon atau sefalosporin lainnya.
21.00 WITA yang disebabkan oleh bakteri
Jam 01.00 Wita, Ketorolac IV (injeksi) 3x10 mg Untuk penatalaksanaan nyeri akut 1. Hipersinsitif terhadap ketorolac dan pernah
Jam 09.00 Wita dan (<5 hari) menunjukan alergi terhadap aspirin atau obat AINS
jam 17.00 WITA lainnya.
2. Pasien dengan atau yang memiliki riwayat ulkus
peptikum akut, perdarahan saluran cerna atau perporasi.
3. Penderita gangguan ginjal berat atau berisiko
mengalami gagal ginjal.
4. Pasien yang sedang mengalami proses persalinan.
5. Mendapatkan obat AINS lainnya.
6. Tidak boleh diberikan secara intratekal atau epidural.
Jam 05.00 WITA Ranitidine IV (injeksi) 2 x 50 mg Untuk pasien rawat inap di rumah Hipersensitif
dan jam 17.00 sakit dengan keadaan hipersekresi
WITA patologis atau ulkus usus dua belas
jari yang sulit diatasi, atau sebagai
pengobatan alternatif jangka pendek
pemberian oral pada pasien yang
tidak bisa diberi ranitidin oral.
RL IV (infuse) 20 tpm Mengembalikan keseimbangan Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis
elektrolit pada keadaan dehidrasi laktat
dan syok hipovolemik. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena
menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
O. Analisa Data
No. Tanggal/jam Data Fokus Etiologi Problem
1 03-08-2017/ 11.00 Subjektif : Agen cedera fisik (luka post SC) Nyeri akut (000132)
1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
O :Nyeri mulai timbul sesaat sesudah dilakukan operasi SC
P : timbul terutama ketika pasien bergerak.
Q : Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk
R : ketika nyeri datang pasien mengatakan nyeri menyebar
keseluruh bagian abdomen.
S : Skala nyeri 5 (sedang)
T : nyeri dirasa hilang timbul
Objektif :
1. Pasien tampak meringis
2. kadang-kadang pasien tampak melidungi daerah bekas operasi
dengan tangan.
3. Terdapat luka jahitan pada abdomen
2. 1. 10.15 00004 1. memantau tanda dan gejala infeksi seperti suhu 1. Tampak terpasang DC
tubuh juga keadaan DC yang terpasang. 2. Klien mampu melakukan cuci tangan bersih
2. 10.23 2. melindungi pasien terhadap kontaminasi silang 3. Keluarga klien sudah menjaga lingkungan dengan benar
dengan cara mencuci tangan setiap sebelum 4. Perawat telah menyuntikkan terapi antibiotic ceftriaxon
melakukan tindakan. 10mg via IV
3. 10.30 3. meminta keluarga pasien untuk menjaga kebersihan 5. Pengunjung sudah tidak ada di tempat
lingkungan dengan benar.
4. 10.40 4. memberikan terapi antibiotic (Ceftriaxon, 10 mg
dicampur dengan aquades 5 cc) melalui injeksi IV
5. 11.00 5. membatasi pengunjung yang datang menjenguk
pasien.
S. Evaluasi
Jum’at, 04-08-2017
NO Jam Nomor Daignosa Respon Subjektif (S) Respon Objektif (O) Analisis Masalah (A) Perencanaan Selanjutnya (P) Paraf
Evaluasi NANDA
1. 15.00 00132 Klien mengatakan masih merasa Klien tampak masih meringis Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
nyeri di bagian luka post op SC kesakitan 1. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
2. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya: teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music,
kompres hangat atau dingin, masase
dan tindakan pereda nyeri lainnya.
3. Pastikan pemberian analgesia terapi
atau strategi nonfarmakologi
sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
4. Kolaborasi pemberian analgetik
seperti ketorolac jika nyeri tidak
berkurang dengan tindakan mandiri
atau penyuluhan
2. 15.10 00004 Tampak terpasang DC Masalah belum teratasi Intervensi dilanjutkan:
1. Pantau tanda dan gejala infeksi
(misalnya : suhu tubuh, denyut
jantung, penanpilan luka, suhu
tubuh,lesi kulit, keletihan dan
malaise).
2. Lindungi pasien terhadap
kontaminasi silang.
3. Bersihkan lingkungan dengan benar.
4. Batasi pengunjung, jika perlu
5. Berikan terapi antibiotic, jika perlu.
T. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Keperawan (Catatan Perkembangan)
Kode Diagnosa
No Implementasi dan Evaluasi (SOAPIE) Paraf
NANDA
1 00132 Sabtu, 05-08- 2017 (08.30)
S : pasien masih mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi dengan skala 4 (sedang)
O : pasien tidak terlalu meringis lagi
A : masalah teratasi sebagian, Nyeri akut b/d Agen cedera fisik (luka post SC)
P:
1. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
2. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya: teknik relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau
dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
3. Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
4. Kolaborasi pemberian analgetik seperti ketorolac jika nyeri tidak berkurang dengan tindakan mandiri atau penyuluhan
I:
1. 08.35 : Ners muda menganjurkan pasien penggunaan teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi dan distraksi serta masase) jika
nyeri datang.
2. 08.40 WITA : Ners muda mengedalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
dengan cara mengurangi penerangan lampu, meminta keluarga untuk tidak ribut dan menutup sampiran.
3. 08.45 WITA : Perawat melakukan strategi nonfarmakologi (teknik relaksasi dan distraksi) sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
4. 09.00 WITA : Ners muda memberikan analgetik melalui injeksi IV (ketorolac, 10 mg yang diencerkan dengan 9 cc aquades)
untuk mengurangi nyeri yang dirasa pasien.
E : (14.00 WITA)
S:-
O : pasien terpasang DC dan luka post SC tertutup kassa pada pada kuadran bawah abdomen
A : masalah, Risiko infeksi dengan factor risiko prosedur infasif dan trauma jaringan
P : lanjutkan intervensi
1. Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
2. Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
3. Berikan terapi antibiotic, jika perlu.
Banjarmasin, Agustus 2017